Ke esokan harinya gue masih mengulangi hal yang sama untuk mengatakan hal itu lagi kepada wanita batu dan juga keras kepala. Semoga kali ini ia mau menjadi istri gue, dengan penuh keyakinan gue datang ke rumahnya. Dengan memakai pakaian rapih khas seorang CEO muda dan juga tampan.
Tok..tok
Pak Darmono, ini saya Dareen. Bagaimana apa sudah di siapkan pembayaran hutang yang kalian pinjam pada keluarga gue maupun orang tua gue. Gue harap kali ini kalian enggak akan bisa mengelak lagi.
Enggak ada satu jawaban yang keluar dari mulut keluarga kecil yang sudah meminjam uang kepada kami. Apa jangan-jangan mereka pergi dan meninggalkan kota ini?
Shit..
Kenapa gue percaya pada keluarga yang enggak tau di untung ini? Gagal lagi rencana gue kali ini untuk mempersunting Amanda dengan cara gue yang seperti ini.
Tiba-tiba suara pintu tengah di buka dan mendengar suara orang yang khas bangun tidur. Dengan mengucek kedua tangan ke arah mata.”Hmm, ada perlu apa?”
Amanda memang baru saja bangun dari mimpi indahnya. Ia bermimpi kalau dirinya menjadi seorang tuan putri di rumah yang megah dan hidup bahagia dengan pangerannya seperti dogeng yang ada di buku cerita anak-anak.
“Lo baru bangun?” Pekik Dareen, dasar wanita pemalas
“..Hah?”
Amanda seketika tersadar dan melihat kalau orang yang ada di depannya adalah pria yang sangat ia benci. Ia benci, ketika Dareen memintanya untuk menikah dengannya.
“Gadis Malas, ayo ikut dengan gue sekarang kita pergi ke Kantor Urusan Agama. Sesuai dengan kata-kata gue kemarin dengan orang tua lo.” Sambil menarik salah satu lengan milik Amanda
“Apa-apaan nih? Sakit tau Tuan Dareen yang terhormat, apa anda enggak bisa bersikap lebih sopan terhadap wanita yang seharusnya anda muliakan. Ternyata benar selain anda sombong, tidak memiliki akhlak yang baik, anda juga seorang yang enggak bisa menghargai seorang wanita. Anda masih memiliki ibu, bukan?” Sarkas Amanda tanpa memikirkan bagaimana perasaan Tuan Dareen yang terhormat ini.
Seketika Dareen memantung, mendengar perkataan Sarkas yang Amanda katakan padanya. Terngiang di telinganya ketika kata-kata Amanda masuk ke relung hatinya. Apa iya sampai seperti itu gue enggak menghargai seorang wanita? Tapi Anjani selama menikah dengan gue enggak pernah mengeluh akan perkataan gue padanya, walau sebenarnya itu sangat menyakiti hatinya.
Klik..klik
Amanda memainkan jari-jarinya untuk membuyarkan lamunan Tuan Dareen yang terhormat ini. “Kalau anda ingin melamun jangan di sini? Lebih baik anda meninggalkan tempat ini dan gue mohon jangan ganggu keluarga gue lagi.”
Cih..
Enggak semudah itu gue akan pergi dari kediaman kalian yang reot ini, gue akan pergi kalau kalian bisa membayar hutangnya saat ini juga. Ya, Dareen enggak bisa lagi membendung hasratnya untuk mempersunting wanita yang bernama Amanda ini.
“Kenapa sih lo ngotot banget untuk mempersunting gue? Emangnya enggak ada wanita lain. Untuk masalah hutang keluarga gue, gue akan membayarnya, tapi enggak sekarang. Lagi pula gue belum ke terima kerja,” pekik Amanda pada Dareen.
“Gue ngotot begitu, karena sampai saat ini kalian belum menunjukkan itikad baik dengan gue dan juga keluarga gue.”
Amanda hanya bisa diam, tanpa membalas perkataan yang Dareen ucapkan barusan.
“Kenapa diam? Enggak punya uang aja belagu. Kalau udah terlahir miskin itu ya harusnya sadar. Mikir, donk jangan belaga jadi orang yang punya banyak uang,” lirih Dareen.
Air mata Amanda seketika membasahi pipi merahnya seperti buah tomat. Amanda memang gadis manis yang berkulit putih. Wajar kalau Dareen mengejar wanita seperti Amanda.
“Jadi bagaimana? Bayar hutang kalian atau lo menikah dengan gue saat ini juga,” cecar Dareen.
Amanda kali ini enggak mampu lagi untuk menola setiap kata yang di lontarkan oleh Dareen. Ia hanya diam tapi enggak juga mengiyakan setiap perkataan Dareen untuk menikah dengannya. Amanda masih menganggap kalau ini hanya sebuah lelucon semata dan trik agar ia di nikahkan dengan pria yang perawakannya masih terlihat tampan dan juga gagah.
“Bagaimana Amanda si wanita kepala batu?” Ucap Dareen
Tuk..tukk
Suara alas kaki yang menuju ke arah dekat sini. Ma..maaf Tuan Dareen kalau kami belum ada uang untuk membayar hutang kami. Tapi kami mohon beri kami waktu untuk bisa melunasi hutang itu Tuan.
“..Heh” dengan menyeringai bahagia.
Akhirnya, kabar baik itu datang juga untuk gue. Gue sudah lama menginginkan wanita yang bernama Amanda ini. Dan saat ini lah ia akan menjadi milik gue selamanya.
“Kalian sudah tau konsekuensinya apa? Kalau kalian enggak bisa membayar hutang kalian hari ini juga?”
“Kami mohon Tuan Dareen, jangan libatkan putri kami dalam masalah hutang piutang ini. Kasihanilah Amanda Tuan Dareen, Amanda masih terlalu muda untuk menikah saat ini,” ungkap Pak Darmono dengan tertunduk lesu.
“Tapi kalian belum bisa melunasi hutang kalian pada gue dan juga keluarga gue. Jadi terima lah konsekuensinya Pak Darmono.”
Ayo..Amanda lo ikut dengan gue, sambil menarik lengan Amanda dengan sangat kasar dan tanpa memiliki perasaan.
“Aw..sakit Tuan Dareen! Gue mohon lepasin gue,” ungkap Amanda. Amanda menjatuhkan dirinya dan memegangi kaki Tuan Dareen, agar Tuan Dareen mau melepaskannya.
“Lo pikir gue mau lepasin lo Amanda. Sudah lama gue nantikan hari ini! Hari di mana gue menikah dengan lo,” sambil memegangi dagu milik Amanda.
“Ma..Maksud Tuan apa? sudah lama Tuan nantikan? Apa sebenarnya ini adalah rencana jahat Tuan agar keluarga gue berhutang materi dan juga berhutang jasa dengan keluarga Tuan Dareen? Kalian jahat dan enggak memiliki perasaan.”
“Stop, Amanda..”
“..Shuutttt” Jangan pernah berkata hal itu pada keluarga gue. Asal lo tau kalau keluarga gue terlahir dari keluarga baik-baik.
“Lantas.. apa kalau enggak jahat namanya?”
Yang jelas kalau kami adalah keluarga yang baik malah sangat baik Amanda. Setelah lo nikah dengan gue, lo pasti akan tau seperti apa baiknya keluarga gue.
“Cih..gue enggak akan sudi menikah dengan pria yang enggak gue cinta dan juga enggak gue kenal,” sambil menangis dengan keras.
“Amanda..Amanda cinta itu bisa datang dengan sendirinya. Ketika lo udah sangat nyaman dengan gue lo akan tau apa yang namanya cinta sesungguhnya. Kalau saat ini yang lo rasain dengan kekasih lo itu, bukanlah cinta tapi terpaksa. Terpaksa untuk mencintai sesuai dengan usia lo saat ini.”
“Lo pikir gue mau gitu jatuh cinta dengan pria yang udah tua seperti lo? Seharusnya lo malu dengan usia lo yang mau menikah dengan wanita muda.”
Ha..Ha..Ha
“Amanda, kamu selain cantik juga lucu dan menggemaskan. Gue udah enggak sabar menantikan kalau lo akan menjadi istri gue.”
Jangan kebanyakan mimpi Tuan Dareen yang terhormat.
Setelah tiba di rumah yang gue tinggali dengan Anjani terasa sangat sepi tanpa hadirnya seorang buah hati. Kapan ia akan hadir di tengah-tengah pernikahan gue yang hampir mendekati satu dasawarsa.Gue memandangi sebuah pepohonan yang terlihat dari atas balkon ruangan kamar yang gue tinggali dengan Anjani selama beberapa tahun ini. Meski gue dan dirinya bertemu hanya sesekali. Anjani sangat sibuk dengan pekerjaannya dan gue hanya sendiri di kamar ini ketika dirinya harus syuting sebuah acara striping.Cklek..“Sayang, kamu sudah ada di rumah? Sejak kapan? Kenapa aku enggak mengetahuinya,” ungkap Anjani. Anjani adalah wanita yang sangat lembut namun takdir belum mengizinkan kami untuk memiliki buah hati.“..Hmm, baru aja sayang”“Kenapa kamu berdiri di balkon kamar kita? biasanya kalau aku sudah berada di dekat kamu, kamu enggak akan bisa jauh dariku dan kamu akan selalu mmberi kecupan hangat dan juga manis untukku.&rdqu
Perasaan gusar gue, sudah mengganggu semua ide yang muncul untuk segera membawa Amanda, ke sebuah ikatan suci yang memang gue sangat menginginkannya. Gue masih sangat mencintai Anjani tapi gue enggak bisa memungkiri kalau gue sangat mendambakan hadirnya buah hati ke tengah kehidupan rumah tangga gue.Gue baru menyadarinya kalau Anjani melupakan dirinya yang bertugas sebagai seorang istri, gue sebagai seorang pria sekaligus suami terlalu hampa untuk membangun rumah tangga ini sendirian. Di mana aku yang mengayuh sebuah kapal yang mana ombaknya sangat besar dan kencang. Tapi Anjani hanya diam tanpa tau harus berbuat apa untuk rumah tangganya saat ini.Sejujurnya, gue jengah melakoni rumah tangga yang bila di katakan di ujung tanduk ternyata memang benar adanya. Kalau sudah seperti ini siapa yang akan di salahkan? Dan gue sebagai kepala rumah tangga yang goyah ini hanya bisa diam dan enggak bisa berbuat apa pun?”Bi..Minah, tolong katakan pada Dareen saya per
Tanpa menunggu waktu yang lama, Dareen sudah menyiapkan semua yang di butuhkan untuk acara pernikahannya dengan Amanda. Sudah lama ia menantikan hal ini, yang ia tahu hanya Amanda yang bisa memenuhi keinginannya. Tapi yang namanya wanita, pasti enggak akan mau berbagi suami dengan wanita mana pun termasuk untuk memenuhi hasrat ingin memiliki seorang buah hati.Amanda sangat tidak menginginkan hal ini. Baginya, pernikahan ini hanya bersifat sementara dan enggak akan bakal abadi seperti orang pada umumnya. Amanda mengetahui maksud dan tujuan pernikahan ini tak lain dan tak bukan karena keinginan besar dari Tuan Dareen ingin memiliki buah hati yang sudah lama ia inginkan.“Amanda bagaimana? Sudah lo siapkan mental lo untuk menikah dengan gue? Besok kita akan menikah dan tuan penghulu akan datang tepat pada waktunya di kediaman lo. Jangan coba-coba untuk menolak atau pergi dari sini? Kalau itu sampai terjadi jangan harap orang tua lo akan selamat. Paham!”
Dengan perasaan penuh keterpaksaan, akhirnya Amanda mengalah demi orang tuanya. Bagaimana pun orang tuanya adalah orang yang paling sangat ia sayangi dan cintai selama hidupnya. Amanda banyak berhutang budi hingga ia enggak mampu untuk membalasnya satu persatu. Dan ini lah wujud cinta dan sayang Amanda kepada orang tuanya, walau itu hanya sebuah keterpaksaan menikah dengan pria yang mengatakan atas nama cinta untuk menikahinya. Padahal hanya sebuah bualan untuk menyelamatkan kehidupan rumah tangganya dengan sang istri, yaitu Anjani.Amanda, yang masih di rias di kamarnya yang sebentar lagi akan ia tinggalkan. Dirinya terlihat sangat cantik, karena sejatinya Amanda memang lebih sangat cantik walau tanpa polesan make up.Lo cantik, Manda! Tapi lo enggak pernah mengakuinya, kalau lo sangat cantik. Hingga gue enggak bisa berpaling dari kecantikan lo, batin Dareen.“Bagaimana semuanya sudah selesai? Ayo donk, Manda berikan senyuman termanis lo. Ini kan adalah h
Harap Bijak dalam membaca cerita ini, segmen 21+Setelah ijab qabul yang baru saja gue lakoni sebagai mempelai pria. Ini adalah malam di mana gue sangat merindukannya. Setelah beberapa tahun nafkah batin gue enggak di penuhi oleh Anjani. Gue manusia biasa yang memiliki segudang hasrat untuk mencapai itu semua, demi mendapatkan buah hati. Tapi, beberapa tahun belakangan pernikahan gue hampa tanpa adanya perhatian dan juga kasih sayang dari sang istri. Kalau dalam sebuah hukum agama, gue berhak sudah mentalaknya. Tapi gue, amat sangat mencintai wanita yang bernama Anjani. Gue, sebagai kepala keluarga terlalu banyak berkorban untuk pernikahan hampa dengan Anjani.“Amanda, siapkan mental lo untuk melayani gue sebagai suami lo? Gue harap lo enggak akan menolak, karena lo sudah resmi menjadi istri gue,” ujar Dareen.Manda di antara dengan pikiran kosongnya. Ia bingung harus berbuat apa? sedangkan dirinya belum siap untuk melayani sang suami. Bagaimana pun
Beberapa setelah ucapan ijab qabul, akhirnya gue memberanikan diri untuk membawa Amanda ke kediaman gue. Gue akan siapkan mental untuk memberi penjelasan ke Anjani tentang pernikahan gue ini. Tapi mungkin waktunya aja yang mungkin belum tepat untuk mengatakan semuanya. Gue terima konsekuensinya kalau pada akhirnya Anjani meninggalkan gue karena gue memiliki WIL ( wanita idaman lain).“Manda, apa lo udah siapkan semua barang-barang yang ingin lo bawa?”tanya Dareen pada Amanda“..Hmm”Amanda sedikit berbeda dari hari kemarin? Ia terlihat banyak bungkam, ada apa dengannya? Perasaan tanya masih saja merasuki gue.“Ada yang ingin lo sampaikan ke gue? Koq gue ngerasanya begitu, ya?”“Itu mungkin hanya perasaan lo aja, Dareen,”ujar Amanda. Sambil meninggalkan Dareen dan langsung segera berkemas dengan membawa barang-barang yang ia punya.”Lo sekarang udah jadi istri gue. Gue harap lo, bisa terbu
Kedatangan gue yang tengah di tunggu sang istri tercinta yang membuatnya kaget bukan kepalang. Ia mengatakan hal yang memang dari awal gue prediksi, pasti akan ia katakan pada wanita yang secara resmi sudah gue nikahi. Meski tanpa izin darinya, ini semua bukan kesalahan mereka berdua, melainkan gue, gue yang udah membuat posisinya Amanda lambat laun akan di ketahui oleh Anjani.Apa aku sebagai seorang pria bisa di katakan serakah? Karena sudah memiliki dua cinta dalam satu hati gue. Gue, cinta mereka tapi pada akhirnya nanti gue pasti akan memilih. Siapa yang akan pergi meninggalkan gue.”Dareen, tolong jelaskan siapa wanita ini? Apa wanita ini adalah Pelakor di dalam rumah tangga kita?sambil menunjuk ke arah wajah Amanda.”Sepertinya Anjani semakin penasaran siapa wanita yang Dareen bawa. Di lihat dari perawakannya, wanita itu lebih muda dan cantik dari dirinya. Posisinya sebagai istri Dareen akan terancam.Amanda yang merasa dirinya sangat t
Setelah sekembalinyaDareen, ke kediaman di mana tempatnya bernaung. Terlihat wajah yang sangat tidak mengenakan di pandang mata oleh Anjani. Ia masih saja menganggap kalau Amanda, perempuan perusak rumah tangganya.Siapa sebenarnya yang harus di salahkan? Apa Dareen bersalah dalam hal ini? sebagai seorang pria salah karena telah menikah dengan wanita lain karena keinginan memiliki keturunan? Tentu saja enggak, karena bukan gue yang salah melainkan Anjani yang sudah menolak dengan sangat kasar untuk memiliki keturunan.Pagi ini, Dareen melihat pemandangan yang sangat indah, Amanda yang dirinya pikir hanya wanita pemalas. Tapi ia sudah bangun sepagi ini untuk menyiapkan segala keperluan Dareen. Mulai dari menyiapkan makanan, dan pakaian kerja Dareen yang seharusnya Anjani yang menyiapkan. Amanda banyak berubah sejak tinggal di rumah Dareen yang terbilang sangat mewah dan megah ini.”..Hai,” ucap Dareen saat menuruni anak tanggaYa Dareen, kali i
Selama Anjani berada di Singapura, panggilan telepon dari orang masa lalu Anjani terus saja mengintai dirinya. Apa yang harus Anjani lakukan, ketika Mark selalu menghubunginya kembali. Bagi Anjani, ini adalah berita buruk untuk keutuhan rumah tangganya dengan Dareen. Anjani, tak mau harus berpisah dengan Dareen. Pria yang sudah menyelamatkan kehidupannya dari keterpurukan.Kenapa harus kembali, Mark?? Sedangkan gue tak berharap lagi dengan hubungan kita. Gue hanya berharap kalau rumah tangga gue dengan sang suami berjalan dengan baik.Tapi sekembalinya lo seperti ini, akankah pernikahan gue akan terselamatkan?? Gue sudah sangat berusaha agar gue bisa memiliki keturunan dari pernikahan gue yang hampir karam ini. Kalau lo datang ke kehidupan gue seperti saat ini, bagaimana??”Mrs. Anjani, are you oke??” Tanya sang perawat yang melakukan kontrol pagi hari secara rutin selama Anjani masih menjadi pasien di rumah sakit ini.”I’m Fine, s
Mark adalah pria yang sudah menghancurkan kehidupan Anjani. Mark juga lag yang sudah melakukan perbuatan yang tak semestinya pada Anjani beberapa tahun lalu. Dan Mark juga lah yang berjanji untuk menikahi Anjani, namun pada saat hari pernikahan mereka tiba. Mark pergi meninggalkan Anjani hingga Anjani nyaris mengakhiri hidupnya. Bagi Anjani, Mark adalah pria yang dulunya sangat ia cintai. Pada akhirnya Anjani memberikan kesuciannya pada pria bertubuh kekar berwajah sangat tampan dari Dareen.Dareen, hadir mana kala ia tengah frustasi karena tak mampu memiliki wanita yang ia cintai yaitu Amanda. Amanda adalah wanita yang sudah memiliki kekasih yaitu Hasbi yang mana adalah sahabat Dareen sendiri. Tak berani merebut kekasih sang sahabat, akhirnya Dareen pun mundur dan mencoba menghilang dari kisah cintanya yang bertepuk sebelah tangan.Di sebuah tempat daerah pegunungan, yang mana Dareen dan Anjani di pertemukan dalam suasana yang mereka sungguh sangat menyedihkan. Anjani
Dareen, sudah membaeritahukan tentang pernikahannya dengan Amanda kepada kedua orang tuanya. Amanda tak ingin berita ini terlalu cepat untuk di beritahu. Amanda hanya ingin kalau Anjani lah satu-satunya menantu yang mereka punya. Niat Amanda terhadap pernikahan ini adalah baik untuk membantu keadaan rumah tangga Dareen dan Anjani untuk memiliki buah hati karena kesibukan Anjani sebagai artis. Bagi Anjani, tak ada niatan baik kalau ingin menghancurkan rumah tangganya dengan Dareen.Dareen, masih saja menunggu Amanda di balik pintu kamar kecil milik Amanda. Tak ada kata lelah mana kala dirinya menunggu Amanda keluar dari kamarnya untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Amanda masih tetap dengan pendiriannya, untuk tak menemui orang tua Dareen. Ia hanya ingin menjadi orang baik untuk Anjani, wanita yang selalu memusuhinya.”Amanda, ayo lah, keluar. Temui Papa dan Mama gue!! Kasihan mereka menunggu kehadiran lo di tengah-tengah mereka. Mereka hanya ingin mengenal me
”Dareen, Mama dan Papa memutuskan untuk menginap di rumah ini. Ya mungkin 2 sampai 3 hari lah,” ucap Mama santai.‘Hah, apa? Dareen memang melihat kalau orang tuanya itu sudah membawa dua tas koper yang berisi pakaiannya untuk tinggal di kediaman anaknya. Alih-alih ingin menghindar yang ada ketahuan juga pada akhirnya,’ batin DareenWaduh, bagaimana ini? Amanda berkata pada gue kalau ia tak ingin kehamilannya di ketahui oleh Papa dan Mamanya dulu.Dareen, memutar pikirannya agar rencana sesuai yang di inginkan Amanda, padanya. Mana mungkin gue usir Mama dan Papa yang ada gue di coret dari kartu hak waris Papa dan Mama, tuturnya”Dareen, kenapa? Emangnya Papa dan Mama enggak boleh menginap di sini? Emangnya ada apa sih? Mama curiga kamu menyimpan sebuah rahasia, hingga kamu tak mau kalau orang tuamu menginap di sini?”tutup Mama dengan kecurigaan yang hinggap di benak sang Mama”Eng-enggak, Ma!! Siapa bilang?
Setelah pemeriksaan yang Anjani lakukan pada Dr. Chee Jing Jye kemarin. Itu adalah bukti di mana penyakitnya tak main-main. Anjani, di katakan sang dokter masih bisa memiliki buah hati dengan syarat melakukan operasi untuk endometriosisnya. Hal itu adalah kabar yang membahagiakan untuk Anjani. Kini, ia tak akan menyalahkan dirinya lagi karena ia tak dapat memiliki buah hati. Sungguh menyakitkan mana kala wanita lain di sayangi dan di perhatikan dalam masa kehamilannya.Kata-kata di sayang sangat lah memprihatinkan bagi Anjani, ketika semua masa suram tak bertepi hadirnya wanita lain yang kini tengah mengandung buah hati dari sang suami. Sungguh menyakitkan, satu hal yang selalu ia tahan dalam dirinya. Hingga suatu masa membawanya ke Singapura untuk pengobatan tentang apa yang ia alami.”Are you ok Mrs. Anjani,” ucap Dr. Chee Jing Jye”Yes, I am ok, doctor,” tutur Anjani. Ketakutan akan sebuah ruangan yang di mana memakai seragam berwarna
Dareen, saat ini tengah menjadi suami siaga untuk Amanda. Ia selalu membantu Amanda ketika Amanda membutuhkan bantuannya. Kehamilan Amanda saat ini sangat berbahaya karena masih memasuki trimester satu. Tubuhnya, kini terkulai sangat lemah dan tak berdaya. Makanan apa pun yang masuk ke tubuhnya akan ia keluarkan. Hingga Dareen berpikir untuk membawanya ke Rumah Sakit.”Gue enggak tega melihat lo seperti ini, Manda. Hati gue sakit,” batin Dareen.Manda terlihat sangat lemah dan ia memilih untuk berbaring. Walau pun tubuhnya lemah tak pernah sedikit pun Amanda mengeluh dengan kehamilannya ini. Ia terlihat bahagia dengan kehamilan ini, meski di pikiran dan benaknya selalu memikirkan Anjani. Wanita yang akan menjadi ibu tunggal untuk anaknya kelak.”Dareen, jangan perlihatkan wajah yang muram ini pada gue. Gue merasa baik-baik saja dan gue adalah wanita yang kuat,” oceh Amanda seolah dirinya baik-baik saja pada hal ia sangat lemah tak berdaya
Cepat, kemudikan mobil ini, Ayuri. Kasihan anak kecil ini, dia sudah meronta kesakitan Ayuri. Dengan mengemudikan mobil kecepatan tinggi, sesuai yang di perintahkah Anjani. Ayuri, tak berpikir panjang lagi. Ia gugup, takut dan juga kalut! Yang ia pikirkan saat ini, anak kecil yang ia tabrak tanpa sengaja harus di larikan ke Rumah Sakit mendapatkan perawatan dari petugas medis.“Lambat sekali kamu mengemudikan mobil ini, Ayuri,” omel Anjani yang sedari tadi mulutnya berkomat-kamit tanpa henti. Anjani juga bingung karena ia harus berangkat sesuai yang di jadwalkan pihak Bandara dan juga Maskapai Singa Airlines.“Ayuri, kita berganti saja untuk mengemudikan mobilnya. Biarkan saya yang mengambil alih untuk mengemudi. Jangan bantah perintah saya, Ayuri,” titah Anjani padanya.“Tap-tapi Anjani?” Bantahan demi bantahan di layangkan Ayuri pada Anjani. Tapi Anjani tetaplah dengan keinginannya ingin mengemudikan mobilnya agar mereka sam
”Anjani..” panggil seorang wanita yang kini terlihat sangat lemah. Ya, di sini lah kehamilan Amanda di uji. Amanda memasuki masa transisi mual karena mengandung buah hati yang selama ini sangat di inginkan Dareen.Cih..Anjani sama sekali tak menoleh ke arah Amanda. Bagi Anjani, ia tak akan berdamai lagi dengan wanita yang sudah menghancurkan mimpi dan rumah tangganya dengan Dareen. Anjani, kini kembali berubah seperti pertama di saat Dareen membawa Amanda ke rumah Dareen.”Jangan pernah lo berharap kalau gue akan baik dan luluh dengan lo karena lo sudah bersedia mengandung buah hati dari pria yang sangat gue cintai,” cecar Anjani seolah seperti menghardik Amanda.”Apa salah gue, Anjani?” Tanya Amanda yang kini berjalan ke arah Anjani dengan sangat hati-hati dan tak berdaya”Jangan sok baik, bagaimana pun gue akan membenci lo walau lo berbuat baik dengan gue. Bagi gue, kebaikan lo itu hanya kepalsuan belaka
Perasaan marah yang semakin menyeruak membuat Anjani semakin membenci Amanda. Apalagi, Anjani telah mendengar kalau Amanda tengah mengandung buah hati dari sang suami, Dareen. Anjani, semakin sering menyalahkan dirinya yang hingga saat ini belum juga tengah mengandung buah hati dari pernikahan mereka yang sudah lima tahun lamanya.“Hah..hati gue hancur,” ungkap Anjani dengan air mata yang membasahi pipinya. Siapa yang harus gue salahkan? Semua ini karena Amanda, yah karenanya kebahagiaan gue hancur. Anjani tak mampu mengintrospeksi kesalahannya. Yang ia tahu, semua ini karena Amanda wanita yang sudah mengambil semuanya dari dirinya.Suara teriakan Anjani terdengar hingga ke lantai bawah. Dareen, yang tadinya hanya bersikap seolah tak mau tahu dengan Anjani. Tapi, kini ia memberanikan dirinya datang ke kamar yang dulunya mereka tinggali bersama.“Ada apa dengan lo, Anjani? Apa enggak bisa lo bersikap tenang. Amanda, harus banyak istirahat. Gue m