“Apa yang terjadi, Yuna?” tanya Jason semakin menatapnya cemas.
Yuna merasakan perubahan pada dirinya. Ia tahu apa itu, dan yakin sekali yang terjadi masih berhubungan dengan minuman campuran dari Vina. Dokter cantik itu lantas memberi isyarat pada Jason untuk memasuki kamarnya.
Dokter cantik itu pun menutup rapat pintu, lalu berdiri tepat di hadapan lelaki itu menatap kedua netra Jason. Tentu saja Jason menatapnya bingung dan cemas. Ia bisa melihat jelas wajah cantik Yuna, termasuk pipinya yang merah karena tamparan penculik itu.
“Mereka menyakitimu?” ucap Jason dengan tatapan tak terima.
Sontak saja Yuna langsung menutupi pipinya yang merah. Mungkin ia terlalu lega hingga tak menyadari sakit dan perih bekas tamparannya. “Ini tak terl
Yuna tak segera menjawab panggilan telepon dari Vina. Ia bahkan mematikan nada dering ponselnya, lalu membalikkan benda pipih tersebut di atas nakas samping ranjangnya. Dokter cantik itu memilih mengatur napasnya berkali-kali.Benar, dokter cantik itu tak boleh terpancing marahnya. Ia harus bisa mengontrolnya agar tubuhnya tak memanas dan berakibat pada reaksi obat perangsang yang belum sepenuhnya ternetralkan. Yuna bahkan harus memeluk tubuhnya sendiri seraya duduk di atas ranjang, memfokuskan hati dan pikirannya. Kedua bola matanya tertutup sempurna, memudahkan dirinya bisa lebih fokus.Ponselnya terus berdering hingga kelima kalinya, barulah Yuna membuka kedua bola matanya. Garis kecemasan dan gelisahnya berkurang. Dokter cantik itu berhasil, walaupun keringat dingin sebesar biji jagung membasahi wajahnya.“Anak itu pantang menyerah,” ucap Yuna seraya menoleh ke arah nakas. Nama Vina memanggil, tertulis jelas di layar ponselnya setelah ia membalik benda tersebut,Yuna berdesis sini
“Aku masuk perangkap yang siapkan untuk Yuna.”“Apa maksudnya?” tanya Ryan menghentikan gerakan bibirnya yang tengah mencumbu leher Vina.Wanita itu sedikit tersentak. Bukan karena pertanyaan Ryan, tetapi lelaki itu menghentikan kesenangannya. Ia segera mendorong kasar tubuh Ryan dan menjauh darinya.“Jika kamu tak mau membuatku lega, pergilah!” kesal Vina dengan napas memburu dan mata memerah.Tangannya langsung meraih tas tangannya mengeluarkan ponselnya. Ia masih memiliki Arka yang selalu memperlakukannya ganas. Lelaki itu pasti akan senang hati meredamkan libidonya saat ini. Vina yakin masih bisa menahannya. Wanita itu kesal, Ryan masih mementingkan Yuna, padahal saat ini dirinya membutuhkan kepuasan agar tak tersiksa karena pengaruh racun tersebut. Padahal ia selalu ada jika lelaki itu memerlukan dirinya untuk melepaskan rasa frustasinya.“Okeh, maafkan aku! Janji, tak akan bertanya tentang Yuna lagi,” ucap Ryan menyadari wanita itu marah.Tentu saja, ia tak ingin kehilangan kes
“Aku hanya memastikan Vina tetap denganku dan tak menaruh curiga padaku,” ucap Yuna yang berada dalam sandaran Jason. “Aku akan tetap memakai peran seperti dulu ... wanita polos yang bisa ia kelabui saat bersamanya,” sambungnya yakin.Kemudian dokter cantik bangkit dan memutar punggungnya hanya untuk memberikan senyuman penuh keyakinan pada Jason. “Kamu tak usah cemas, Jason! Aku akan lebih hati-hati lagi,” ujarnya sungguh-sungguh.“Baiklah, kali ini aku percaya padamu. Tapi, jika kejadian seperti ini terulang lagi ... aku akan mengurungmu dalam mansion dan tak akan kuizinkan keluar, mengerti!” tegas Jason dengan tatapannya yang tanpa ragu.“Aku mengerti,” sahut Yuna disusul senyuman manisnya.Tentu saja Jason m
Wajah penuh amarah Ryan tiba-tiba memudar. Terlintas sebuah ide yang menurutnya bisa menjadi jalan terbaik, memanfaatkan suasana yang tengah keruh. Ia lantas menatap Vina yang menunduk cemas dan takut padanya.“Apa tuan Arka mengancammu?” tanya Ryan hati-hati.Sontak saja Vina sedikit tersentak. Ia bahkan refleks menaikkan wajahnya menatap wajah lelaki yang sama-sama tak mengenakan sehelai benang pun, hanya bagian tubuh bawahnya tertutup selimut yang sama dengannya. Vina seolah menyelidik wajah Ryan. Tak seperti biasanya, pikir Vina. Lelaki itu sulit mengendalikan emosinya. Hanya dengan memasang wajah tunduk hingga ocehan Ryan mereda, tetapi kali ini? Vina yakin lelaki itu belum tuntas dengan amarahnya, tapi sudah bisa bersuara lembut.“A—aku tahu siapa tuan Arka, dia itu lebih arogan dari tuan Jason. Pasti dia mengancammu hingga kamu tak punya pilihan, benarkan?” jelas Ryan sedikit gagap mencoba menyembunyikan niat buruknya.Ya, dia harus mendapatkan informasi keburukan serta kelema
“Aku mendapatkan laporan dari Nisa, sekretarisnya Arka. Wanita itu pernah mendapatkan pelecehan seksual dari Arka, lalu dia merekam tindakannya untuk mengancam melaporkan perbuatannya padamu,” jelas Adam seraya merogoh saku celananya mengeluarkan ponsel miliknya. Adam lantas melanjutkan penjelasannya seraya menyerahkan ponselnya pada Jason. “Bu Nisa bisa terbebas dan itulah sebabnya dulu Arka sering keluar kantor di jam kerjanya hanya untuk membuang penatnya. Hingga akhirnya dia menemukan wanita baru yang rela dilecehkan dan menjadi tempat pelampiasannya.”“Aku memintanya memasangkan kamera pengintai di ruangan kerja Arka di tempat yang tak diketahuinya,” sambung Adam lagi. “Maafkan aku jika tindakanku lancang, Jason. Tapi, aku tak punya pilihan lain ... saat itu kamu susah dihubungi sewaktu di Hongkong.Jason sedikit terkejut dengan dengan penjelasan Adam yang terkesan berani tanpa berkonsultasi dulu dengannya. Yuna tak tinggal diam. Ia mendekat pada Jason untuk melihat laporan Adam
“Apa kamu sedang bermimpi?”Ryan tersentak dengan ucapan Jason. Bahkan kedua bola matanya hampir keluar dari tempatnya. Jason memajukan kursi rodanya agar lebih dekat dengan Ryan.“Sebaiknya kamu bangun dan berhentilah bermimpi, Pak Ryan,” ucap Jason berbisik, tetapi tegas dengan nada meledek.Jason lantas kembali menjauhkan kursi rodanya. “Sayang sekali, aku tak berencana menerima seorang pembohong!” desisnya meledek.“Jadi, Anda menolak tawaranku, Tuan Jason?” Ryan bertanya dengan tatapan penuh kekesalan.Kedua tangannya mengepal kuat dan kedua giginya beradu. Ia tak terima dengan ucapan Jason yang terkesan meremehkannya. Ingin rasanya ia melayangkan pukulan pada l
“Apa?! Arka, kamu benar-benar nggak waras, ya!” Tamara memekik kaget.Wanita itu terkejut dengan kedatangan Arka hari sekali. Apalagi setelah mendengar keluhannya tentang kegagalannya menculik Yuna. Tentu saja Tamara memasang wajah heran dan kesal.“Aku hanya ingin membuat Jason hancur. Dia benar-benar meremehkanku,” sahut Arka tak terima.“Tapi, punya otak dipake lah! Bodoh banget, sih ... sekarang Jason makin membencimu. Apalagi aku bisa melihat lelaki itu sepertinya benar-benar menyukai dokter pribadinya,” celetuk Tamara sinis.Tamara seolah menyalahkan dirinya. Padahal, wanita itu tahu bagaimana ia begitu membenci Jason. “Aku datang ke sini menemuimu untuk meminta bantuanmu bukan mendengarkan ocehanmu itu!” sergahnya.Wanita itu menghela napas panjang, kemudian ia menghembuskannya kasar. Ia sudah terlanjur terlibat dengan Arka, tak ada pilihan lain untuk membantunya. Tamara lantas memilih meraih cangkir kopinya dan menyeruputnya untuk menenangkan pikirannya.“Apa Jason sudah tahu
“Apa aku mengganggu?” tanya Tamara diikuti senyuman lebarnya.“Tentu saja tidak,” sahut Jason langsung.Jason pun membalas senyuman wanita cantik dengan model rambut curly sebatas bahu, warna coklat kemerahan. Tamara lantas menghampiri Jason yang masih berada di depan sofa kerjanya. Sementara Jason langsung meraih berkas di atas meja hadapannya, lalu memindahkannya pada meja kecil sampingnya.Lelaki itu bahkan membalik posisi halaman depannya. Tentu saja, Tamara tak boleh melihat tulisan halaman depannya yang berisi bukti kejahatan Ryan. Jason bahkan memasang wajah ramah pada wanita yang kini sudah duduk di hadapannya. Ya, Tamara masih bersikap sebagai seorang kawan dan sepupu walaupun Jason tahu dia bermuka dua.“Ah, aku mengucapkan terima kasih padamu, Tamara. Berkat bantuanmu, aku bisa mendapatkan investor di Hongkong ... bahkan tuan Wang menawarkan untuk membuka cabang perusahaanku di Hongkong,” ucap Jason sedikit berbasa-basi.“Benarkah, tuan Wang menawarkan perusahaan baru untuk
Tak ada lagi halangan menuju hari pernikahan Jason dan Yuna. Semuanya terencana dengan baik. Vincent Wang dan ayahnya serta beberapa investor Hongkong bahkan menyempatkan diri untuk menghadiri pernikahan Jason dan Yuna. Persidangan kasus Arka, Elsa, Teguh—mantan suaminya Elsa dan Tamara, sudah mendekati akhir. Akan tetapi, sudah dipastikan mereka mendapatkan hukuman setimpal. Bukan itu saja, beberapa petugas yang dulu terlibat dan terbukti membantu mereka, sudah mendapatkan hukumannya. Damian, pengacaranya Jason dan Adam memastikan semuanya mendapatkan hukuman. Hingga malam di hari pernikahan tiba, Yuna kembali ke kediamannya dan berbincang bersama pamannya. Ia akan semakin merindukan Dimas, padahal selama ini Yuna jarang berada di rumah. Bahkan Yuna tak malu menggelayut manja pada pamannya yang sudah dianggapnya seperti pengganti ayahnya. “Apa kamu tidak malu terus menggelayut seperti anak kecil?” celetuk Dimas seraya melirik wajah Yuna yang bersandar di bahunya, tetapi ia tersenyu
“Ada apa, Adam? Ada masalah?” tanya Jason setelah berada di samping sahabatnya.Adam hanya tersenyum tipis, enggan menjawab. Kemudian ia memutar tubuhnya menatap gedung megah di sana, lalu mengedarkan pandangannya mencari seseorang. “Sudah selesai? Di mana dokter Yuna?” tanyanya seraya menatap pada Jason.“Yuna menunggu di kafe itu.” Jason menunjuk bangunan kafe di samping gedung.“Memangnya ada yang belum selesai dengan persiapan gedungnya?” tanya Adam dengan raut wajah bingung.Jason menghela napas berat. Ia tahu Adam hanya berusaha menghindari pertanyaan darinya. Ya, sahabatnya itu sedikit tertutup untuk masalah pribadi jika dirinya tak mendesak atau mencari tahu sendiri masalah yang sedang dihadapi Adam.“Ya, memang ada yang belum selesai ... kamu, Adam,” sahut Jason seraya berpindah duduk pada bangku di samping taman bunga, tepi mobilnya terparkir.“Aku? Memangnya ada apa denganku?” tunjuk Adam pada dirinya. Ia semakin memasang wajah bingung.Pria tampan itu tak segera menjawab.
Informasi yang diberikan Rina begitu mengejutkan. Racun arsenik itu berasal dari kelompoknya Teguh Gunawan–mantan suaminya Elsa. Bahkan informasi yang diberikan Rina di luar dugaan yang lainnya.Perawat cantik itu bahkan menemukan tempat persembunyian kelompok mafianya Teguh. Tak menyangga wanita yang terlihat lugu, ternyata memiliki kontribusi besar. Yuna bahkan bangga menjadi sahabat baiknya.Jason langsung bertindak cepat. Akan tetapi, ia memastikan pihak kepolisian yang menangani kasus tersebut benar-benar bersih. Tentu saja selama ini dirinya dan Adam dibantu Rocky menyelidiki para polisi yang bekerja untuk Elsa. Serta para mafia polisi yang tunduk pada kelompoknya Teguh sudah pasti tak bisa berkutik.Damian Alexander, pengacaranya Jason dengan senang hati mengurus semua mafia polisi tersebut. Apa lagi semua bukti yang Jason kumpulkan sangatlah kuat. Bukti tambahan ponselnya Vina, serta bukti penyelidikan Brian yang menunjukkan jelas jika kecelakaan Jason disengaja dan pelakunya
“E–elsa? Papa yakin?” tanya Jason terbata dengan tatapan tak percaya.Brian mengangguk lemah dalam posisi tidurnya. Jason terdiam syok, hingga tubuhnya tampak mematung. Bahkan ia tampak seperti orang linglung menatap wajah papanya.Bukan karena Jason tak percaya pelakunya adalah Elsa, tetapi ia mencemaskan keadaan Brian. Justru karena ia memperkirakan pelakunya adalah Elsa ataupun Arka. Jujur saja ia ingin mencecar papanya, tetapi Yuna sudah menarik kedua bahunya menjauh dari tubuh Brian.“Cukup, Jason! Kita masih punya banyak waktu.” Yuna memberi nasehat.Tepat saat Jason mengangguk pasrah, pintu ruangan tersebut ada yang mengetuk. Tak lama langsung terbuka. Dokter Rudi datang dengan Rina, sahabat baiknya Yuna sekaligus satu-satunya perawat yang mengetahui keadaan Brian.“Kita beri ruang agar Dokter Rudi memeriksa keadaan papamu!” ucap Yuna seraya membawa tubuh Jason menjauh dari ranjang brankar Brian.Dokter cantik itu lantas mengangguk pada dokter Rudi, isyarat agar dia segera meme
“Mungkin saya punya informasi yang membantu untuk Tuan Jason.” Rocky berkata setelah memastikan fokus mereka selesai dengan informasi tentang Vina. Sontak saja, Jason, Yuna dan Adam menoleh padanya. Ketiganya menunggu penjelasannya dengan wajah sigap. Rocky mengeluarkan beberapa lembar foto dari saku dalam jasnya, lalu menjajarkan di atas meja yang menjadi pembatas mereka. “Sebenarnya tadi itu aku dan anak buahku sedang meninjau tempat Tuan Jason kecelakaan setelah menemukan beberapa bukti, lalu Tuan memberitahu kalau Adam sedang dalam bahaya di jalur tersebut ... itulah sebabnya kami datang lebih cepat,” jelas Rocky terdengar melegakan. Adam tersenyum lega. Semua ini memang bukan kebetulan, tetapi hal tersebut berkat kesigapan Jason. Rocky lantas melanjutkan penjelasannya. “Saya berhasil menemukan keberadaan keluarga dari supir truk yang menjadi tersangka penabrakan Tuan Jason. Lalu beberapa bukti jika kecelakaan tersebut sudah direkayasa,” jelas Rocky seraya menunjuk beberapa fo
Adam pantas untuk merasa tenang dan tak perlu panik. Bantuan dari Rocky—anak buahnya Jason datang lebih cepat. Tentu saja Adam tahu kehadiran mereka dari cara mereka memberi sinyal. Dua mobil dari belakang langsung menyalip kendaraan yang sedari tadi diduga orang yang hendak mencelakainya serta menggiringnya menuju arah jalan tempat Jason kecelakaan. Sementara dua mobil lainnya mengamankan kendaraan yang mengikuti Adam.Kini dua mobil itu mengawalnya hingga Adam memilih kembali ke rumah sakit. Jason langsung menyambutnya dan memeluk sebentar lalu ia berpindah pada anak buahnya yang berada di belakang Adam. “Terima kasih, kalian memang selalu bisa diandalkan,” ucapnya pada mereka.“Sama-sama, Tuan Jason. Ini adalah tugas kami,” sahut lelaki yang berada di paling kiri. Jumlah mereka enam orang dan semuanya berpakaian formal.“Ah, Tuan. Saya baru saja menerima pesan dari anak buahku yang kutugaskan mencari keberadaan—“ ucap lelaki tadi terhenti. Jason menempelkan jari telunjuknya di dep
“Apa?” Jason terkejut dengan ucapan Adam dari balik telepon. Wajah pria tampan itu langsung berubah pucat dan cemas, serta panik. Ia bahkan refleks berdiri dan mengacak rambut belakangnya, frutasi. Yuna yang berada di sampingnya pun ikut bangkit merasakan kecemasan Jason. “Apa yang terjadi, Jason?” tanya Yuna panik. Jason hanya memberi isyarat untuk tenang dengan mengangkat tangan kanannya. Ia lantas fokus pada ponselnya. “Dengarkan aku, Adam! Tetap tenang dan jangan putuskan sambungan teleponnya! Terus beri laporan padaku kondisi terkinimu, mengerti!” perintahnya. “Baik, Jason. Tolong bantu aku secepatnya,” sahut Adam terdengar panik. “Tentu, aku pasti akan membantumu dan tak akan tinggal diam,” balas Jason cepat. “Aku akan meminta Rocky untuk mengirimkan anak buahnya dan secepatnya menjemputmu,” pungkasnya menenangkan. Terdengar jelas suara Adam mengatur napasnya dari balik telepon. Tentu saja, Jason dapat merasakan bagaimana cemasnya Adam, dirinya sudah pernah mengalami hal te
“Sepertinya habis batre. Aku selalu lupa charger ponsel dan biasanya diisi daya jika sedang dalam perjalanan di mobil,” ucap Adam diakhiri senyuman canggung.“Bisa tolong buka laci dasbor di hadapanmu? Aku menyimpan alat pengisi dayanya di sana.” Adam menunjuk laci di hadapan Tamara.Wajah wanita cantik itu yang semula tegang kini tampak terlihat lega. Ia bahkan segera menuruti permintaan Adam, mengeluarkan alat mengisi daya ponselnya. “Berikan ponselmu padaku! Biarkan aku yang memasangkannya,” ujarnya.Adam mengangguk dan memberikan ponselnya pada Tamara. Wanita itu tampak cekatan dan memang sudah terbiasa melakukannya. Tanpa disadari Adam masih meliriknya curiga.Tentu saja yang dilakukan Adam tadi hanyalah pura-pura. Ia bukanlah pria bodoh seperti yang dikatakan Jason. Adam lebih mengandalkan intuisi dan nalurinya dalam berbisnis.Ya, pria tampan itu memiliki pemikiran yang sama dengan Jason. Tak ada sesuatu hal di dunia ini yang kebetulan, pemikiran mereka. Mungkin karena mereka s
“Aku akan mencoba menghubungi Adam. Saat ini dia sedang bersama dengan Tamara “ Jason berkata dengan tatapan cemas seraya menggulir beberapa kali layar ponselnya.Yuna hanya mengangguk. Wajahnya pun tak kalah cemas dengan lelakinya. Ia lantas menoleh ke arah ujung lorong tempat pria mencurigakan tadi menghilang.Tampaknya mereka lebih waspada atau sadar jika keberadaannya sudah diketahui. Yuna lantas menatap Jason yang tiba-tiba tersentak dengan kedua bola mata melotot. “Ada apa, Jason?” tanya Yuna langsung.“Adam menolak panggilanku,” sahut Jason langsung. “Akan kucoba lagi,” ujarnya seraya mengulang panggilan teleponnya.“Mungkin Adam tak sengaja menggeser ke tolak.” Yuna mencoba menenangkan.Jason mengangguk. Namun, ia kembali tersentak. Ponsel Adam tak bisa dihubungi. Pria tampan itu masih penasaran dan mencobanya sekali lagi.“Adam mematikan ponselnya,” tebak Jason disusul helaan napas berat. “Sepertinya Tamara sedang bersamanya,” tambahnya seraya memijat ujung alisnya.“Bagaiman