“Aku mendapatkan laporan dari Nisa, sekretarisnya Arka. Wanita itu pernah mendapatkan pelecehan seksual dari Arka, lalu dia merekam tindakannya untuk mengancam melaporkan perbuatannya padamu,” jelas Adam seraya merogoh saku celananya mengeluarkan ponsel miliknya. Adam lantas melanjutkan penjelasannya seraya menyerahkan ponselnya pada Jason. “Bu Nisa bisa terbebas dan itulah sebabnya dulu Arka sering keluar kantor di jam kerjanya hanya untuk membuang penatnya. Hingga akhirnya dia menemukan wanita baru yang rela dilecehkan dan menjadi tempat pelampiasannya.”“Aku memintanya memasangkan kamera pengintai di ruangan kerja Arka di tempat yang tak diketahuinya,” sambung Adam lagi. “Maafkan aku jika tindakanku lancang, Jason. Tapi, aku tak punya pilihan lain ... saat itu kamu susah dihubungi sewaktu di Hongkong.Jason sedikit terkejut dengan dengan penjelasan Adam yang terkesan berani tanpa berkonsultasi dulu dengannya. Yuna tak tinggal diam. Ia mendekat pada Jason untuk melihat laporan Adam
“Apa kamu sedang bermimpi?”Ryan tersentak dengan ucapan Jason. Bahkan kedua bola matanya hampir keluar dari tempatnya. Jason memajukan kursi rodanya agar lebih dekat dengan Ryan.“Sebaiknya kamu bangun dan berhentilah bermimpi, Pak Ryan,” ucap Jason berbisik, tetapi tegas dengan nada meledek.Jason lantas kembali menjauhkan kursi rodanya. “Sayang sekali, aku tak berencana menerima seorang pembohong!” desisnya meledek.“Jadi, Anda menolak tawaranku, Tuan Jason?” Ryan bertanya dengan tatapan penuh kekesalan.Kedua tangannya mengepal kuat dan kedua giginya beradu. Ia tak terima dengan ucapan Jason yang terkesan meremehkannya. Ingin rasanya ia melayangkan pukulan pada l
“Apa?! Arka, kamu benar-benar nggak waras, ya!” Tamara memekik kaget.Wanita itu terkejut dengan kedatangan Arka hari sekali. Apalagi setelah mendengar keluhannya tentang kegagalannya menculik Yuna. Tentu saja Tamara memasang wajah heran dan kesal.“Aku hanya ingin membuat Jason hancur. Dia benar-benar meremehkanku,” sahut Arka tak terima.“Tapi, punya otak dipake lah! Bodoh banget, sih ... sekarang Jason makin membencimu. Apalagi aku bisa melihat lelaki itu sepertinya benar-benar menyukai dokter pribadinya,” celetuk Tamara sinis.Tamara seolah menyalahkan dirinya. Padahal, wanita itu tahu bagaimana ia begitu membenci Jason. “Aku datang ke sini menemuimu untuk meminta bantuanmu bukan mendengarkan ocehanmu itu!” sergahnya.Wanita itu menghela napas panjang, kemudian ia menghembuskannya kasar. Ia sudah terlanjur terlibat dengan Arka, tak ada pilihan lain untuk membantunya. Tamara lantas memilih meraih cangkir kopinya dan menyeruputnya untuk menenangkan pikirannya.“Apa Jason sudah tahu
“Apa aku mengganggu?” tanya Tamara diikuti senyuman lebarnya.“Tentu saja tidak,” sahut Jason langsung.Jason pun membalas senyuman wanita cantik dengan model rambut curly sebatas bahu, warna coklat kemerahan. Tamara lantas menghampiri Jason yang masih berada di depan sofa kerjanya. Sementara Jason langsung meraih berkas di atas meja hadapannya, lalu memindahkannya pada meja kecil sampingnya.Lelaki itu bahkan membalik posisi halaman depannya. Tentu saja, Tamara tak boleh melihat tulisan halaman depannya yang berisi bukti kejahatan Ryan. Jason bahkan memasang wajah ramah pada wanita yang kini sudah duduk di hadapannya. Ya, Tamara masih bersikap sebagai seorang kawan dan sepupu walaupun Jason tahu dia bermuka dua.“Ah, aku mengucapkan terima kasih padamu, Tamara. Berkat bantuanmu, aku bisa mendapatkan investor di Hongkong ... bahkan tuan Wang menawarkan untuk membuka cabang perusahaanku di Hongkong,” ucap Jason sedikit berbasa-basi.“Benarkah, tuan Wang menawarkan perusahaan baru untuk
Tamara tersentak. Kemampuan aktingnya sepertinya terganggu. Secepatnya ia memasang wajah bingung, menutupi rasa terkejutnya.Akan tetapi, Jason sudah lebih dulu melihat jelas garis kepanikan pada wajah cantiknya. Hatinya semakin yakin wanita itu bermuka dua. Ia perlu memastikan sejauh mana keterlibatan Tamara dalam menusuknya dari belakang, seraya mencari bukti untuk melemparnya ke dalam penjara.“Membicarakan keburukanmu ... seperti apa itu? Bisa kamu ceritakan agar kucari tahu pelakunya. Sungguh tidak sopan, benarkan?” ujarnya pura-pura memasang wajah prihatin.“Lupakan saja! Untungnya mereka tak percaya dengan hasutan orang tersebut dan lebih percaya dengan kemampuanku.” Jason menjawab seraya menunjukkan wajah percaya diri.Wanita cantik di had
“J—jason, kamu salah paham! Aku bisa menjelaskan ... itu tak seperti yang kamu pikirkan.”Tamara gagap dan terbata membela diri. Jason sengaja memutarkan rekaman yang dikirimkan tuan Wang padanya. Percakapan Tamara dengan tuan Lee, salah satu investor Hongkong dan lelaki itu yang menentang Jason pertama kali saat melakukan presentasi perusahaannya.“Kalau begitu, silahkan jelaskan!” perintah Jason seraya memasukan ponselnya pada saku jas dalamnya, lalu tersenyum sinis pada wanita di hadapannya.Wajah Tamara cemas. Kemampuan beraktingnya menghilang karena panik. Tangannya bahkan tampak bergetar. Perasaan wanita itu bagaikan maling yang tertangkap basah setelah mencuri.“A—aku hanya ...,” ucap Tamara terhenti dan terbata. Ia
“Tuan Jas—“ Adam memasuki ruangan Jason tanpa mengetuk pintu. Ia terkejut dengan pemandangan di hadapannya, hingga panggilannya pada atasannya terpotong. Jason masih memangku Yuna dan memeluk tubuh wanita itu erat.Sontak saja Yuna lebih terkejut dan langsung melompat turun dari pangkuan Jason, ia panik. Sementara Jason berdecak kesal menutupi salah tingkahnya. Adam menoleh ke arah pintu, tepatnya cermin transparan di tengah pintu memastikan tak ada yang melihat perbuatan mereka selain dirinya. Seharusnya tadi dirinya melihat keadaan di dalam dari kaca itu, sebelum masuk. Akan tetapi, Adam membalas decakan Jason dengan tatapan intimidasi. Jason refleks menundukkan pandangannya, seakan tersadar ia melakukan hal yang salah.“Bisakah kalian berdua lebih hati-hati! Ini di tempat kerja bukan di rumah atau mansion,” tegur Adam pada keduanya. “Aku tahu kalian akan menikah, tapi jangan bermesraan di tempat kerja! Bagaimana kalau ada karyawan kalian yang melihat dan akan membuat imej buruk u
“Tuan Jason memanggil saya?” tanya Vina setelah memasuki ruangan kerjanya Jason.“Benar,” sahut Jason cepat disusul senyuman tipisnya, lalu menunjuk sofa di hadapan meja kerjanya. “Silahkan duduk!”Wanita itu pun mengangguk sebelum duduk di atas sofa tersebut. Jason pun mendekatkan kursi rodanya hingga berhenti di depan meja sofa yang menjadi penghalang keduanya. Terlihat jelas garis cemas dan gugup pada wajah Vina.Bukan gugup karena karena bawahan harus bertemu dengan atasannya langsung, tetapi gugup karena wanita itu seolah menyimpan salah. Memang begitulah yang terlihat oleh Jason dan Vina memang patut merasa cemas serta takut. Tentu saja, wanita itu berani menjerumuskan sahabatnya ke dalam jurang kehancuran. Sahabat yang menjadi wanita tercintanya Jason.