#Istri_Gaib
Bab 6 : Tidak Gila
“Jadi, Adek menyuruh Abang untuk menerima perjodohan itu?” tanya Haikal sambil memegang bahu Maura, ia masih berusaha meyakinkan ucapan dari sang istri.
“Iya, Bang, tapi Abang tak boleh mencintai dia. Pernikahan kalian hanya formalitas saja, tapi istri yang Abang sayangi tetap harus Adek.” Maura menatap Haikal dengan tatapan tajam, cahaya merah seakan keluar dari matanya saat mereka berada pandang.
“Baiklah, Sayang, Abang akan menuruti semua maumu,” jawab Haikal lembut dengan hati yang mendadak luluh, padahl tadi ia ingin menentang saran dari istrinya itu.
Taklama berselang, keduanya mulai bergandengan menuju kamar dan akan kembali memadu cinta seperti malam-malam terdahulu.
*******
Keesokan harinya. Setelah sarapan seorang diri, Haikal langsung meraih tas kecilnya lalu melangkah menuju pintu samping dan mengeluarkan motor.
Setelah memanaskan motor beberapa menit, Haikal langsung tancap gas menuju tempat kerjanya. Padahal saat keluar dari perkarangan rumah, ia melihat sang ibu menatap ke arahnya saat menyapu halaman. Ia masih belum mau memberikan jawaban atas permintaan ibunya itu.
Tiga puluh menit kemudian, Haikal telah tiba di kantor tempat ia bekerja. Saat itu, tim dua dan tim tiga baru saja hendak berangkat ke lokasi. Ia hanya melambaikan tangan pada teman-temannya yang sudah bersiap di atas mobil kebanggaan mereka.
Haikal masuk ke ruangan lalu menyapa teman satu timnya yang disuruh siaga. Ada Zeki, Santo, Niko, dan Tyo. Keempat temannya itu sudah bersiap dengan helm dan jas.
“Eh, Kal, ada gosip hangat, mau dengar gak?” Zeki mendekati Haikal yang sedang memakai perlengkapan bertugasnya.
“Nggak!” jawab Haikal acuh.
“Hmm ... nyesal kamu kalau gak mau dengar. Yakin nih gak mau dengar?” Zeki mengulum senyum.
Haikal menghela napas dan menautkan alisnya, lalu berkata, “Pagi-pagi udah ngajakin ngegosip, kayak emak-emak rempong aja.”
Zeki melenngos lalu mengusap dagunya.
“Si Ella mantan kamu itu ... dia ngungsi ke rumah tantenya, dan rumah tantennya itu bersebelahan ama rumahku,” ujar Zeki sambil menyikut Haikal.
“Udahlah, gak usah bahas dia lagi. Gak ada penting-pentingnya juga kok,” jawab Haikal sedikit kesal dengan sikap pria bertubuh kurus tinggi kayak tiang listrik itu.
“Satu lagi gosipnya, Ella udah jadi janda,” bisik Zeki.
Haikal tertegun sesaat, hatinya seolah bersorak girang mendengar kabar itu. Entah apa penyebabnya, ia juga tak mengerti.
“Suaminya meninggal lima bulan yang lalu, kena serangan jantung. Kemalangannya begitu beruntun, kini malah rumahnya yang habis terbakar. Kasihan dia, Kal,” ujar Zeki lagi.
“Begitulah takdir, kadang kita di atas dan kadang kita bisa jatuh ke bawah,” jawab Haikal sambil meninggalkan Zeki.
Zeki berlari mengikuti Haikal, gosipnya belum kelar.
“Kal, kemarin aku ngobrolin kamu sama Ella dan doi minta nomor ponselmu. Kayaknya dia mau ngajakin CLBK deh.” Zeki menepuk pundak Haikal.
“Ngaco aja nih, Tiang listrik! Aku udah punya istri, Ella hanya masa lalu. Buat kamu ajalah, Zek, kalian sama jomlo itu.” Haikal duduk di kursi panjang sambil mengeluarkan ponselnya.
Zeki kembali melengos. Ia sebenarnya tak percaya kalau Haikal sudah punya istri, sebab sudah beberapa kali ia mampir ke rumah pria bertubuh tegap itu, ia belum pernah melihat istri yang selalu ia sebut-sebut itu.
“Hmmm ... ya deh. Eh, btw ... boleh dong sesekali kenalin kita ama istri kamu, Kal. Kasih lihat fotonya juga boleh,” ujar Zeki lagi.
Haikal melirik Zeki, satu-satunya teman yang begitu usil dan selalu penasaran akan kehidupan pribadinya.
“Okelah, kapan-kapan aku ajakin kalian makan malam ke rumah,” jawab Haikal akhirnya.
“Bro, ayo berangkat sekarang! Panggilan darurat di bangunan bertingkat sarang walet di Pasar lama,” ujar Tyo sembari mempercepat langkah menuju mobil mereka.
Haikal kembali menjalankan tugas bersama empat temannya. Mereka mulai menuju ke lokasi kebakaran lalu bertarung dengan Si Jago Merah.
********
Jam sudah menunjukkan pukul 13.25, barulah api di bangunan bertingkat sarang walet itu berhasil dipadamkan. Memang tak ada korban jiwa di sana, tapi sarang walet yang harganya ratusan juta milik para pengusaha Cina itu sudah ludes menjadi abu.
Haikal dan empat temannya masuk kembali ke dalam mobil merah berlambang Damkar itu, lalu menuju kantor. Ia sudah merasakan perutnya melilit sejak dari tadi. Untung saja pass nyampai di kantor, jatah makan siang sudah ada di atas mejanya.
Sambil menikmati makan siangnya, Haikal sembari mengetik sebuah chat untuk istri. Hatinya tiba-tiba sangat merindukan wanita berambut merah dengan bulu mata lentik itu.
[Sayang, lagi apa?] Haikal langsung mengirimkan pesan itu.
Beberapa menit kemudian, pesannya langsung mendapatkan balasan.
[Lagi kangen Abang nih.]
Haikal mengulum senyum membaca chat istrinya.
[Sama, Abang juga kangen Adek.]
[Abang udah makan?]
[Ini lagi makan, Sayang. Video call yuk! Abang benar-benar rindu.]
[Oke, Bang.]
Beberapa saat kemudian, Haikal sudah bisa melihat penampakan wajah cantik sang istri. Wanita berambut panjang dengan warna merah itu terlihat sedang duduk di pinggir pantai sebab rumah orangtuanya memang terdapat di sekitar pantai.
“Sayang, I love you,” ujar Haikal.
“I love you too, Bang.” Muara memajukan bibir sexinya. “Abang, selamat bekerja ya, sampai ketemu nanti malam.”
“Iya, Sayang.”
Haikal mengakhiri panggilan videonya. Ia semakin tak sabar untuk segera pulang ke rumah dan bermanja di pelukan sang istri yang membuatnya begitu mabuk kepayang.
*******
Seminggu berlalu, malam ini Bu Ida sengaja menunggu Haikal di teras rumah. Kalau anak bungsunya itu sudah pulang bekerja, ia akan menghampirinya.
Beberapa saat kemudian, pria berjaket kulit dan motor ninja hitam itu masuk ke perkarangan rumahnya. Bu Ida langsung berlari ke jalanan, lalu menyebrang dan menghampiri Haikal yang sedang mendorong kendaraanya itu masuk ke dalam garasi.
“Baru pulang kerja, Kal?” sapa Bu Ida berbasa-basi.
“Iya, Bu. Hari ini banyak kebakaran, sekarang saja masih ada tim yang bertugas, dan untungnya Haikal tidak ada jadwal malam ini,” jawab Haikal sambil mngeluarkan kunci rumah dan memasukkannya ke knop pintu.
Bu Ida mengikuti Haikal masuk ke dalam, lalu duduk di depan televisi dan menghidupkannya. Suasana rumah sepi, Haikal mencari istrinya ke kamar, tapi Maura tak ada di sana. Ia meraih handuk dan mandi, sebab tubuhnya sangat gerah karena kesibukan hari ini yang begitu padat.
Selesai mandi dan berpakaian, Haikal menghampiri Ibunya yang sedang menonton televisi. Ia sudah tahu maksud dan tujuan kedatangan wanita berdaster bunga-bunga itu.
“Kal, ini sudah seminggu. Ibu mau dengar jawaban darimu. Ibu udah ketemu Pak Ustad Bumi, ahli ruqyah, dia pemilik ‘Rumah Ruqyah’ yang ada di Jalan Pawan 1.” Bu Ida menatap putra bungsunya yang kini duduk di hadapannya.
“Haikal nggak gila, Bu, nggak perlu diruqyah. Haikal mau kok dijodohkan dengan Nindi. Ibu atur saja semuanya,” jawab Haikal dengan tampang masam sambil beranjak mengambil tas kecilnya yang ada di atas meja ruang tamu.
Bu Ida langsung tersenyum senang, ia memanjatkan syukur atas perubahan anaknya itu yang sudah mau untuk menikah dan ia berharap Haikal tak lagi berhalusinasi setelah punya istri yang nyata nanti.
Bersambung .....
Istri_GaibBab 7 : Lamaran“Bu, ini atm Haikal, Ibu peganglah! Di situ ada uang tabungan, Ibu uruslah semuanya!” ujar Haikal sambil menyerahkan kartu berwarna merah dengan lambang bank daerah itu.“Jadi, kamu mau Ibu mengurus pernikahan dengan Nindi secepatnya?” Bu Ida kembali mengembangkan senyum.“Iya, lebih cepat lebih bagus, biar Ibu lega dan gak was-was lagi,” jawab Haikal dengan wajah masam.“Ya sudah kalau gitu, minggu depan kita langsung acara lamaran dan bulan depan langsung nikah. Besok Ibu akan mulai berbelanja untuk barang hantaran pas lamaran nanti.” Bu Ida bangkit dari kursinya. “Oh iya, kalau kartu atmnya sama Ibu, terus kamu gimana? Apa masih ada atm yang lain atau gimana?”“Itu atm khusus tabungan saja, beda sama atm gaji,” jawab Haikal sambil mengikuti ibunya yang menuju pintu.“Oke, anak Ibu yang paling baik dan sholeh, terima kasih
#Istri_GaibBab 8 : Restu Dari Istri PertamaSesampainya di depan rumah sang ibu, Haikal bergegas turun dari mobil abang iparnya lalu pamit pulang ke rumah. Ia begitu bimbang dengan Maura, tak mau istrinya yang cantik itu bersedih. Ia seakan bisa merasakan kegundahan yang dirasakan wanita berambut merah itu."Langsung pulang kamu, Kal? Gak masuk dulu?" tanya Henni menangkap raut cemas di wajah adik bungsunya itu."Haikal langsung pulang, Mbak, semuanya... assalammualaikum," ujar Haikal seraya membalikkan tubuh saat langkahnya telah tiba di depan pagar rumah ibunya.Bu Ida dan Henni hanya saling pandang melihat tingkah Haikal, lalu masuk ke dalam.*******"Sayang, Abang sudah pulang," ujar Haikal saat membuka pintu rumahnya.Pria berjas hitam itu celingukan dan mengedarkan pandangan ke seisi rumah, sambil melangkahkan kaki menuju kamar.Akan tetapi, langkahnya langsung terhenti saat melihat sosok wanita yang s
#Istri_GaibBab 9 : Istri Nyata“Hen, di depan ada si Ella mantan pacar Haikal dulu. Kamu usir gih dia! Sekalian bawa satu lembar surat undangan pernikahan adikmu itu biar wanita tidak tahu diri tak mengira Haikal belum menikah sampai saat ini karena tida bisa move on darinya,” ujar Bu Ida kepada Henni, kakak kedua Haikal.Henni sedikit penasaran dengan perkataan ibunya, lalu menuruti perintahnya. Ia langsung melangkah menuju teras dan mendapati Ella sudah melangkah di halaman hendak pulang.“Ella, ini kotak kue kamu ketinggalan,” teriak Henni sambil menunjuk satu kota kue yang ada di atas meja teras.Ella menoleh dan menghentikan langkahnya, lalu membalik tubuh ke arah Henni dan naik lagi ke teras.“Itu kue buat Mbak Henni dan Ibu,” jawab Ella sambil menatap Henni, senyum tak lupa ia kembangkan.“Oh, makasih deh. Oh iya, mumpung kamu ke sini ... Mbak sekalian mau ngasih kamu surat undangan pe
#Istri_GaibBab 10 : Beda KamarNindi membuka mata dan mencari sosok Haikal yang tadi malam tidur di sampingnya, tapi pria pendiam itu sudah tak terlihat lagi di tempat tidur. Dari arah kamar mandi, terdengar suara gemerecik air, ia langsung tahu kalau sang suami sedang mandi.Beberapa saat kemudian, Haikal sudah keluar dari kamar mandi dengan handuk yang tergantung di lehernya. Nindi langsung tersenyum ke arahnya.“Selamat pagi, Bang,” sapa Nindi dengan tersenyum hangat, ia bangkit dari tempat tidur.“Iya, pagi juga,” jawab Haikal acuh, pesan Maura selalu terngiang di kepalanya, ia tak boleh bersikap manis kepada wanita yang telah ia nikahi semalam itu.“Nindi mandi dulu, Bang, habis itu kita sarapan sama-sama,” ujar Nindi sambil meraih handuk dari lemari dan melangkah menuju tempat tidur.Haikal mengangguk, lalu duduk di tempat tidur sembari mengusap layar ponsel. Hatinya begitu bimbang akan Maura
#Istri_GaibBab 11 : Pengantin BaruNindi tak mau berdebat, jadi ia menurut saja walau terasa ada yang mengganjal di hati. Dengan masih berusaha tersenyum, ia menghampiri Haikal yang kini membukakan pintu kamar untuknya.“Kamu istirahatlah, Abang masih mau nonton televisi,” ujar Haikal sambil berlalu dari kamar Nindi.Nindi mengangguk, lalu menutup pintu kamar. Diletakkannya tas yang hanya berisi baju tidur, handuk dan mukena. Setelah itu meraih handuk dan mandi, tak lama lagi sudah masuk waktu magrib. Ia akan melaksanakan sholat.Azan magrib sudah terdengar berkumandang, Nindi sudah bersiap memakain mukena. Ia melangkah keluar dari kamar dan bermaksud untuk mengajak sang suami sholat berjamaah.“Bang, Abang di dalam?” Nindi mengetuk pintu kamar yang tadi diakui Haikal sebagai kamarnya itu.“Bang!” panggil Nindi lagi.Haikal melangkah menuju pintu lalu membukanya. Tampaklah seorang wanita ber
#Istri_GaibBab 12 : Ngambek“Bang, jadi kamu akan tidur bersamanya malam ini?” tanya Maura dengan nada sinis dan melepaskan tangannya dari leher Haikal.Dengan tampang masam, Maura melepaskan tangan Haikal dari pinggangnya lalu naik ke atas tempat tidur dan berbaring kemudian menutupi seluruh tubuh dengan selimut.Haikal menghela napas panjang melihat tingkah Maura yang kini sedang merajuk. Padahal baru sehari ia beristri dua, kepala sudah pusing saja.“Sayang, jangan ngambek ah!” Haikal masuk ke dalam selimut Maura dan menggodanya.“Pergilah ke kamar istri baru Abang, keloni dia!” Maura membelakangi sang suami.Haikal menahan senyum melihat tingkah Maura, ia makin gemas saja. Ia mendekatkan tubuh dan memeluknya dari belakang, lalu mencium pundaknya dengan penuh kerinduan.“Sayang, percayalah ... yang Abang cinta itu cuma adek saja. Abang tak mempunyai perasaan apa pun kepada Nin
#Istri_GaibBab 13 : Terbakar CemburuSetelah memarkirkan motornya, Haikal melangkah masuk ke dalam kantor damkar tempatnya bekerja. Sontak, semua mata teman-temannya pria berambut belah samping dengan ekspresi datar itu. Dengan cuek, ia melangkah menuju mejanya lalu duduk.“Hmmm ... pengantin baru udah masuk kerja aja!” ujar Zeki sambil mesem-mesem.“Bukannya dapat cuti seminggu?” timpal Arya.“Gimana malam pertamanya, sukses?” Santo mendekat.“Kirain kamu bulan madu ke Bali?” Niko juga mandekat ke arah Haikal.“Apaan sih kalian ini? aku nikahnya udah lama Cuma baru dirayakannya aja sekarang, jadi bukan pengantin baru lagi. Jadi, gak perlu cuti bulan madu lagi.” Haikal melengos, sambil meraih teh di atas mejanya dan menyeruputnya sedikit untuk menghilangkan sedikit gugup karena pertanyaan beruntun dari teman-temannya itu.“Tim 1 segera bersiap, Si Jago Merah sed
#Istri_GaibBab 14 : Dua Istri Bikin PusingSetelah selesai menikmati makan malam bersama, Haikal langsung melangkah keluar dari dapur lalu duduk di depan televisi. Hatinya jadi bimbang akan keadaan Maura sang istri pertama yang ada di dalam kamar sana."Bang, ayo tidur!" Nindi tiba-tiba sudah duduk di samping Haikal dan menarik lengannya.Dengan menebalkan wajah dan ekstra percaya diri, Nindi bersikap manja kepada suaminya itu dengan harapan hubungan mereka semakin mencair dan semakin akrab. Menurutnya, kalau sama-sama diam dan tak ada yang mau memulai duluan, maka cinta mereka akan lama juga datangnya."Eh!" Haikal gugup. Entah mengapa, suhu tubuhnya akan terasa panas dingin jika didekati sang istri kedua yang senyumnya bikin hati meleleh itu."Ayo, Bang! Jangan sampai ketiduran di depan televisi! Nindi gak bakalan bisa tidur lagi kalau cuma sendirian di kamar," rengek Nindi dengan suara yang dibuat semanja mungkin, demi bisa merebut hati
#Istri_GaibBab 83 (Tamat)“Pa, aku nggak bisa berubah menjadi manusia seutuhnya lagi .... “ ujar Meiry sambil menangis sambil mendekat ke arah papanya yang masih setia menunguinya.“Jadi ... Papa harus gimana, Nak?” Haikal menggenggam tangan putrinya.“Selama tinggal, Pa, jangan lupakan aku ... putrimu .... “ ujar Meiry sambil menyeka cairan merah yang terus berjatuhan dari matanya.“Nggak, Mei, Papa tetap akan membawamu pulang ... ayo!” Haikal mengeluarkan Meiry dari air dan menggendongnya.“Jangan, Pa, wujudku tak sempurna sekarang ... nanti Mama Nindi, Nenek Ida dan Kak Hana akan takut kepadaku ... biarkan aku tetap hidup di sungai, Pa,” bantah Meiry.Haikal tak memperdulikan perkataan putrinya itu, ia langsung memasukkan Meiry ke dalam mobilnya dan segera memacunya menuju arah pulang.Tiba-tiba, rasa sesak juga susah bernapas mulai dirasakan Meiry lagi, ia memegan
#Istri_GaibBab 82 : Sakit“Meiry .... “ Haikal yang ketika masuk ke dalam rumah langsung mendekati kamar Meiry kaget saat melihat putrinya itu basah kuyup.“Papa ... pulang ... Meiry .... “ Meiry memegangi dadanya yang terasa sesak, ia sekana tak bisa keluar dari dalam itu.“Kamu kenapa, Mei?” Haikal mendekat.Meiry segera berlari masuk ke dalam kamar mandi, lalu masuk ke dalam bak dan menenggelamkan dirinya. Kondisinya benar-benar kacau saat ini, padahal ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Sekarang baru pukul 20.00 padahal, beda halnya jika sudah pukul 00.00.“Nak, kamu kenapa?” tanya Haikal sambil mengejar Meiry ke kamar mandi.Setelah menyelam beberapa detik, Meiry mengeluarkan kepalanya. Sedangkan Haikal, ia menatap putrinya itu dengan raut cemas.“Meiry ... kamu kenapa, Nak?” tanya Haikal sambil mengelus rambut merah putrinya.“Aku nggak tahu, Pa,
#Istri_GaibBab 81 : BimbangHaikal kembali ke rumahnya setelah mengantar Bu Ida pulang. Ia jadi terus kepikiran akan pembericaraan mereka tadi. Dengan menghela napas berat, ia duduk di sofa ruang tengah lalu memegangi kepalanya dengan segala macam permasalahan. Hana belum sadar dari komanya, tapi kini ia malah resah akan nasib Meiry jika ibunya memanggil Ustaz Bumi.“Ya Tuhan ... bagaimana ini?” gumam Haikal.Haikal menggelengkan kepalanya. Ia tahu, Meiry siluman tapi ia ingin tetap bersamanya dan tak ingin kebersamaan mereka terusik. Sudah cukup ia merelakan berpisah dengan Maura dulu, tapi kini ia tak mau kehilangan darah dagingnya bersama sang istri gaib. Ia sangat berharap Meiry bisa menjadi manusia dan hidup layak, bersamanya.“Papa udah pulang?” Meiry yang baru keluar dari kamarnya, sambil menghampiri sang papa yang terlihat begitu kusut, duduk dengan memegangi kepalanya.“Eh, iya, Nak. Kamu lagi ngapain
#Istri_GaibBab 80 : Dugaan Bu IdaSiluman Buaya Putih menunggui Hana semalaman dan memastikan gadis itu masih hidup. Pagi ini ia sudah bersiap mengantar putri dari Haikal dan Nindi itu ke dasar pantai agar bisa menghirup udara segar dan tak sepertinya yang hanya menghabiskan waktu di dalam air. Andai ia bisa memilih, maka ia ingin terlahir sebagai manusia.Ketika matahari sudah menampakkan sinarnya, siluman buaya putih dengan wujud silumannya mulai membawa tubuh Hana ke permukaan air, ia memasukkan Hana ke dalam mulut panjangnya. Sesampainya di permukaan air, ia celingukan untuk meletakkan tubuh gadis berambut merah itu karena jilbabnya sudah terlepas saat Hana tenggelam waktu itu.“Toloong ... ada buaya!” teriak seseorang dari pinggir pantai saat melihat siluman buaya putih menampakkan kepalanya ke permukaan.“Mana? Ini pantai, Bro, air asin, mana mungkin ada buaya!” sanggah pria lainnya.“Itu ... lihat
Istri GaibBab 79 : TenggelamHaikal dan Nindi sudah kembali ke pinggir pantai, sedangkan Hana dan Meiry masih belum bisa ditemukan. Supir speadboat sudah meminta bantuan kepada teman-temannya untuk membantu mencari, juga sudah menghubungi tim pengawasan pantai guna membuat pengaduan adanya pengunjung pantai yang tenggelam agar bisa dibantu mencari dua penumpang banana boat yang hilang itu.“Bang, semoga kedua putri kita baik-baik saja .... “ Nindi mengusap air matanya yang terus berjautuhan sejak tadi.“Kita berdoa saja, Sayang.” Haikal merangkul bahu Nindi, ia juga sedang bersedih sekarang.Sedangkan di tengah-tengah pantai, beberapa tim masih melakukan pencarian. Tim penyelam juga sudah diturunkan ke dasar pantai untuk mencari dua putri Haikal yang tenggelam.***Meiry yang sudah melempar Hana ke dasar laut, segera berenang ke permukaan. Ia berharap saudara tirinya itu segera mati agar ia bisa hidup tenang d
#Istri_GaibBab 78 : Pantai Pulau DatokMeiry sangat kesal atas ucapan Hana kepadanya tadi, ingin rasanya ia melenyapkan saudara tirinya itu saat ini juga. Andai saja ia bisa, sudah lama ia melakukannya. Kini ia hanya bisa mengamati Hana dan cowok yang membawa kamera itu dari kejauhan saja.Ada rasa iri di hatinya jika ada cowok yang menyukai Hana dan ia takkan membiarkan hal itu terjadi sebab dia tetap harus unggul dibandingkam anak dari pelakor yang telah merebut sanga ayah dari Ibunya.Sedangkan Hana, setelah berpose dengan segala macam gaya, kini ia sedang duduk di sebuah kafe yang berada di dalam lingkup Villa. Ia sedang melihat hasil jepretan cowok yang baru dikenalnya itu.“Bagus banget, Bang, hasil fotonya,” ujar Hana.“Objeknya juga bagus, itu yang paling mendukung,” jawab cowok itu sambil melirik gadis berhijab di sebelahnya.“Hmm ... iya juga sih, hahaa .... “ Hana menutupi mulutnya sambi
#Istri_GaibBab 77 : Liburan[Pa, nanti di villa, aku nggak bisa satu kamar sama Hana soalnya Papa tahu sendirikan perubahanku setiap tengah malam.]Meiry mengirimkan pesan itu kepada Haikal, saat jam istirahat sekolahnya sedangkan papanya ia pastinya sedang berada di kantornya.Haikal menautkan alisnya saat membaca chat dari putri keduanya itu dan ia tak memikirkan sebelumnya akan hal itu. Ia mengusap wajah sambil menghembuskan napas berat, semua itu benar-benar tak ia pertimbangkan, ia hanya memikirkan asyiknya jika bisa liburan bersama.[Maafkan Papa, Mei, Papa lupa akan rahasiamu. Sekali lagi maafkan Papa, Papa hanya memikirkan asyiknya jika bisa pergi liburan bersama kalian dan melupakan tentang keadaanmu.][Iya, Pa, nggak apa-apa.][Iya, nanti Papa akan menyewa Villa yang kamarnya ada tiga. Kamu tenang saja, Nak.][Terima kasih, Meiry sayang Papa. Oh iya, chat kita langsung dihapus, Pa, takutnya ada yang baca. Meiry harap
#Istri_GaibBab 76 : Dugaan Hana“Loh ... Mey, kok udah keluar dari kamar saja, emang kapan datangnya?” Hana menautkan alisnya, menatap saudara angkatnya itu dari ujung rambut hingga ujung kaki.“Hmm ... pas aku datang, kamu lagi dapur,” jawab Meiry cuek sambil melangkah menuju dapur.“Hey, aku dari tadi ada di ruang tengah, mengerjakan tugas. Apa kamu masuk rumah dengan cara menembus dinding ... kayak hantu?” Hana menatap tajam Meiry.Meiry melengos kesal melihat tingkah Hana yang selalu mencurigainya itu.“Udah ah, aku mau makan dulu.” Meiry melewati tubuh Hana dan tak lupa menyenggol bahunya dengan lumayan keras sehingga saudara tirinya itu terhuyung ke samping.Meiry melangkah cepat menuju dapur sambil tersenyum sinis, melihat Hana yang mengaduh kesakitan karena ulahnya. Ia bisa bermain lebih kasar lagi jika Hana terus mengusik ketenangannya.Hana menghentakkan kaki kesal dan
Istri GaibPart 75 : Tumbal Kedua“Bang!” Meiry tersenyuum sambil masuk kembali ke ruangan karoke itu lalu duduk di samping Tristan.“Kok lama banget, kirain tertidur di kamar mandi.” Tristan langsung merangkul Meiry dan memeluknya.“Ngantri, Bang, ada yang lama banget di kamar mandinya. Eh, tahunya ada yang pacaran di sana.” Meiry menjauhkan dirinya dari Tristan tapi pacarnya terus saja memepet tubuhnya.“Sayang, sini!” Tristan menarik tangan Meiry dan kembali memeluknya. “Aku mencintaimu, Mey, sangat cinta ... “ bisiknya di telinga sang pacar sambil mendekatkan wajah mereka.Meiry hanya tersenyum, ia senang mendengarnya tapi takkan langsung bisa percaya begitu saja sebelum membuktikannya nanti.“Aku juga mencintaimu, Bang,” jawab Meiry pura-pura, walau ia tak memiliki perasaan itu.Tristan semakin mendekatkan wajah mereka, tangannya menyentuh dagu Meiry.