“J—jason, kamu salah paham! Aku bisa menjelaskan ... itu tak seperti yang kamu pikirkan.”
Tamara gagap dan terbata membela diri. Jason sengaja memutarkan rekaman yang dikirimkan tuan Wang padanya. Percakapan Tamara dengan tuan Lee, salah satu investor Hongkong dan lelaki itu yang menentang Jason pertama kali saat melakukan presentasi perusahaannya.
“Kalau begitu, silahkan jelaskan!” perintah Jason seraya memasukan ponselnya pada saku jas dalamnya, lalu tersenyum sinis pada wanita di hadapannya.
Wajah Tamara cemas. Kemampuan beraktingnya menghilang karena panik. Tangannya bahkan tampak bergetar. Perasaan wanita itu bagaikan maling yang tertangkap basah setelah mencuri.
“A—aku hanya ...,” ucap Tamara terhenti dan terbata. Ia
“Tuan Jas—“ Adam memasuki ruangan Jason tanpa mengetuk pintu. Ia terkejut dengan pemandangan di hadapannya, hingga panggilannya pada atasannya terpotong. Jason masih memangku Yuna dan memeluk tubuh wanita itu erat.Sontak saja Yuna lebih terkejut dan langsung melompat turun dari pangkuan Jason, ia panik. Sementara Jason berdecak kesal menutupi salah tingkahnya. Adam menoleh ke arah pintu, tepatnya cermin transparan di tengah pintu memastikan tak ada yang melihat perbuatan mereka selain dirinya. Seharusnya tadi dirinya melihat keadaan di dalam dari kaca itu, sebelum masuk. Akan tetapi, Adam membalas decakan Jason dengan tatapan intimidasi. Jason refleks menundukkan pandangannya, seakan tersadar ia melakukan hal yang salah.“Bisakah kalian berdua lebih hati-hati! Ini di tempat kerja bukan di rumah atau mansion,” tegur Adam pada keduanya. “Aku tahu kalian akan menikah, tapi jangan bermesraan di tempat kerja! Bagaimana kalau ada karyawan kalian yang melihat dan akan membuat imej buruk u
“Tuan Jason memanggil saya?” tanya Vina setelah memasuki ruangan kerjanya Jason.“Benar,” sahut Jason cepat disusul senyuman tipisnya, lalu menunjuk sofa di hadapan meja kerjanya. “Silahkan duduk!”Wanita itu pun mengangguk sebelum duduk di atas sofa tersebut. Jason pun mendekatkan kursi rodanya hingga berhenti di depan meja sofa yang menjadi penghalang keduanya. Terlihat jelas garis cemas dan gugup pada wajah Vina.Bukan gugup karena karena bawahan harus bertemu dengan atasannya langsung, tetapi gugup karena wanita itu seolah menyimpan salah. Memang begitulah yang terlihat oleh Jason dan Vina memang patut merasa cemas serta takut. Tentu saja, wanita itu berani menjerumuskan sahabatnya ke dalam jurang kehancuran. Sahabat yang menjadi wanita tercintanya Jason.
“Masih ada sisa satu menit untukmu berpikir!” ucap Jason seraya melirik jam tangan klasiknya di atas meja.Vina semakin membeku dengan keringat dingin mengucur. Wajahnya pucat diliputi rasa takut dan hanya mengikuti lirikan Jason menatap waktu yang berputar. Akal dan pikirannya tak mampu berpikir jernih untuk sekedar mencari alasan.Perlahan wajah pucatnya berubah kesal. Tangannya meremas ujung rok di atas lututnya. Hatinya merutuki kebodohannya.Padahal Vina selalu pintar mengelak. Pandai memutar balikkan fakta sehingga dia selalu menang dan lolos dari tuduhan apa pun itu. Ya, ia pintar mengkambing hitamkan orang demi menutupi salahnya. Lalu sekarang dia tiba-tiba bagaikan orang bodoh yang tak bisa berkutik di hadapan Jason.“Untuk mempercepat dan mempermudah, dengarkan tiga alasan yang akan kuberikan agar akal dan pikiranmu bisa bekerja,” ujar Jason membuyarkan renungan Vina.Sontak saja wanita menaikkan pandangannya. Jason tersenyum sinis nan kecut. Detak jantungnya langsung berpacu
“Vina, apa yang terjadi denganmu?” seru Yuna seraya mendekat pada Vina yang baru saja keluar dari ruangan Jason. “Apa yang tuan Jason perbuat padamu, hingga kamu terlihat seperti ini?” tanya Yuna seraya meraih kedua pundak Vina. “Tuan Jason memarahimu?” tebaknya, pura-pura tak menyangka.Dokter cantik itu melirik sebentar pada ruangan Jason dari balik cermin bening pada pintu Jason. Lelaki itu tersenyum puas padanya dan Yuna membalasnya sebelum kembali fokus pada Vina. Ia bahkan langsung memasang ekspresi pura-pura cemas.Sontak saja Vina terkejut. Ia lupa, jika Yuna adalah dokter pribadinya Jason dan meja kerjanya berada tepat di hadapan pintu kerja atasannya. Seharusnya ia tak memasang wajah merana dan menahan amarah saat keluar dari ruangan Jason.Secepatnya ia memasang senyuman pada Vina. “Tidak apa-apa, Yuna. Aku melakukan kesalahan dan memang pantas aku menerimanya,” jelasnya.“Tidak apa-apa bagaimana? Jelas-jelas aku melihat kamu keluar dengan raut wajah sedih ... walaupun tua
“Aku tahu kamu mencemaskanku karena peduli padaku, Vina. Tapi, aku harap kamu tak ikut-ikutan terlibat membahas gosip tentang tuan Jason dan Adam! Biarkan aku yang menutup gosipnya!” ucap Yuna sungguh-sungguh, walaupun ia tahu wanita di hadapannya tak akan mau mengerti.Benar saja, Vina justru mendesis tak suka dengan jawabannya. “Sepertinya bener apa kata Ryan ... kamu sekarang berubah. Apalagi setelah kamu menjadi dokter pribadinya tuan Jason,” ujarnya menunjukkan raut wajah menahan kesal.“Kamu bahkan sulit dihubungi dan tak pernah ada seperti dulu. Sepertinya aku sudah tak lagi dibutuhkan,” tambah Vina dengan nada sedih. “Apa yang diperbuat tuan Jason hingga kamu berubah? Kamu sudah tak pernah mau mendengarkanku.”Vina memasang wajah kecewa. Wanita itu bahkan bangk
“Tunggu, Yuna!” Jason berkata seraya menarik tangan wanitanya.Yuna yang hendak memutar tubuhnya untuk menegur Vina, langsung terhenti. Ia lantas menatap Jason yang menatapnya tegas. Adam yang berada di antara mereka tampak bingung dan memberikan tatapan tanya pada Jason.“Kita tidak tahu apakah Vina pelakunya,” ujar Jason mencoba tenang.“Tapi, barusan saja wanita itu yang mengatakan hal tersebut, Jason. Aku lebih tahu kepribadian busuknya Vina” seru Yuna dengan nada menggebu.Adam melongo mendengar pernyataan Yuna. “Apa maksudnya, Dokter Yuna?” tanyanya penasaran.“Dokter Yuna baru saja berbincang dengan Vina saat coffe time. Wanita itu mengatakan padanya tentang gosip yang tertulis di postingan web … aku dan kamu adalah sepasang kekasih terlarang,” jelas Jason.“Apa?!” Adam tersentak terkejut.Tatapan lelaki berahang tegas semakin terkejut saat Yuna mengangguk, membenarkan ucapan Jason. Kemudian Adam langsung berpindah pada atasannya. Jason masih menatap ponsel miliknya yang berisi
“Ternyata kalian dikelilingi orang-orang munafik.”Tamara mengintip di balik dinding dekat gudang rooftop, tak jauh dari gazebo tempat Yuna dan Vina berada. Dari sana dia bisa mendengar jelas percakapan keduanya, meskipun bagian lainnya harus terganggu karena bisingnya mesin blower. Wanita itu masih bisa menangkap jelas percakapan mereka hingga ke intinya.Selesai keduanya berbincang dan masuk ke dalam gedung, Tamara mengukir senyuman licik. “Akan kubantu kamu memangkas orang-orang licik, Jason,” gumamnya.Kemudian wanita itu pun bergegas memasuki gedung dengan langkah percaya diri. Ia harus memperbaiki citra buruknya di depan Jason. Terbesit niat buruk yang mungkin saja bisa menghancurkan nama baik Jason.Akan tetapi, ia percaya Jason bukan orang yang bodoh. Tamara hanya perlu mengganggu fokus lelaki itu saja. Yakin Jason pasti bisa menangani masalah yang akan ia timbulkan.Bak diberi jalan yang lurus. Tepat saat menuruni tangga masuk gedung, ia berpapasan dengan seorang OB yang teng
“Ini sepertinya Vina?”“Laki-lakinya mirip tuan Arka.”Jam istirahat di kantin perusahaan ABR Company Group dihebohkan dengan video vulgar yang beredar di media sosial. Walaupun wajah pelaku adegan vulgar itu sudah disensor, tetap saja mereka seolah bisa mengenalinya. Dari bentuk tubuh pelaku dalam video itu adalah jawabannya.“Sepertinya tempatnya di ruangan kerja tuan Arka.”Bisik-bisik dari mereka yang menyantap seraya berbincang tentang gosip tersebut terdengar bersahutan. Ya, itu semua adalah ulah dari Nisa. Wanita sengaja mengedarkan video tersebut di akun media sosial dengan anonim.Tentu saja terjadi kehebohan. Sengaja Nisa mempostingnya di akun media sosial, bukan situs web y
Tak ada lagi halangan menuju hari pernikahan Jason dan Yuna. Semuanya terencana dengan baik. Vincent Wang dan ayahnya serta beberapa investor Hongkong bahkan menyempatkan diri untuk menghadiri pernikahan Jason dan Yuna. Persidangan kasus Arka, Elsa, Teguh—mantan suaminya Elsa dan Tamara, sudah mendekati akhir. Akan tetapi, sudah dipastikan mereka mendapatkan hukuman setimpal. Bukan itu saja, beberapa petugas yang dulu terlibat dan terbukti membantu mereka, sudah mendapatkan hukumannya. Damian, pengacaranya Jason dan Adam memastikan semuanya mendapatkan hukuman. Hingga malam di hari pernikahan tiba, Yuna kembali ke kediamannya dan berbincang bersama pamannya. Ia akan semakin merindukan Dimas, padahal selama ini Yuna jarang berada di rumah. Bahkan Yuna tak malu menggelayut manja pada pamannya yang sudah dianggapnya seperti pengganti ayahnya. “Apa kamu tidak malu terus menggelayut seperti anak kecil?” celetuk Dimas seraya melirik wajah Yuna yang bersandar di bahunya, tetapi ia tersenyu
“Ada apa, Adam? Ada masalah?” tanya Jason setelah berada di samping sahabatnya.Adam hanya tersenyum tipis, enggan menjawab. Kemudian ia memutar tubuhnya menatap gedung megah di sana, lalu mengedarkan pandangannya mencari seseorang. “Sudah selesai? Di mana dokter Yuna?” tanyanya seraya menatap pada Jason.“Yuna menunggu di kafe itu.” Jason menunjuk bangunan kafe di samping gedung.“Memangnya ada yang belum selesai dengan persiapan gedungnya?” tanya Adam dengan raut wajah bingung.Jason menghela napas berat. Ia tahu Adam hanya berusaha menghindari pertanyaan darinya. Ya, sahabatnya itu sedikit tertutup untuk masalah pribadi jika dirinya tak mendesak atau mencari tahu sendiri masalah yang sedang dihadapi Adam.“Ya, memang ada yang belum selesai ... kamu, Adam,” sahut Jason seraya berpindah duduk pada bangku di samping taman bunga, tepi mobilnya terparkir.“Aku? Memangnya ada apa denganku?” tunjuk Adam pada dirinya. Ia semakin memasang wajah bingung.Pria tampan itu tak segera menjawab.
Informasi yang diberikan Rina begitu mengejutkan. Racun arsenik itu berasal dari kelompoknya Teguh Gunawan–mantan suaminya Elsa. Bahkan informasi yang diberikan Rina di luar dugaan yang lainnya.Perawat cantik itu bahkan menemukan tempat persembunyian kelompok mafianya Teguh. Tak menyangga wanita yang terlihat lugu, ternyata memiliki kontribusi besar. Yuna bahkan bangga menjadi sahabat baiknya.Jason langsung bertindak cepat. Akan tetapi, ia memastikan pihak kepolisian yang menangani kasus tersebut benar-benar bersih. Tentu saja selama ini dirinya dan Adam dibantu Rocky menyelidiki para polisi yang bekerja untuk Elsa. Serta para mafia polisi yang tunduk pada kelompoknya Teguh sudah pasti tak bisa berkutik.Damian Alexander, pengacaranya Jason dengan senang hati mengurus semua mafia polisi tersebut. Apa lagi semua bukti yang Jason kumpulkan sangatlah kuat. Bukti tambahan ponselnya Vina, serta bukti penyelidikan Brian yang menunjukkan jelas jika kecelakaan Jason disengaja dan pelakunya
“E–elsa? Papa yakin?” tanya Jason terbata dengan tatapan tak percaya.Brian mengangguk lemah dalam posisi tidurnya. Jason terdiam syok, hingga tubuhnya tampak mematung. Bahkan ia tampak seperti orang linglung menatap wajah papanya.Bukan karena Jason tak percaya pelakunya adalah Elsa, tetapi ia mencemaskan keadaan Brian. Justru karena ia memperkirakan pelakunya adalah Elsa ataupun Arka. Jujur saja ia ingin mencecar papanya, tetapi Yuna sudah menarik kedua bahunya menjauh dari tubuh Brian.“Cukup, Jason! Kita masih punya banyak waktu.” Yuna memberi nasehat.Tepat saat Jason mengangguk pasrah, pintu ruangan tersebut ada yang mengetuk. Tak lama langsung terbuka. Dokter Rudi datang dengan Rina, sahabat baiknya Yuna sekaligus satu-satunya perawat yang mengetahui keadaan Brian.“Kita beri ruang agar Dokter Rudi memeriksa keadaan papamu!” ucap Yuna seraya membawa tubuh Jason menjauh dari ranjang brankar Brian.Dokter cantik itu lantas mengangguk pada dokter Rudi, isyarat agar dia segera meme
“Mungkin saya punya informasi yang membantu untuk Tuan Jason.” Rocky berkata setelah memastikan fokus mereka selesai dengan informasi tentang Vina. Sontak saja, Jason, Yuna dan Adam menoleh padanya. Ketiganya menunggu penjelasannya dengan wajah sigap. Rocky mengeluarkan beberapa lembar foto dari saku dalam jasnya, lalu menjajarkan di atas meja yang menjadi pembatas mereka. “Sebenarnya tadi itu aku dan anak buahku sedang meninjau tempat Tuan Jason kecelakaan setelah menemukan beberapa bukti, lalu Tuan memberitahu kalau Adam sedang dalam bahaya di jalur tersebut ... itulah sebabnya kami datang lebih cepat,” jelas Rocky terdengar melegakan. Adam tersenyum lega. Semua ini memang bukan kebetulan, tetapi hal tersebut berkat kesigapan Jason. Rocky lantas melanjutkan penjelasannya. “Saya berhasil menemukan keberadaan keluarga dari supir truk yang menjadi tersangka penabrakan Tuan Jason. Lalu beberapa bukti jika kecelakaan tersebut sudah direkayasa,” jelas Rocky seraya menunjuk beberapa fo
Adam pantas untuk merasa tenang dan tak perlu panik. Bantuan dari Rocky—anak buahnya Jason datang lebih cepat. Tentu saja Adam tahu kehadiran mereka dari cara mereka memberi sinyal. Dua mobil dari belakang langsung menyalip kendaraan yang sedari tadi diduga orang yang hendak mencelakainya serta menggiringnya menuju arah jalan tempat Jason kecelakaan. Sementara dua mobil lainnya mengamankan kendaraan yang mengikuti Adam.Kini dua mobil itu mengawalnya hingga Adam memilih kembali ke rumah sakit. Jason langsung menyambutnya dan memeluk sebentar lalu ia berpindah pada anak buahnya yang berada di belakang Adam. “Terima kasih, kalian memang selalu bisa diandalkan,” ucapnya pada mereka.“Sama-sama, Tuan Jason. Ini adalah tugas kami,” sahut lelaki yang berada di paling kiri. Jumlah mereka enam orang dan semuanya berpakaian formal.“Ah, Tuan. Saya baru saja menerima pesan dari anak buahku yang kutugaskan mencari keberadaan—“ ucap lelaki tadi terhenti. Jason menempelkan jari telunjuknya di dep
“Apa?” Jason terkejut dengan ucapan Adam dari balik telepon. Wajah pria tampan itu langsung berubah pucat dan cemas, serta panik. Ia bahkan refleks berdiri dan mengacak rambut belakangnya, frutasi. Yuna yang berada di sampingnya pun ikut bangkit merasakan kecemasan Jason. “Apa yang terjadi, Jason?” tanya Yuna panik. Jason hanya memberi isyarat untuk tenang dengan mengangkat tangan kanannya. Ia lantas fokus pada ponselnya. “Dengarkan aku, Adam! Tetap tenang dan jangan putuskan sambungan teleponnya! Terus beri laporan padaku kondisi terkinimu, mengerti!” perintahnya. “Baik, Jason. Tolong bantu aku secepatnya,” sahut Adam terdengar panik. “Tentu, aku pasti akan membantumu dan tak akan tinggal diam,” balas Jason cepat. “Aku akan meminta Rocky untuk mengirimkan anak buahnya dan secepatnya menjemputmu,” pungkasnya menenangkan. Terdengar jelas suara Adam mengatur napasnya dari balik telepon. Tentu saja, Jason dapat merasakan bagaimana cemasnya Adam, dirinya sudah pernah mengalami hal te
“Sepertinya habis batre. Aku selalu lupa charger ponsel dan biasanya diisi daya jika sedang dalam perjalanan di mobil,” ucap Adam diakhiri senyuman canggung.“Bisa tolong buka laci dasbor di hadapanmu? Aku menyimpan alat pengisi dayanya di sana.” Adam menunjuk laci di hadapan Tamara.Wajah wanita cantik itu yang semula tegang kini tampak terlihat lega. Ia bahkan segera menuruti permintaan Adam, mengeluarkan alat mengisi daya ponselnya. “Berikan ponselmu padaku! Biarkan aku yang memasangkannya,” ujarnya.Adam mengangguk dan memberikan ponselnya pada Tamara. Wanita itu tampak cekatan dan memang sudah terbiasa melakukannya. Tanpa disadari Adam masih meliriknya curiga.Tentu saja yang dilakukan Adam tadi hanyalah pura-pura. Ia bukanlah pria bodoh seperti yang dikatakan Jason. Adam lebih mengandalkan intuisi dan nalurinya dalam berbisnis.Ya, pria tampan itu memiliki pemikiran yang sama dengan Jason. Tak ada sesuatu hal di dunia ini yang kebetulan, pemikiran mereka. Mungkin karena mereka s
“Aku akan mencoba menghubungi Adam. Saat ini dia sedang bersama dengan Tamara “ Jason berkata dengan tatapan cemas seraya menggulir beberapa kali layar ponselnya.Yuna hanya mengangguk. Wajahnya pun tak kalah cemas dengan lelakinya. Ia lantas menoleh ke arah ujung lorong tempat pria mencurigakan tadi menghilang.Tampaknya mereka lebih waspada atau sadar jika keberadaannya sudah diketahui. Yuna lantas menatap Jason yang tiba-tiba tersentak dengan kedua bola mata melotot. “Ada apa, Jason?” tanya Yuna langsung.“Adam menolak panggilanku,” sahut Jason langsung. “Akan kucoba lagi,” ujarnya seraya mengulang panggilan teleponnya.“Mungkin Adam tak sengaja menggeser ke tolak.” Yuna mencoba menenangkan.Jason mengangguk. Namun, ia kembali tersentak. Ponsel Adam tak bisa dihubungi. Pria tampan itu masih penasaran dan mencobanya sekali lagi.“Adam mematikan ponselnya,” tebak Jason disusul helaan napas berat. “Sepertinya Tamara sedang bersamanya,” tambahnya seraya memijat ujung alisnya.“Bagaiman