Share

Bab 45: Tutup Matamu

Penulis: Eariis
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-15 21:21:30

“Perlu aku tunjukkan bukti?” ujar Aiden Zephyrus dengan nada santai, bahkan pura-pura meraih ponselnya untuk memperlihatkan sesuatu kepada Clara.

“Baiklah! Katakan saja memang aku yang meneleponmu. Tapi bagaimana aku bisa ada di sini?” tanya Clara dengan penuh kebingungan. “Apakah aku berjalan dalam tidur sampai ke sini? Perjalanan sejauh itu, mustahil rasanya,” pikirnya.

“Sudah tentu karena aku, sang tuan muda, yang dengan rendah hati membawamu secara terang-terangan dari markas militer ke sini,” jawab Aiden tanpa rasa bersalah. Ia bahkan terdengar bangga dengan pernyataannya. Bukankah itu dilakukan secara terang-terangan? Bahkan para prajurit Clara melihatnya tanpa mengatakan apa-apa. Namun, dia sama sekali tidak memikirkan betapa terkejutnya Clara mendengar hal ini.

“Kamu bilang... kamu membawaku keluar dari markas militer dengan menggendongku?” Clara menatap Aiden dengan ekspresi penuh horor. “Ya Tuhan, kumohon jangan bilang itu benar-benar
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Dingin Sang Presdir   Bab 46: Aiden Zephyrus, Kau Tidak Tahu Malu

    "Ibu! Ternyata Ibu benar-benar di sini. Aku kira Ayah membohongiku!" seru Kian dengan wajah berseri-seri. Tangannya yang kecil memeluk erat leher Clara Ruixi. "Ya, Kian sudah semakin berat! Ibu hampir tidak bisa menggendongmu lagi. Sepertinya Kian benar-benar makan dengan baik, ya?" Clara menggosokkan hidungnya ke dahi Kian dengan senyum penuh kelembutan. "Ibu, kapan Ibu datang ke sini? Bagaimana Ibu tahu tempat ini?" tanya Kian dengan penuh semangat. Ia sempat berpikir bahwa ia baru akan melihat Ibu di malam hari. Siapa sangka, begitu membuka mata, ia langsung menemukannya di sana. Ketika Aiden mengatakan bahwa Clara ada di sini, ia bahkan mengira itu hanya tipu muslihat. "Uh..." Clara merasa canggung. “Aku sendiri tidak tahu kapan tepatnya aku sampai di sini. Mana mungkin aku mengatakan bahwa aku dibawa ke sini oleh Aiden Zephyrus? Bagaimana aku harus menjelaskan itu pada anakku?” pikirnya dengan panik. "Kian, di mana Ayah-mu?" Clara Rui

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Istri Dingin Sang Presdir   Bab 47: Ayah Tidak Bisa Dimakan

    Kedatangan mendadak Clara Ruixi tidak hanya membuat para pelayan terkejut, tetapi juga mengejutkan Aiden Zephyrus. Wanita itu mengenakan gaun putih panjang dengan desain sederhana namun tetap terlihat modis, membalut tubuhnya dengan anggun. Rambut hitamnya yang panjang mengalir seperti air terjun, tergerai indah di bahunya. Sepasang mata indahnya tampak malu-malu, dengan pipi yang sedikit merona. Kulitnya yang halus tampak seputih salju, memberikan kesan bersih dan murni. Langkahnya ringan, penuh keanggunan, ia berjalan perlahan dengan sikap yang begitu mempesona. Dalam balutan gaun ini, Clara tampak seperti bidadari yang baru turun dari kahyangan. Aiden Zephyrus tidak pernah melihat Clara berdandan seperti ini sebelumnya. Ia terkejut melihat bahwa ketika seragam militernya dilepas, wanita ini memancarkan pesona yang sangat berbeda—begitu memikat, begitu menawan. Dalam hatinya, ia tidak bisa menahan kekaguman pada sosok unik ini, yang mampu menggabun

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Istri Dingin Sang Presdir   Bab 48: Jangan Pergi

    Clara Ruixi memandang Aiden Zephyrus dengan kebingungan, tidak mengerti mengapa pria yang sebelumnya tampak begitu santai tiba-tiba menjadi sangat tergesa-gesa. “Hari ini, tetaplah di sini. Malam ini, aku akan membawa kalian keluar untuk makan malam,” ujar Aiden sambil berdiri di belakang Clara. Dia membungkuk sedikit, berbicara tepat di dekat telinganya. Hembusan napas hangatnya menyentuh wajah Clara, membuat tubuhnya menegang tanpa disadari. “Tapi, nanti aku ingin membawa Kian kembali ke markas militer. Sudah terlalu lama kami mengganggu waktu dan ruangmu. Rasanya aku tidak enak,” kata Clara pelan dengan kepala tertunduk. Aiden terdiam sejenak, ekspresi cerahnya tiba-tiba berubah menjadi kelam. Matanya yang biasanya tajam kini tampak seperti lautan gelap yang dingin, menyimpan misteri yang sulit dijangkau. “Kau begitu terburu-buru ingin meninggalkan pandanganku? Setelah semua hal yang secara impulsif aku lakukan untukmu, kau benar-benar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Istri Dingin Sang Presdir   Bab 49: Antar Aku Pergi

    "Kenapa kamu tidak pergi ke kantor?" tanya Clara Ruixi dengan bingung, melirik Aiden Zephyrus. Padahal, barusan pria itu tampak sangat terburu-buru untuk pergi. "Kamu tidak akan pergi lagi, kan?" Aiden menatapnya dengan penuh intensitas. Bukan berarti ia tidak mempercayainya, tetapi ia tahu betul bagaimana tajamnya kata-kata yang pernah ia ucapkan dulu. Setelah melukai seseorang, membuat mereka berubah pikiran dalam waktu singkat memang bukan hal yang mudah. "Tenang saja. Aku bukan tipe orang yang melanggar janji. Kalau aku sudah bilang akan tinggal, aku pasti melakukannya," jawab Clara dengan tegas, sambil menghindari tatapannya. Namun, rona merah muncul di wajahnya, membuatnya tampak semakin memikat. "Baiklah. Kamu bebas melakukan apa saja yang kamu suka. Tapi ingat, kamu harus pulang ke sini. Jika tidak, aku akan membalikkan seluruh markas militer hanya untuk mencarimu," kata Aiden dengan nada tegas. Sekali ia memutuskan sesuatu, ia akan melakukan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Istri Dingin Sang Presdir   Bab 50: Memang Aku Sedang Memarahi Kamu

    Serena Caldwell dengan gesit memutar setir untuk memasukkan mobilnya ke tempat parkir di depan. Namun, siapa sangka, sebuah mobil mewah tiba-tiba menyelinap masuk ke tempat tersebut, berhenti dengan mantap. Situasi mendadak ini hampir membuat mobil Serena menabraknya. Untung saja, performa rem mobil sportnya cukup baik, sehingga tidak terjadi insiden "ciuman" di tengah jalan. Serena langsung naik darah. Amarahnya seketika memuncak. Dengan kesal, ia membuka pintu mobilnya, dalam hati mengutuk Aiden Zephyrus ratusan kali. Rasanya tinggal satu langkah lagi ia memaki seluruh leluhur pria itu. “Kenapa sih dia harus memilih tempat di luar untuk negosiasi kontrak? Kalau tidak, aku tidak perlu repot-repot datang ke sini!” pikirnya sambil mengepalkan tangan. Viktor Altair mengambil dokumen di kursi penumpang, lalu membuka pintu mobil. Belum sempat keluar, sebuah suara marah yang keras dan lantang langsung menghantam telinganya. “Dasar brengsek! Apa kau tidak bis

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Istri Dingin Sang Presdir   Bab 51: Siapa Gadis Ini

    "Apakah menurutmu perusahaan kami ini terlihat seperti perusahaan bodoh yang bisa dipermainkan semaunya?!" ujar Serena Caldwell tajam, tanpa sedikit pun mundur. Meskipun ia tidak seberpengalaman Aiden Zephyrus, ia memiliki kemampuan bisnis yang ia kembangkan selama bertahun-tahun. Aiden tak bisa menahan tawa kecil mendengar perumpamaan Serena yang begitu terang-terangan. “Gadis ini memang berapi-api”, pikirnya. "Kalau begitu, menurut Presiden Serena, bagaimana sebaiknya kontrak ini disesuaikan agar bisa memuaskan Anda?" tanya Aiden dengan nada tenang. Ia bukan orang yang kaku dalam bernegosiasi. Sebelum datang ke sini, ia sudah menganalisis kontrak dengan cermat dan menyadari bahwa harga yang ditawarkan memang sedikit lebih tinggi dari pasar. Selama perubahannya tidak terlalu drastis, ia tidak keberatan memberi sedikit ruang untuk kompromi. "Jika tidak bisa diturunkan dua persen, paling tidak Anda harus memberikan potongan sebesar satu persen," jawab

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Istri Dingin Sang Presdir   Bab 52: Kau Sudah Pulang?  

    “Jangan, jangan melibatkan aku. Gadis itu terlalu berapi-api, bukan tipeku sama sekali,” ujar Viktor Altair dengan nada defensif. “Hanya orang gila yang mau mencari masalah dengan gunung berapi yang bisa meledak kapan saja!” pikirnya.  “Oh? Jadi, katakan padaku, tipe seperti apa yang kau suka? Yang dingin dan kaku seperti dirimu?” balas Aiden Zephyrus sambil tersenyum. Ucapannya tiba-tiba mengingatkannya pada istrinya sendiri, Clara Ruixi, yang juga memiliki aura dingin dan penuh wibawa.  “Sudahlah, jangan tarik aku ke dalam urusanmu. Kalau kau yang menerima Serena Caldwell, sepertinya lebih cocok. Sama-sama tajam lidahnya. Hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi jika dua orang seperti kalian bersatu. Mungkin dunia akan mengalami bencana besar!” balas Viktor dengan nada bercanda, meskipun ia setengah serius.  “Kau lupa? Aku ini sudah menikah, jadi aku tidak punya kesempatan lagi. Tapi kau? Bukankah kau masih pria lajang? Kalau tidak d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Istri Dingin Sang Presdir   Bab 53: Apa yang Kalian Lakukan?

    “Kali ini aku benar-benar tidak akan membatalkan. Aku takut kau akan mengejarku sampai mati!” ujar Clara Ruixi sambil tertawa kecil. Ia tahu betapa galaknya Serena Caldwell jika sedang marah. “Hah! Siapa juga yang cukup nekat untuk mencoba membunuh seorang wanita muda yang juga seorang perwira tertinggi? Aku ini belum bosan hidup,” balas Serena dengan nada geli, meskipun tangannya tetap sibuk menandatangani dokumen di hadapannya. “Ha! Jadi kau juga punya sesuatu yang kau takutkan? Kupikir kau tak terkalahkan,” ujar Clara, senang bisa memanfaatkan momen untuk menyindir Serena. “Baiklah, aku tahu kau semakin hebat sekarang. Tapi aku harus kembali bekerja. Kita lanjutkan pembicaraan ini besok saat kita bertemu, ya,” ujar Serena sambil melirik ke arah sekretarisnya yang baru saja masuk, membawa tumpukan dokumen yang jelas memerlukan perhatiannya. “Baik, sampai jumpa besok,” balas Clara sambil meletakkan telepon di sampingnya. Dia tidak berniat ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23

Bab terbaru

  • Istri Dingin Sang Presdir   Bab 78: Apakah Aku Baru Saja Melintasi Waktu?

    Lyra Altair menyentuh perutnya yang terasa kosong. Setelah berkeliaran sepanjang hari, ia masih belum merasa ingin pulang. Kepulangannya kali ini benar-benar rahasia—tidak seorang pun yang ia beri tahu. Ia kabur diam-diam, dan ia yakin kakaknya pasti sudah menyadari kepergiannya sekarang. Tapi ia tidak peduli. Ia sama sekali belum siap menghadapi kemarahannya. “Kalau dipikir-pikir, semuanya salah si pria asing berambut pirang itu! Apa hebatnya jadi tampan? Apa luar biasa kalau punya banyak uang? Dan apa istimewanya menjadi orang Prancis?” pikirnya dengan kesal. Ia juga seorang gadis cantik, seorang putri dari keluarga terhormat. Ia sama sekali tidak peduli pada pria asing sok hebat seperti itu. Lyra menendang kotak bunga kecil di pinggir jalan, tetapi rasa sakit yang menyiksa langsung menjalar dari ujung kakinya. ”Kenapa aku seberuntung ini?” pikirnya. Hari pertama kembali ke negaranya, ia malah mengalami sesuatu yang tidak ingin ia ingat—menyerahkan segalany

  • Istri Dingin Sang Presdir   Bab 77: Perlu Bantuanku?

    “Buldak? Aku cukup bisa menikmatinya. Tidak bisa dibilang suka, tapi juga tidak membencinya. Kenapa, ingin makan Buldak?” tanya Aiden Zephyrus sambil menatap Clara Ruixi. Ia merasa kembali mengenal sisi baru dari wanita kecil itu. “Siapa sangka, di balik sikap dinginnya, dia justru menyukai makanan pedas yang bisa membuat orang berkeringat deras? Berapa banyak lagi kejutan yang akan dia berikan?” pikirnya. Tidak bisa dipungkiri, wanita memang seperti sebuah buku. Semakin dalam dibaca, semakin banyak keindahan yang ditemukan. “Tidak, aku hanya mengerjai Kian. Lagi pula, cuaca sedang panas. Makan Buldak lebih nikmat dimakan di musim dingin,” jawab Clara Ruixi sambil tersenyum tipis. Meskipun ia sangat menyukai sensasi pedas, ia tidak sampai tega mengorbankan putranya demi selera pribadinya. “Nakal,” kata Aiden Zephyrus sambil tertawa kecil. Ia membungkukkan jari panjangnya dan dengan lembut mengusap hidung mancung Clara Ruixi. Matanya memancarkan kehangatan yang

  • Istri Dingin Sang Presdir   Bab 76: Sayang, Kamu Ingin Makan Apa?

    Senja yang indah, namun mendekati akhir hari. Aiden Zephyrus keluar dari kantornya dengan tangan kanan menggenggam tangan putranya, dan tangan kiri memegang tangan Clara Ruixi. Karena saat itu adalah jam sibuk setelah jam kerja, kehadiran mereka menarik perhatian banyak orang. Wajah-wajah penuh rasa ingin tahu terlihat di mana-mana, meskipun tak seorang pun berani mendekat karena status mereka, sehingga hanya bisa mengamati dari kejauhan. Bagi Clara Ruixi, menjadi pusat perhatian adalah hal biasa. Sebagai seorang perwira militer, ia sering berdiri di depan para prajurit, menerima tatapan penuh hormat. Namun, berjalan di samping Aiden Zephyrus, ia merasa tekanan yang berbeda. Pandangan yang diarahkan kepadanya bukan hanya penuh rasa ingin tahu, tetapi juga seperti ingin mencari tahu sesuatu. Hal ini membuatnya merasa sedikit gugup dan canggung. Aiden Zephyrus menyadari genggaman tangan Clara Ruixi yang perlahan mengencang. Ia pun secara re

  • Istri Dingin Sang Presdir   Bab 75: Apakah Paman Akan Menyukai Ibu?

    “Paman Xavier, apa sudah dipikirkan matang-matang atau belum?” Kian terus memaksa sambil menarik tangan besar Xavier Rainier, tidak memberinya kesempatan untuk pergi. Aiden Zephyrus langsung merasakan aliran darah naik ke kepalanya setelah mendengar pertanyaan itu. Hebat sekali, bocah ini bahkan berani menjajakan istrinya di depan matanya sendiri. Sepertinya Kian benar-benar semakin berani. Selama ini, ia hanya menutup mata terhadap ulah Kian terhadap wanita-wanita di sekitarnya, karena mereka memang tidak penting baginya. Tetapi Clara Ruixi adalah cerita lain. Dia bukan sekadar wanita biasa. Dia adalah orang yang ingin ia cintai sepenuh hati. “Uh... begini, Kian! Aku sudah memikirkannya. Tidak perlu lagi dipertimbangkan. Ibu-mu lebih baik kamu serahkan saja untuk disukai oleh Ayah-mu, ya. Aku tidak mau ikut campur,” jawab Xavier Rainier dengan senyum kaku. “Tolonglah, Kian, jangan seret aku ke dalam masalah ini!” pikirnya dengan putus asa. “Baru men

  • Istri Dingin Sang Presdir   Bab 74: Kamu Lupa Bernapas Lagi

    “Istriku, ternyata benar-benar kamu!” seru Aiden Zephyrus sambil tersenyum lebar. Ia melangkah cepat mendekat, dan dengan satu gerakan, ia menarik wanita kecil yang masih terpaku itu ke dalam pelukannya. Tanpa ragu, bibirnya yang tipis dan memikat mendarat di bibir lembut Clara Ruixi. Sekretaris Anna terkejut mendengar panggilan "istriku" yang diucapkan oleh Aiden Zephyrus. Namun, ia segera memahami situasinya dan tersenyum kecil. Dengan tenang, ia keluar dari ruangan dan menutup pintu di belakangnya dengan hati-hati. “Mm…” Clara Ruixi terkejut oleh kehangatan tiba-tiba dari Aiden Zephyrus, membuat pikirannya kacau. Sekali lagi, ia lupa bernapas. Tangan kecilnya tanpa sadar memegang lehernya untuk menopang diri, sementara tubuhnya melemah seketika dalam pelukannya. “Gadis kecil, kamu lupa bernapas lagi,” bisik Aiden Zephyrus sambil melepaskan ciumannya. Ia menyentuhkan dahinya ke dahi Clara Ruixi, menampilkan senyuman jahil yang membuat suasana semak

  • Istri Dingin Sang Presdir   Bab 73: Sebuah kejutan

    Gedung megah dan mewah milik Pinnacle International masih sama seperti dulu. Begitu pula sosok seorang wanita dingin yang kini berjalan sambil menggandeng seorang anak laki-laki tampan. Namun, ada sesuatu yang berbeda kali ini. Wanita itu tidak lagi mengenakan seragam militernya yang penuh wibawa, melainkan tampil lebih santai dan tampak sedikit lebih ramah.  Beberapa bulan telah berlalu sejak terakhir kali Clara Ruixi melangkah ke gedung yang memancarkan kemewahan di setiap sudutnya ini. Meski begitu, perasaan gugup yang ia rasakan dulu masih tersisa, membuat langkah kakinya sedikit ragu. Dengan tangan dingin yang mulai berkeringat tanpa sadar, ia menggenggam erat tangan Kian yang lembut.  Karena wajah Kian yang begitu khas dan menggemaskan, tidak ada seorang pun yang mencoba menghentikan langkah mereka kali ini. Namun, banyak mata menatap mereka dengan penuh rasa penasaran, bertanya-tanya siapa sebenarnya Clara Ruixi, sehingga "pangeran kecil"—anak ya

  • Istri Dingin Sang Presdir   Bab 72: Kamu Sering Pergi Ke Kantor Ayahmu?  

    Serena Avila memperhatikan interaksi antara Serena Caldwell dan kedua orang itu dengan penuh perhatian. Ia merasa bahwa hubungan mereka terasa agak aneh; tidak tampak seperti pasangan kekasih, juga tidak seperti teman biasa. Sebaliknya, hubungan mereka justru menyerupai suatu bentuk hubungan lain yang tidak lazim.  Serena Caldwell merasa sedikit kesal dengan dirinya sendiri, karena ia sadar bahwa ucapannya barusan sedikit ceroboh. Namun, meminta maaf bukanlah gaya dirinya. Setelah berpikir cukup lama, ia tetap tidak tahu harus berkata apa. Meski ucapannya tadi bertujuan membela Clara Ruixi, tetapi Aiden Zephyrus tetaplah sosok yang sangat berpengaruh di Kota. Oleh karena itu, perkataan seperti tadi memang kurang bijaksana dan wajar jika membuat lawan bicaranya tersinggung.  “Eh… aku ada urusan, jadi aku pergi dulu. Kalian lanjutkan saja, ya!” ujar Serena Caldwell dengan santai. Ia menunduk sedikit sebelum pergi dengan langkah agak tergesa-gesa. Satu kel

  • Istri Dingin Sang Presdir   Bab 71: Siapa Bilang Aku Punya Pacar?

    Clara Ruixi memutar matanya, mendengar suara lantang Serena Caldwell dari seberang telepon. Ia tahu, jika sudah berurusan dengannya, semuanya akan berubah menjadi situasi yang ribut tapi menyenangkan.  “Serena, jangan panik seperti itu. Aku hanya bercanda, masa iya aku tega membiarkanmu sendirian lagi.” Clara Ruixi menenangkan suara temannya yang sudah naik satu oktaf.  Serena Caldwell mendengus kecil, mencoba mengontrol emosinya. “Oke, aku percaya kali ini. Tapi kalau kamu berani batal lagi, lihat saja nanti!”  “Ngomong-ngomong, siapa bilang aku punya pacar?” Serena Caldwell tiba-tiba menimpali, suaranya kembali menggoda seperti biasa.  “Lho, bukannya waktu itu kamu bilang ada pria yang mengejarmu? Atau sudah kamu tendang lagi?” Clara Ruixi tertawa kecil, mencoba menggoda balik.  “Pria mana pun yang berani dekat-dekat denganku harus siap dengan risiko. Sampai sekarang belum ada yang berani bertahan lama,” ja

  • Istri Dingin Sang Presdir   Bab 70: Cemburu?!

    “Oh, kalau begitu selamat menikmati makan siangmu. Aku tidak akan mengganggumu lagi,” kata Clara Ruixi dengan suara pelan. Pagi tadi, setelah menutup telepon, ia baru teringat peringatan Aiden Zephyrus agar tidak memutuskan panggilan lebih dulu. Kini, ia berhati-hati untuk tidak mengulanginya.  “Baik. Nanti aku akan meminta Hugo menyiapkan komputer baru untukmu. Malam ini, aku akan pulang lebih awal untuk menemanimu,” kata Aiden Zephyrus sambil tersenyum. Senyuman itu begitu memikat, membuat siapa pun yang melihatnya sulit berpaling.  Serena Avila, yang duduk di seberang, merasa hatinya semakin tergoda. “Siapa sebenarnya wanita di ujung telepon itu? Mengapa dia mendapatkan sisi lembut dari Aiden Zephyrus? Tapi, siapa pun itu, suatu hari nanti kelembutan itu akan menjadi milikku,” pikirnya penuh ambisi.  “Wah, Tuan Zephyrus ini benar-benar seorang Casanova ya! Di luar membawa satu wanita, sementara di rumah menyembunyikan wanita lain. Kira

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status