Pintu kamar terbuka lebar mereka berdua saling adu tatap namun tidak ada yang membuka suara. Rava begitu saja masuk karena ponselnya tertinggal tanpa melirik Carla lagi. "Kau mau ke mana?" tanya Carla pelan. "Kamarku di sebelah kalau ingin sesuatu hubungi saja pelayan hotel." Setelah mengatakan itu Rava meninggalkan Carla. "Dia marah," batin Carla. Rava benar-benar tidak jadi ke kamarnya tapi bersandar di pintu sambil memejamkan mata. "Tenanglah Rava, wanita itu kapan pun bisa marah," ucapnya pelan. Carla sedari tadi mondar-mandir memikirkan Victor dan Julia Kefira pasti merayakan kemenangan untuk kedua kalinya. "Bodoh Carla, seharusnya jangan menandatangani surat itu." Carla baru menyesali perbuatannya setelah berpikir panjang. Beda dengan Rava dia memperhatikan dokumen baru kirim sekretaris Hardiman saham Carla sudah berpindah tangan. "Dia benar-benar mengambil saham Carla," ucap Rava kesal. Pria beranak satu itu tidak terlalu merespons soal saham Carla lalu kembali menut
Rava mengusap wajah Ozora penuh dengan kelembutan karena sebagai ayah dia harus memberikan perhatian khusus untuk anak semata wayangnya ini. Setelah memiliki ibu baru Rava berharap Ozora bisa tersenyum lagi seperti dahulu namun dia salah besar. Kehadiran Carla sama sekali tidak membuahkan hasil terhadap Ozora sangat menginginkan sosok ibu."Mau ikut dengan ayah!" ajak Rava."Kemana ayah? Ozora menangis nih," celotehnya.Rava begitu gemas melihat putrinya ini lalu dia menggendong keluar menuju ke mobilnya."Ayah mau kita ke taman," ucap Rava sambil memasangkan sabuk pengaman mobil."Asik main tanah," girangnya.Rava hanya tersenyum kecil lalu dia membawa mobil itu pelan-pelan karena taman tidak terlalu jauh dari kediamannya.Banyak pengunjung datang ayah dan anak itu juga gabung sambil bergandengan tangan."Kamu boleh bermain sepuasmu sayang," bisik Rava."Benarkah ayah?" tanya Ozora sambil menyentuh wajah tampan Rava yang kurang tidur."Ya sayang tapi ingat jangan jauh-jauh mainnya a
Carla diam melihat gundukan selimut yang menutupi seluruh tubuh Ozora di balik sana, terdengar suara tangisan."Nak, kau sudah tidur?" panggil Carla pelan."Ibu?!" pekik Ozora lalu dia berusaha untuk diam."Kau sudah tidur, Ozora?" panggil Carla lagi.Ozora membuka selimut dia menunduk tidak mau Carla melihat wajahnya yang sembab."Ozora mengantuk, Bu," lirihnya."Ibu minta maaf ya sudah hadir ditengah-tengah kalian." Ozora spontan langsung menatap Carla.Anak kecil itu tersentak dia tidak terima Carla mengatakan itu langsung menangis kuat."Ibu mau meninggalkan Ozora ya? Jangan pergi? Ozora akan menjadi anak yang baik!" Carla ingin tertawa melihat wajah mengiba Ozora padahal ia tadi hanya bercanda."Duduklah! Ibu mau bicara denganmu." Ozora menurut namun tidak berani menatap wajah Carla."Ibu mau apa?" tanya Ozora masih takut."Kamu menyukai ibu tidak?" Ozora diam termangu pertanyaan Carla membuat kepalanya berdenyut."Kalau ibu menyukai Ozora, tentu Ozora juga menyukai ibu." Carla m
Sarapan pagi berlangsung nikmat bahkan Rava sampai nambah dua kali hingga Carla dan Ozora tercengang."Apa yang kalian lihat?" tanya Rava datar."Nanti ayah gendut kalah terlalu banyak makan," celoteh Ozora. Rava merasa malu memilih minum karena Carla menertawakan dia juga. "Ayah akan pergi ke luar kota selama seminggu, Ozora bersama dengan ibu ya!" ucap Rava halus."Kenapa baru mengatakan sekarang ayah?" Ozora menunduk sedih tidak mau pisah selama itu."Ayah harus bekerja, lagi tahun depan kamu akan masuk ke sekolah," tambah Rava."Baiklah ayah," angguknya.Carla sebagai penyimak gelisah akan kepergian Rava kali ini bukan karena hal lain tapi mimpi itu telah menghantuinya. Rava sudah siap lalu menuju ke depan di antar Carla, Ozora serta pelayan memasuki kebutuhan sang majikan."Tunggu Rava! Ada yang ingin aku katakan kepadamu?" panggil Carla."Ada apa?" balas Rava tidak jadi masuk ke dalam mobil."Mbak, bisa bawa Ozora masuk ke dalam!" ucap Carla."Baik Nona." Ozora menurut karena t
Rava berpikir keras untuk mengetahui dalang balik kecelakaan yang menimpanya namun, pikirannya terbersit perkataan Carla sebelum dia berangkat."Dari mana Carla tahu aku akan mengalami kecelakaan?" batinnya.Suara klakson mobil dari jarak jauh mengagetkannya, Rava mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan langsungnya bersembunyi di balik batu besar."Kau sedang apa disini, Rava?" panggil Eritha muncul sendirian tanpa ada yang menemaninya."Eritha?" lirih Rava.Eritha terkejut melihat mobil Rava nyaris menjadi debu bahkan aroma tidak sedap membuat hidungnya sulit bernafas."Apa yang terjadi, Rava?" tanya Eritha panik."Aku kecelakaan," ucapnya dingin."Lalu, kau tidak apa-apa kan?" Eritha sangat sambil melihat Rava dari atas sampai kebawah bahkan tangannya ikut menyentuh tubuh kekar itu."Cukup Eritha! Aku baik?!" sentak Rava tepiskan tangan itu."Aku hanya memastikan keadaanmu? Sekali lagi cobalah buka hatimu kepadaku Rava, aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu!" pinta Eritha halus.
"Sedang apa kau di sini, Rava?" tanya Eritha panik melihat wajah Rava yang terlihat dingin."Ini pulauku terserah mau ke mana kedua kakiku melangkah," balas Rava lalu menyerobot Eritha begitu saja.Eritha memandangi tubuh Rava sudah hilang balik pintu pagar besi itu kemudian dia juga masuk ke dalam.Angin malam semakin kencang apalagi hujan tetap turun membuat isi pulau berkabut."Oh dingin sekali," ucap Rava sambil memeluk tubuhnya.Rava membersihkan tubuhnya menggunakan air hangat tanpa dia sadari Eritha sudah menyelinap masuk ke dalam kamar."Malam ini kau harus kubuat takluk Rava," batinnya sambil menyapu seluruh ruangan terlihat rapi dan wangi.Suara percikan air dari kamar mandi sampai terdengar di luar, Eritha mendekat lalu menempelkan telinganya ke daun pintu."Rava sudah selesai mandi," ucapnya cepat lalu bersembunyi balik lemari.Tubuh Rava yang terlihat kekar, bersih membuat Eritha sampai telan ludah tidak kuat melihat pemandangan indah itu terpampang di hadapannya."Aku me
Kelakuan Eritha sendirian di kolam menarik perhatian sosok pria kebetulan datang ke rumahnya. Senyuman pria itu sangat lebar terburu-buru menghampiri wanita cantik tersebut."Hai!" sapanya."Kau?!" Eritha terkejut langsung merapikan pakaiannya."Stop! Kamu tidak perlu berdiri tetap seperti yang tadi karena aku sangat menyukai Eritha," ucapnya genit."Diam kau Sakti! Pria macam apa kau ini?!" sentak Eritha.Sakti menarik Eritha membawanya masuk ke dalam pelukan hingga suara pria mengangetkan mereka berdua."Eritha!" panggilnya."Rava?! Minggir kau Sakti!" Eritha mendorong Sakti kasar karena ada Rava di kediamannya."Eritha keterlaluan kau," dengus Sakti."Aku senang kau datang menemuiku Rava." Eritha tidak tahu malunya memeluk Rava dalam keadaan berpakaian kurang bahan.Tatapan Rava tajam melihat Sakti masih ada di sana jelas-jelas kedatangannya ada sesuatu yang harus dibahas dengan Eritha."Aku mau bicara denganmu." Rava melepaskan pelukan Eritha lalu menuju taman tidak jauh dari kola
Fantasi Rava semakin liar kali ini dia menuntut lebih kepada Carla agar mereka berdua secepatnya menyatu."Rava, teruskan!" desis Carla."Bisa kita lakukan lebih?" pinta Rava."Ya," angguk Carla.Senang hati Rava membawa Carla masuk ke dalam pelukannya hingga wanita itu terkejut merasakan nafas pria dewasa itu."Apa yang kau lakukan, Rava?!" pekik Carla."Aku sangat menginginkanmu Carla," bisik Rava."Sadar Rava! Kau kenapa?" Carla mendorong tubuh Rava kuat karena pria krh nyaris menciumnya.Rava terkejut heran apa yang baru saja terjadi kepada dirinya sementara Carla lari ke luar ketakutan."Apa yang kulakukan barusan?" batin Rava gusar.Apapun yang terjadi barusan tidak bisa diingatnya karena semua itu sangat cepat berlalu. Tidak mau dibayangkan Rava berani membuka kamera pengawas yang diam-diam disembunyikan dalam kamar.Tenggorokannya tercekat tubuh yang dia bayangkan terpampang jelas di hadapannya. Kedua bola matanya melihat kelakuannya kepada Carla hingga dirinya merasa bersalah
"Kali ini akan kupastikan pembalasan dendamku ini terjadi kepada mereka berdua," batin Carla.Carla diam-diam menelepon seseorang agar rencananya berhasil dan tidak gagal kali ini ia akan memberikan pelajaran kepada Victor dan Julia."Kami akan urus semua keperluan Nona," ucap seseorang luar sana."Jangan ada tahu kalau tidak rencana ini akan gagal!" peringat Carla."Baik Nona." Obrolan mereka selesai karena Carla mendengar suara Ozora memanggil namanya."Ibu di mana?" panggil Ozora sambil mengusap kedua bola matanya."Ibu di sini sayang," sahut Carla.Ozora memeluk Carla sifat manjanya keluar begitu saja mereka berdua tidak sadar Rava memperhatikan dari pintu kamar.Pandangan Rava dingin karena baru dapatkan kabar Carla habis menghubungi seseorang. Rava tidak tinggal diam memberikan ponsel kepada Carla dengan cuma-cuma padahal dia sudah sadap agar tahu apa yang dilakukan wanita yang sudah ditolongnya itu."Apa yang ingin kau rencanakan Carla sampai tidak mau memberitahukan kepadaku?"
Hati Carla sakit mendengar yang dikatakan Rava barusan padahal ia sama sekali tidak ada hubungan apapun kepada keluarga ini."Perasaan apa ini?" batin Carla.Mobil Rava sudah meninggalkan kediamannya membawa Ozora jalan-jalan agar suasana putri kecilnya itu baik."Kita mau ke mana jadinya ayah?" tanya Ozora."Ozora pengennya mau ke mana?" tanya balik Rava."Miki Holy ayah," balas Ozora cepat."Kita ke sana." Rava tidak masalah waktunya banyak terbuang padahal pekerjaan kantor menumpuk.Setibanya mereka disambut oleh manajer karena mendapat informasi dari bawahannya Rava datang."Selamat datang tuan, nona muda," sapanya."Kembali bekerja jangan hiraukan kami!" perintah Rava."Baik tuan," ucapnya sambil mundur.Ozora bermain bersama dengan anak seusianya sedangkan Rava mengabadikan momen itu agar Carla melihatnya.Postingan Rava mengagetkan Eritha saat ini dia juga berada di Miki Holy lalu dengan langkah cepat wanita muda itu menuju tempat ayah dan anak itu."Rava!" panggil Eritha. Rava
"Rava bisa kita bicara sebentar?" Rava langsung mengangguk cepat daripada menolak kebohongannya akan terbongkar. "Ya," angguknya. "Sebentar ayah dan ibu bicara boleh?" tanya Carla kepada Ozora. "Jangan lama Bu." Carla memeluknya sebentar lalu menuju ke kamar. Rava sudah dilanda keringat yang berlebihan pikirannya tidak tenang akan hal ini. "Mau bicara apa?" ucap Rava memberanikan diri. "Katakanlah yang sejujurnya Rava?" desak Carla. "Soal apa?" Rava berpura-pura tidak tahu. "Sudahlah lupakan, aku malas berdebat denganmu." Rava menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Apa yang dia katakan barusan?" gumamnya. Rava mengikuti Carla dari belakang tetap menjaga jarak karena hal tadi membuatnya masih bertanya-tanya. Ozora dan Carla bermain di lantai, Rava diam sambil memikirkan cara agar keluarga ini secepatnya utuh. "Ayah kenapa di sana duduk? Ayo sini mendekatlah!" panggil Ozora. "Aku datang," ucap Rava cepat. Carla terkejut Rava ada di belakang bukan di depannya atau sebelah Ozo
Victor terbelalak melihat foto Carla jelas berada di hotel Serafin namun tidak dengan Rava."Berita ini bohong kau jangan mempercayainya Julia," ucap Victor tegas."Apa?! Berita ini hari di mana-mana bagaimana mungkin aku tidak mempercayainya?" sentak Julia."Baiklah, aku akan menyelidiki keberadaan Carla untuk sementara kau lebih baik pulang ke rumah tunggu aku di sana." Julia Kefira langsung keluar tanpa mengatakan apapun wajahnya terlihat marah.Victor menarik nafas kuat lebih baik dia bersandiwara di hadapan Julia agar tidak memperburuk masalah."Dengan siapa Carla malam itu?" gumam Victor.Berita munculnya Carla menghebohkan dunia media sosial sampai mengguncang perusahaan grup Walt yang lagi naik daun."Siapa yang berani mengambil foto Carla?" dengus Rava lalu pria dingin itu merobek koran tersebut."Tuan, saya memiliki informasi yang menyebarkan foto nona Carla." Sekretaris Rava masuk tergesa-gesa karena dia harus lembur cari tahu dalang dibalik kejadian ini."Siapa? Siapa oran
"Baiklah, kita langsung saja." Mobil kembali melaju dengan cepat agar tidak terlambat untuk makan malam.Carla semakin gugup hingga akhirnya mereka berdua tiba sebuah gedung pencakar langit."Bukankah ini gedung grup Serafin?" batin Carla."Ayo, kau mau terus di sini?" ajak Rava."Ya," balas Carla cepat.Kedatangan mereka berdua cukup membuat semua orang terkejut apalagi kehadiran Carla ditengah-tengah semua pengunjung."Tenanglah jangan gugup," bisik Rava."Kita sedang apa di sini?" tanya Carla heran."Ikut saja nanti kau juga akan tahu." Mereka berdua masuk ke dalam lift menuju lantai dua puluh.Carla terpukau melihat pemandangan dari atas benar-benar indah, ia sampai melupakan Rava dari tadi menunggu karena bukan disini tempatnya."Indah sekali," ucapnya berbinar."Kau suka?" Akhir Rava mendekati Carla masih kagum melihat ke luar."Sangat, jujur aku belum pernah melihat pemandangan seindah ini," ucapnya."Aku bisa membawamu tiap hari ke sini." Jantung Carla berdetak kencang sadar t
Rava semakin gelisah mengenai ketenangan keluarga kecilnya apalagi masalah terus menerus terjadi."Satupun petunjuk kenapa tidak ada?" sesalnya."Tuan, sepertinya saya mendapatkan petunjuk." Sekretaris Rava tiba-tiba masuk ke dalam ruang kerja sambil membawa map kecil."Apa itu?" tanya Rava begitu penasaran apa yang di bawah anak buahnya itu."Tentang pulau tuan." Rava melihat ada beberapa foto yang membuatnya terkejut."Bukankah ini adalah mobil Eritha?" tanya Rava heran."Ya tuan, nona Eritha sepertinya sudah lama berhenti di sana lalu menuju ke jalan raya di mana anda mengalami kecelakaan," tunjuknya."Kau memiliki bukti kamera pengawas?" tanya Rava sambil menahan amarah."Hanya jalan menuju rumah pulau tuan." Rava serius melihat gerak-gerik mobil Eritha walaupun hanya sepotong."Sedang apa Eritha di sana?" gumam Rava sambil memperhatikan semua pergerakan Eritha.Rava kembali memutar kedua bola matanya menangkap sosok asing menuju ke arah Eritha."Siapa dia?" tanya Rava dingin."Sa
"Rava?" panggil Carla."Ada apa." Rava menoleh ke belakang sambil mengenakan dasi."Aku minta maaf," lirihnya pelan."Soal apa?" tanya Rava lalu berbalik.Carla menunduk tidak berani menatap wajah Rava karena rasa bersalah kepada anak dan bapak ini cukup serius."Semuanya." Rava kembali menatap wajah Carla yang terlihat sendu."Boleh aku bertanya sesuatu kepadamu?* Carla mengangguk cepat karena sudah sakit kepala memikirkan satu malam masalah kemarin itu."Apa itu?" Rava meraih kedua tangan Carla, perlahan diusap."Aku hanya minta kepadamu jadi ibu Ozora, dia sangat menyukaimu bahkan dirinya sudah melupakan ibu kandungnya karena kehadiranmu." Carla tertegun jantungnya berdebar kencang bayangkan Ozora selamanya tidak menyukainya lagi."Ayah, boleh Ozora masuk!" panggil Ozora."Ozora?!" pekik Carla.Rava membuka pintu senyumannya lebar menyambut putri kecilnya itu yang sudah terlihat baik."Selamat pagi princess?" ucap Rava."Pagi ayah," balas ya girang namun kedua bola matanya tertuju
Carla menunduk tapi Rava tidak tinggal diam terus mendesak agar wanita di hadapannya ini mau cerita kepadanya."Katakan yang sejujurnya, apa ada masalah tadi?" tanya Rava."Tidak ada Rava," ucap Carla tetap kekeh tidak mau memberitahukan."Kau yakin?" Carla mengangguk tidak mungkin cerita di bawah sana ada Victor.Rava mengubungi seseorang untuk mencari tahu yang terjadi di taman kantor bagaimanapun juga ini menyangkut keluarga."Cari tahu sedetail mungkin jangan sampai ada yang terlewatkan!" perintah Rava."Baik tuan," balas sekretaris Rava.Rava kembali masuk sudah melihat Ozora bangun dari tidurnya, wajahnya terlihat imut dan menggemaskan."Akhirnya putri ayah sudah bangun." Ozora manja minta gendong.Wajah bantal itu sama sekali tidak ada senyuman atau respon semenjak dari taman kantor."Ozora mau pulang," rengeknya."Ya, kita pulang sekarang," balas Rava sambil melirik Carla diam.Mereka bertiga satu mobil Ozora terus menempel kepada Rava hingga membuat pria dewasa itu heran.Mob
Rava menyambut kedatangan Carla lalu membawanya masuk ke dalam bersama Ozora. "Masuklah! Kalian sudah makan siang?" tanya Rava ramah."Sudah," jawab Carla singkat."Ozora belum ayah." Carla terbelalak padahal mereka berdua datang ke sini habis makan duluan."Dia bohong, kami sudah makan siang. Kamu sudah makan atau belum?" tanya Carla gugup."Belum," balas Rava senang karena Carla mulai menunjukkan perhatian kepadanya."Ayah makan," rengek Ozora.Rava langsung menggendong Ozora membawa ke bangku panjang yang ada di sudut ruangan."Mau makan apa? Ayah akan berikan kepadamu sepuasnya?" tanya Rava lembut."Mie keriting ayah." Rava spontan tertawa terbahak-bahak begitu juga dengan Carla namun ditahannya."Mana ada mie keriting sayang," ucap Rava."Ibu masak itu kemarin?" Rava melihat Carla sebentar, ia terlihat gugup."Kamu beri dia makan apa sampai ada mie keriting?" tanya Rava sambil menahan tawa."Spaghetti carbonara yang dia maksud," ucap Carla."Baiklah, kita makan spaghetti carbona