"Saya mandi dulu," ucap Aska sembari berjalan ke arah kamar mandi.Sedangkan Naura saat ini masih duduk di tepi ranjang dengan bathrobe yang masih melekat di tubuhnya, sampai akhirnya ia mendengar ketukan pintu dari luar kamarnya.Saat itu juga Naura beranjak untuk membukakan pintu yang ternyata itu adalah Hanna, dengan seorang maid yang membawa koper di tangannya."Hanna.""Selamat malam nyonya, saya kemari untuk mengantarkan pakaian anda yang sempat tertinggal..." jelas Hanna yang kemudian melirik ke arah Mirna, "Mirna taruh koper itu di dalam.""Baik Bu Hanna," angguk Mirna yang kemudian mendorong koper tersebut dan menempatkannya di sisi ranjang."Terima kasih sebelumnya dan maaf jika aku merepotkanmu.""Itu sudah menjadi tugasku," senyum Hanna.Tak berselang lama Mirna keluar darisana."Bagaimana keadaan Vio sekarang? Aku cukup merindukannya?" tanya Naura kemudian."Anda tidak perlu khawatir karena selain Laras yang menjaga Nona Vio, ada saya yang selalu mengawasinya."Naura kemud
Keesokan paginya "AAAAAAAAA!!!" teriak Naura ketika ia mendapati Aska yang ada di hadapannya dan dengan spontan ia langsung menendang Aska hingga Aska terjatuh dari tempat tidur."Arrgghh..." ringis Aska sembari memijat pinggangnya yang terasa nyeri karena ia yang mendaratkan bokongnya terlebih dahulu ke lantai, "Kamu kenapa sih Ra?"Dengan segera Naura menutup tubuhnya dengan selimut, "Bapak kenapa tidur di sini!? Harusnya kan Bapak tidur di sofa."Aska berdiri dari posisinya, "Saya kedinginan mana badan saya sakit semua ya kali kamu tega ngebiarin saya tidur di sana tanpa selimut.""Kan sebelum tidur kita udah sepakat! Tau gitu saya aja yang tidur di sofa," kesal Naura."Iya saya minta maaf, lagi pula saya nggak ngapa-ngapain kamu kok jadi tolong jangan bereaksi berlebihan."Naura mendengus, "Bukan masalah itu Pak! Kesepakatan tetaplah kesepakatan.""Oke-oke saya minta maaf, udah ya? Jangan di bahas lagi."Naura mengangguk walaupun mood paginya terasa sangat buruk."Saya ingin pul
Setelah Aska dan Naura sarapan mereka pun berjalan menuju loby dengan salah seorang pegawai hotel yang membawakan koper mereka."Pak, tolong taruh koper-kopernya di bagasi ya?" pinta Aska padanya.Saat itu juga sang pegawai hotel langsung memasukkan koper-koper itu ke dalam bagasi mobil, dengan seorang sopir yang membukakan pintu untuk Naura dan juga Aska.Selepas itu barulah sama sopir menyusul mereka dan mendudukkan diri di kursi kemudi.BroommmMobil pun mulai melaju meninggalkan area hotel menuju ke kediaman rumah Aska, di mana di sepanjang jalannya Naura tampak tak sabar untuk bertemu dengan Vio.Kepulangan mereka tak diketahui oleh Bu Mega sehingga ketika mereka sudah sampai, Bu Mega pun tampak terkejut saat mendapati mereka yang sudah pulang lebih awal."Kok kalian cepet banget pulangnya? Emangnya nggak capek habis tempur semalam?" tanya Bu Mega yang membuat keduanya saling menoleh.Naura memamerkan sederet gigi putihnya dan menjawab, "Maaf Mi... tapi Naura kangen sama Vio dan
"Laras, tolong buatkan susu untuk Vio karena aku ingin mengajaknya turun untuk berjalan-jalan.""Baik Nyonya," angguk Laras yang kemudian menyeduh susu dengan ukuran botol sedang.Selepas itu ia pun mengikuti Naura dari belakang, karena kini mereka sedang berjalan menuju ruang tamu yang rupanya Bu Mega dan Aska masih mengobrol di sana.Sampai akhirnya Bu Mega tersenyum ke arah Naura dan hal itu membuat Aska ikut menoleh, Aska langsung menghampiri putri kecilnya dan tak lupa ia juga memberi kecupan di kedua pipinya."Ya ampun cantik banget sih Vio, anak siapa sih ini?" goda Aska pada Vio, Naura tersenyum hangat melihat sisi Aska yang tampak kebapakan."Anak gadisnya Papa mau di gendong? Iya?"Saat itu juga Naura memberikan Vio pada Papanya, dan dengan riang Aska langsung mengajaknya mengobrol walaupun Vio hanya bisa menggerakkan bibirnya saja."Naura, sini nak!" panggil Bu Mega yang membuat Naura mengalihkan perhatiannya, dan dengan segera ia berjalan ke arahnya dan mendudukkan diri di
"Sudah jam 2 siang, sepertinya Mami harus segera pulang..." bersamaan dengan itu Bu Mega berdiri dari tempat duduknya."Mami tidak menginap di sini?" tanya Aska, yang setia mendampingi sang ibunda."Sepertinya tidak karena ada beberapa urusan yang harus Mami selesaikan.""Kalau begitu Aska antar sampai ke depan ya?"Bu Mega hanya mengangguk dan mereka berdua pun berjalan ke arah pintu keluar, dengan seorang sopir yang rupanya sudah menunggu."Titip salam ya untuk Naura?" ucap Bu Mega sebelum akhirnya ia memasuki mobil, karena kebetulan saat ini Naura tengah menidurkan Vio yang sedari tadi menangis."Hati-hati Mi!"Mobil pun mulai melaju meninggalkan area pekarangan rumahnya dengan Aska yang kembali memasuki rumah.Hari ini dan besok Aska masih memiliki waktu libur tapi ia sudah merasa bosan karena biasanya ia selalu menyibukkan diri dengan tumpukan dokumen yang hampir memenuhi meja, tapi sekarang dia justru bersantai ria di rumahnya."Sepertinya aku harus mencari angin untuk menghilan
Zea menyunggingkan senyumnya dan menggenggam tangan Aska, "Aku tidak menyalahkanmu karena mungkin ini memang sudah takdirnya kamu memiliki anak dengan wanita itu. Lalu apakah kamu sudah mencoba untuk mencari mantan kekasihmu?""Aku sudah meminta Brian untuk mencari keberadaannya," jawab Aska sembari mengangguk."Lalu bagaimana dengan hasilnya? Apa kamu berhasil menemukannya?" Aska menggelengkan kepalanya, "Entahlah... dia menghilang seolah-olah di telan bumi.""Bagus! Itu tandanya aku memiliki kesempatan untuk dekat dengan Aska tanpa takut jika mantannya akan datang kembali," batin Zea yang berniat untuk memikat hati Aska.Dimana bukan hal yang baru lagi jika keluarga Aska adalah pemilik dari salah satu perusahaan terbesar di negaranya dan tentu hal ini sangat menggiurkan jika ia bisa masuk ke dalam kehidupannya. "Aku berharap dia tak akan kembali karena aku takut jika dia akan mengambil putrimu-""Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi, Vio adalah putriku sampai kapanpun aku tid
Naura berada di kamarnya yang sesekali ya menengok ke arah jendela dengan Vio yang ada dalam gendongannya."Aska kemana ya? Tumben belum pulang padahal ini sudah larut malam," gumam Naura yang kemudian melirik ke arah Vio yang terus menangis."Cup cup anak Mama sayang... jangan nangis ya? Bentar lagi Papa pulang," saat Naura mencium Vio seketika ia terkejut karena suhu tubuh Vio yang begitu panas."Astaga Vio..." Naura memeluk Vio dan berjalan menuju meja riasnya untuk mengambil ponselnya.TringggZea melirik ke arah ponsel yang ada di depannya, dimana ia dan Aska tengah berada di sebuah club untuk mencari hiburan."Naura..." gumam Zea yang kemudian langsung mematikan telponnya agar tidak ada satu orangpun bisa mengganggunya dan Aska.Kebetulan Aska saat ini sedang pergi ke toilet dan ia meletakkan ponsel tersebut di depan Zea yang kini duduk di depan meja bar."Kenapa dia tidak mengangkat telponku?" gumam Naura yang kembali mencoba untuk menelpon Aska, namun hasilnya nihil karena nomo
Sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan apartemen."Terimakasih sudah mengantarku pulang," senyum Zea yang kemudian mendekatkan wajahnya untuk mencium pipi Aska.Aska tersenyum dan menjawab, "No problem.""Kalau begitu aku pulang sekarang, sampai bertemu besok!""Iya Ze," balas Aska dengan Zea yang kemudian keluar dari mobilnya."Hati-hati As!" seru Zea dari luar dengan tangan yang melambai.BroommmAska kembali menjalankan mobilnya menuju rumah karena waktu yang sudah menunjukkan pukul jam 1 malam.Ketika ia sampai di rumah dan ingin menemui Vio ia justru tak mendapati siapapun ada disana sehingga ia pun membuat kegaduhan dengan menyerukan nama Naura dan Hanna, sampai akhirnya Laras mendengar seruan tersebut datang menghampiri tuannya."Dimana Naura, Vio dan Hanna?" tanya Aska yang langsung to the point."E mereka pergi ke rumah sakit Tuan-""Siapa yang sakit?""Nona Vio demam sehingga mereka membawanya ke rumah sakit Medika."Aska tampak mengeluh, "Kenapa mereka tidak memberitahu
Di tengah sarapan pagi, Aska tiba-tiba berdiri dari kursinya dan berkata pada Zea, "Aku harus segera pergi, Sayang." Zea menoleh, lalu bangkit dari tempat duduknya. Dengan cekatan, ia membetulkan dasi yang dikenakan oleh Aska, sambil menatap matanya penuh kehangatan. Setelah itu, Zea mengantarkan Aska sampai ke depan pintu rumah, lalu berpisah dengan kecupan singkat di keningnya.Zea kembali masuk ke rumah, dan tak disangka ia berpapasan dengan Naura yang baru saja turun dari kamar. Ia tersenyum pada Naura. "Naura, kamu jaga Vio ya, aku benar-benar lelah dan harus pergi ke salon untuk perawatan tubuh." Naura tampak terkejut dan tak habis pikir, bagaimana bisa Zea meminta dirinya mengurus anaknya, padahal ia tahu betul Zea seharusnya bertanggung jawab atas anak itu. "Apa kamu gila? Kamu hendak meninggalkan Vio? Bukannya dari kemarin kamu menginginkan aku untuk menjauhinya? Dan sekarang setelah Aska pergi kamu berubah, apa sebenarnya niatmu?" tanya Naura, yang benar-benar tak menyang
Di kamarNaura membelai lembut pipi Vio yang sudah terlelap dalam pelukannya."Melihat sikap Zea yang begitu berlebihan membuatku khawatir, apakah dia benar-benar mampu dan bisa menjaga Vio?" batin Naura dengan tatapan sendu yang ia tunjukkan.Tak berselang lama Laras datang untuk menghampirinya. "Maaf Nyonya..."Naura menoleh. "Ada apa, Ras?""Nona Zea meminta saya untuk mengawasi Non Vio," jawab Laras dengan tak enak hati.Hati Naura mencelos. "Apa aku seburuk itu dimatanya? Sampai-sampai Zea melakukan hal ini? Sudah jelas bahwa aku hanya ingin menenangkan Vio."Laras duduk di sisi ranjang dekat Naura. "Nyonya benar, Non Zea memang sangat berlebihan dan tidak sabaran.""Aku khawatir jika aku pergi, bagaimana nasib Vio? Akankah Zea bisa merawatnya dengan baik?" Laras sedih mendengarnya. "Apa Nyonya tidak bisa bertahan untuk Non Vio dan Pak Aska? Kalian terlihat lebih cocok jika berpasangan.""Aku pernah menceritakan hal ini padamu, bukan? Semua keputusan ada pada Aska, dan aku tidak
Malam pun tibaZea kini tampak emosi karena Vio yang terus menangis, ia tak tau kenapa bayi ini begitu rewel saat bersama dengannya."Astaga Laras... kenapa Vio masih menangis?" tanya Zea ketika Laras menimang Vio, dan berusaha memberinya susu."Saya juga gak tau Non, mungkin Vio kangen sama Nyonya Naura makanya Nona kecil rewel."Mendengar nama Naura tentu membuat Zea kesal, dan akhirnya ia pun mengambil alih Vio dari gendongannya Laras."Sini susunya!" pinta Zea yang kemudian Laras pun memberikan dot yang ada di tangannya pada Zea.Zea mencoba memberikan susu tersebut pada Vio. "Vio Sayang... kamu minum ya susunya? Tante pusing kalo denger kamu nangis terus, ini udah malam dan Tante butuh istirahat."Bukannya berhenti Vio justru semakin rewel, dan menangis dan tentunya itu membuat Laras sangat iba."Apa perlu kita panggil Nyonya Naura untuk -""Tidak perlu! Aku tidak mau Naura ada di sini, kalau seperti ini caranya bisa-bisa Vio tidak mau dekat denganku!" potong Zea yang menolak sar
Saat ini Aska, Naura dan Zea sedang duduk di meja makan untuk menikmati makan siang mereka."Naura, ada hal yang ingin saya sampaikan padamu." bersamaan dengan itu Aska melirik ke arah Naura.Naura yang merasa terpanggil pun lantas mengalihkan perhatian. "Ada apa?""Mulai hari ini Zea akan tinggal bersama kita," kata Aska yang dibalas anggukan kepala oleh Naura. "Tapi, kamu harus pindah dari kamar Vio ke kamar tamu."Naura menghentikan pergerakannya. "Pindah? Terus yang bakal jaga Vio semalaman siapa?""Aku," potong Zea dengan senyuman penuh kemenangan. "Aku yang akan menggantikan kamu untuk menjaga Vio, bagaimana pun juga pernikahan kami akan terjadi dan aku akan menjadi ibu bagi Vio. Bukankah sudah seharusnya aku menjalin hubungan yang baik dengan anak sambungku."Naura sebenarnya merasa keberatan apalagi ia kurang percaya pada Zea, namun ia tak memiliki pilihan lain selain menyanggupinya. Lagipula pernikahannya dan Aska adalah pernikahan di atas materai, dan sudah pasti hal ini aka
"Vio," seru Naura seraya berlari menghampiri Laras yang menggendong Vio.Laras tersenyum saat Naura mengambil alih Vio darinya, begitu juga dengan Vio yang langsung tersenyum dalam dekapan Naura. Beda lagi dengan Zea yang memandang kesal ke arahnya."Sok banget sih tuh cewek!" pikirnya yang merasa bahwa Naura adalah saingan untuknya. "Aku yakin, dia pasti punya rencana buat dapetin Aska melalui Vio."Aska menyentuh tangan Zea yang hanya diam memandang ke arah Naura. "Kamu kenapa, Sayang?""Aku pengen ngobrol sama kamu.""Mau bahas apa?" Zea menggelengkan kepalanya. "Gak di sini.""Ya udah kita ke ruang kerja aku aja, gimana?"Zea mengangguk setuju, lantas mereka berdua pun berjalan beriringan menuju lantai 2 tempat di mana ruangannya berada.Sedangkan Naura kini membawa Vio ke kamarnya, karena Vio yang baru sembuh tentu saja masih memerlukan istirahat yang cukup.Di ruang kerja,"Jadi kamu mau ngomong apa sama aku?" tanya Aska menatap Zea.Zea menghela nafas. "Aku pengen banget bisa
Keesokan paginya,Vio sudah sangat sehat dan dokter pun sudah membolehkannya untuk pulang. Tentu saja Aska dan Zea langsung siap-siap membawanya pulang, tapi setiap kali Zea menggendongnya Vio pasti Vio selalu menangis."Cup cup anak manis, jangan nangis ya? Vio mau susu?" bersamaan dengan itu Zea menjejalkan dot namun di tolak oleh Vio.Zea sudah jengah menghadapi bayi ini sedari semalam, untung ada Laras yang membantunya. Jika saja Aska dan Laras tidak ada di sana mungkin ia sudah memarahi bayi yang menurutnya menyebalkan itu.Laras yang melihatnya langsung membantu Zea untuk mengambil alih Vio, "Biar saya saja yang mengurusnya Nona.""Ya uruslah dia," balas Zea dengan wajah kusutnya karena semalam ia yang kurang nyenyak dalam tidurnya.Tak berselang lama Aska keluar dari kamar mandi setelah ia membersihkan tubuhnya."Apa semuanya sudah siap?" tanya Aska memastikan."Sudah Sayang," balas Zea.Sedangkan Laras hanya mengangguk. "Sudah Tuan.""Kalau begitu kita turun sekarang," ucap As
Di kamarNaura merebahkan tubuhnya dengan mata yang menatap ke arah langit-langit kamarnya."Gimana ya keadaan Vio sekarang? Agak gak tenang kalo gak liat Vio langsung," gumam Naura sembari memejamkan matanya.Tak berselang lama terdengar suara dentingan dari ponselnya, menandakan bahwa adanya pesan masuk. Dengan segera Naura menyambar ponselnya untuk membuka pesan tersebut, di mana itu adalah pesan yang dikirimkan oleh Laras padanya.Detik kemudian Naura tersenyum lega karena Vio baik-baik saja walaupun tadi sempat rewel."Syukurlah Vio baik-baik saja," ucap Naura yang kembali meletakkan ponselnya di atas nakas.Sedangkan disisi lain Aska dan Zea masih menjaga Vio."Kita akan bermalam di sini, apa kamu tidak keberatan?" tanya Aska seraya menyentuh bahu Zea, yang kini duduk di sebuah bangku yang berada disisi ranjang milik Vio.Zea tersenyum. "Tidak apa As, hanya saja aku perlu alat mandi dan pakaian karena tidak mungkin aku memakai dress ini semalaman.""Kalai begitu aku akan meminta
Di rumah sakitVio terbangun dan menangis saat tak mendapati Naura ada di sana. "Cup cup anaknya Papa," ucap Aska yang sedang menenangkannya.Sedangkan Zea sudah menahan kesal karena bising dengan tangisan Vio yang tak juga mereda.Kemudian Aska melirik ke arah Zea. "Ze, apa kamu bisa membantuku untuk menenangkan Vio?"Zea mengangguk dengan ragu dan mengambil alih Vio dari pelukan Aska."Sepertinya Vio haus As," ujar Zea yang menduga hal itu.Saat itu juga Aska meminta Laras untuk membuatkan susu untuk Vio, namun sayangnya Vio tak ingin meminumnya dan justru tangisannya semakin kencang."Ayo Vio minum dulu susunya," ucap Zea yang mencoba untuk memasukan ujung dotnya pada mulut Vio dan lagi-lagi Vio menolaknya.TringBersamaan dengan itu terdengar suara dari ponsel Aska, yang membuatnya mengalihkan perhatian."Maaf Zea, aku harus menerima telepon dulu dari Brian." setelah itu Aska keluar dari ruangan tersebut untuk menerima panggilan dari asistennya itu.Zea benar-benar di buat kesal
Waktu terasa begitu cepat dimana jam sudah menunjukkan pukul jam 4 sore.Dan kini seorang dokter sedang memeriksa keadaan Vio, yang tentunya Naura dan Aska sudah menunggu kabar selanjutnya mengenai putri mereka."Bagaimana keadaan putri saya, Dok?'" tanya Aska yang mendahului Naura."Kondisinya sudah membaik."Baik Aska maupun Naura sama-sama tersenyum lega ketika mendengarnya."Syukurlah kalau begitu.""Terus kapan Vio bisa dibawa pulang?" timpa Naura, yang kasian pada Vio jika harus menginap lagi di rumah sakit."Sebenarnya kondisi Vio sudah memungkinkan untuk pulang, tapi untuk antisipasi lebih baik Vio menginap semalam lagi agar saya bisa memastikan perkembangannya. Jika stabil mungkin besok sudah boleh pulang," jawab Sang Dokter."Baiklah kalau begitu.""Saya permisi, karena saya harus memeriksa pasien lain."Naura dan Aska mengangguk, "Iya Dok."Kemudian sang dokter pun berlalu dari ruangan itu."Aku sangat senang mendengar bahwa keadaan Vio sudah membaik," ucap Zea yang masih b