"Astaga!" jerit seseorang ketika melihat tangan Alina yang jatuh ke wajah cantik Dania.Namun, ada tangan lain yang terlebih dahulu sigap menangkap tangan Alina."Cukup, Nyonya." Suara bariton itu mengalun. "Cukuplah membuat suasana pesta menjadi suram. Berhenti mengumbar amarah Anda." Dania menoleh ke pria di sampingnya. "Rivan...." bisiknya lirih, cukup kaget karena ternyata pria itu ada di pesta ini juga.Alina mau tak mau menarik tangannya dari genggaman Rivan."Huh!" Alina tak jadi mengucapkan kata-katanya ketika dia melihat dirinya ditatap tajam oleh pria jangkung yang baru saja melindungi Dania.Dia tak boleh gegabah, karena tak tahu siapa dan apa latar belakang pria itu. Salah-salah, dia bisa menyinggung orang besar di belakang pria tersebut. Maka, dengan dengusan kasar, Alina pergi menjauh dari Dania untuk menghindari konflik dengan Rivan."Kamu nggak apa-apa?" tanya pengantin wanita ke Dania.Wajahnya menyiratkan kekhawatiran. Kalau dirinya di posisi Dania, belum tentu dia
"Wah? Penggelapan uang perusahaan?" Mata Dania mendadak berbinar senang.Ini adalah pukulan paling telak yang bisa membunuh karir dan nama Hizam."Apakah Anda ingin ini dibuka?" tanya Sebastian."Nggak! Nggak! Itu... itu mendingan simpan aja dulu untuk gongnya nanti. Kita berikan pukulan-pukulan ringan dulu, oke?" Dania memiliki rencana lain. "Ayolah, kita ini kan bukan orang-orang kejam, ya kan?"Lalu dia terkikik diikuti senyuman Sebastian dan anggukan kepala Melody."Eh, besok mumpung weekend, ikut aku main golf, yuk!" usul Dania pada kedua anak buahnya.Sebastian dan Melody mengangguk patuh. Mereka pun pamit pergi.Keesokan harinya, sesuai rencana, Dania bersama kedua anak buahnya sudah hadir di lapangan golf.Sayangnya, malah bertemu Leona yang sedang bersama teman wanitanya. Dia mengenakan pakaian golf yang serba mewah dan aksesoris yang mencolok. Pantas saja di dekatnya ada beberapa pria muda dan tua kerap mencuri pandang ke arahnya."Huh! Aku harus protes ke Tuhan, agar dipind
Dania menghela napas pendek, lalu mengangkat bahu dengan santai. “Kalau aku kalah,” jawab Dania, suaranya terdengar ringan, seolah-olah tidak terlalu memikirkan hasilnya, “aku nggak akan menagih permintaan maaf darimu. Terserah kamu mau bilang apa ke publik. Aku nggak akan mengejarmu lagi soal itu.”Sebastian melirik Dania dengan sedikit cemas, namun tetap tenang. Sementara itu, Melody hanya mengamati Leona dengan pandangan tajam, seolah-olah mencoba menilai sejauh mana niat buruk wanita itu.Leona terlihat terkejut sejenak, namun dia dengan cepat menyembunyikannya dengan senyum sinis. “Baguslah kalau gitu. Kita lihat siapa yang akan menang,” katanya, yakin bahwa dia bisa mengalahkan Dania dengan mudah.Dania tetap tenang, pandangannya tidak bergeser sedikitpun dari Leona. “Kita mulai sekarang?”“Sekarang,” jawab Leona, suaranya penuh dengan kepercayaan diri.Mereka semua bergerak menuju titik awal, di mana pertandingan akan dimulai. Melody dan Sebastian tetap berada di sisi Dania, si
“Menyelidiki masa lalu dia di luar negeri?” tanya Sebastian memastikan.Dania mengangguk dan berbicara, “Yup. Aku ingat kalau dia itu lulusan universitas luar negeri. Aku nggak yakin hidup dia lurus-lurus aja. Selidiki dia.”Sebastian mengangguk mengerti. "Baik, Nona. Saya akan mulai segera. Ada petunjuk khusus yang harus saya cari?”Dania berpikir sejenak, kemudian berkata, "Cari tau tentang kehidupan sosialnya di luar negeri, hubungannya dengan orang-orang berpengaruh, terutama pria. Aku curiga ada skandal yang dia sembunyikan, sesuatu yang bisa kita gunakan."Sebastian mengangguk sekali lagi, lalu beranjak pergi untuk memulai pekerjaannya. Dalam beberapa jam, Sebastian sudah mulai melacak jejak digital Leona—media sosial lama, laporan pers asing, dan jaringan kontak yang dia miliki di luar negeri.Kemudian, Dania menoleh ke Melody. “Kak Mel, tolong carikan aku daftar teman-teman dia di masa SMP, SMA, dan kuliah. Tidak berlebihan, kan Kak?”“Tidak sama sekali, Nona. Saya akan segera
“Ah, nyamannya kehidupanku yang mudah ini…” Leona mengucapkannya sambil tersenyum.Dia sedang menikmati sore yang tenang di balkon apartemennya yang mewah, menikmati secangkir teh hangat sambil menonton acara televisi.Dia merasa di atas angin setelah beberapa kali berhasil membuat Dania terpojok dengan berbagai fitnah yang dia sebarkan.Namun, ketenangan itu segera terganggu ketika ponselnya berbunyi, menampilkan pesan dari salah satu teman dekatnya.[Leona, kamu udah lihat? Ada yang memposting tentang kamu di akun anonim. Ini buruk banget! Gawat, Na!]Hati Leona langsung berdebar tak nyaman. Tanpa membuang waktu, dia membuka tautan yang dikirim temannya.“Apa?!”Matanya membelalak lebar ketika melihat foto-foto yang terpampang jelas di layar ponselnya.“Ini… kenapa masih….”Foto-foto itu diambil dari masa lalunya, ketika dia masih kuliah di luar negeri—terlihat sedang berpesta liar dengan teman-temannya, baik itu pria maupun wanita.Satu foto menangkap pose Leona tertawa lebar sambi
“Leona, apa-apaan yah postingan yang aku lihat di medsos barusan? Tadi aku dikasi tau teman arisan tentang foto-fotomu itu. Kok kamu bisa melakukan hal kayak gitu, sih?” suara Alina terdengar penuh tekanan, menuntut penjelasan.Leona mencoba untuk tetap tenang, meski keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya.“Ma-Mama Alina, tolong dengarkan aku dulu. Itu… itu semua terjadi waktu aku masih muda dan… dan bodoh, Ma. Aku… aku terpengaruh sama teman-teman yang salah dan membuat kesalahan yang besar. Tapi aku pastikan ke Mama Alina kalau aku bukan orang yang sama lagi kayak di foto, kok! Aku udah berubah, Ma. Aku udah meninggalkan semua itu jauh di belakang. Jauh sebelum aku ketemu Hizam lagi.”Alina terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab dengan nada dingin, “Kamu harus sadar, yah Leona, bahwa ini bukan cuma tentang kamu. Ini juga menyangkut keluarga kami.”“Maaf, Mama… aku beneran minta maaf.” Leona menyahut pelan penuh penyesalan.“Reputasi kami bisa hancur kalau orang-orang tau ba
Dania tertawa kecil, merasa rileks setelah skandal pertama Leona berhasil dia bongkar sebagai pembalasan dendamnya. “Rayakan, ya? Hihi! Aku penasaran, apa yang kamu tawarkan ke aku, Seba?”Sebastian tak langsung menjawab, tapi ada tawa ringan dia sebagai respon awal.Kemudian pria itu menjawab, “Bagaimana kalau kita pergi ke salah satu klub malam terbaik di kota? Anda butuh suasana baru setelah semua drama ini.”Dania memandang ke luar jendela, merasa bahwa mungkin memang waktunya untuk bersantai sedikit setelah semua kehebohan yang terjadi.“Klub malam, ya? Aku nggak pernah berpikir kalau kamu tipe orang yang suka klub malam, Seba.” Lalu Dania tertawa ringan.Jujur saja, anak buahnya satu ini kerap memberikan kejutan-kejutan tak terduga bagi Dania. Seakan Sebastian memiliki ratusan lapis misteri yang harus dikupas satu demi satu.“Ada banyak hal tentang saya yang belum Nona ketahui,” jawab Sebastian sambil tertawa kecil. “Bagaimana? Kita bisa pergi malam ini?”Dania mempertimbangkan
“Eh? Mantan istri Hizam? Dia?”Mata teman-teman Hizam langsung beralih ke Dania, kemudian mereka menoleh ke Hizam dengan pandangan penuh rasa ingin tahu. Satu per satu dari mereka mulai tersenyum geli.“Bro, kamu seriusan? Kamu beneran ngelepasin cewek sekeren itu?” Salah satu dari mereka tertawa keras.“Kamu nggak nyesal kan bro, udah lepasin cewek seseksi itu? Eh, kamu udah pernah main kuda-kudaan sama dia, kan?” Yang lain ikut meledek Hizam.Tapi karena Hizam diam saja dan wajahnya berubah muram, mereka pun paham bahwa Hizam belum pernah menyetubuhi Dania. Tawa mereka tak bisa ditahan.“Hahaha! Hizam… Hizam… aku kira kamu pintar, Zam, tapi ternyata bodoh juga, ya. Lihat mantanmu sekarang, deh… keren banget dari atas sampai bawah!”Mereka semua menyetujui ucapan pemuda itu. Mata mereka menelusuri Dania yang mengenakan atasan ketat model lilit sebatas pinggang dan berlengan panjang melambai transparan dari bahan chiffon mahal warna putih dengan gambar bunga-bunga merah kecil. Dada Da