#Istri_Gaib
Bab 12 : Ngambek
“Bang, jadi kamu akan tidur bersamanya malam ini?” tanya Maura dengan nada sinis dan melepaskan tangannya dari leher Haikal.
Dengan tampang masam, Maura melepaskan tangan Haikal dari pinggangnya lalu naik ke atas tempat tidur dan berbaring kemudian menutupi seluruh tubuh dengan selimut.
Haikal menghela napas panjang melihat tingkah Maura yang kini sedang merajuk. Padahal baru sehari ia beristri dua, kepala sudah pusing saja.
“Sayang, jangan ngambek ah!” Haikal masuk ke dalam selimut Maura dan menggodanya.
“Pergilah ke kamar istri baru Abang, keloni dia!” Maura membelakangi sang suami.
Haikal menahan senyum melihat tingkah Maura, ia makin gemas saja. Ia mendekatkan tubuh dan memeluknya dari belakang, lalu mencium pundaknya dengan penuh kerinduan.
“Sayang, percayalah ... yang Abang cinta itu cuma adek saja. Abang tak mempunyai perasaan apa pun kepada Nindi, dia hanya istri formalitas saja. Semua akan berjalan sesuai keinginanmu!” bisik Haikal berusaha meyakinkan sang istri.
Maura membalikkan tubuh, lalu menatap Haikal seraya mengusap pipinya. Ia begitu mencintai pria itu, ia juga tak tega jila marah terlalu lama. Keduanya saling tatap dan tersenyum, ritual malam pun dimulai.
“Ponselnya jangan ditinggal lagi, nanti Abang sudah untuk menghubungi Adek. Mana kangen tiap waktu,” bisik Haikal sambil terus beraksi.
Maura hanya mengangguk sambil tersenyum.
*******
Sedangkan di kamarnya, Nindi masih menunggu Haikal yang tak kunjung datang. Hatinya sedih dan benar-benar tak mengerti, ada drama apa di balik pernikahan mereka sihingga sang suami tak sudi tidur bersamanya. Ia sedikit tersinggung.
Satu jam Nindi mencoba memejamkan mata, tapi tak bisa tertidur juga. Ia memang kesulitan tidur di tempat yang baru, apalagi seorang diri begini. Perlahan, air matanya meleleh juga. Ia tak dapat menahan kesedihan ini.
Sedangkan di kamar depan, Haikal masih memadu cinta bersama Maura dan melupakan janjinya kepada Nindi. Ia selalu melupakan apa saja jika sudah bersama wanita berambut merah itu yang panah asmaranya begitu menghujam jantung.
Hingga subuh, Nindi belum bisa tertidur juga. Berkali-kali ia meraih ponsel dan melihat waktu, tapi yang ditunggu tak kunjung datang juga.
“Mungkinkah Bang Haikal ketiduran di ruang kerjanya?” gumamnya sembari bangun dari tempat tidur, dan mengusap matanya yang berair lalu meringkuk dengan memeluk lutut.
*******
“Bang, aku pergi dulu.” Maura mencium pipi Haikal dan kemudian melangkah turun dari tempat tidur.
Haikal mengusap pipinya lalu meraba ke sebelah kanan tempat tidur, sang istri sudah tak ada lagi. Ia membuka mata perlahan, lalu melihat jam yang ada di dinding. Maura pasti akan selalu pergi sebelum jam 06.00 pagi, ia sudah hapal.
Dengan malas, Haikal bangkit dari tempat tidur lalu melangkah meraih handuk dan mandi. Setelah berpakaian rapi, ia keluar dari kamar dan baru teringat akan Nindi. Ia melangkah menuju kamar sang istri baru, dan membukanya tapi sudah tak ada siapa pun di kamar dengan nuasa putih itu.
"Nindi!" panggilnya.
Dari dapur, tercium aroma masakan. Haikal langsung menuju dapur dan mendapati Nindi sedang memasak di sana.
"Pagi, Bang," sapa Nindi dengan tersenyum manis. "Duduk, Bang, kita sarapan bareng!" sambungnya sembari meletakkan nasi goreng di atas meja makan.
Haikal tersenyum tipis, lalu duduk. Diliriknya mata Nindi yang terlihat bengkak dengan lingkaran hitam di sekelilingnya.
"Matamu kenapa, Nin?" tanya Haikal sedikit khawatir, sebab ia tak mau diduga KDRT di usia pernikahan yang baru dua hari.
"Nindi gak bisa tidur, Bang," jawab Nindi sambil duduk di kursi depan Haikal.
Haikal tersenyum tak enak, sebab ia telah mengingkari janjinya untuk tidur di kamar Nindi tadi malam.
"Maafkan Abang, Nin, tadi malam ketiduran di ruang kerja," ujar Haikal sambil melirik wanita berhijab di hadapannya yang terlihat begitu anggun dengan balutan gamis berwarna pink muda itu.
"Iya, Bang, gak apa-apa. Nindi emang susah tidur kalau di tempat yang baru," ujar Nindi sambil meraih piring sang suami dan mengisinya dengan nasi goreng buatannya lalu menambahkan ayam goreng dan telor dadar. "Silakan, Bang!"
Haikal tersenyum tipis lalu mulai menikmati sarapannya. Masakan Nindi lumayan enak, tapi dia tetap menyukai masakan Maura. Semuanya tetap Maura yang paling unggul dan menguasai hati juga pikirannya.
"Bang, nanti siang mau dimasakin apa?" tanya Nindi masih berusaha mencairkan suasana hening di antara dirinya dan Haikal.
"Hmmm ... Abang makan siang di kantor, Din, pulangnya gak tentu. Bisa sore, kadang juga malam. Kamu gak usah nungguin Abang pas makan siang nanti!" jawab Haikal pelan.
"Oh .... " Nindi tersenyum lagi, ia memang belum mengetahui jam kerja suaminya.
"Kamu, kalau bosen di rumah sendiri, main ke rumah Ibu saja!" Haikal mengakhiri sarapannya.
Nindi mengangguk, lalu mendekatkan gelas air putih untuk suaminya.
Setelah selesai sarapan, Haikal beranjak menuju garasi dan mengeluarkan motornya.
"Abang pergi kerja dulu!" Haikal meraih tas kecilnya yang dibawakan oleh sang istri baru.
"Iya, Bang. Hati-hati!" Nindi tiba-tiba memeluk Haikal.
Haikal terkejut melihat apa yang dilakukan Nindi, ia tertegun dan tak mampu menolak pelukan dari wanita yang memang telah sah menjadi istrinya itu.
Nindi melepaskan pelukannya dan menahan senyum melihat ekspresi wajah suaminya yang terlihat merona karena ulah agresifnya.
"Assalammualaikum, Bang," ujar Nindi lagi sambil meraih tangan Haikal dan mencium punggung tangan sang suami.
"Eh ... walaikumsalam." Haikal baru tersadar lalu mengusap dahinya yang mendadak berkeringat.
"Hati-hati, Bang!" ujar Nindi sekali lagi dengam melempar senyum termanisnya.
Dengan gugup campur grogi, Haikal naik motornya lalu memasang helm. Kemudian menoleh sekilas kepada wanita yang kini melambaikan tangan kepdanya.
Haikal mulai mengendarai motor dan keluar dari perkarangan rumahnya.
Melihat sang suami sudah melaju di jalanan, Nindi masuk ke rumah dengan tersenyum-senyum sendiri mengingat ekspresi wajah Haikal saat dipeluknya tadi.
"Agresif sama suami sendiri gak apa-apa kali, ya? Abisnya dia pendiam banget, kayak CEO di drakor saja," gumam Nindi sambil membereskan piring kotor lalu mencucinya.
Ia masih mencoba memahami sifat sang suami. Jika Haikal mengharuskan dirinyalah yang memang harus agresif, maka ia akan melakukananya demi kelangsungan hubungan pernikahan ini. Walau sebenarnya, ia juga pendiam dan pemalu. Tapi, kalau tak ada yang mau memulai duluan, maka akan membutuhkan waktu lama untuk bisa akrab.
*******
Dengan jantung yang masih berdebar-debar, Haikal terus memacu motornya. Tak bisa ia pungkiri, hatinya sedikit bergetar saat bersama Nindi, apalagi melihat senyum manis ceria itu.
Akan tetapi, bayangan tatapan mata juga wajah kecut Maura saat merajuk langsung terlintas di ingatannya. Ia mulai menguasai diri dan menekankan kesetiaan yang harus ia tanamkan di hati. Hanya Maura yang boleh ia cinta, ia takkan bisa hidup tanpanya. Mauralah segala-galanya, hanya Maura dan tetap Maura. Maura pemilik hati juga jiwa dan raganya.
Bersambung ....
#Istri_GaibBab 13 : Terbakar CemburuSetelah memarkirkan motornya, Haikal melangkah masuk ke dalam kantor damkar tempatnya bekerja. Sontak, semua mata teman-temannya pria berambut belah samping dengan ekspresi datar itu. Dengan cuek, ia melangkah menuju mejanya lalu duduk.“Hmmm ... pengantin baru udah masuk kerja aja!” ujar Zeki sambil mesem-mesem.“Bukannya dapat cuti seminggu?” timpal Arya.“Gimana malam pertamanya, sukses?” Santo mendekat.“Kirain kamu bulan madu ke Bali?” Niko juga mandekat ke arah Haikal.“Apaan sih kalian ini? aku nikahnya udah lama Cuma baru dirayakannya aja sekarang, jadi bukan pengantin baru lagi. Jadi, gak perlu cuti bulan madu lagi.” Haikal melengos, sambil meraih teh di atas mejanya dan menyeruputnya sedikit untuk menghilangkan sedikit gugup karena pertanyaan beruntun dari teman-temannya itu.“Tim 1 segera bersiap, Si Jago Merah sed
#Istri_GaibBab 14 : Dua Istri Bikin PusingSetelah selesai menikmati makan malam bersama, Haikal langsung melangkah keluar dari dapur lalu duduk di depan televisi. Hatinya jadi bimbang akan keadaan Maura sang istri pertama yang ada di dalam kamar sana."Bang, ayo tidur!" Nindi tiba-tiba sudah duduk di samping Haikal dan menarik lengannya.Dengan menebalkan wajah dan ekstra percaya diri, Nindi bersikap manja kepada suaminya itu dengan harapan hubungan mereka semakin mencair dan semakin akrab. Menurutnya, kalau sama-sama diam dan tak ada yang mau memulai duluan, maka cinta mereka akan lama juga datangnya."Eh!" Haikal gugup. Entah mengapa, suhu tubuhnya akan terasa panas dingin jika didekati sang istri kedua yang senyumnya bikin hati meleleh itu."Ayo, Bang! Jangan sampai ketiduran di depan televisi! Nindi gak bakalan bisa tidur lagi kalau cuma sendirian di kamar," rengek Nindi dengan suara yang dibuat semanja mungkin, demi bisa merebut hati
#Istri_GaibBab 15 : Mendadak Ganjen“Nindi, besok udah masuk kerja ‘kan kamu?”“Iya, Ma.”“Motormu gak diambil?”“Nggak usah deh, Ma! Nanti Nindi pulang perginya minta jemput antar ama Bang Haikal aja.”“Oh gitu. Ya udah, Mama cuma mau ingatin itu aja. Kamu baik-baik ya sama Haikal. Minggu depan ajak dia main-main ke sini, Mama kangen sama kamu.”“Iya, Ma.”Nindi mengakhiri percakapan telepon dengan mamanya. Ia memang sengaja tak mau mengambil motornya di tempat sang mama, sebab ia maunya diantar jemput aja ama suaminya biar cepat akrab dan bisa nemplok di belakangnya.“Ya ampun, aku kok mendadak ganjen gini, ya?” Nindi tersenyum geli. “Ganjenin suami sendiri, sah-sah aja kali yah. Daripada ikutan jadi beruang kutub kayak dia,” sambungnya sambil meraih kembali sebuah novel yang berjudul ‘Diyya, Muridku’ kary
#Istri_GaibBab 16 : Menggoda Suami“Bang, apa masih sibuk?” teriak Nindi dari depan pintu kamar disertai ketukan beberapa kali.Haikal menghela napas panjang, kemudian melangkah menuju pintu. Ia tak mau terlihat sebagai suami yang aneh, walau kini hatinya sedang didera kebimbangan akan keadaan Maura, si istri kesayangan.“Ada apa, Nin?” tanya Haikal seraya keluar dari kamar.“Jangan tidur di ruang kerja lagi, tidurnya di kamar. Ayo!” Nindi langsung menggandeng lengan sang suami menuju kamar.Haikal menurut saja, ia juga yakin Maura takkan kembali malam ini. Ia hanya bisa berdoa agar istri pertamanya itu baik-baik saja. Ia tak kuasa menolak saat Nindi menggandeng tangannya ke kamar.“Bang, besok Nindi udah masuk kerja, nanti antarin ya! Besok kena dinas pagi,” ujar Nindi saat mereka sudah bersiap berbaring di atas tempat tidur.“Iya, pukul berapa?” tanya Haikal sambil
#Istri_GaibBab 17 : Istri Formalitas“Bang, bisa gak?” tanya Nindi sambil menoleh wajah suaminya yang terlihat merona.Haikal menarik napas grogi dan segera memalingkan wajah, ia sedikit bergeser ke samping sambil berusaha menahan diri agar tak terpesona akan kemolekan tubuh istri keduanya itu yang sungguh menggoda iman itu.“Bang, gimana?” tanya Nindi sambil memundurkan tubuh ke belakang hingga punggunganya menyentuh dada sang suami.“Ah, iya ... sini Abang coba lagi!” jawab Haikal dengan menghembuskan napas tak berdaya, ia hampir kehilangan akal.Dengan menahan napas, Haikal meraih kalung di leher Nindi dan mencoba mengaitkannya. Ia masih berusaha menguasai diri, walau wangi tubuh sang istri begitu menggoda indra penciumannya. Apalagi tubuh Nindi tak kalah idealnya dengan Maura, sama-sama putih mulus. Hanya warna rambut dan bola mata saja yang membedakan keduanya.“Udah, Nin,” j
#Istri_GaibBab 18 : BimbangNindi turun dari motor Haikal kemudian meraih tangan pria berseragam biru itu lalu salim kepadanya. Ia sedikit malu dengan kejadian tadi malam, tapi mau bagaimana lagi, ia juga kepepet melakukan itu.“Nin, Abang mau berangkat dulu.” Haikal mencoba menarik tangannya dari sang istri yang salim sambil melamun.“Eh, maaf, Bang.” Nindi tersenyum malu.“Abang berangkat, ya!” Haikal bersiap menstarter motornya.“Eh, Bang .... “ Nindi mendekat sambil celingukan ke kanan dan kiri.“Apaan, Nin?” Haikal juga ikut celingukan.‘Cup’ Nindi mendaratkan ciuman di pipi suaminya. Haikal tertegun dan wajahnya langsung memerah.“Hati-hati, Bang! Assalammualaikum.” Nindi mengulum senyum.Haikal tersenyum tipis lalu menjawab, “Waalaikumsalam.”Haikal berlalu dan keluar dari parkiran rumah sakit tempat Nind
#Istri_GaibBab 19 : Bersiang Pertama“Aku harus gimana ini? Aduh ... jadi bingung, masa iya mau nonton tutorial di youtube dulu.” Nindi menghembuskan napas bingung, tangannya jadi dingin.Dengan menghela napas berat, Nindi melangkah keluar dari kamar dan menuju dapur.Nindi membuka kulkas dan melihat stokan bahan makanan. Ia akan memasak sambil mencari ide untuk mendapatkan suaminya siang ini. Ia tersenyum simpul saat membayangkan malam kemarin, ia jadi tak sabar untuk mendapatkan hal lebih.“Ya ampun, aku kok jadi mesum gini sih pikirannya? Gak nyangka aja, Nindi yang dulunya terkenal cool, tapi kini malah menjadi seorang istri penggoda. Huuuhh ... gara-gara Babang Haikal, aku jagi gila gini.” Nindi membatin sambil menahan senyum, sedang tangannya sambil memotong sayuran.Nindi mengerutkan dahi, otaknya masih terus mencari ide. Hingga tak sadar, kalau semua sayuran sudah ia cincang menjadi serpihan paling kecil.
#Istri_GaibBab 20 : Haikal CemburuNindi keluar dari kamar, lalu melangkah menuju dapur dan melihat makanan di atas meja belum tersentuh sedikit pun, berarti suaminya belum ada makan. Ia melangkah menuju kamar Haikal lalu mengetuknya tiga kali.“Bang, makan yuk!” ujar Nindi.Tak ada jawaban dari dalam kamar, mungkinkah suaminya tertidur lagi? Nindi membantin.“Bang!” panggil Nindi sekali lagi.Haikal sengaja pura-pura tak mendengar, ia belum mau bertemu Nindi, pikirannya benar-benar sedang kacau. Rasa takut kehilangan Maura membuatnya tak tenang saat ini.Karena tak ada jawaban, Nindi melangkah menuju kamarnya lalu mengambil satu novel koleksiannya. Sambil menunggu sang suami keluar dari bertapanya, ia akan membaca novel karya penulis ‘Evhae Naffae’ yang kali ini berjudul “Istriku Tua.” Perasaannya jadi campur aduk membaca cerita itu, antara jengkel, kesal, lucu juga sedih, jadi satu. K
#Istri_GaibBab 83 (Tamat)“Pa, aku nggak bisa berubah menjadi manusia seutuhnya lagi .... “ ujar Meiry sambil menangis sambil mendekat ke arah papanya yang masih setia menunguinya.“Jadi ... Papa harus gimana, Nak?” Haikal menggenggam tangan putrinya.“Selama tinggal, Pa, jangan lupakan aku ... putrimu .... “ ujar Meiry sambil menyeka cairan merah yang terus berjatuhan dari matanya.“Nggak, Mei, Papa tetap akan membawamu pulang ... ayo!” Haikal mengeluarkan Meiry dari air dan menggendongnya.“Jangan, Pa, wujudku tak sempurna sekarang ... nanti Mama Nindi, Nenek Ida dan Kak Hana akan takut kepadaku ... biarkan aku tetap hidup di sungai, Pa,” bantah Meiry.Haikal tak memperdulikan perkataan putrinya itu, ia langsung memasukkan Meiry ke dalam mobilnya dan segera memacunya menuju arah pulang.Tiba-tiba, rasa sesak juga susah bernapas mulai dirasakan Meiry lagi, ia memegan
#Istri_GaibBab 82 : Sakit“Meiry .... “ Haikal yang ketika masuk ke dalam rumah langsung mendekati kamar Meiry kaget saat melihat putrinya itu basah kuyup.“Papa ... pulang ... Meiry .... “ Meiry memegangi dadanya yang terasa sesak, ia sekana tak bisa keluar dari dalam itu.“Kamu kenapa, Mei?” Haikal mendekat.Meiry segera berlari masuk ke dalam kamar mandi, lalu masuk ke dalam bak dan menenggelamkan dirinya. Kondisinya benar-benar kacau saat ini, padahal ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Sekarang baru pukul 20.00 padahal, beda halnya jika sudah pukul 00.00.“Nak, kamu kenapa?” tanya Haikal sambil mengejar Meiry ke kamar mandi.Setelah menyelam beberapa detik, Meiry mengeluarkan kepalanya. Sedangkan Haikal, ia menatap putrinya itu dengan raut cemas.“Meiry ... kamu kenapa, Nak?” tanya Haikal sambil mengelus rambut merah putrinya.“Aku nggak tahu, Pa,
#Istri_GaibBab 81 : BimbangHaikal kembali ke rumahnya setelah mengantar Bu Ida pulang. Ia jadi terus kepikiran akan pembericaraan mereka tadi. Dengan menghela napas berat, ia duduk di sofa ruang tengah lalu memegangi kepalanya dengan segala macam permasalahan. Hana belum sadar dari komanya, tapi kini ia malah resah akan nasib Meiry jika ibunya memanggil Ustaz Bumi.“Ya Tuhan ... bagaimana ini?” gumam Haikal.Haikal menggelengkan kepalanya. Ia tahu, Meiry siluman tapi ia ingin tetap bersamanya dan tak ingin kebersamaan mereka terusik. Sudah cukup ia merelakan berpisah dengan Maura dulu, tapi kini ia tak mau kehilangan darah dagingnya bersama sang istri gaib. Ia sangat berharap Meiry bisa menjadi manusia dan hidup layak, bersamanya.“Papa udah pulang?” Meiry yang baru keluar dari kamarnya, sambil menghampiri sang papa yang terlihat begitu kusut, duduk dengan memegangi kepalanya.“Eh, iya, Nak. Kamu lagi ngapain
#Istri_GaibBab 80 : Dugaan Bu IdaSiluman Buaya Putih menunggui Hana semalaman dan memastikan gadis itu masih hidup. Pagi ini ia sudah bersiap mengantar putri dari Haikal dan Nindi itu ke dasar pantai agar bisa menghirup udara segar dan tak sepertinya yang hanya menghabiskan waktu di dalam air. Andai ia bisa memilih, maka ia ingin terlahir sebagai manusia.Ketika matahari sudah menampakkan sinarnya, siluman buaya putih dengan wujud silumannya mulai membawa tubuh Hana ke permukaan air, ia memasukkan Hana ke dalam mulut panjangnya. Sesampainya di permukaan air, ia celingukan untuk meletakkan tubuh gadis berambut merah itu karena jilbabnya sudah terlepas saat Hana tenggelam waktu itu.“Toloong ... ada buaya!” teriak seseorang dari pinggir pantai saat melihat siluman buaya putih menampakkan kepalanya ke permukaan.“Mana? Ini pantai, Bro, air asin, mana mungkin ada buaya!” sanggah pria lainnya.“Itu ... lihat
Istri GaibBab 79 : TenggelamHaikal dan Nindi sudah kembali ke pinggir pantai, sedangkan Hana dan Meiry masih belum bisa ditemukan. Supir speadboat sudah meminta bantuan kepada teman-temannya untuk membantu mencari, juga sudah menghubungi tim pengawasan pantai guna membuat pengaduan adanya pengunjung pantai yang tenggelam agar bisa dibantu mencari dua penumpang banana boat yang hilang itu.“Bang, semoga kedua putri kita baik-baik saja .... “ Nindi mengusap air matanya yang terus berjautuhan sejak tadi.“Kita berdoa saja, Sayang.” Haikal merangkul bahu Nindi, ia juga sedang bersedih sekarang.Sedangkan di tengah-tengah pantai, beberapa tim masih melakukan pencarian. Tim penyelam juga sudah diturunkan ke dasar pantai untuk mencari dua putri Haikal yang tenggelam.***Meiry yang sudah melempar Hana ke dasar laut, segera berenang ke permukaan. Ia berharap saudara tirinya itu segera mati agar ia bisa hidup tenang d
#Istri_GaibBab 78 : Pantai Pulau DatokMeiry sangat kesal atas ucapan Hana kepadanya tadi, ingin rasanya ia melenyapkan saudara tirinya itu saat ini juga. Andai saja ia bisa, sudah lama ia melakukannya. Kini ia hanya bisa mengamati Hana dan cowok yang membawa kamera itu dari kejauhan saja.Ada rasa iri di hatinya jika ada cowok yang menyukai Hana dan ia takkan membiarkan hal itu terjadi sebab dia tetap harus unggul dibandingkam anak dari pelakor yang telah merebut sanga ayah dari Ibunya.Sedangkan Hana, setelah berpose dengan segala macam gaya, kini ia sedang duduk di sebuah kafe yang berada di dalam lingkup Villa. Ia sedang melihat hasil jepretan cowok yang baru dikenalnya itu.“Bagus banget, Bang, hasil fotonya,” ujar Hana.“Objeknya juga bagus, itu yang paling mendukung,” jawab cowok itu sambil melirik gadis berhijab di sebelahnya.“Hmm ... iya juga sih, hahaa .... “ Hana menutupi mulutnya sambi
#Istri_GaibBab 77 : Liburan[Pa, nanti di villa, aku nggak bisa satu kamar sama Hana soalnya Papa tahu sendirikan perubahanku setiap tengah malam.]Meiry mengirimkan pesan itu kepada Haikal, saat jam istirahat sekolahnya sedangkan papanya ia pastinya sedang berada di kantornya.Haikal menautkan alisnya saat membaca chat dari putri keduanya itu dan ia tak memikirkan sebelumnya akan hal itu. Ia mengusap wajah sambil menghembuskan napas berat, semua itu benar-benar tak ia pertimbangkan, ia hanya memikirkan asyiknya jika bisa liburan bersama.[Maafkan Papa, Mei, Papa lupa akan rahasiamu. Sekali lagi maafkan Papa, Papa hanya memikirkan asyiknya jika bisa pergi liburan bersama kalian dan melupakan tentang keadaanmu.][Iya, Pa, nggak apa-apa.][Iya, nanti Papa akan menyewa Villa yang kamarnya ada tiga. Kamu tenang saja, Nak.][Terima kasih, Meiry sayang Papa. Oh iya, chat kita langsung dihapus, Pa, takutnya ada yang baca. Meiry harap
#Istri_GaibBab 76 : Dugaan Hana“Loh ... Mey, kok udah keluar dari kamar saja, emang kapan datangnya?” Hana menautkan alisnya, menatap saudara angkatnya itu dari ujung rambut hingga ujung kaki.“Hmm ... pas aku datang, kamu lagi dapur,” jawab Meiry cuek sambil melangkah menuju dapur.“Hey, aku dari tadi ada di ruang tengah, mengerjakan tugas. Apa kamu masuk rumah dengan cara menembus dinding ... kayak hantu?” Hana menatap tajam Meiry.Meiry melengos kesal melihat tingkah Hana yang selalu mencurigainya itu.“Udah ah, aku mau makan dulu.” Meiry melewati tubuh Hana dan tak lupa menyenggol bahunya dengan lumayan keras sehingga saudara tirinya itu terhuyung ke samping.Meiry melangkah cepat menuju dapur sambil tersenyum sinis, melihat Hana yang mengaduh kesakitan karena ulahnya. Ia bisa bermain lebih kasar lagi jika Hana terus mengusik ketenangannya.Hana menghentakkan kaki kesal dan
Istri GaibPart 75 : Tumbal Kedua“Bang!” Meiry tersenyuum sambil masuk kembali ke ruangan karoke itu lalu duduk di samping Tristan.“Kok lama banget, kirain tertidur di kamar mandi.” Tristan langsung merangkul Meiry dan memeluknya.“Ngantri, Bang, ada yang lama banget di kamar mandinya. Eh, tahunya ada yang pacaran di sana.” Meiry menjauhkan dirinya dari Tristan tapi pacarnya terus saja memepet tubuhnya.“Sayang, sini!” Tristan menarik tangan Meiry dan kembali memeluknya. “Aku mencintaimu, Mey, sangat cinta ... “ bisiknya di telinga sang pacar sambil mendekatkan wajah mereka.Meiry hanya tersenyum, ia senang mendengarnya tapi takkan langsung bisa percaya begitu saja sebelum membuktikannya nanti.“Aku juga mencintaimu, Bang,” jawab Meiry pura-pura, walau ia tak memiliki perasaan itu.Tristan semakin mendekatkan wajah mereka, tangannya menyentuh dagu Meiry.