“Apa aku mengganggu?” tanya Tamara diikuti senyuman lebarnya.“Tentu saja tidak,” sahut Jason langsung.Jason pun membalas senyuman wanita cantik dengan model rambut curly sebatas bahu, warna coklat kemerahan. Tamara lantas menghampiri Jason yang masih berada di depan sofa kerjanya. Sementara Jason langsung meraih berkas di atas meja hadapannya, lalu memindahkannya pada meja kecil sampingnya.Lelaki itu bahkan membalik posisi halaman depannya. Tentu saja, Tamara tak boleh melihat tulisan halaman depannya yang berisi bukti kejahatan Ryan. Jason bahkan memasang wajah ramah pada wanita yang kini sudah duduk di hadapannya. Ya, Tamara masih bersikap sebagai seorang kawan dan sepupu walaupun Jason tahu dia bermuka dua.“Ah, aku mengucapkan terima kasih padamu, Tamara. Berkat bantuanmu, aku bisa mendapatkan investor di Hongkong ... bahkan tuan Wang menawarkan untuk membuka cabang perusahaanku di Hongkong,” ucap Jason sedikit berbasa-basi.“Benarkah, tuan Wang menawarkan perusahaan baru untuk
Tamara tersentak. Kemampuan aktingnya sepertinya terganggu. Secepatnya ia memasang wajah bingung, menutupi rasa terkejutnya.Akan tetapi, Jason sudah lebih dulu melihat jelas garis kepanikan pada wajah cantiknya. Hatinya semakin yakin wanita itu bermuka dua. Ia perlu memastikan sejauh mana keterlibatan Tamara dalam menusuknya dari belakang, seraya mencari bukti untuk melemparnya ke dalam penjara.“Membicarakan keburukanmu ... seperti apa itu? Bisa kamu ceritakan agar kucari tahu pelakunya. Sungguh tidak sopan, benarkan?” ujarnya pura-pura memasang wajah prihatin.“Lupakan saja! Untungnya mereka tak percaya dengan hasutan orang tersebut dan lebih percaya dengan kemampuanku.” Jason menjawab seraya menunjukkan wajah percaya diri.Wanita cantik di had
“J—jason, kamu salah paham! Aku bisa menjelaskan ... itu tak seperti yang kamu pikirkan.”Tamara gagap dan terbata membela diri. Jason sengaja memutarkan rekaman yang dikirimkan tuan Wang padanya. Percakapan Tamara dengan tuan Lee, salah satu investor Hongkong dan lelaki itu yang menentang Jason pertama kali saat melakukan presentasi perusahaannya.“Kalau begitu, silahkan jelaskan!” perintah Jason seraya memasukan ponselnya pada saku jas dalamnya, lalu tersenyum sinis pada wanita di hadapannya.Wajah Tamara cemas. Kemampuan beraktingnya menghilang karena panik. Tangannya bahkan tampak bergetar. Perasaan wanita itu bagaikan maling yang tertangkap basah setelah mencuri.“A—aku hanya ...,” ucap Tamara terhenti dan terbata. Ia
“Tuan Jas—“ Adam memasuki ruangan Jason tanpa mengetuk pintu. Ia terkejut dengan pemandangan di hadapannya, hingga panggilannya pada atasannya terpotong. Jason masih memangku Yuna dan memeluk tubuh wanita itu erat.Sontak saja Yuna lebih terkejut dan langsung melompat turun dari pangkuan Jason, ia panik. Sementara Jason berdecak kesal menutupi salah tingkahnya. Adam menoleh ke arah pintu, tepatnya cermin transparan di tengah pintu memastikan tak ada yang melihat perbuatan mereka selain dirinya. Seharusnya tadi dirinya melihat keadaan di dalam dari kaca itu, sebelum masuk. Akan tetapi, Adam membalas decakan Jason dengan tatapan intimidasi. Jason refleks menundukkan pandangannya, seakan tersadar ia melakukan hal yang salah.“Bisakah kalian berdua lebih hati-hati! Ini di tempat kerja bukan di rumah atau mansion,” tegur Adam pada keduanya. “Aku tahu kalian akan menikah, tapi jangan bermesraan di tempat kerja! Bagaimana kalau ada karyawan kalian yang melihat dan akan membuat imej buruk u
“Tuan Jason memanggil saya?” tanya Vina setelah memasuki ruangan kerjanya Jason.“Benar,” sahut Jason cepat disusul senyuman tipisnya, lalu menunjuk sofa di hadapan meja kerjanya. “Silahkan duduk!”Wanita itu pun mengangguk sebelum duduk di atas sofa tersebut. Jason pun mendekatkan kursi rodanya hingga berhenti di depan meja sofa yang menjadi penghalang keduanya. Terlihat jelas garis cemas dan gugup pada wajah Vina.Bukan gugup karena karena bawahan harus bertemu dengan atasannya langsung, tetapi gugup karena wanita itu seolah menyimpan salah. Memang begitulah yang terlihat oleh Jason dan Vina memang patut merasa cemas serta takut. Tentu saja, wanita itu berani menjerumuskan sahabatnya ke dalam jurang kehancuran. Sahabat yang menjadi wanita tercintanya Jason.
“Masih ada sisa satu menit untukmu berpikir!” ucap Jason seraya melirik jam tangan klasiknya di atas meja.Vina semakin membeku dengan keringat dingin mengucur. Wajahnya pucat diliputi rasa takut dan hanya mengikuti lirikan Jason menatap waktu yang berputar. Akal dan pikirannya tak mampu berpikir jernih untuk sekedar mencari alasan.Perlahan wajah pucatnya berubah kesal. Tangannya meremas ujung rok di atas lututnya. Hatinya merutuki kebodohannya.Padahal Vina selalu pintar mengelak. Pandai memutar balikkan fakta sehingga dia selalu menang dan lolos dari tuduhan apa pun itu. Ya, ia pintar mengkambing hitamkan orang demi menutupi salahnya. Lalu sekarang dia tiba-tiba bagaikan orang bodoh yang tak bisa berkutik di hadapan Jason.“Untuk mempercepat dan mempermudah, dengarkan tiga alasan yang akan kuberikan agar akal dan pikiranmu bisa bekerja,” ujar Jason membuyarkan renungan Vina.Sontak saja wanita menaikkan pandangannya. Jason tersenyum sinis nan kecut. Detak jantungnya langsung berpacu
“Vina, apa yang terjadi denganmu?” seru Yuna seraya mendekat pada Vina yang baru saja keluar dari ruangan Jason. “Apa yang tuan Jason perbuat padamu, hingga kamu terlihat seperti ini?” tanya Yuna seraya meraih kedua pundak Vina. “Tuan Jason memarahimu?” tebaknya, pura-pura tak menyangka.Dokter cantik itu melirik sebentar pada ruangan Jason dari balik cermin bening pada pintu Jason. Lelaki itu tersenyum puas padanya dan Yuna membalasnya sebelum kembali fokus pada Vina. Ia bahkan langsung memasang ekspresi pura-pura cemas.Sontak saja Vina terkejut. Ia lupa, jika Yuna adalah dokter pribadinya Jason dan meja kerjanya berada tepat di hadapan pintu kerja atasannya. Seharusnya ia tak memasang wajah merana dan menahan amarah saat keluar dari ruangan Jason.Secepatnya ia memasang senyuman pada Vina. “Tidak apa-apa, Yuna. Aku melakukan kesalahan dan memang pantas aku menerimanya,” jelasnya.“Tidak apa-apa bagaimana? Jelas-jelas aku melihat kamu keluar dengan raut wajah sedih ... walaupun tua
“Aku tahu kamu mencemaskanku karena peduli padaku, Vina. Tapi, aku harap kamu tak ikut-ikutan terlibat membahas gosip tentang tuan Jason dan Adam! Biarkan aku yang menutup gosipnya!” ucap Yuna sungguh-sungguh, walaupun ia tahu wanita di hadapannya tak akan mau mengerti.Benar saja, Vina justru mendesis tak suka dengan jawabannya. “Sepertinya bener apa kata Ryan ... kamu sekarang berubah. Apalagi setelah kamu menjadi dokter pribadinya tuan Jason,” ujarnya menunjukkan raut wajah menahan kesal.“Kamu bahkan sulit dihubungi dan tak pernah ada seperti dulu. Sepertinya aku sudah tak lagi dibutuhkan,” tambah Vina dengan nada sedih. “Apa yang diperbuat tuan Jason hingga kamu berubah? Kamu sudah tak pernah mau mendengarkanku.”Vina memasang wajah kecewa. Wanita itu bahkan bangk