Menjadi anak tunggal kaya raya dan cucu pertama dari keluarga yang berada tidak membuat dia bisa hidup tentram dan damai. Lika-liku menjadi penerus bisnis keluarga membuat dirinya harus menerima dengan lapang dada. Sebut saja dia Leonardo Matt Thomas seorang CEO muda yang memiliki wajah tampan dan mempesona. Ia lahir dari salah satu keluarga pebisnis kaya raya di Indonesia.
Bisnis usaha keluarganya banyak bergerak di bidang macam, mulai dari properti, hotel, pendidikan bahkan juga bergerak di bidang kuliner. Setelah kakeknya meninggal dan papanya memutuskan untuk pensiun dini karena masalah kesehatan mau tak mau Leo harus menerima untuk meneruskan bisnis keluarganya. Lelah sudah pasti, karena setiap harinya ia harus bergelut dengan bisnis bisnis dan bisnis. Pagi ini ia melangkahkan kakinya memasuki gedung pencakar langit tempat kantor pusat yang setiap hari harus ia datangi."Selamat pagi pak.""Pagi pak."Setiap pagi Leo selalu mendapatkan sapaan dari para karyawannya. Ia yang dikenal dengan CEO dingin, Leo hanya mengangguk tipis tanpa membalas atau tersenyum ke arah mereka. Langkah kakinya ia teruskan untuk menuju lift khusus untuk menuju ke ruangannya. Lift itu hanya untuk dirinya dan sekretarisnya, Hans Dirgantara."Hari ini jadwalku apa saja?"Hans yang merasa mendapatkan pertanyaan, langsung saja membuntuti Leo dari belakang. Ia tau, ketika Leo menanyakan sesuatu Hans diminta untum segera menjawab. Leo membenci karyawan yang lelet dan tidak bisa diandalkan."Jam sembilan nanti bertemu dengan klien dari Batam. Habis itu bapak ada meeting dengan setiap ketua bidang di kantor ini pak. Selebihnya tidak ada pak. Karena bapak sendiri yang sudah meminta ke saya untuk mengurangi jadwal hari ini." Jelas Hans dengan rinci."Yaudah kalau gitu Hans. Sebelum berangkat ketemu klien. Saya mau pejam mata. Jangan ada yang ganggu saya. Termasuk kamu. Capek asli saya." Leo menyandarkan kepalanya di badan kursi."Baik pak. Saya keluar dulu. Berkas yang harus anda tanda tangani mohon di cek ya pak sebelum bapak berangkat." Leo hanya membalas dengan deheman saja.Entah mengapa dirinya benar-benar lelah. Memang sebelum ke kantor, pesawat yang ia tumpangi dari Malaysia baru mendarat pukul 4 pagi. Ia baru saja pergi dari urusan bisnis tanpa Hans dan semuanya terasa lelah. Sekretarisnya itu harus menemui orang tuanya dari kampung, membuat Leo tidak enak untuk mengajak Hans untuk perjalan bisnis.Leo mempekerjakan sekretaris laki-laki karena ia ingin menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Contohnya cinlok dengan sekretarisnya sendiri. Dari tahun ke tahun keluarganya juga tidak pernah mempekerjakan sekretaris perempuan."Hans apa kamu ada obat penghilang lelah? Entah kenapa saya benar-benar tidak tahan." Keluh Leo ketika hendak pergi bertemu dengan klien."Apa ditunda saja pak bertemu dengan klien kita kali ini. Mengingat bapak juga baru pulang dari Kuala Lumpur. Bagaimana pak?" Tawar Hans. Hans khawatir dengan kondisi Leonardo.Leo menggelengkan kepalanya. "Nggak usah. Atau minum susu jahe ya apa badan bisa segar?" tanya Leo."Kalau bapak mau saya pesankan itu pak." Ucap Hans sigap."Tidak usah. Nanti aja di tempat ketemu klien. Kalau ada saya akan pesan sendiri."Leo memang tidak suka terlalu merepotkan Hans. Jika ia masih bisa, ia akan melakukan sendiri.Hans memperhatikan betul bagaimana Leo untuk bisa menarik hati kliennya itu. Dari Leo, Hans bisa bisa membangun usaha kecil-kecilan di rumah. Bukan karena gaji menjadi sekretaris Leo tidak cukup, tapi ia juga memikirkan jangka panjang ke depannya. Leo juga sudah tahu dengan usaha yang Hans lakukan."Kalau kita kerja sama di proyek baru ini. Keuntungan juga akan 50% sama pak. Ini pertama kali saya mengeluarkan dana yang sama dengan klien saya. Jadi saya harap nanti akan bisa berjalan lancar proyek kita jika bersama bapak." Leo tersenyum sangat manis. Itulah senjata ampuh untuk menarik rekan kerja."Baik. Saya setuju dengan anda Pak Leo."Leo langsung menjabat tangan kliennya itu. Kini proyek impian Leo selanjutnya step satu terselesaikan. Tinggal bagaimana proses selanjutnya saja. Setelah bertemu dengan klien, Leo meminta untuk segera kembali ke kantor. Ia tidak ingin menunda meeting yang sudah di rencanakan.Para ketua departemen sudah berada di ruangan sebelum Leo datang. Siang ini Leo meminta para ketua departemen untuk menunjukkan hasil kerjanya selama sebulan dan rencana kerja satu bulan ke depan. Ia tidak mau sampai kecolongan dan ada departemen yang tidak memenuhi target kerja yang Leo harapkan."Terus saya tanya ke kamu, kalau di direktorat pengembangan kenapa grafik kerja kalian tidak ada peningkatan. Apa gaji kurang? Menurut saya gaji juga sudah pas sesuai kalian." Tiba-tiba saja Leo marah. Ada kejanggalan di salah satu bidang struktural kantor."Kami kekurangan SDM pak. Yang kami andalkan juga kemarin resign." Jawab Ketua Direktorat Pengembangan."Terus apa kamu nggak menuntun anggota yang lain. Cuma karena satu orang resign, kalian nggak ada peningkatan di pengembangan? Silahkan tulis apa yang kalian butuhkan nanti akan saya pertimbangkan. Hans tolong catat masalah di bidang ini. Saya tidak mau menggaji karyawan yang tidak kompeten. Oke lanjut bidang selanjutnya?"Hans yang melihat amarah Leo, hanya bisa diam dan menjalanka apa yang Leo minta. Leo memang direktur yang tegas dari Papa Leo sebelumnya. Satu masalah, Leo yang bertindak untuk menyelesaikannya.Sampai sore hari, Leo meminta Hans untuk membantunya untuk meninjau berkas-berkas yang menumpuk di mejanya. Hans melihat Leo yang masih diselimuti rasa amarah. Ia tidak tahu jika dirinya berada di posisi Leo, pasti sangat lelah."Pak, apa tidak diteruskan besok saja. Bapak jangan memaksakan diri? Bukan saya ingin pulang cepat ya pak. Tapi saya tidak tega lihat kondisi bapak." Hans menatap Leo lekat."Yaudah, tapi kita cari martabak dulu. Kamu bawa mobil saya ya, saya nggak sanggup pulang sendiri. Besok jemput saya.""Baik, pak."Menolak permintaan Leonardo sungguh tidak mungkin. Hans juga tidak tega melihat kondisi Leo saat ini. Selama perjalanan pulang, Leo nampak termenung. Hans yang melihat dari kaca atas merasa penasaran apa yang dipikirkan Leo."Pak, apa bapak kepikiran meeting tadi?" Tanya Hans penuh hati-hati."Enggak Hans. Hans apa saya ini buruk atau tidak tampan?" Leo melihat ke arah Hans."Mana ada bapak jelek. Janda Ibu kota yang lihat bapak aja pasti bilang bapak ganteng. Kenapa bapak bilang gitu? Apa ada orang yang merasa kecakepan dan membully bapak?" Terkarang Hans sangat cool, terkadang mulutnya juga minta di filter ketika ngomong."Jangan mikir aneh-aneh kamu ini. Hans, papa mau jodohin saya sama temannya. Katanya nggak mau saya jadi perjaka tua." Leo mendengus kasar.Hans terdiam sejenak. Apa yang diucapkan Leo juga tidak main-main "Diterima saja pak. Menurut saya sudah waktunya tendang bola masuk ke gawang pak."Leo yang menangkap apa maksud Hans, hanya mencebikkan bibirnya.Setengah perjalanan dari kantor, Leo meminta Hans untuk berhenti di salah satu kedai tempat tukang martbakan kesukaannya. Meskipun dirinya orang kaya, Leo tidak mempermasalahkan makanan dimana ia beli. Leo sangat suka dengan martabak manis rasa coklat.Antrian pembeli untuk memesan martabak sangatlah panjang. Leo yang lelah kerja tetap ada niatan membeli martabak manis kesukannya. Ketika dirinya mengantri, beberapa pasang mata dari pembeli wanita menatapnya dengan memuja. Leo yang merasakan dirinya menjadi pusat perhatian pun menyadari akan hal itu.Saat dirinya hendak mendekat ke arah pembeli, tiba-tiba seorang wanita menabrak tubuhnya. "Ahh." Ringis Leo karena kaget."Eh maaf mas. Sekali lagi maaf ya mas. Saya buru-buru. Kakek saya nungguin." Wanita yang menubruknya langsung meminta maaf kepada Leo.Tiba-tiba Leo merasa terhipnotis. Bola mata elang Leo bertemu dengan manik cantik milik wanita yang ada di depannya. Wanita di depannya benar-benar sangat cantik. Wajah khas keturunan Jawa terlihat jelas pada wanita itu.Belum sempat mengucapkan apa-apa, wanita itu langsung meninggalkan Leo yang masih diam mematung. "Kenapa wajahnya tidak asing." Leo bermonolog sendiri dengan sorot mata yang masih menatap punggung sang wanita yang mulai menjauh.Ketika wanita itu sudah pergi dengan mobilnya, mata Leo tertuju ke tanah dan melihat dompet berwarna pink yang terjatuh. Ia segera mengambilnya dan dengan rasa takutnya, ia membuka dompet tersebut. Sebuah tanda pengenal pemilik dompet, membuat Leo kembali bekerja keras untuk berpikir. Karena foto wanita yang baru saja menabraknya memiliki nama dengan seorang gadis yang Leo kenal."Elena Koesorodiningrat. Seperti nama gadis itu. Tapi tidak mungkin dia gadis kecilku. Kan bapak ibunya ngajak dia pergi ke luar negeri. Tapi nama belakangnya....."Leo terus memikirkan nama wanita yang ada di dalam dompet tersebut.Hari ini Leo tidak akan pergi ke kantor. Ia memilih beristirahat sebelum sorenya pergi bersama orang tuanya untuk bertemu dengan teman lama kakeknya. Pikirannya kini dibagi menjadi dua, bukan soal bisnis, melainkan soal perjodohan dan wanita yang menabraknya semalam. Dompet pink yang ia temukan juga masih tersimpan baik di kamarnya. Memikirkan bisnisnya yang sudah banyak cabang, lebih lelah memikirkan soal perjodohan bagi Leo sendiri. Bagaimana nantinya ketika dirinya yang biasanya sendiri, tiba-tiba ada seorang istri di dalam rumahnya. Apakah istrinya cantik? Apakah istrinya bisa menerimanya apa adanya bukan karena hartanya. Terlalu banyak berpikir, dan ia tak ingin rambutnya tiba-tiba memutih Leo beranjak dari kursi. Leo berencana untuk pergi jalan-jalan menyusuri daerah di sekitar apartemannya untuk menyegarkan pikirannya. Dengan setelan hodie dan training olahraga, Leo mengayuh sepedah gunungnya. Bersepeda salah satu obat setress untuk dirinya."Bocah sekolah sekarang main pacar-
Leo mengajak Elena pergi sedikit menjauh dari keluarga mereka. Elena hanya ikut kemana Leo mengajaknya pergi. "Kita duduk disini, Elena." Ucap Leo kepada Elena. Elena hanya tersenyum. Ia duduk di kursi yang berhadapan dengan Leo. Melihat perbedaan Elena yang sudah tumbuh dewasa membuat Leo tidak membayangkan sebelumnya. Setelah perpisahannya denga Elena sejak kecil, Leo tidak berharap banyak untuk bisa bertemu dengan Elena kembali. Karena pikiran Leo, Elena punya kehidupan sendiri yang tidak harus selalu bermain bersamanya. Elena begitu cantik dengan balutan mini dress ala Korea berwarna peach. Kulitnya yang putih bersih membuat dirinya sangat cocok dengan gaun tersebut. Leo terus menatap Elena dengan rasa rindu yang teramat dalam. Apa masih boleh, Leo mengatakan jika dirinya sangat rindu dengan Elena?"Mas, kenapa lihat Elena seperti itu?" Tanya Elena dengan lembut. Leo terus menatap Elena lembut. Senyuman manis dan apapun semua tentang Elena, Leo merindukannya. Elena menunggu Leo
Setelah pertemuan keluarga malam itu, Leo dan Elena lebih memperkuat komunikasi mereka. Meski tidak harua bertemu setiap harinya, Leo selalu menyempatkan diri untuk video call atau kirim pesan kepada Elena. Elena yang saat ini juga tidak hanya tinggal diam di rumah, melainkan Elena menjadi seorang dosen jurusan seni musik di salah satu Universitas ternama di Jakarta. Leo sempat meminta Elena untuk berhenti dari kerjannya, tapi Elena menolak dengan alasan ia ingin mencari jati dirinya dulu. Pagi ini, Leo tengah duduk di bersantai di rooftop kantornya yang sudah disulap menjadi taman untuk bersantai untuk para karyawan. Leo merasa jenuh jika setiap harinya harus bekerja di ruangan sehingga sesekali Leo memilih untuk keluar ke atas rooftop. Hans yang menjadi sekretaris setia Leo, kini dirinya turut menemani Leo untuk meninjau kembali evaluasi laporan dari setiap bidang yang Leo minta sebelumnya. "Pak, bapak nggak takut kah dibilang direktur terkejam sama mereka semua?" Celutuk Hans samb
"Elena sayang." Panggil Leo dan wanita yang dipanggilnya langsung mendongkakkan kepalanya.Elena langsung berdiri ketika laki-laki yang ingin ia temui kini berdiri di depannya. Senyum manis yang Elena miliki ia perlihatkan ke arah Leo. Leo memperhatikan Elena dengan setelan dress berwarna navy sampai bawah lututnya. Elena juga membawa sesuatu yang Leo belum tahu apa yang dibawanya."Sejak kapan Elena disini?" Tanya Leo panik."Humm dari jam 10 tadi kayanya mas. Ini Elena bawain makanan tadi masak sama mama mas. Tapi kayanya udah dingin deh. Maafin Elena ya mas." Elena melihat jam tangannya sudah pukul dua belas siang. Bisa dibilang Elena sudah menunggunya hampir dua jam. "Dari jam sepuluh sayang? Siapa yang suruh kamu disini sayang. Kenapa nggak kabarin mas?" tiba-tiba Leo menjadi marah. "Elena udah nelfon mas. Udah chat mas. Tapi masnya nggak angkat. Mama tadi cuma pesan kalau mau ke ruangan mas harus ke lift khusus khsusus buat mas. Terus mbak resepsionis kantor mas Elena tanyain k
Pagi ini, Elena mengajak Leo untuk pergi jalan-jalan. Elena menganggap weekend adalah waktu untuk mengistirahatkan diri. Beberapa hari sebelumnya, Leo mengeluh kepada Elena jika dirinya benar-benar lelah menghadapi pekerjaan yang menumpuk. Belum lagi masalah datang dari anak cabang dari bisnisnya. Tanpa berpikir panjang, Leo memilih untuk mengikuti rencana Elena. Leo mengendarai mobilnya untuk pergi ke salah satu tempat yang Elena minta. Ia hanya ikut saja kemana wanitanya mengajaknya pergi. Dengan setelan baju kemeja navy dan celana putih membuat Leo terlihat sangat tampan meskipun sedehana apa yang ia pakai. Elena yang begitu mempesona, ia mengenakan baju dress panjang berwarna navy dengan tali sunny di bahunya. "Sayang, kita mau kemana emangnya?" Tanya Leo penasaran. Karena hampir satu jam mobil yang ia kendarai belum sampai ke tempat tujuan mereka."Masa mas gak pernah ngelewatin jalan ini?" Elena bertanya kembali dengan penasaran."Haih boro-boro mas ingat, weekend aja mas jara
Hai semua readers, makasih yang udah menjadi pembaca pertama di awal rilis novel pertamaku ini ya. Aku harap kalian suka dengan novel Istri Cantik CEO. Stat terus buat nunggu update setiap bab dariku ya. Jangan lupa vote, komen masukan dari kalian. Karena aku masih penulis amatiran yang masih banyak kekurangan. Jangan lupa share ke teman-teman kalian buat ajak membaca cerita novel dariku ini ya. Aku akan berusaha semaksimal mungkin buat menghasilkan karya yang bisa memuaskan kalian. Salam hangat dariku đ„° Kalian bisa panggil aku Una. Salam kenal semuanya.Ikuti terus cerita dari Leonardo dan Elena ya. Sampai ending cerita nantinya. Semangatku adalah dukungan kalian semua. đ
Leonardo memijat pelipisnya seketika. Disaat dirinya dilanda pusing dengan jadwal rencana untuk pergi kunjungan ke Surabaya, mamanya meminta dirinya untuk pergi ke butik bersama Elena untuk melihat gaun. Ingin rasanya menolak karena sudah mengganggu jadwal kerjanya, tapi ketika mamanya meminta sesuatu rasanya sulit untuk menolak. "Hans, saya itu pengen cepat-cepat menikah. Kalau karena harus fitting gaun dadakan dan mengganggu jadwal saya ke Surabaya. Saya mesti gimana kalau sudah begini." Leo terus mondar-mandir memikirkan cara bagaimana agar tidak mengecewakan."Apa bapak mending menunda pekerjaan saja di Surabaya? Ini juga demi persiapan pernikahan bapak sama Nona Elena." Saran Hans.Leo langsung saja menatap Hans lekat. "Aku tidak masalah menunda pekerjaan ku Hans di Surabaya. Tapi satu, pasti mereka disana menunggu. Jadwal ini sudah direncanakan dua minggu yang lalu juga. Tiket pesawat dua jam lagi, mama bodoamat pula. Dan kenapa harus fitting baju sekarang. Pernikahan saya sama
Leo menggenggam tangan Elena untuk pergi ke lapangan belakang tempat helikopter landas. Para pegawai Leo yang melihat kedatangan bosnya dengan sang pujaan hati langsung sedikit menundukkan kepalanya. Banyak yang iri dengan Elena karena akan segera menjadi istri dari CEO muda tampan dan kaya raya. Elena melihat beberapa pegawai dengan setelan jas hitam berbaris rapi menunggu kedatangan Leo. Ia juga bisa melihat dibelakang sana terdapat helikopter berwarna hitam dengan tulisan ThomasCorp yang nantinya akan membawa Leo untuk pergi ke Surabaya. Elena benar-benar takjub dengan kemewahan keluarga Thomas yang berbeda dengan keluarganya. Bahkan opahnyaa belum memiliki helikopter pribadi selama mendirikan usaha."Semuanya sudah siap pak. Pihak yang ada di Surabaya juga sudah kami hubungi kalau disini ada sedikit kendala." Ucap Hans ketika sudah melihat Leo di depannya."Terus jawaban mereka gimana?" Tanya Leo penasaran."Mereka siap menunggu pak. Kita tinggal berangkat saja setelah ini. Koper
Sesampainya di hotel, Elena langsung merebahkan badannya di atas kasur. Ia merasa begitu sangat lelah ketika selesai menempuh perjalanan yang begitu jauh. Lala yang saat itu juga merasa lelah langsung naik ke atas kasur dan ikut rebahan disamping Elena."Bunda, kakak ayo bersih-bersih dulu. Masa kita sampai hotel langsung tidur. Nggak pengen makan-makan gitu kah?" Tanya Leonardo."Ayah-ayah, badan kakak seperti tak bertulang. Badan kakak seperti jelly." Keluh Lala sambil matanya terpejam."Yaudah kakak bobo dulu. Kalau udah bobo kita jalan-jalan ya. Bunda bobo dulu juga boleh kok." Kata ayah memerintah kedua wanitanya untuk beristirahat dulu. "Oke ayah. Bentar ya. Ayah ikut bobo dulu sini. Nambah stamina juga sebelum jalan-jalan." Ajak Elena agar Leonardo juga ikut istirahat. "Oke oke ayah juga ikut istirahat. Kita bobo dulu." Leonardo melepas sepatunya terlebih dahulu dan langsung ikut bergabung bersama kedua wanitanya. Mereka di Jepang akan sampai tahun baru nantinya. Karena bebe
Saat waktunya mendekati jam take off, Leonardo bergegas mengajak Elena dan Lala untuk pergi ke bandara. Leo tidak ingin sampai terlambat sedikit pun. Ia terus mengemudikan mobilnya tanpa banyak omong. "Ayah kok kakak rasa ini bukan jalan arah pulang ya. Kita mau kemana lagi ayah?" Tanya Lala penasaran."Iya mas. Elena rasa kok emang bukan jalan arah pulang. Kemana emangnya?" Elena juga ikut menanyakan perihal Leonardo yang mengemudikan mobilnya berlawanan arah."Sebentar lagi kita sampai. Bunda sama kakak sabar ya." Jawab Leonardo sambil tersenyum. Elena hanya diam. Ia tidak mau banyak tanya lagi dan mengikuti saja kemana Leonardo membawanya pergi. Leo tersenyum simpul. Ia akan merasa bahagia jika rencananya benar-benar terwujud.Kurang lebih lima belas menit dan didukung oleh jalanan yang gak begitu macet, kini mereka sudah sampai di Bandara Soekarno Hatta. Elena yang paham betul jika ia saat ini berada di bandara hanya bisa cengo dan nggak tahu apa. Leonardo yang melihat Elena bin
Pagi ini Leonardo sudah kembali lagi untuk pergi ke kantornya. Ia juga memikirkan Hans yang sudah menghandle banyak pekerjaan. Leo berani meninggalkan Elena karena mamanya mulai setiap pagi akan pergi ke rumahnya. Hanya untuk menemani Elena. Elena masih berada di posisi tahap penyembuhan. Bahkan lukanya dan rasa sakitnya juga belum sepenuhnya pulih. "Hans, apa kamu nggak papa saya tinggal ke Jepang selama satu minggu?" Tanya Leonardo."Saya ikhlas lahir batin pak. Asalkan Bu Elena bisa sembuh dan bisa mengobati lukanya. Tapi gaji saya nanti tambah ya pak." Hans terkekeh pelan."Masalah itu kamu nggak usah khawatir. Saya mana pernah nggak ngasih kamu gaji tambahan? Ya kan? Tapi kamu tetap kabari apapun nanti kalau ada kerjaan yang nggak bisa kamu kerjakan. Jadwal pertemuan sama orang-orang bisa diatur minggu depannya setelah saya pulang dari Jepang ya." Pinta Leonardo."Bapak nggak usah khawatir. Semuanya serahkan semuanya ke saya. Tapi setelah ini saya izin menikah ya pak. Kerjaan da
Leonardo merasa lega karena hari ini Salma bisa pulang ke rumah setelag dua minggu dirawat di rumah sakit. Setelah kejadian yang sudah menimpa mereka, akhirnya mereka memutuskan untuk memulai kehidupan baru. Opah dan Mr. Black juga sudah dibawa ke pihak yang berwajib. Oma pun akhirnya resmi bercerai dengan opah dan kembali ke keluarganya. Keluarga Elena sudah berantakan. Bahkan media di Indonesia juga menyorot keluarganya. Banyak yang mengasihani Elena dengan masalah yang menimpanya. Dan saat ini hanya Jordi dan orang tuanya yang masih menyayangi Elena."Leo, paman sama bibi memang jarang di Jakarta. Tapi kalau ada apa-apa soal Elena. Tolong kabari kami ya! Mungkin hanya Jordi disini nantinya. Tapi paman minta kamu percaya sama paman dan bibi." Ucap papa Jordi."Paman, mungkin sekarang Leo sangat sulit mempercayai orang. Bahkan mama papa Leo sendiri, Leo sangat takut. Tapi Leo usahakan untuk percaya sama paman dan bibi. Nanti kalau senggang aku juga akan bermain ke rumah kalian." Leo
Malam ini Leonardo harus meninggalkan Elena terlebih dahulu dan meminta Jordi untuk menjaga Elena dahulu. Ia bersama Polisi Anton mengumpulkan para orang tuanya untuk membahas lebih lanjut masalah yang telah terjadi selama akhir-akhir ini. Leonardo sudah tidak bisa lagi untuk bisa sabar. Bahkan wajanya sudah terlihat merah padam menahan amarah.âLeo, kenapa kamu menuduh opah seperti itu?â Tanya oma dengan lemah lembut.Leo menatap oma tajam âOma sama opah udah menikah berapa tahun? Sampai nggak tahu semua kegiatan opah?â Sungut Leonardo.âLeo ngomong yang sopan nak!â Tutur mama dengan halus.âSepertinya tidak bisa nyonya. Kalau saya jadi Pak Leo pasti sudah bisa nggak sopan lagi. Nyonya kalau nggak terlibat dalam masalah ini dan nanti tahu fakta sebenarnya pasti akan marah juga.â Sahut Polisi Anton.Semua orang nampak bingung dengan penuturan Polisi Anton. Kecuali opah yang masih menatap Leonardo dengan menahan amarah. Karena saat ini semua tuduhan tertuju semua ke dirinya.âKalau bol
Leonardo harus mendengarkan kabar yang tidak enak kembali. Rencananya tidak ingin memberitahu soal kondisi Elena, namun semuanya sia-sia. Opah dan oma sedang menuju ke rumah sakit untuk menemui Elena. Sedangkan, Leonardo juga memberitahukan kepada Elena untuk tetap tenang jika nanti terjadi apa-apa. Karena ia juga nggak tahu, bagaimana reaksi opah. Apalagi setelah ada fakta jika bayi yang ada di dalam kandungan Elena menjadi bahan taruhan."Mas, mas tetap dampingi Elena. Karena Elena takut. Opah marah. Elena gak bisa jaga dede bayi." Ucap Elena yang sedikit ketakutan."No Elena. Percaya sama mas. Mas akan jagain kamu." Kata Leonardo."Kakak juga nggak usah takut, Jordi pasti ada di samping kakak juga." Sahut Jordi."Makasih ya. Tapi kenapa opah sejahat itu. Elena gak tau kalau pernikahan kita menjadi bahan taruhan demi perusahaan mas." Elena meneteskan air matanya."Udah sayang. Semoga opah segera sadar. Ingat sama kesalahannya. Pesan mas, kamu coba pura-pura nggak tau. Jangan ngomong
Leonardo menggertakkan giginya. Ia merasa marah karena siapa tau pelakunya. Bukan hanya karena dia yang rekan kerja opah, tapi dia juga rekan kerjanya yang baru saja menjalin hubungan kerjasama dengannya. Tapi, disisi lain Leonardo mengetahui fakta jika si Mr. Black ini melakukannya karena taruhan dengan opah. Jika nanti Elena bisa melahirkan dengan selamat, maka Mr. Black akan memberikan semua perusahannya. Tapi, jika Elena tidak bisa lahir dengan selamat opah akan menceraikan omah dan memberikan lima puluh persen hasil kekayannya kepada Mr. Black. Leonardo juga baru tahu jika, oma adalah mantan terindah Mr. Black. "Berarti suruhan si manusia tuh, udah jelasin semua ke Pak Anton Jo?" Tanya Leonardo."Udah bang. Mangkanya Pak Anton menjebak mereka waktu di kantor polisi. Alhasil ngaku juga mereka. Bang Hans sama Bang Daniel juga masih disana." Jelas Jordi."Terus, mama papa tuan tahu soal taruhan ini?" Tanya Agung."Sepertinya enggak Gung. Tapi saya juga gak paham. Awal saya dijodo
Leonardo tengah menunggu kedatangan orang tuanya bersama Lala. Mereka sudah Leo beritahu kecuali opah oma Elena. Mama papa sudah berjanji untuk diajak bekerja sama tanpa memberitahukan ke keluarga Elena. Awalnya mereka mendesak untuk memberitahukan alasannya. Tapi, Leonardo tetap bersikukuh untuk tidak memberitahukan. "Leo, gimana kondisi Elena?" Tanya mama ketika sudah sampai di rumah sakit."Masih belum sadar ma. Leo dari tadi sama Jordi ya nunggu disini. Kondisi Elena tadi parah pas kecelakaan." Jelas Leonardo."Memang kejadiannya gimana?" Tanya papa."Ayah, bunda kenapa?" Lala menghampiri Leo. Leo langsung membawa Lala kepelukannya. Leonardo merasa sangat bersalah. Karena ia melupakan Lala dan fokus dengan Elena. Lala diasuh mama papanya sementara. Tapi ia juga sendiri tidak ada cara lain selain itu. "Kakak, dengerin ayah. Bunda di dalam sedang berjuang. Kakak doain ya. Semoga bunda cepat sadar ya sayang. Kakak gak boleh sedih. Kuatin ayah juga ya sayang. Maafin ayah ya nak." L
Leonardo terus memohon keoada Tuhan. Untuk keajaiban semua takdir yang ia inginkan. Sampai saat ini, dokter masih belum selesai mengoperasi Elena. Entah berapa lama lagi, dokter akan menyelesaikan semuanya. Ia juga mendapatkan kabar, jika Agung dan Adit sudah selesai melakukan operasi. Saat ini, Parjo dan Dona yang menuju ke ruangan dua bodyguard baru Elena. Sedangkan Jordi dan Leonardo masih duduk di depan ruang operasi."Bang, apa keluarga tidak dikasih tau?" Tanya Jordi."Jangan dulu. Tunggu Elena sadar dulu saja! Tapi cukup kabari mama papaku saja. Kalau opah sama oma jangan. Terus Angela jangan sampai dengar berita ini. Semua orang suruh tutup mulut untuk yang tau aja." Jelas Leonardo."Iya bang. Kak Elena pernah cerita kalau Kak Angela teman dekat istrinya Bang Daniel. Apa dia gak kasih tau bang soal kondisi kakak?" Tanya Jordi penasaran."Enggak aman itu. Daniel udah aman. Kamu ini tadi kok bisa kesini? Gak ada operasi atau apa gitu?" Leonardo menatap adik ipar sepupunya itu."K