Baru saja Nada keluar tetapi Tama sudah merasa tidak nyaman, padahal Nada baik-baik saja di luar sana.Walaupun sedikit kebingungan saat ini."Ya ampun, mana uang ku nggak ada," Nada pun mengusap wajahnya, karena saat dari rumah keluar bersama Tama tanpa membawa uang sama sekali."Nada," sebuah sepeda motor pun berhenti tepat di depannya, ternyata Rifki yang menyapanya.Siapa itu Rifki?Seorang Kakak senior di kampus yang menjadi idaman para mahasiswa.Dan kini malah menyapa dirinya, ini sangat membahagiakan sekali."Aku bersyukur putus dengan Rendy, karena ada Rifki untuk selanjutnya," batin Nada.Nada gadis periang yang tidak pernah galau dalam waktu yang lama mendadak kembali tersenyum penuh kebahagiaan.Awalnya sempat berpikir jika menjadi jomblo dalam waktu hitungan detik setelah resmi adalah sebuah hal yang menyakitkan.Pada kenyataannya tidak demikian, karena kini mendadak bersyukur setelah putus."Hey!" Rifki pun menyadarkan Nada dari lamuannya."Iya?" Tanya Nada dengan senyum
Tama menerima laporan dari orang suruhannya jika Nada saat ini berada di rumah keluarga Adam Agatha Sanjaya, yang tak lain adalah rumah Fikri salah seorang sahabatnya.Tama terdiam dan memikirkan sesuatu, hingga akhirnya dirinya pun menghubungi Nada.Padahal Nada sedang bahagia bersama dengan kedua orang tuanya, bahkan sedang menunggu dua orang yang sangat dicintainya tersebut untuk menikmati telor dadar buatannya."Jawab dulu, siapa tahu penting," kata Kinanti saat mendengar suara ponsel Nada terus saja berbunyi."Ya udah, bentar ya Bunda," Nada mencari tempat aman terlebih dahulu untuk menerima panggilan telpon dari Tama.Karena Nada tidak mau ada yang mendengar pembicaraan mereka.Setelah dipastikan aman, barulah Nada menerimanya."Apa, duda lapuk! Dasar pengganggu!" Nada langsung saja menjawab dengan kekesalan, karena menghubungi saat tidak tepat waktu.Tama diseberang sana tidak perduli, saat ini hanya ingin bertanya dimana keberadaan Nada.Membuktikan apakah wanita itu berbohong
Tama langsung saja pergi tanpa perduli lagi pada pertanyaan Nada, karena Tama sudah tahu jika Fikri adalah majikan Sumi yang tak lain adalah Ibu dari Nada.Setahu Tama, Nada adalah anak dari Sumi. Tanpa di ketahui ada sesuatu hal yang sebenarnya yang jauh lebih mengejutkan. Bahkan diluar akal sehat Tama."Om!" Nada pun berseru saat Tama malah pergi tanpa menjawab pertanyaan terlebih dahulu.Sepanjang perjalanan menuju rumah bibir Nada terus saja komat-kamit tidak jelas menurut Tama.Tapi lain halnya dengan Nada, karena dirinya yang tengah menikmati lagu kesukaannya.Berikut dengan suara gendang dan suling semakin membuatnya menjadi lebih bahagia.Hingga akhirnya Nada pun sampai di rumah, tanpa berbicara sama sekali langsung keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah.Tak perduli pada Tama yang sudah mentraktir makan malamnya."Mana?" Tanya Sarah saat Nada baru saja sampai di rumah."Apanya?" Baru saja Nada sampai tetapi Sarah sudah bertanya, bahkan bertanya tanpa jelas tentunya hanya
Tama menuruni anak tangga, lengkap dengan pakaian kantornya karena hari ini ada rapat yang begitu penting.Sesampainya di meja makan ternyata semua sudah berada di sana.Tak terkecuali Nada yang ternyata sudah sampai lebih awal dari biasanya."Hay Om," sapa Nada dengan suara nyarinya.Sedangkan Tama hanya diam saja, bahkan tak merespon sama sekali.Memilih untuk duduk di kursi meja makan dan memulai sarapan pagi lebih baik, setelah itu harus segera berangkat ke kantor.Banyak hal yang jauh lebih penting, yang harus dilakukan oleh Tama. Dari pada hal lainnya, termasuk Nada."Om, kartu Kreditnya kapan Nada balikin? Nada belum sempat mengunakannya, karena hari ini Nada sama Tante Mira ke sekolah," kata Nada.Mira terkejut mendengarnya, bahkan sampai kartu kredit milik Tama saja ada pada Nada."Terserah pada mu saja!" Kata Tama, tidak mempermasalahkan sama sekali.Nada pun mangguk-mangguk seperti anak kecil, tapi paling tidak dirinya masih memiliki waktu untuk berbelanja menggunakan kartu
Malam semakin larut, Tama merasa semakin tidak nyaman. Sebab, sampai saat ini juga belum dapat terlelap dalam mimpi indah.Pikirannya hanya ada Nada dan Nada, hingga akhirnya Tama pun membuka ponsel.Melihat aplikasi berwarna hijau dan mencari kontak Nada.Tetapi sesaat kemudian Tama pun meletakkan ponselnya kembali pada meja.Sebab tak ingin membuat bocah ingusan itu percaya diri karena dirinya yang menghubungi."Ada apa dengan ku? Kenapa mendadak aku rindu? Rindu?" Tama pun menyadari kata konyol yang di katakan oleh bibirnya sendiri.Rindu? Mungkinkan Tama merindukan Nada, hingga lagi-lagi ucapan Mira yang memberikan sebuah peringatan terngiang-ngiang di benaknya."Ingat Tama, anak kecil pun suka dengan mainan. Karena terlalu suka, sampai suatu ketika mainan itu hilang, dia menangis. Begitu pun dengan kamu, mainan mu itu hati. Jika dia pergi kamu terluka lagi. Dan, perbedaannya, anak kecil menangis mengeluarkan suara keras, sedangkan kamu menangis tanpa suara!" Kata-kata itu terus
Pagi-pagi sekali Tama langsung bangun, membereskan semua pekerjaan secepat mungkin. Hingga, pada siang harinya sudah kembali ke rumah.Sesampainya di rumah Tama langsung menuju kamarnya, tanpa sengaja malah melihat Nada dari jendela kamar.Nada sedang berada di kolam renang, menggunakan pakaian renang cukup tertutup.Berbagai macam gaya dilakukannya, mulai dari pemanasan sampai seakan-akan meloncat ke dalam kolam renang.Namun pada akhirnya tetap saja bocah itu menuruni anak tangga dan mencoba untuk berenang dengan menggunakan pelampung berwarna pink.Bibir Tama tertarik pada masing-masing sudutnya."Dasar bocah aneh."Entahlah.Tama masih tak mengerti dengan perasaannya saat ini.Mungkinkah ini cinta atau hanya sebatas keinginan untuk menikmati sejenak saja.Namun tiba-tiba Tama melihat keanehan, pelampung yang digunakan oleh Nada mendadak terlepas, sepertinya wanita itu sedang kesulitan untuk bergerak di dalam air sana."Apa itu juga gaya terbarunya?" Tama pun bertanya-tanya dalam k
Hari-hari terus berlalu, bahkan terhitung Nada sudah 15 hari bekerja untuk Mira di rumahnya.Artinya hanya menunggu 15 hari lagi, setelah itu Nada pun terbebas dari segala perjanjian dengan Tama.Tetapi akhir-akhir ini Tama merasa semakin tidak bisa berdekatan dengan Nada.Karena hari-hari Nada berada di sekolah bersama dengan Mira, apa lagi sudah menjadi guru tetap di sekolah.Artinya jika pun sudah tak bekerja untuk Tama maupun Mira, tetap mengajar di sekolah.Ditambah lagi beberapa hari ini yang mengantarkan Nada ke sekolah setelah Mira adalah Handoko.Rasanya kesal sekali, mengapa Papanya itu tidak meminta dirinya yang menggantikan seperti beberapa hari yang lalu.Bahkan Nada saja kini selalu menolaknya saat akan mengantarkan pulang, bahkan Nada menolak untuk dijemput.Lihat saja pagi ini, padahal Tama sudah membawa mobil mewahnya.Tetapi Nada lebih memilih lelaki dengan sepeda motornya yang menunggu di depan rumah.Hingga Tama hanya bisa mendesus saja, sampai akhirnya Tama pun ta
Tatapan tajam Tama tertuju pada seorang bocah ingusan yang cukup membuatnya menjadi hampir gila.Gila karena terus saja memikirkan wajah Nada yang mendadak menjadi peneror dalam setiap detiknya.Kali ini wanita itu harus bertanggung jawab, karena sudah lancang membuatnya menderita dengan menghadirkannya rasa rindu yang begitu luar biasa, sehingga tidak dapat terbendung lagi.Setelah beberapa hari ini Tama terus saja tersiksa, mencoba untuk tidak perduli dan juga tidak bertemu dengan Nada ternyata hanyalah menyiksa diri sendiri.Lihatlah bocah nakal itu, tersenyum dengan manisnya pada seorang bocah juga.Meskipun demikian tetap saja Tama akan berusaha untuk mendapatkan.Tekat benar-benar sudah bulat, siapapun yang menghalangi tak akan bisa menghentikan seorang Tama yang ingin memiliki Nada.Andai saja wanita itu tahu seperti apa tersiksanya menahan rindu, mungkin saja tidak akan melakukan ini.Maka dari itu wanita yang bernama Nada itu harus di ingatkan, agar tidak lagi berbuat kesalah