Home / Romansa / Istri Figuran Presdir Arogan / Bab 4 - Pemuas Hasrat

Share

Bab 4 - Pemuas Hasrat

Author: Ute Glider
last update Last Updated: 2024-12-03 18:08:56

Karissa tak pernah bisa menolak Damian dari dulu maupun saat ini. Dia tahu bahwa pria itu adalah penyelamat hidupnya. Luka bakar selebar telapak tangan yang terlihat di punggung kekar Damian adalah saksi bisu dari pengorbanan itu, sebuah bukti nyata yang tak pernah Karissa sangkal. Karena itulah apapun perlakuan Damian, dia mencoba untuk menerimanya. 

Namun, penerimaan itu sering kali terbalas oleh rasa perih. 

"Kamu menikmatinya, kan, hm?" bisik Damian dengan suaranya rendah dan penuh ejekan usai keduanya bergelung di ranjang.

Karissa hanya menatap sayu pria yang masih berada di atasnya, enggan menjawab. Pria itu pun tersenyum miring, seolah mengolok. Nyatanya meski di awal Karissa menolak, tapi akhirnya ia luluh pada hasrat pria itu. 

Desahan, keringat, dan panggilan-panggilan lirih Karissa saat memenuhi hasrat biologis mereka adalah hiburan bagi Damian. Selebihnya, dia tak peduli. Bahkan ketika Karissa terlihat mendesis kesakitan sambil memegang perut saat dia melepas penyatuan, Damian tetap tampak tak acuh. 

Pria itu turun dari ranjang dengan santai, menyambar jubah sutra yang terlipat rapi di atas nakas. Sambil mengikat tali jubahnya, Damian melontarkan kalimat yang membuat dada Karissa sesak. 

"Sudah aku duga kualitasmu menurun saat ada janin di perutmu. Itu sebabnya aku tak suka." 

Karissa terkesiap, jemarinya mencengkeram erat selimut yang menutupi tubuhnya. "Kamu lebih mementingkan hasratmu, Damian?" tanyanya dengan suara bergetar. 

Damian tak menjawab. Ia melangkah ke arah balkon, berniat menikmati cerutu sambil memandangi langit sore. Namun, langkahnya terhenti saat pintu kamar diketuk. Dengan gerakan santai, Damian membuka pintu melihat Martha berdiri di sana dengan kepala tertunduk. 

"Ada apa?" tanya Damian dingin.  

"Tuan Hector datang berkunjung," jawab Martha, tak berani menatap Damian secara langsung, terutama saat tubuh majikannya masih basah oleh keringat. 

Damian melirik ke arah Karissa sekilas. Semua penghuni mansion tahu betapa Hector, kakeknya, sangat menyayangi Karissa. Kedatangan pria tua itu jelas bukan untuknya, melainkan untuk cucu menantunya. 

"Tuan Hector mendapat kabar bahwa Nyonya..." Martha melirik singkat ke arah Karissa sebelum kembali menunduk. "... Nyonya hamil." 

Tatapan Damian berubah dingin penuh cemooh. Tanpa ada perkataan apapun, sorot itu sudah bisa menjelaskan apa yang ada dipikiran suaminya. 

"A-Aku tidak memberitahu apa pun pada Opa Hector," kata Karissa cepat, suaranya penuh tekanan. 

Damian mendengus pelan sebelum akhirnya masuk ke kamar mandi tanpa sepatah kata lagi. 

***

"Cucuku... oh, kenapa wajahmu pucat? Apa Damian tidak merawatmu dengan benar, hm?" 

Suara Hector terdengar hangat saat pria tua itu berdiri di ruang tamu dengan tongkat kayu di tangannya. Meskipun usianya telah mencapai delapan puluh tahun, posturnya tetap gagah. Ia membuka satu tangannya, mengundang Karissa untuk mendekat. 

"Aku baik-baik saja, Opa," jawab Karissa memaksakan senyuman sembari memeluk Hector sesaat.

"Apa Damian tahu bagaimana caranya memperlakukan wanita hamil? Kalau tidak, aku akan menegurnya," katanya dengan nada setengah bercanda. 

Karissa hanya bisa tersenyum tipis kemudian mengikuti Hector ketika pria itu mengarahkan untuk duduk bersama di sofa besar yang empuk. 

"Sudah berapa lama?" tanya Hector menatap perut Karissa yang belum nampak buncit.

"Delapan minggu," jawab Karissa pelan. 

“Ah, hahaha. Apa kamu tau? Aku sangat senang ketika mendengar kabar ini.” Hector tertawa kecil memperlihatkan pancaran bahagia di mata tua pria ini. “Aku akan memastikan semuanya berjalan lancar. Kamu tahu, Karissa, bayi ini adalah penerus keluarga kita. Aku tidak sabar menantikannya." 

Reaksi seperti ini yang Karissa inginkan dari Damian. Namun, ternyata yang berbahagia adalah Hector sendiri.

“Opa,” panggil Karissa. Jemarinya yang mungil sibuk memilin satu sama lain, tanda ia tengah bergelut dengan keraguan.

Hector meletakkan cangkir teh yang baru saja disesapnya, lalu menatap Karissa lagi. "Iya, ada apa?"

"Sebelumnya aku minta maaf karena aku belum bisa menjadi menantu yang sempurna untuk keluarga ini. Mungkin karena itu juga Damian—"

“Ekhem!”

Suara deheman Damian memotong kalimat Karissa. Pria itu baru saja muncul, mengenakan kemeja kasual yang rapi. Ia berjalan santai lalu duduk di sofa single dekat istrinya.

"Bagaimana pengobatannya? Apa berjalan lancar?" Damian berbicara pada Hector dengan datar seperti biasa.

"Opa sakit?" tanya Karissa terkejut dengan kabar ini. Dia hanya tau kalau Hector terkenal pria yang tangguh dan jarang sakit.

Hector tersenyum kecil, lalu mengangguk ringan. "Ah, hanya penyakit tua. Jangan khawatir, Karissa." Pria tua itu mengusap lehernya yang terasa pegal. "Setiap malam opa takut tidur terlalu pulas. Siapa tahu, mungkin aku tak akan bisa melihat pagi lagi."

"Opa, jangan bicara seperti itu," Karissa menimpali dan matanya mulai berkaca-kaca.

Hector tertawa kecil, mencoba mengurangi kecemasan Karissa. "Yang penting kamu jaga kandunganmu, Karissa. Setidaknya sebelum opa meninggal, aku ingin melihat bayi kalian lahir. Aku ingin memeluk cucu buyutku yang cantik atau tampan."

Perkataan Hector membuat Karissa refleks menoleh ke arah Damian, berharap ia akan merespons dengan sesuatu yang hangat. Namun, pria itu tetap diam, ekpresinya datar tanpa emosi.

"Oh iya, tadi kamu mau bilang sesuatu?" Hector kembali menoleh ke Karissa, menanti kelanjutan pembicaraan yang sempat terputus.

Karissa tergagap. "E-eee... Tidak, Opa. Aku lupa tadi mau bilang apa," jawabnya dengan nada kikuk. Mana mungkin dia berkata akan mengajukan cerai di saat kesehatan Hector sedang tidak baik. Sedangkan, selama ini Hector sudah mengusahakan yang terbaik untuknya.

Pria yang wajahnya sudah penuh kerutan itu menyipitkan mata, seolah mencoba membaca pikiran Karissa. "Yakin? Tidak ada yang kamu sembunyikan?" tanyanya dengan suara rendah.

Karissa memaksakan tawa kecil. "Benar, Opa. Tidak ada apa-apa."

Perbincangan singkat itu berakhir saat matahari sudah terbenam. Mereka sempat makan malam sebelum akhirnya Hector memilih pergi karena ada urusan.

“Karissa, Opa ingatkan. Kalau Damian macam-macam, bilang padaku. Dia harus mendapat hukuman kalau sampai membuat kamu dan bayimu celaka.” Kalimat itu terucap sebelum mobil hitam pergi dari halaman luas di sana.

“Kamu selalu memintaku berhati-hati dalam berkata di depan ayahmu, karena dia memiliki penyakit jantung.”

Perkataan itu menarik netra Karissa untuk menoleh ke samping.

“Hati-hatilah berkata di depan Opa. Kalau dia terluka karena ucapanmu, aku pun akan melakukan hal yang sama pada ayahmu,” lanjut Damian dengan nada dinginnya.

Saat begitu ponsel Damian berbunyi. Nama Emma sudah langsung bisa Karissa lihat saat pria itu hendak mengangkat panggilannya.

“Iya, aku ke sana,” jawab Damian singkat dan tetap dingin ketika seseorang bicara di sambungan telefon.

“Kemana?” cegah Karissa menahan tangan Damian yang akan pergi.

“Aiden sakit.” Damian melanjutkan langkahnya saat Karissa terpaku mendengar nama anak itu. Aiden adalah anaknya Emma.

“Aku dokter! Aku bisa mengobatinya!”

Related chapters

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 5 - Sebutan Daddy

    Ini adalah pertama kali Karissa bertemu dengan Aiden, pria kecil berumur tiga tahun yang ternyata sangat tampan. Terlihat sekali bukan anak dari kalangan biasa.Lamunan Karissa tersentak ketika Aiden berteriak memanggil Damian dengan sebutan ‘Daddy’ sambil berlari kemudian memeluk kaki panjang pria yang memiliki tinggi 190cm itu. Dia mendongak dengan matanya yang berkaca-kaca.“Mommy jahat, aku tidak mau dibawa ke rumah sakit. Daddy tolong aku.”“Daddy?” beo Karissa menatap nanar suaminya.Damian hanya menoleh sekilas, tak menjawab. Dia justru membungkuk untuk mengangkat Aiden ke dalam gendongannya. Meski tidak menunjukkan ekspresi hangat di wajah Damian untuk Aiden, tetap saja hati Karissa bergejolak. Seolah dia sedang ditampar oleh kenyataan di depan mata mengenai gosip yang beredar.Aiden anak biologis Damian.Karissa bahkan masih mematung, hanya netranya saja yang bergerak memperhatikan Damian membawa Aiden ke ruang makan kemudian duduk bersama Emma di sana. Ketika Emma menyadari

    Last Updated : 2024-12-03
  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 6 - Keputusan Karissa

    Damian terdiam beberapa saat, menatap Karissa dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Kau pulang saja lebih dulu. Aku akan menyusul," ucapnya dengan nada dingin.Karissa belum bergerak. "Aku bilang aku mau pulang denganmu, Damian," tegasnya lagi sembari meremas kedua sisi gaunnya.Damian menghela napas panjang, seolah lelah dengan tuntutan Karissa. "Karissa, aku sudah bilang—""Apa yang kau sembunyikan dariku, Damian?" Karissa memotong. "Kenapa anak itu memanggilmu Daddy? Kenapa dia ada foto dirimu di kamarnya? Dan kenapa Emma—" Karissa menunjuk ke arah dalam rumah, "—berpenampilan seperti itu di hadapan suamiku? Jawab aku, Damian! Sejauh ini pengkhianatan yang kamu perbuat?"Damian menggeser pandangannya ke arah balkon, menghindari tatapan Karissa. "Bukan urusanmu," ucapnya dingin.Jawaban itu seperti pisau yang menusuk dada Karissa. Dia merasa diabaikan, tak dianggap. Membuat semua rasa sakit yang selama ini ditahan semakin mengembung dan siap meledak.Buru-buru Karissa mengusap air m

    Last Updated : 2024-12-28
  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 7 - Siasat Damian

    King’s Premier Hospital pagi ini nampak lebih sibuk dari biasanya. Ada rapat utama rumah sakit yang seharusnya diadakan minggu depan, tapi mendadak asisten Damian mengabarkan rapat dimajukan siang nanti.“Kepala Spesialis Bedah sedang pergi, jadi dia memerintahkan Karissa menggantikannya,” ucap Shienna begitu masuk ke ruang tim bedah.Karissa yang tengah membicarakan masalah pasien dengan dokter senior pun mendongak.“Aku?” beonya menunjuk ke diri sendiri. Mungkin dia salah dengar.“Iya, Karissa Asterin.”“Tapi –“ Karissa menatap ada dua dokter senior di ruangan dan bukan sedang masuk jadwal praktek mereka. “Aku kan hanya dokter residen bedah. Biasanya dokter senior yang menggantikannya.”Gadis dengan rambut keriting itu mendekati Karissa lalu menyerahkan berkas laporan bulanan departmen bedah. “Pak kepala sendiri yang beri perintah. Kita bisa apa?”“Kamu dokter residen senior juga, Karissa. Banyak hal yang kamu ketahui untuk dilaporkan di rapat nanti,” ujar salah satu dokter bedah se

    Last Updated : 2024-12-30
  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 8 - Jerat Presdir Arogan

    “Patriarki? Suami tak tau diri? Kampungan? Jelek?”Sederet kata yang terucap dari para staff di ruang rapat tadi langsung keluar dari mulut dingin Damian saat Karissa baru saja datang.Damian bersandar pada sisi meja kerja lalu tangannya dilipat di dada. Sorot itu tajam, menuntut Karissa untuk menjelaskan apa maksud cacian yang dilontarkan oleh mereka tadi.Wanita itu sejenak menatap heran suaminya. Dia kemudian cukup santai untuk mengangkat kedua bahunya. “Kalau merasa tersinggung. Bukankah status kita di sini bukan suami istri. Bahkan sebentar lagi pun kita bukan siapa-siapa.” Karissa menatap Damian tanpa rasa gentar. Baru kali ini dia seberani ini tanpa rasa ragu.Bahkan ketika rahang Damian makin mengeras akibat perkataannya, Karissa tak peduli. Hatinya seperti mati rasa dari hari ke hari oleh sikap Damian.“Aku tidak memulai gosip apapun. Mereka menilai sesuai dengan apa yang aku kerjakan di sini. Jadi mungkin kamu yang perlu introspeksi diri, kenapa mereka bisa menganggap aku m

    Last Updated : 2024-12-31
  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 9 - Kebingungan Karissa

    Terdengar helaan napas dari sambungan telefon. “Aku tidak tau, sejak kemarin ayahmu mengkhawatirkanmu. Datanglah, besok adalah akhir pekan. Kamu bisa ke sini bersama Damian. Tunjukkan kalau kamu baik-baik saja.”“T-Tapi ....” Karissa menggigit bibir bawahnya bingung. “Aku memang ada rencana pulang untuk mengatakan sesuatu pada daddy.”“Sesuatu yang menggembirakan?”“Engh ... aku ....”Tidak sampai berucap, ponsel yang sebelumnya ada di genggaman Karissa kini sudah beralih ke tangan Damian.“Bibi Darla,” sapa Damian. Tidak ramah, tapi datar. Namun itu cukup membuat Darla sumringah di sana.“Damian? Ah, bibi rindu dengan kalian. Datanglah ke rumah besok akhir pekan. Mertuamu sakit-sakitan karena terlalu khawatir memikirkan putri satu-satunya.”“Ya, aku dan Karissa akan datang.”Karissa mendengar itu hanya menarik napasnya dalam-dalam. Sejak kapan Damian semudah ini mengiyakan keinginan keluarganya untuk datang ke rumah? Pria itu selalu ada cara untuk menolak dengan alasan sibuk.“Kamu i

    Last Updated : 2025-01-01
  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 10 - Kabar Baik Kehamilan

    Vincent terdiam sejenak setelah mendengar ucapan Karissa dengan mata membola, menatap putrinya. “Ka-Kamu hamil, Karissa?” Tiga tahun menikah dengan Damian, akhirnya bisa mendengar kabar ini tentu Vincent terkejut dan bahagia.Karissa yang semula kaget dengan perkataan jujur Damian, perlahan dia pun tersenyum dan mengangguk. Tangannya juga ikut menyentuh perut yang masih belum terlalu terlihat membesar. “Iya, Daddy. Aku hamil.” Senyuman Vincent pun makin merekah. “Astaga, kenapa kamu tidak bilang dari awal?” Dia segera berdiri, “Ini kabar baik! Tunggu sebentar.” Tanpa menunggu jawaban dari Karissa, Vincent bergegas ke dapur. Darla yang baru saja keluar membawa nampan minuman, memandang Vincent dengan heran. “Vincent, ada apa?” Pria paruh baya yang setia memakai syal di leher itu menunjukkan wajah cerahnya. “Karissa hamil, Darla! Aku harus menyiapkan sesuatu untuknya.” Mata Darla ikut berbinar mendengar kabar itu. “Ya ampun, benar? Kalau begitu, kita harus memasak makanan yang seha

    Last Updated : 2025-01-02
  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 11 - Luciano King Wilbert

    Kepergian Vincent dan Darla ke dapur bersamaan dengan suara dering panggilan masuk. Tentu membuat Karissa melirik pada ponsel milik Damian yang tergeletak di sofa, samping dirinya.Siapa lagi kalau bukan nama Emma yang terpampang di sana. Mungkin bila dihitung riwayat panggilan terbanyak di ponsel Damian, delapan puluh persen pasti berasal dari asistennya itu.“Tangan kananmu sedang diobati, biarkan saja dulu,” ucap Karissa yang kembali membalut telapak tangan Damian dengan kain kassa usai dibersihkan dan dioleh obat.Tak masalah bagi Damian, dia bisa mengambil benda pipih itu dengan tangan kirinya dan langsung mengangkat panggilan Emma tersebut.“Ya?” sahut Damian datar begitu ponsel menempel di daun telinganya.Rahang Damian seolah mengetat begitu mendengar sesuatu dari balik telefon. Dahinya pun mulai berkerut, diam, mendengarkan dengan seksama penjelasan Emma.“Di mana yang lain?” Damian kembali bersuara.“Hm, aku akan segera kesana – Argh ....” Damian mendadak mengeram pedih keti

    Last Updated : 2025-01-03
  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 12 - Luka Tembak

    Hari sudah berganti. Seharusnya pagi ini Damian datang untuk menjemputnya. Namun, sampai jam sembilan suaminya tak kunjung datang. Memberi kabar pun tidak.“Harusnya aku tidak berharap banyak padanya,” gumam Karissa sambil memandang ke jendela kaca.Salju sudah tidak terlalu tebal, orang-orang bahkan terlihat mulai melakukan aktifitas di luar sana. Tidak seperti kemarin ketika salju dan angin beradu cukup lebat dan cepat. Jadi memang tak ada alasan Damian terlambat menjemput.“Kamu yakin hubungan kalian baik-baik saja?”Pertanyaan Vincent menarik atensi Karissa. Dia menarik napas panjang kemudian duduk di kursi kayu dekat perapian, disusul sang ayah yang ikut menggeser kursinya supaya lebih dekat dengan Karissa.“Jujur pada Daddy,” ucap Vincent lagi dengan sorot tulusnya.Bibir ibu hamil itu tersenyum, menunjukkan kalau dirinya baik-baik saja. “Hal apa yang membuat Daddy bertanya seperti itu untuk kedua kalinya? Bukankah semalam aku sudah menjawabnya.”Tangan Karissa terulur untuk men

    Last Updated : 2025-01-04

Latest chapter

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 22 - Melihat Rekaman CCTV

    Nyaman.Satu kata itu sudah cukup menggambarkan perasaan Karissa saat ini. Matanya masih terpejam, tapi kesadarannya mulai kembali. Rasanya ia belum ingin membuka mata karena pelukan ini begitu nyaman dan hangat. Satu lagi, harum, Karissa suka. "Damian? Aku tidak sedang bermimpi, kan?" tebaknya dalam hati. Meski belum membuka mata, ia sudah mengenali aroma parfum maskulin suaminya. Perlahan, Karissa membuka matanya. Benar, Damian masih terlelap, mendengkur halus sambil memeluknya erat. Kenapa? Tumben. Yang ia ingat, semalam ia mual-mual dan pusing juga perutnya kencang. Setelah itu, ia tertidur usai Damian membersihkan tubuhnya.Tiga tahun lamanya mereka menikah, meskipun baru saja bercinta semalaman, Karissa tidak pernah bangun dalam pelukan Damian seperti ini. Jadi, apakah perlakuan Damian sekarang adalah anugrah atau karena ada Opa Hector di mansion?Tidur Damian terusik saat Karissa mencoba bergerak ringan untuk meregangkan otot.“Kau di sini?” Karissa melepas pelukan Damian kemu

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 23 - Memandikan Sang Istri

    “Nyonya, sebaiknya Anda jangan dulu membahas soal perceraian,” ucap Martha dengan nada hormat dan hati-hati.Karissa hanya menghela napas panjang sambil mengaduk bubur yang sedang dia masak di dalam panci. Rasanya dia lelah memikirkan soal rumah tangganya yang tak jelas ini.Setelah kekacauan akibat permintaan perceraian dia di depan Hector dan Damian, sang kakek pun memilih bermalam di mansion. Katanya tidak enak badan dan ingin dirawat oleh cucunya, Karissa. Jadilah kini wanita hamil itu menyiapkan bubur untuk hidangan makan malam sebelum meminum obat.“Saya mendengar kalau Tuan Hector ada gejala stroke karena hipertensi. Saya harap Nyonya bisa bersabar lagi.”“Semua menghawatirkan mereka. Tapi tidak ada satupun yang menghawatirkanku,” lirih Karissa masih dengan ekspresi datar dan lelahnya.Martha pun jadi merasa serba salah. “Nyonya ... bukan begitu.” Sungguh dia menyayangi Karissa seperti anaknya sendiri.“Martha, apa kamu bisa antar ini ke kamar opa? Perutku sedikit mual.”Sebena

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 22 - Peringatan Keras

    Seorang pria tua ber-jas merald lengkap dengan tongkat kayu di tangannya, berdiri di tengah ruangan. Di mana sebuah lukisan besar tergantung di dinding utama.“20 tahun lalu, kamu sudah jadi orang yang aku pilih.”Lukisan itu menggambarkan Hector muda dengan jas hitam rapi, berdiri gagah di samping cucu kecilnya yang mengenakan setelan serupa. Ekspresi mereka sama-sama dingin, tegas, dan tanpa senyum. Lukisan itu membawa Hector ke masa lalu, kenangan akan dedikasinya membentuk pria kecil itu untuk menjadi penerus yang ia banggakan, meskipun dengan harga yang mahal.“Opa.”Suara lembut itu memecah keheningan. Hector berbalik perlahan, sampai dia menemukan wanita cantik berjalan mendekat.“Kamu selalu cantik dan mahal, Karissa,” puji Hector memperhatikan Karissa yang mengenakan gaun sederhana berwarna krem dengan rambut yang disanggul rapi. Karissa tersenyum tipis, tapi senyumnya itu tidak menyembunyikan rasa perih yang mengendap di hatinya.“Bagaimana kabar opa?” tanya Karissa setelah

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 21 - Pertimbangan Perceraian

    Bagai burung yang terperangkap dalam sangkar emas. Istilah itu cocok untuk kondisi Karissa sekarang. Berada di mansion megah, tapi dia tak bisa kemana-mana. Martha memang menyiapkan makanan yang lezat. Obat dan vitamin ibu hamil. Serta membantu Karissa mengganti perban di kaki akibat goresan pecahan piring semalam.Namun, dirinya benar-benar tidak diperbolehkan keluar dari kamar walau hanya satu langkah. Ponsel juga disita. Argh! Karissa sudah ingin sekali marah. Apalagi teringat tugasnya di rumah sakit.“Tiga tahun pernikahan, aku baru dikaruniai anak.” Karissa yang tengah berdiri di balkon kamarnya pun menunduk sembari mengusap perut. “Mungkin karena sekarang Tuhan telah yakin, kalau aku dan bayiku ini sudah cukup kuat menghadapi orang macam Damian.”Matanya yang sayu itu beralih ke arah gerbang megah di kejauhan, di mana ada satu patung kepala serigala hitam di ujung atas gerbang.Sejenak Karissa larut dengan pemandangan yang memang sejak dulu seperti itu. Di halaman bahkan sampai

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 20 - Perkara Dua Milyar

    Sebuah tamparan menggema di ruang kecil rumah sederhana di pinggiran kota tepatnya daerah perkebunan anggur. Darla nyaris terjatuh ke lantai kalau saja dia tidak berpegangan pada nakas.Vincent menatap adiknya dengan mata memerah emosi.“Bagaimana bisa kamu memaksa Karissa melunasi hutang-hutangmu itu!” bentar Vincent.Darla menyentuh pipinya yang panas lalu kembali berdiri tegak untuk membalas sorot tajam kakaknya dengan sorot yang sama.“Kamu pikir aku berhutang untuk siapa? Untuk pengobatanmu dan semua kebutuhanmu, Kak!”“Kebutuhanku atau berfoya-foya dengan teman-temanmu itu?” Vincent tersenyum miring. Setelah tertangkap basah sering mentraktir teman dan kencan dengan beberapa pria menggunakan uang bulanan yang Karissa kirim, Darla masih saja berkilah.“Kamu sok baik di depan Damian supaya apa? Supaya rekening berjalanmu tidak berhenti?” Nada Vincent makin meninggi membuat Darla mulai sedikit gugup.Meski tahu perkataan Vincent benar, Darla merasa kesal. Dia lelah hidup berkecukup

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 19 - Memberikan Hukuman

    Nafas Karissa tercekat ketika Damian menyadari ada satu perhiasan yang hilang dari jemarinya. Terlebih ketika dia hendak menyembunyikan tangannya, Damian segera mencekal erat.“Mana cincin pernikahan kita?” tanyanya begitu dingin, menciptakan atmosfer ruangan yang mulai menegangkan.Sebisa mungkin Karissa menahan diri untuk tidak menunjukkan ketegangannya. Dia tersenyum tipis, seolah mengejek pria di depannya.“Cincin pernikahan? Untuk apa? Bukankah kita akan segera bercerai?”“Apa yang kamu lakukan pada cincin itu?”Karissa berusaha menarik tangannya, tapi tak bisa. “Itu milikku, aku lakukan apapun bukan urusanmu,” tegasnya.“Katakan dimana cincin itu!” desis Damian menajamkan sorot matanya serta mengercangkan cengkeraman di pergelangan tangan Karissa hingga nyaris meremukkan tulang kecil itu.“Aku membuangnya,” jawab Karissa asal.Damian melepas kasar tangan Karissa. Segera pula dia berdiri bersamaan dengan tangannya yang begitu mudah melempar meja di depannya.Karissa memekik kaget,

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 18 - Penyusup di Apartmen Karissa

    “Cincin itu pasti kembali,” gumam Karissa sambil mengusap jemari yang kosong.Tadi, karena paksaan dari Darla yang mengirim foto kondisi rumah berantakan akibat diserang oleh gerombolan anak buah rentenir. Karissa dengan berat hati menjadikan cincin pernikahannya sebagai jaminan.Wajahnya masih tidak tenang meski sudah mengirim uang dua milyar lunas pada Darla. Namun, kekosongan jemarinya seolah membuat hatinya ikut kosong.“Dia ngga akan tau aku gadai cincin itu. Dia juga tak pernah memperhatikanku.”Karissa menarik napas panjang, melihat dirinya di cermin wastafel toilet ruang kerja departemen bedah. Sampai seseorang mengejutkannya.“Hei!” Siapa lagi kalau bukan Sienna.“Aku mencarimu di jam makan siang. Keluar dengan siapa? Suamimu?” tanyanya.“Ada urusan sedikit,” jawab Karissa sembari merapikan pakaiannya.Sienna mengangguk-angguk saja. Dia datang ke toilet hanya untuk mencuci tangan kemudian keduanya berjalan keluar ruangan.“Kamu tau, para anak buah Luciano itu sudah pulang. Pa

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 17 - Mengajukan Pinjaman

    Karissa meremas ponselnya sambil berdiri gelisah di depan ruang kepala koperasi rumah sakit. Dari semalam dia tidak bisa tidur karena memikirkan kondisi ayahnya di rumah.Kenapa saat dia di sana Vincent dan Darla tidak menceritakan apapun soal hutang piutang? Apalagi hutang itu dalam jumlah yang sangat besar. Kalau begini dia bisa apa?Ditariknya napas itu dalam-dalam. Satu-satunya jalan adalah mencoba mengajukan pinjaman pada koperasi rumah sakit.“Paling tidak aku bica meminta seperempatnya,” gumam Karissa meyakinkan diri.Diketuk pintu itu. Pagi ini biasanya Tuan Raulf masih ada di ruangan, belum keliling ke kantor koperasi pusat di gedung selatan rumah sakit.“Masuk!” sahut seseorang dari dalam.Karissa sekali lagi mengatur napasnya barulah dia masuk.“Dokter Karissa?” Pria paruh baya yang memakai kaca mata itu tersenyum hangat. “Silahkan duduk,” tunjuknya pada kursi di depan meja kerjanya.“Maaf mengganggu, Tuan Raulf,” ucap Karissa seraya duduk di kursi kayu itu.“Iya, bagaimana

  • Istri Figuran Presdir Arogan   Bab 16 - Damian Ngidam

    “Nyonya, jika Anda lelah. Anda bisa tidur di kamar sebelah. Biasanya Tuan Damian tidur di sana jika sedang menginap.”Ucapan Emma membuat gerakan jemari Karissa yang semula sedang mengusap dahi Aiden jadi terhenti. Dia menoleh ke belakang dengan dahi berkerut pun jantungnya berdebar kencang.“Damian sering menginap?” tanyanya sedikit terbata.“Jangan salah paham, Nyonya. Tuan Damian sering rindu pada Aiden hingga dia pun memilih menginap di sini,” jawab Emma berusaha menyembunyikan senyuman samarnya.Dada Karissa bergemuruh. Kakinya juga jadi terasa berat untuk berdiri. Meski begitu Karissa tetap berusaha untuk beranjak dari kursi lalu berdiri tegap. Dia tidak mau terlihat lemah di depan wanita ini.“Jadilah perempuan yang tau diri, Emma.” Karissa mendekat setelah meraih tas dokternya. “Beginikah sikap seseorang yang sudah dibantu? Lalu sengaja menusuk orang yang sudah membantunya.”Emma menggeleng cepat seolah dia merasa begitu bersalah. “Tidak, Nyonya. Maaf, saya tidak bermaksud apap

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status