“T—tuan, turunkan aku!” pinta Yuna gagap, setelah pintu lift tertutup.Sungguh, Yuna tak nyaman dengan rasa canggungnya, walaupun hatinya merasa nyaman di atas pangkuan Jason. Bukan itu saja, sebelumnya ia mengumpati dirinya bodoh jika menerima tawaran Jason. Harga dirinya berontak.Yuna bahkan menghindari tatapan Jason dan terus makin merunduk, tetapi tangannya mencengkram erat jas belakangnya Jason. Lelaki itu menangkap dagu Yuna dan menaikkan wajahnya hingga kedua bola mata mereka bertemu. Wajah gugup Yuna terlihat jelas saat Jason menyingkirkan helaian rambut yang sejak tadi menghalangi wajah wanita tersebut.“Kenapa? Kamu takut nanti pacarmu melihat?” tanya Jason terdengar menggoda.Ya, setelah keluar dari lift mereka harus melewati ruangan karyawan staf untuk ke ruang kerjanya Jason. Sontak saja Yuna terkejut dan salah tingkah. Sungguh, ia tak peduli.“B—bukan itu, Tuan,” sahut Yuna cepat dan semakin gagap. “Apa Tuan nggak malu?” tanya bingung.Jason sepertinya teguh pada pendir
“Apa Anda tidak punya pekerjaan lain, Pak Ryan?” tanya Jason menatap dingin dan tegas pada Ryan. Sadar lelaki itu mengepalkan kedua tangannya, menunjukkan kemarahannya.“Tuan Jason sendiri?” Ryan berbalik tanya menunjukkan keberaniannya. “Apa Anda tidak lihat? Dokter pribadiku sedang terluka, jadi aku harus mengobatinya dulu. Aku bisa mengerjakan semua pekerjaanku dengan cepat,” sahut Jason semakin memberikan tatapan tak suka. Baru kali ini ia mendapatkan tatapan menantang dari karyawannya. “Sepertinya Anda begitu berani, Pak Ryan. Aku harap Anda mendengarkan peringatanku tadi ... jangan libatkan masalah pribadi dengan pekerjaan!” tegas Jason.Ryan refleks menundukkan tatapan menantangnya. Ryan menarik napasnya sebentar, mengendalikan rasa cemas dan amarahnya. Ia lantas menaikkan pandangannya setelah emosinya membaik.“Maafkan saya,” ucap Ryan datar. “Kalau Yuna ... maksudku Dokter Yuna karyawan Tuan Jason berarti dia juga teman, biarkan saya akan mengobatinya dulu sebelum melanjutk
Jason mengangguk senang. Ia lantas melanjutkan pijatannya dengan perlahan. Dokter cantik itu langsung menunduk sembari mengendalikan hatinya yang tengah bersorak riang.“Apa ini? Kenapa Tuan Jason selalu membuat hatiku berdebar? Bukankah aku sedang mengendalikan diri agar tak menyukainya?” Yuna mencecar dirinya dalam hati.Wajah cerianya tiba-tiba berubah murung. Yuna hampir lupa diri dengan tujuannya. Lupa, ucapan Jason memiliki makna seharusnya ia bisa menjaga diri agar bisa fokus pada kesembuhannya. Jika dirinya sakit seperti ini akan berdampak pada beberapa perawatan dan terapi yang harus dijalaninya.“Sadar, Yuna! Jangan menjadi wanita bodoh! Ini adalah kesempatan keduamu ... manfaatkan semua waktumu! Tak ada waktu untuk memikirkan rasa suka pada orang lain,” batin Yuna meyakinkan diri.“Ada apa? Pijatanku membuat kakimu makin sakit?” tanya Jason menyadarkan renungan Yuna.Sontak saja dokter cantik itu menaikkan pandangannya. “Ah, maaf Tuan. Pikiranku sedang tidak fokus,” jawabny
“Apa aku keterlaluan ya?” gumam Yuna seraya membawa bobot tubuhnya berlabuh di atas kursi kerjanya.Fokus mata dokter cantik itu terus tertuju pada Jason dari balik kaca bening pintu ruangan kerja lelaki itu. Jason sama sekali tak berniat melirik ke arahnya, ia fokus pada lembaran kertas di hadapannya. Yuna tak nyaman dengan perubahan lelaki itu.“Apa sebaiknya aku minta maaf padanya?” tanya Yuna semakin bingung. “Tidak perlu, Yuna! Sebaiknya jangan mengganggunya!”Dua sisi hatinya terus bertanya dan saling memberikan jawaban. Yuna bingung dan tak tenang. Seharusnya ia nyaman dan lagi canggung bukan. Fokus Yuna langsung tergantikan saat indera pendengarannya menangkap suara langkah kaki bergerak ke arahnya. Salah satu karyawan staf menghampirinya dan berhenti tepat di hadapannya.“Dokter Yuna, i—itu ... bu Vina terus mengeluh sakit perut, katanya tadi minum obat pemberian dari Dokter Yuna,” ucap karyawan itu seraya menunjuk ke arah belakangnya. Wajahnya panik dan nadanya terbata sert
Vina tampak terlelap di atas sofa ruangannya Jason. Yuna memberikan obat tidur setelah menetralkan racun yang memberi dampak sakit perut pada wanita itu. Dokter cantik memilih tetap berada di dekat Vina, alasan agar dia bisa melihat reaksi Jason dan lelaki itu tetap dingin serta tak acuh pada dirinya.“Tuan Jason sengaja pura-pura abai padaku atau memang kembali ke settingan awal ... dingin dan angkuh,” batin Yuna melirik lelaki tampan itu.Jason sama sekali tak merasa terganggu dengan kehadiran dirinya. Haruskan Yuna terbatuk agar Jason sadar atau sekedar bertanya kenapa karyawannya sakit dan ia harus beristirahat di sana. Yuna lantas meringis kesal.Kenapa dirinya jadi sibuk mencari perhatian Jason? Bukankah sebelumnya Yuna sudah memantapkan hatinya untuk bersikap profesional sebagai dokter dan pasien. Fokus dokter cantik itu berpindah pada tab berukuran 10 inch miliknya. Di sanalah Yuna menyimpan catatan perkembangan kesehatan Jason. Tak lama senyuman dokter cantik itu mengukir se
“Kamu yakin bisa mengalahkan Jason?” tanya Tamara pada Arka dengan tatapan mengejek. “Hei, jangan remehkan aku!” jawab Arka sedikit meninggikan suaranya. Tamara tersenyum nakal. “Aku suka semangatmu! Tapi, aku belum bisa memutuskan pada siapa aku berpihak,” sahutnya seraya mengambil map di atas meja yang menjadi pembatas dirinya dengan Arka. Gerakan tangan Tamara terhenti. Arka menahan map tersebut cepat. Sontak saja kedua mata mereka saling bertemu. “Aku akan memahami jika kamu masih sedikit bimbang karena ketampanan Jason, tetapi kamu harus ingat! Dia sekarang lumpuh, tak banyak yang bisa dibanggakan dari pria cacat!” ucap Arka tajam lalu tersenyum sinis sebelum melepaskan berkat tersebut. Wanita cantik di hadapannya tersenyum penuh arti. Ia bahkan memangku dagunya dan memberikan tatapan penuh tanya. Arka tersenyum tipis mengerti Tamara menuntut penjelasannya. “Perusahaan ini sudah bagaikan hidupnya Jason. Dia pasti tak akan rela meninggalkannya hanya untuk menemui investor di
“Tidak ada! Mungkin karena dia sahabatmu jadi kamu begitu perhatian padanya, hingga kamu mengkhawatirkannya,” jawab Jason seraya mengalihkan fokusnya menutup dokumen di tangannya. “Apa ini? Tuan Jason cemburu karena aku bersikap baik dan perhatian pada Vina?” batin Yuna seraya menatap Jason penuh selidik. “Bisa tolong ambilkan sepatuku!” Jason menunjuk sepatunya. Yuna menurut, tetapi ia sendiri yang memakaikannya sembari duduk berjongkok di hadapan Jason. Hampir saja lelaki itu tersentak saat dokter cantik itu memasukkan kaos kakinya sebelum memasukan sepatu pantofelnya. Dokter cantik itu memakaikannya tanpa meminta izin terlebih dahulu. “Aku bisa memakainya sendiri. Kamu hanya perlu mendekatkan bangku itu saja!” ucap Jason tiba-tiba canggung. “Tuan Jason adalah pasienku, jadi sudah sewajarnya aku perhatian juga,” sahut Yuna sedikit menyindir, bahkan ia tak menoleh apalagi melirik pada Jason. “Bisa-bisanya Tuan Jason cemburu pada Vina? Padahal tadi, dia bersikap dingin dan menat
“K–kamu mau ke Hongkong? A–aku nggak salah dengar, ‘kan?” Tamara bertanya dengan nada gagap seolah tak percaya dengan ucapan Jason.Tentu saja Jason mengangguk. “Iya aku sendiri yang akan ke Hongkong dan membujuk para investor itu. Bukankah kamu tahu kemampuanku merayu para investor?” jawabnya dengan penuh keyakinan.Wajah Tamara tampak bingung. Jason terlihat berbeda menurutnya. Ia kira akan sesuai rencana, seperti yang sudah dibahas dengan Arka. “Kenapa? Ada yang salah dengan keputusanku?” tanya Jason menyadari tatapan wanita cantik di hadapannya.“B–bukan begitu, hanya saja sedikit aneh. Kamu yakin mau meninggalkan perusahaan ini? Dan … Arka ada di sini loh. Kamu nggak takut dia bikin ulah saat kamu tak ada?” Tamara pura-pura mengungkapkan rasa cemasnya.Jason tersenyum tipis. “Daripada dia buat ulah dengan para investor. Lagipula di sini ada Adam .. dia asisten pribadiku yang sudah memahami semua cara kerjaku. Adam pasti akan menjaga perusahaan ini dengan baik saat aku di Hongkon
Tak ada lagi halangan menuju hari pernikahan Jason dan Yuna. Semuanya terencana dengan baik. Vincent Wang dan ayahnya serta beberapa investor Hongkong bahkan menyempatkan diri untuk menghadiri pernikahan Jason dan Yuna. Persidangan kasus Arka, Elsa, Teguh—mantan suaminya Elsa dan Tamara, sudah mendekati akhir. Akan tetapi, sudah dipastikan mereka mendapatkan hukuman setimpal. Bukan itu saja, beberapa petugas yang dulu terlibat dan terbukti membantu mereka, sudah mendapatkan hukumannya. Damian, pengacaranya Jason dan Adam memastikan semuanya mendapatkan hukuman. Hingga malam di hari pernikahan tiba, Yuna kembali ke kediamannya dan berbincang bersama pamannya. Ia akan semakin merindukan Dimas, padahal selama ini Yuna jarang berada di rumah. Bahkan Yuna tak malu menggelayut manja pada pamannya yang sudah dianggapnya seperti pengganti ayahnya. “Apa kamu tidak malu terus menggelayut seperti anak kecil?” celetuk Dimas seraya melirik wajah Yuna yang bersandar di bahunya, tetapi ia tersenyu
“Ada apa, Adam? Ada masalah?” tanya Jason setelah berada di samping sahabatnya.Adam hanya tersenyum tipis, enggan menjawab. Kemudian ia memutar tubuhnya menatap gedung megah di sana, lalu mengedarkan pandangannya mencari seseorang. “Sudah selesai? Di mana dokter Yuna?” tanyanya seraya menatap pada Jason.“Yuna menunggu di kafe itu.” Jason menunjuk bangunan kafe di samping gedung.“Memangnya ada yang belum selesai dengan persiapan gedungnya?” tanya Adam dengan raut wajah bingung.Jason menghela napas berat. Ia tahu Adam hanya berusaha menghindari pertanyaan darinya. Ya, sahabatnya itu sedikit tertutup untuk masalah pribadi jika dirinya tak mendesak atau mencari tahu sendiri masalah yang sedang dihadapi Adam.“Ya, memang ada yang belum selesai ... kamu, Adam,” sahut Jason seraya berpindah duduk pada bangku di samping taman bunga, tepi mobilnya terparkir.“Aku? Memangnya ada apa denganku?” tunjuk Adam pada dirinya. Ia semakin memasang wajah bingung.Pria tampan itu tak segera menjawab.
Informasi yang diberikan Rina begitu mengejutkan. Racun arsenik itu berasal dari kelompoknya Teguh Gunawan–mantan suaminya Elsa. Bahkan informasi yang diberikan Rina di luar dugaan yang lainnya.Perawat cantik itu bahkan menemukan tempat persembunyian kelompok mafianya Teguh. Tak menyangga wanita yang terlihat lugu, ternyata memiliki kontribusi besar. Yuna bahkan bangga menjadi sahabat baiknya.Jason langsung bertindak cepat. Akan tetapi, ia memastikan pihak kepolisian yang menangani kasus tersebut benar-benar bersih. Tentu saja selama ini dirinya dan Adam dibantu Rocky menyelidiki para polisi yang bekerja untuk Elsa. Serta para mafia polisi yang tunduk pada kelompoknya Teguh sudah pasti tak bisa berkutik.Damian Alexander, pengacaranya Jason dengan senang hati mengurus semua mafia polisi tersebut. Apa lagi semua bukti yang Jason kumpulkan sangatlah kuat. Bukti tambahan ponselnya Vina, serta bukti penyelidikan Brian yang menunjukkan jelas jika kecelakaan Jason disengaja dan pelakunya
“E–elsa? Papa yakin?” tanya Jason terbata dengan tatapan tak percaya.Brian mengangguk lemah dalam posisi tidurnya. Jason terdiam syok, hingga tubuhnya tampak mematung. Bahkan ia tampak seperti orang linglung menatap wajah papanya.Bukan karena Jason tak percaya pelakunya adalah Elsa, tetapi ia mencemaskan keadaan Brian. Justru karena ia memperkirakan pelakunya adalah Elsa ataupun Arka. Jujur saja ia ingin mencecar papanya, tetapi Yuna sudah menarik kedua bahunya menjauh dari tubuh Brian.“Cukup, Jason! Kita masih punya banyak waktu.” Yuna memberi nasehat.Tepat saat Jason mengangguk pasrah, pintu ruangan tersebut ada yang mengetuk. Tak lama langsung terbuka. Dokter Rudi datang dengan Rina, sahabat baiknya Yuna sekaligus satu-satunya perawat yang mengetahui keadaan Brian.“Kita beri ruang agar Dokter Rudi memeriksa keadaan papamu!” ucap Yuna seraya membawa tubuh Jason menjauh dari ranjang brankar Brian.Dokter cantik itu lantas mengangguk pada dokter Rudi, isyarat agar dia segera meme
“Mungkin saya punya informasi yang membantu untuk Tuan Jason.” Rocky berkata setelah memastikan fokus mereka selesai dengan informasi tentang Vina. Sontak saja, Jason, Yuna dan Adam menoleh padanya. Ketiganya menunggu penjelasannya dengan wajah sigap. Rocky mengeluarkan beberapa lembar foto dari saku dalam jasnya, lalu menjajarkan di atas meja yang menjadi pembatas mereka. “Sebenarnya tadi itu aku dan anak buahku sedang meninjau tempat Tuan Jason kecelakaan setelah menemukan beberapa bukti, lalu Tuan memberitahu kalau Adam sedang dalam bahaya di jalur tersebut ... itulah sebabnya kami datang lebih cepat,” jelas Rocky terdengar melegakan. Adam tersenyum lega. Semua ini memang bukan kebetulan, tetapi hal tersebut berkat kesigapan Jason. Rocky lantas melanjutkan penjelasannya. “Saya berhasil menemukan keberadaan keluarga dari supir truk yang menjadi tersangka penabrakan Tuan Jason. Lalu beberapa bukti jika kecelakaan tersebut sudah direkayasa,” jelas Rocky seraya menunjuk beberapa fo
Adam pantas untuk merasa tenang dan tak perlu panik. Bantuan dari Rocky—anak buahnya Jason datang lebih cepat. Tentu saja Adam tahu kehadiran mereka dari cara mereka memberi sinyal. Dua mobil dari belakang langsung menyalip kendaraan yang sedari tadi diduga orang yang hendak mencelakainya serta menggiringnya menuju arah jalan tempat Jason kecelakaan. Sementara dua mobil lainnya mengamankan kendaraan yang mengikuti Adam.Kini dua mobil itu mengawalnya hingga Adam memilih kembali ke rumah sakit. Jason langsung menyambutnya dan memeluk sebentar lalu ia berpindah pada anak buahnya yang berada di belakang Adam. “Terima kasih, kalian memang selalu bisa diandalkan,” ucapnya pada mereka.“Sama-sama, Tuan Jason. Ini adalah tugas kami,” sahut lelaki yang berada di paling kiri. Jumlah mereka enam orang dan semuanya berpakaian formal.“Ah, Tuan. Saya baru saja menerima pesan dari anak buahku yang kutugaskan mencari keberadaan—“ ucap lelaki tadi terhenti. Jason menempelkan jari telunjuknya di dep
“Apa?” Jason terkejut dengan ucapan Adam dari balik telepon. Wajah pria tampan itu langsung berubah pucat dan cemas, serta panik. Ia bahkan refleks berdiri dan mengacak rambut belakangnya, frutasi. Yuna yang berada di sampingnya pun ikut bangkit merasakan kecemasan Jason. “Apa yang terjadi, Jason?” tanya Yuna panik. Jason hanya memberi isyarat untuk tenang dengan mengangkat tangan kanannya. Ia lantas fokus pada ponselnya. “Dengarkan aku, Adam! Tetap tenang dan jangan putuskan sambungan teleponnya! Terus beri laporan padaku kondisi terkinimu, mengerti!” perintahnya. “Baik, Jason. Tolong bantu aku secepatnya,” sahut Adam terdengar panik. “Tentu, aku pasti akan membantumu dan tak akan tinggal diam,” balas Jason cepat. “Aku akan meminta Rocky untuk mengirimkan anak buahnya dan secepatnya menjemputmu,” pungkasnya menenangkan. Terdengar jelas suara Adam mengatur napasnya dari balik telepon. Tentu saja, Jason dapat merasakan bagaimana cemasnya Adam, dirinya sudah pernah mengalami hal te
“Sepertinya habis batre. Aku selalu lupa charger ponsel dan biasanya diisi daya jika sedang dalam perjalanan di mobil,” ucap Adam diakhiri senyuman canggung.“Bisa tolong buka laci dasbor di hadapanmu? Aku menyimpan alat pengisi dayanya di sana.” Adam menunjuk laci di hadapan Tamara.Wajah wanita cantik itu yang semula tegang kini tampak terlihat lega. Ia bahkan segera menuruti permintaan Adam, mengeluarkan alat mengisi daya ponselnya. “Berikan ponselmu padaku! Biarkan aku yang memasangkannya,” ujarnya.Adam mengangguk dan memberikan ponselnya pada Tamara. Wanita itu tampak cekatan dan memang sudah terbiasa melakukannya. Tanpa disadari Adam masih meliriknya curiga.Tentu saja yang dilakukan Adam tadi hanyalah pura-pura. Ia bukanlah pria bodoh seperti yang dikatakan Jason. Adam lebih mengandalkan intuisi dan nalurinya dalam berbisnis.Ya, pria tampan itu memiliki pemikiran yang sama dengan Jason. Tak ada sesuatu hal di dunia ini yang kebetulan, pemikiran mereka. Mungkin karena mereka s
“Aku akan mencoba menghubungi Adam. Saat ini dia sedang bersama dengan Tamara “ Jason berkata dengan tatapan cemas seraya menggulir beberapa kali layar ponselnya.Yuna hanya mengangguk. Wajahnya pun tak kalah cemas dengan lelakinya. Ia lantas menoleh ke arah ujung lorong tempat pria mencurigakan tadi menghilang.Tampaknya mereka lebih waspada atau sadar jika keberadaannya sudah diketahui. Yuna lantas menatap Jason yang tiba-tiba tersentak dengan kedua bola mata melotot. “Ada apa, Jason?” tanya Yuna langsung.“Adam menolak panggilanku,” sahut Jason langsung. “Akan kucoba lagi,” ujarnya seraya mengulang panggilan teleponnya.“Mungkin Adam tak sengaja menggeser ke tolak.” Yuna mencoba menenangkan.Jason mengangguk. Namun, ia kembali tersentak. Ponsel Adam tak bisa dihubungi. Pria tampan itu masih penasaran dan mencobanya sekali lagi.“Adam mematikan ponselnya,” tebak Jason disusul helaan napas berat. “Sepertinya Tamara sedang bersamanya,” tambahnya seraya memijat ujung alisnya.“Bagaiman