Selesai makan dan minum obat, Erlan kembali tidur. Pria itu akhirnya menyerah dan tidur di ranjang karena tubuhnya yang sedang linu. “Jika Mas Erlan keberatan, aku akan tidur di kursi.” Alyn yang kembali ke kamar setelah menyimpan mangkuk bekas makan Erlan pun berujar sambil melangkah menuju kuris. Namun, langkahnya terhenti ketika tiba-tiba tangannya dicekal oleh Erlan. Sontak Alyn yang merasakan hangat pada pergelengan tangannya pun menoleh. Hingga ia dapati Erlan yang menatapnya dengan sayu. “Aku tidak masalah, kau tidurlah di ranjang.” Terperangah, Alyn menatap Erlan dengan pandangan tak percaya. Wanita itu tidak pernah berpikir jika Erlan akhirnya mengizinkan dirinya untuk tidak bersama. Meski pria itu dalam keadaan tidak fit. “Jangan hanya diam, aku tidak ingin mengulanginya.” Erlan melepaskan cekalan pada lengan Alyn, kemudian kembali memejamkan mata. Sehingga Alyn yang melihat itu bergegas duduk sisi ranjang yang kosong. Ia memandang punggung lebar Erlan yang membelakang
“Mas, apa kau yakin akan bekerja?” Meski tadi sempat terjadi kesalahpahaman yang berujung pada Alyn yang merasakan ngilu pada hatinya, tetapi wanita itu kembali bersikap biasa. Ia hanya mencoba menanamkan dalam pikirannya bahwa pernikahannya tidaklah berlandaskan cinta. Sehingga tidak boleh bermain perasaan. Erlan yang sudah siap dengan pakaian kerjanya mengangguk. “Hemm. Aku sudah jauh lebih baik.” “Benarkah?” Tidak bisa percaya begitu saja, Alyn yang melihat wajah Erlan yang masih pucat pun mendekat. Wanita itu berniat mengecek suhu tubuh Erlan, tetapi pria itu dengan cepat menghindar. Sehingga tangan Alyn yang tadi terangkat pun ia tarik kembali. “Sudah kukatakan jika aku baik-baik saja!” Mendesah pelan, pada akhirnya Alyn mengangguk saja. “Kalau begitu sarapan terlebih dahulu, tadi aku buatkan sup ayam untukmu.” “Hemm.” Erlan menyahut singkat kemudian keluar dari kamar dengan perasaan tak bisa dijabarkan. Sementara Alyn yang masih ada di kamar hanya mampu diam sejenak.
Tiba di rumah, Alyn mengajak Gempi bermain. Setelahnya mereka yang merasa lelah pun tiduran di kamar Gempi sambil bercerita. “Apa yang terjadi di sekolah tadi?” Alyn yang tidur menyamping dengan satu tangan yang menyiku untuk menopang kepalanya pun menatap Gempi yang tidur terlentang. “Em … tadi aku bermain bersama Nayla!” Dengan penuh semangata gadis manis itu menceritakan tentang kejadian yang ia alami tadi di sekolah. Hingga tiba-tiba matanya melebar, membuat Alyn yang melihatnya mengerutkan kening. “Gempi, ada apa?” tanya Alyn. Gempi menepuk keningnya kemudian bangkit lalu turun dari ranjang. Sementara Alyn masih di tempatnya melihat Gempi yang mengambil tasnya. “Gempi, kau mau ambil apa?” “Tadi aku diberi surat undangan,” jawab Gempi yang kembali menghampiri Alyn kemudian menyerahkan surat yang dimasud kepada wanita itu.Tentu Alyn pun bingung karena sebelumnya tak pernah mendapatkan surat undangan seperti ini. “Surat undangan. Untuk siapa?” “Kata Miss harus diberikan ke
Alyn : Mas, apa isi rapatnya?Erlan mengerutkan keningnya ketika sampai kantor dan mendapatkan pesan dari Alyn. “Ck! Bukankah wanita itu seharusnya beristirahat?” keluhnya seraya melihat pada jam yang tertera. Anda : Hanya acara akhir pekan. Para orang tua diwajibkan hadir dalam acara sebagai dukungan terhadap anaknya. Dengan malas Erlan membalas pesan dari Alyn. Setelahnya pria itu berniat mulai bekerja, tetapi ponselnya yang kembali bergetar membuat Erlan malah mengambil ponselnya dan membaca pesan balasan dari Alyn.Alyn : Waaah, sepertinya menyenangkan, Mas! Anda : Hemm. Apa kau tidak tidur? Bukankah kau shift malam? Atau kau hanya berpura-pura mendapatkan shift malam agar dapat keluar malam seenaknya.Alyn yang sedang rebahan cukup terkejut dengan tuduhan Erlan. Wanita itu mendesah lalu menggeleng pelan. “Kenapa pikirannya selalu negatif terhadapku?” gumamnya. Setelahnya ia membalas pesan yang dikirimkan Erlan.Alyn : Oh, kenapa berpikir seperti itu? Aku hanya kebangun untuk
Masih dengan posisi yang sama, Alyn menatap Erlan dengan serius. Namun, beberapa saat kemudian pria itu menepis lengan Alyn. “Kau tahu apa? Lebih baik kau kembali tidur.” Setelah mengatakan itu, Erlan memilih masuk ke kamar mandi. Sehingga membuat Alyn hanya mampu mendesah pelan.“Kenapa sulit sekali untuk menjadi akrab?” keluh Alyn kemudian turun dari ranjang. Wanita itu merapikan kembali tempat tidurnya kemudian menyiapkan pakaian untuk Erlan. Tak lama dari itu Erlan keluar sudah dengan penampilan yang jauh lebih segar. “Aku sudah menyiapkan pakaian,” ujar Alyn yang hanya dibalas anggukan saja oleh Erlan.Sehingga Alyn yang melihat itu kembali mendesah. “Mas,” panggilnya.Sontak langkah Erlan yang akan masuk ke ruang ganti pun terhenti. Pria itu menoleh lalu menatap Alyn dengan satu alis yang terangkat–menunggu wanita itu mengatakan sesuatu.“Ingin minum kopi? Aku buatkan, ya?” “Ck! Sebelum itu, cuci mukamu terlebih dahulu,” cetus Erlan kemudian masuk ke ruang ganti.Sementar
“Alyn, apa kau tidak apa-apa?” tanya Gian menatap Alyn dengan khawatir. Sehingga membuat mereka yang sedang berada di meja makan pun mengalihkan perhatiannya ke arah Alyn. Kini mereka tengah makan malam. Dengan sedikit gugup karena mendapatkan berbagai tatapan dari suami, mertua, dan anak sambungnya membuat tersenyum canggung. “Aku tidak apa-apa, Ibu.” “Benarkah? Tapi wajahmu sangat pucat, Alyn.” Alyn langsung menyentuh pipinya. “Mungkin karena tadi aku lupa memakai bedak,” ujar Alyn bersikap biasa. “Tapi—” “Sudahlah, Ibu. Lebih baik kau lanjut makan,” sela Erlan membuat Gian mendelik kesal. “Kau ini!” Tak! Erlan mendapatkan sedikit jitakan dari Gian dengan menggunakan sendok. Sehingga membuat pria itu mengaduh kesakitan. “Ibu, kenapa kau malah memukulku?” tanya Erlan sambil mengusap kepalanya. “Hanya ingin,” jawab Gian membuat Erlan mendelik sebal.Mereka lantas melanjutkan makan hingga selesai. Setelahnya Alyn menemani Gempi terlebih dahulu hingga gadis manis itu tidur.
“Ups!” Gempi menutup mulut dan matanya dengan kedua tangan yang disilangkan ketika ia masuk kamar Erlan, dan malah melihat papa dan mama sambungnya sedang berpelukan. Gadis manis itu terkekeh kecil hingga membuat Gian yang mendengar pun lekas menghampiri.“Gempi, apa yang terjadi?” tanya Gian penasaran. “Sutttt ….” Gempi berbalik lalu berdesis pelan dengan jari telunjuk yang ia simpan di antara mulut dan hidung. Memberi kode kepada Gian agar tak berisik.Jelas hal itu semakin membuat Gian penasaran. Wanita paruh baya itu melihat ke dalam dan mendapati Erlan dan Alyn yang tidur dengan pelukan. “Padahal ini sudah. Apa Erlan mulai menerima Alyn, ya?” Gian tersenyum senang kemudian mengajak Gempi untuk keluar dari sana.Memang sebelumnya Gian dan Gempi penasaran ketika waktu sarapan tiba, tetapi Erlan maupun Alyn tidak juga datang. Sehingga memilih menyusul dan melihat keadaan mereka. Terlebih Gempi juga harus ke sekolah. Namun, beberapa kali mengetuk pintu, tak juga ada sahutan dar
Kapten Samudera : Alice, aku mendengar kau sedang tidak enak badan. Apa kau baik-baik saja?Tangan Erlan terkepal kuat ketika membaca pesan yang dikirimkan Sam ke ponsel Alyn. Pria itu menatap nyalang foto profil Sam lalu berkata, “Kau mencari gara-gara denganku.” Segera Erlan menghapus pesan dari Sam. Setelahnya ia mematikan ponsel Alyn dan menaruhnya di laci. “Tidak akan aku biarkan siapa pun mengganggumu, Alyn,” gumam Erlan penuh tekad. “Aku tidak ingin Gempi bersedih hanya karena ibu sambungnya direbut pria lain.” Setelah itu, Erlan kembali fokus dengan pekerjaannya hingga selesai. “Tuan Erlan, Anda mau ke mana?” Mona menatap Erlan dengan bingung ketika pria itu keluar dari ruangan. “Aku akan pulang,” jawab Erlan semakin membuat Mona bingung.Wanita itu lantas melihat ke arah arloji yang melingkar di lengannya lalu kembali menatap ke arah Erlan. “Tapi ini masih siang.”“Ck! Apa pedulimu. Sudah, kau juga boleh pulang cepat!” SErlan pergi begitu saja membuat Mona tersenyum sen