Bab 47Arkananta Alsaki Gunawan, nama untuk anak pertama Zendaya dan juga Fadil. Waktu berlalu begitu cepat, Zendaya merasa baru kemarin melahirkan anak lelaki itu yang kini bahkan sudah berusia tiga tahun.Fadil yang dulunya bekerja menjadi menjadi cleaning servis kini mulai mencoba membuka usaha sendiri meski masih kecil-kecilan. Sebuah cafe yang dikelolanya sendiri ia pun memilih berhenti dari pekerjaanya.“Mas hari ini cafe tutup?” tanya Zendaya.“Tidak, kenapa?”“Aku mau jalan-jalan. Hari ini sengaja aku libur karena sudah lama terakhir kita pergi bersama-sama.” Zendaya bergelayut manja di lengan suaminya.Memang sudah satu bulan lebih mereka tidak menghabiskan waktu bersama seperti biasanya karena memang baru beberapa bulan ini Fadil membuka usahanya. Ia memulai semua itu dari hasil kerjanya sendiri tanpa menggunakan uang sang istri.Zendaya bahkan sudah mulai kembali kerja karena memang ia memiliki tanggung jawab, tidak jarang ia membawa sang anak bersamanya ke kantor. Bukan hal
Bab 48“Jangan asal bicara ya!” Yogas melotot tidak terima.“Benar kau niat maling? Kemana perginya semua uangmu.” Edrik malah percaya dengan apa yang dikatakan oleh Rika.“Kau malah percaya bocah ini. Aku saja tidak mengenalnya!”“Om jangan pura-pura. Malu ya ketahuan?” ledek Rika dengan santainya.Ingatan Rika memang kuat, ia tidak lupa wajah yang pernah dilihatnya meski hanya sekali itupun sudah tiga tahun lalu. Mungkin Yogas memang tidak mengenali karena ia bukan orang yang akan mengingat orang yang dianggapnya penting. Beda halnya dengan Zendaya, sampai saat ini Yogas bahkan masih mengingatnya meski hanya pernah beberapa kali bertemu secara langsung.Bahkan di kamarnya masih banyak terpajang foto Zendaya. Segila itu ia mencintai istri orang, Yogas merasa dirinya begitu mengagumi sosok Zendaya sampai sulit untuk melupakannya. Bagi Yogas tidak ada wanita yang akan sama seperti Zendaya. Yogas hanya salah mengartikan kekagumannya sebagai cinta. Mengagumi istri orang mungkin masih bis
Bab 49POV AuthorZendaya menyipitkan matanya mencoba mengingat apakah ia mengenal lelaki di hadapannya ini atau tidak.“Ya Tuhan. Kau benar-benar tidak mengenalku, Zen?”Panggilan itu tidak asing di telinga Zendaya, senyumnya langsung merekah, “Jammy?”Lelaki itu mengedikkan bahunya, “Aku saja masih sangat mengingat wajahmu tapi kau dengan mudah melupakanku.” James menggeleng, “Keterlaluan.”Zendaya tertawa, “Sepuluh tahun, Jam. Wajar saja jika aku lupa.”James melangkah lebih dekat berniat memeluk Zendaya namun sebuah tangan kecil menghalangi langkahnya.“Om tidak boleh peluk, Bunda!” tegurnya dengan mata melotot seolah sedang memarahi.Semua orang tertawa dibuatnya.“Anak pintar. Tahu saja Bundanya banyak yang mengincar.” Zendaya mengelus puncak kepala Arka dan menggendongnya.“Aku akan kembali.” James mengangkat ponselnya yang berdering menandakan harus menjawab panggilan itu.“Langsung saja ke ruanganku.”James mengangguk sebelum berlalu.“Bunda, om tadi siapa?” Arka mulai dengan
Bab 50POV AuthorYogas melihat isi dompetnya memastikan tidak ada yang hilang. Rika yang melihat itu mendelik tidak suka, Yogas pasi berpikir jika Rika mengambil sesuatu dari dalam dompet itu.“Ada yang hilang?” sindir Rika.Yogas mendongak, “Tidak!” Lelaki itu langsung melengos.Rika dibuat melongo dengan tingkah Yogas, “Cih! Laki macam apa itu. Tidak tahu terima kasih sekali.”“Kenapa malah melamun?”Suara Fadil membuat Rika tersentak, “Ih! Abang membuat kaget saja.”“Siapa suruh melamun. Ada masalah apa?”Gelengan kepala Rika membuat Fadil mengernyit. “Cerita saja kalau ada masalah.”“Tidak ada, Bang. Sudah ya, aku mau lanjut kerja lagi.”“Bertengkar dengan pacarmu?” tebak Fadil.Tawa Rika langsung pecah, “Pacar dari mana? Abang ada-ada saja.”Rika memang tidak tertarik untuk menjalin kasih dengan lelaki manapun karena ingin fokus belajar. Baginya berpacaran itu hanya membuang-buang waktu saja. ***Zendaya masuk ke dalam sebuah ruangan, di depan sana banyak bodyguard yang berjaga
Bab 51POV Author“Bang, aku cari kerja di tempat lain saja,” ujar Rika tiba-tiba.“Kenapa?”“Aku ingin benar-benar mandiri, Bang. Ingin mendapatkan uang dengan usaha sendiri. Bukannya bantuan Abang.”Rika mendengar jika ada dua orang karyawan cafe yang membicarakannya diam-diam, menangatakan tidak seharusnya Rika bekerja di cafe kakaknya sendiri saat banyak orang lain di luaran sana bahkan susah payah untuk mendapatkan pekerjaan. Daripada membuat dirinya juga tidak nyaman lebih baik Rika berhenti dan tempatnya bisa diisi oleh orang lain dan ia akan berusaha sendiri mencari pekerjaan di tempat lain.Ingin merasakan bagaimana berjuang untuk mendapatkan pekerjaan dan menghasilkan uang sendiri. Memang terlalu enak jika bekerja di tempat kakak sendiri. Belum bisa dibilang mandiri karena bisa bekerja disitu saja karena diizinkan kakaknya bukan karena usaha sendiri.“Boleh ya?” tanya Rika saat sang kakak tak kunjung menjawab.Fadil menarik nafas panjang, “Ya sudah, terserahmu saja. Selama i
Bab 52POV Author“Aaa! Jadi aku dapat keponakan lagi?” Rika kegirangan saat diberi tahu jika kakak iparnya hamil.“Pelankan suaramu itu, bayinya nanti kaget,” tegur Fadil.Zendaya yang mendengarnya tertawa, “Aish! Mengada-ada saja, mana bisa kaget. Aku saja hamil baru beberapa minggu, janinnya masih kecil sekali.”Fadil berjongkok dan menempelkan kepalanya di perut Zendaya, “Jadi aku belum bisa merasakan pergerakannya?” Ia mendongak.“Kamu lupa dulu usia kehamilan berapa Arka bergerak dalam perutku?”Lelaki itu tampak berpikir, “Entahlah, aku lupa. Mungkin karena sudah lama.”“Belum tahu jenis kelaminnya, Mbak?” Rika kembali bersuara.“Belum lah. Tapi jelas akan dirahasiakan sampai nanti lahir.”Rika menghela nafas berat, “Yah … begitu lagi. Aku sudah tidak sabar.”“Tunggu saja ya, tidak sampai satu tahun kok.” Zendaya menepuk pundak Rika.“Kamu saja sudah tidak sabar apalagi Abang.”Mereka begitu sibuk mengobrol tanpa menyadari sosok Arka yang diam-diam menyembulkan kepala di pintu
Bab 53POV AuthorBruk!Kesialan Rika masih berlanjut saat baru saja keluar dari cafe kembali ia ditabrak orang.“Ka-”“Maaf, saya benar-benar tidak sengaja,” ujar lelaki itu setelah berjongkok dan mengambilkan tas Rika yang terjatuh.Rika yang awalnya akan marah kini urung saat melihat begitu tampan lelaki di hadapannya, sikapnya yang sopan tambah membuat Rika terpesona di pandangan pertama.“Eh, iya tidak apa-apa, Mas. Saya yang salah.”Lelaki itu tersenyum, “Saya yang salah karena tadi fokus lihat hp tanpa memperhatikan jalan. Apa ada yang luka?”“Ti-tidak. Saya baik-baik saja.”“Yuda." Lelaki itu mengulurkan tangannya, "Lain kali akan saya traktir sebagai permintaan maaf.”Buru-buru Rika menyambut uluran tangan Yuda, “Rika.” Ia begitu terhipnotis.“Aku besok masih akan kesini di jam yang sama. Kalau begitu permisi.”Rika masih terpaku di tempat melihat Yuda berlalu, ia benar-benar dibuat tak berdaya karena pesona lelaki yang baru saja dilihatnya. Hanya terpesona bukan berarti cint
Bab 54POV AuthorSetelah tiga hari disibukkan dengan urusan kantor sekarang waktunya bagi Yogas untuk menemui wanita itu.Mobilnya terparkir di depan cafe, ia turun dan masuk ke dalam. Mengedarkan pandangan dan mencari sosok itu namun tidak ada.“Apa dia bagian libur hari ini ya?”“Maaf, ada yang bisa saya bantu?” Suara Fadil membuat Yogas berjengit.Ya, saat ini Yogas sedang berada di cafe meilik Fadil. Mencari keberadaan Rika. Entah kenapa Yogas sangat yakin jika Rika akan berhasil meyakinkan, melihat bagaimana tingkah wanita itu.“Hm … anu saya cari karyawan cafe yang mengembalikan dompet saya.” Yogas sama sekali tidak tahu namanya.“Aduh. Siapa ya? Soalnya tidak ada yang memberikan laporan soal dompet yang tertinggal.”“Ya sudah tidak apa-apa. Lain kali saja, saya hanya ingin berterima kasih,” dustanya.Mana mungkin berterima kasih, saat dompetnya dikembalikan saja ia malah menuduh Rika mencuri dan sama sekali tidak mengucapkan terima kasih.Tidak mudah baginya jika ia mengingink
“Aku tidak akan lagi menghubungi atau menerima telepon darinya.” Yuda mengeluarkan ponsel dan menyodorkannya pada Rika.“Kamu yang blokir kontaknya dia.”Rika mengernyit, “kenapa aku?”“Aku mau kamu percaya, aku nggak ada niatan apapun apalagi sampai menduakan kamu. Kisahku dan Tiara hanya ada di masa lalu, sekarang hanya ada kisah kita.”“Mas ingin aku percaya?”“Iya. Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu percaya.”“Kalau begitu nikahi aku sekarang juga, tidak perlu ada resepsi, akad saja dulu setelah itu baru adakan resepsi.”“Kalau begitu aku akan menghubungi Papa sekarang, kebetulan Papa memang baru kembali.”Rika sebenarnya tidak berniat sejauh ini tapi baginya ini lebih baik, bukannya meragukan Yuda tapi ia tahu jika Tiara tidak akan mundur begitu saja. Tadi saja ia berani meminta Yuda secara terang-terangan dan Rika tidak akan membiarkan itu, hubungannya dan Yuda sudah serius, tidak mungkin berakhir hanya karena orang dari masa lalu.Semua keluarga kaget saat mendengar hal i
Tubuh Rika membeku mendengar itu dan ia mulai sadar ada yang aneh.“Yuda pasti mengatakan jika aku temannya 'kan? Aku bukan temannya tapi mantan kekasihnya.”Di saat seperti ini sempat-semptnya Tiara membicarakan hal pribadi seolah tidak peduli pada putrinya sendiri,Rika mencoba tenang meskipun agak kecewa saat Yuda membohonginya tapi ia yakin Yuda memiliki alasan melakukan hal ini. Ia masih percaya pada Yuda.“Hanya mantan 'kan?” Aku calon istrinya.” Rika mempertegas, ia tidak mau kalah dari Tiara.Yuda miliknya dan tidak akan ia biarkan wanita manapun merebut Yuda darinya.Baru saja Tiara akan kembali bicara pintu ruangan diketuk, Yuda masuk membawa minuman yang baru saja dibelinya. Satu diberikannya pada Tiara dan satu lagi untuk Rika. Meskipun Rika tidak meminta tapi Yuda berinisiatif untuk membelikannya.“Bagaimana kondisi anakmu?” tanya Yuda, ia menggeser tubuhnya mendekat pada Rika dengan tangannya yang bertengger manis di pinggang wanita itu. Rika tersentak dengan sentuhan ti
“Tidak, aku tidak akan mendekati Mas Yuda kalau begitu.” Tiara tidak mau dianggap mengincar harta mantan kekasihnya.Ia kembali pada Yuda memang karena benar-benar mencintai lelaki itu.“Jadi sebelumnya kamu niat kembali pada Yuda?”Tiara diam tak menjawab perkataan ayahnya. Ia tidak habis pikir kenapa sang ayah tidak mencari pekerjaan saja malah mengandalkan uang pemberian dari menantunya dan sekarang mendesak Tiara. Padahal jika saja ada yang menjaga anaknya maka aiara juga mau bekerja agar tidak didesak untuk rujuk dengan mantan suaminya atau mencari lelaki kaya yang lain.“Kenapa diam? Iya kamu berniat mendekati Yuda? Bagus kalau begitu, lanjutkan. Bapak tunggu kabar baiknya.”Setelah ayahnya itu pergi Tiara menghela nafas panjang. Selama berhubungan dengan Yuda ia sama sekali tidak tahu jika lelaki itu dari kalangan atas karena Yuda sama sekali tidak menunjukkan itu dan Tiara juga tidak peduli seperti apa Yuda karena di matanya Yuda adalah sosok lelaki baik yang bertanggung jawab
“Tiara-”“Tidak perlu menjawab sekarang, Mas. Pikirkan dulu baik-baik, aku disini menunggumu. Aku tidak masalah jika kamu tetap bersama kekasihmu tapi aku memang ingin menikah denganmu.”Yuda menghela nafas panjang, mengusap wajahnya dengan kasar. Ia tidak suka situasi seperti ini, di saat dirinya baru memulai lembaran baru dengan orang baru, Tiara sang wanita dari masa lalu mahal datang begitu saja. Mungkin jika mereka bertemu sebelum Yuda bersama Rika maka lelaki itu tidak akan berpikir dua kali untuk menerima Tiara yang memang masih dicintainya, tidak akan mempermasalahkan soal status Tiara yang sudah menjadi janda dan memiliki anak.Namun semuanya berbeda sekarang ada hati lain yang harus Yuda jaga tapi ia juga tidak tega melihat Tiara seperti ini. Dulu perpisahan mereka bahkan bukan keinginan keduanya tapi paksaan dari keluarga Tiara. Dari tubuh wanita itu yang terlihat kurus, Yuda bisa menebak jika memang Tiara tidak bahagia dengan pernikahannya.“Aku harus pulang.”Tiara mengan
Yogas yang awalnya tidak peduli kini malah memusatkan perhatiannya pada Yuda dan Tiara apalagi saat melihat Tiara menangis. Entah apa yang mereka bicarakan dan itu membuat Yogas sangat penasaran.Suara klakson yang bersahutan di belakang mobilnya mau tak mau membuat Yogas melanjutkan kendaraannya itu dan ia harus rela kehilangan Yuda dan Tiara yang kini sudah tidak nampak saat Yogas putar balik.“Kenapa juga aku harus peduli? Ini urusan mereka.” Yogas malah merutuki dirinya sendiri yang malah akan terlibat dengan malah orang lain. Ia memilih untuk mengelilingi kota tanpa tujuan yang jelas. Saat ini ia tidak akan fokus untuk melakukan apapun apalagi harus bekerja dan mengurus masalah kantor, bukannya selesai mungkin yang ada malah akan menambah masalah baru.Berbeda dengan Yogas yang kini melakukan sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya yang semrawut. Rika yang berada di cafe semakin dibuat tidak enak pada Yogas padahal jelas-jelas itu bukan salah Rika. Ia bahkan tidak bisa menentang
“Jadi, Yogas benar-benar mencintaimu?”Rika menggeleng, “aku tidak tahu benar tidaknya tapi dia mengatakan menyukaiku. Ini membuatku jadi tidak nyaman.”Yuda pikir Yogas tidak akan sejauh itu karena memang dari awal niatnya hanya ingin memperalat Rika, itu yang membuat Yuda berpikir agar cepat-cepat menjadikan Rika miliknya. Sekarang ia juga ikut merasa tidak nyaman jika Yogas memiliki rasa pada Rika yang akan menjadi kakak ipar lelaki itu nantinya.“Jangan merasa tidak nyaman begitu. Ya, mungkin awalnya sulit menghilangkannya tapi lama kelamaan pasti terbiasa. Kita juga tidak memaksa Yogas untuk tidak menyukaimu, kita tidak bisa apa-apa. Bicara pun tidak akan bisa mengubah rasanya,”“Lalu, bagaimana?”“Semuanya akan baik-baik saja.” Yuda menggenggam tangan Rika untuk meyakinkan.Setelah ini akan terjadi kecanggungan antara Rika dan juga Yogas. Rika langsung diantar pulang tapi ia sama sekali tidak menceritakan hal ini pada ibunya karena memang termasuk masalah pribadi yang Bu Diah ju
Rika masih mematung setelah mendengar pengakuan Yogas yang sangat mengejutkan bahkan Rika tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.Tawa gadis itu malah pecah setelah beberapa detik tertegun, “ya ampun, ternyata Bos orangnya lucu juga. Aku kira tidak bisa bercanda.”“Aku serius. Aku menyukaimu.”Tawa Rika langsung berhenti dan bergani menjagi gugup. Ia mencoba mencari kebohongan di sorot mata Yogas tapi sama sekali tidak mendapatkannya bahkan Rika melihat sorot mata yang berbeda dari biasanya.“Aku ….” Tenggorokan Rika tercekat, ia malah sulit untuk bicara sekarang.“Tidak perlu mengatakan apapun, aku juga tidak berharap kau memiliki rasa yang sama. Aku hanya ingin kau tahu seperti apa perasaanku ini.”Bohong. Nyatanya Yogas berharap Rika memiliki rasa yang sama apalagi melihat sikap gadis itu yang berbeda. Dari awalnya selalu bersikap kasar berubah menjadi bergitu lembut padanya.“Jangan menyukaiku.” Dua kata itu sukses membuat Yogas terheran-heran.“Kenapa? Apa yang salah? Apa ka
“Ibu senang kamu mau bertemu dengan Ibu.” Rika diam tidak mengatakan apapun, ia juga sebenarnya berat melakukan ini tapi saat nanti memulai lembaran baru Rika tidak ingin ada masalah dari masa lalunya yang mengganjal dan menghalangi kebahagiaannya. Jika dengan menerima ibu kandungnya ia bisa merasa sedikit lega, maka Rika akan melakukannya. “Ibu dengar dari Mbak Diah kalau kamu berencana untuk menikah?” “Ya.” “Ibu senang sekali mendengarnya, kalau memang kamu tidak keberatan apa boleh ibu bertemu dengan calon suami kamu?” “Ya, dia juga ingin bertemu dengan anda.” Rika tidak bisa bersikap lebih dekat, bicaranya saja begitu formal tapi sang ibu sama sekali tidak tersinggung karena memang dirinya sadar diri jika Rika membencinya. Rasa bersalah selama ini selalu menggerogoti hatinya, ia selalu mengingat Rika tapi tidak pernah berani datang untuk sekedar melihatnya dari dekat. Mungkin bisa dibilang ia membayar kesalahannya karena setelah beberapa kali menikah tidak kunjung punya anak.
POV Author“A-ap? Jadi Bos Yogas itu adiknya Mas Yuda?” Mata Rika masih terbelalak dengan mulut yang terbuka saking tidak percayanya dengan apa yang baru saja didengar.“Iya, kami beda ibu saja.”“Pantesan adik kakak tapi beda sekali. Apalagi dari sikapnya, berbanding terbalik. Kamu yang lembut dan pengertian sedangkan dia sangat menyebalkan.”“Tapi aslinya baik,” ujar Yuda mencoba untuk menjelaskan jika Yogas aslinya bukan orang seperti itu meskipun Yogas memang tidak pernah sekalipun berbuat baik pada Yuda tapi Yuda tidak pernah ada niatan sedikitpun menjelakkan adiknya di depan orang lain.“Tapi dia marah-marah terus padaku.”Yuda mengulas senyum, “Jika belum terlalu kenal memang seperti itu tapi jika sudah kenal pasti tahu betapa baiknya dia.”Rika manggut-manggut, ia ingat saat diberitahu jika sebenarnya Yogas memiliki sisi baik. Lelaki itu terkadang membagi uang tanpa menunggu ada hari spesial jika saat dirinya memiliki suasana hati baik maka semua orang akan merasakan ditampar