Perasaan gusar gue, sudah mengganggu semua ide yang muncul untuk segera membawa Amanda, ke sebuah ikatan suci yang memang gue sangat menginginkannya. Gue masih sangat mencintai Anjani tapi gue enggak bisa memungkiri kalau gue sangat mendambakan hadirnya buah hati ke tengah kehidupan rumah tangga gue.
Gue baru menyadarinya kalau Anjani melupakan dirinya yang bertugas sebagai seorang istri, gue sebagai seorang pria sekaligus suami terlalu hampa untuk membangun rumah tangga ini sendirian. Di mana aku yang mengayuh sebuah kapal yang mana ombaknya sangat besar dan kencang. Tapi Anjani hanya diam tanpa tau harus berbuat apa untuk rumah tangganya saat ini.
Sejujurnya, gue jengah melakoni rumah tangga yang bila di katakan di ujung tanduk ternyata memang benar adanya. Kalau sudah seperti ini siapa yang akan di salahkan? Dan gue sebagai kepala rumah tangga yang goyah ini hanya bisa diam dan enggak bisa berbuat apa pun?
”Bi..Minah, tolong katakan pada Dareen saya pergi!”Ungkap Anjani dan berlalu pergi
Kreekk..
Suara kursi di tarik Dareen menuju ke arah suara yang mengatakan kalau dirinya akan pergi. Dareen berjalan dengan sangat cepat agar ia bertemu dengan Anjani ternyata orang yang akan ia sambangi sudah berlalu pergi dan menghilang tanpa memperlihatkan bayangannya.
“Bi Minah, Anjani pergi ya? Kenapa enggak permisi dengan saya kalau dirinya akan pergi?
“Sa..saya enggak tau, Tuan Dareen. Saya sudah katakan begitu ke Nyonya kenapa enggak permisi dengan Tuan Dareen. Tapi nyonya malah langsung pergi,” ungkap Bi Minah.
Bi Minah, enggak tahu dengan masalah rumah tangga gue yang semakin hari menurut gue semakin rumit saja. Gue pun bingung harus dari mana mengembalikan rumah tangga yang penuh dengan kehampaan ini.
Gue pun enggak tau saat ini harus berbuat apa? hanya bisa pasrah pada keadaan. Lebih baik saat ini gue bergegas menuju kediaman keluarga Amanda untuk menagih janji mereka kembali. Dan kali ini gue harus siap dengan konsekuensi yang ada. Gue harus terima kalau pada akhirnya semua di luar dugaan gue sebagai manusia biasa yang enggak kuput dari khilaf.
Di saat kesiapan gue menuju rumah keluarga Amanda. Setibanya gue di kediaman keluarga Amanda terlihat mereka duduk di ruang tamu mereka yang terlihat sangat sederhana yang berhiaskan kursi kayu yang hampir saja akan rubuh. Kehidupan keluarga Amanda sangat lah memprihatinkan. Enggak seperti kehidupan orang pada umumnya, tapi gue kagum pada wanita ini yang selalu saja bekerja keras demi membahagiakan orang tuanya, tentunya untuk melunasi hutang piutang orang tuanya.
Tok..Tok
Pak Darmono, apa anda berada di dalam?tanyaku dengan suara sangat hati-hati sekali. Bagaimana pun tak akan tega gue menyakiti keluarga ini. Ini semua hanyalah sebuah siasat gue untuk mendapatkan Amanda.
Pak Darmono beserta keluarganya enggak menjawab pertanyaan gue? Apa sebegitu takutnya mereka dengan gue? Apa tampang gue terlihat menyeramkan? Udah tampan begini di pikir mereka gue seorang debt collector.
Gue ulangi sekali lagi panggilan gue padahal baru aja gue mendengar kalau mereka tengah berbincang di ruangan tamu yang terlihat sangat sederhana ini.
Tok..Tok
Pak Darmono, apa anda dan juga keluarga anda ada di dalam? Maafkan, kalau kalian takut dengan kehadiran gue ke rumah kalian.
”Sssssttttttt..jangan berisik,” ungkap Amanda kepada kedua orang tuanya.
Saat ini Amanda ingin menyelamatkan dirinya dan juga keluarganya dari kedatangan pria seperti Tuan Dareen yang terhormat. Amanda adalah wanita yang sangat pintar dan juga sangat lihai dalam mengelabui pria seperti Dareen saat ini.
Bagaimana pun, Amanda belum mau menikah dalam waktu dekat apalagi dengan pria yang sama sekali enggak ia kenal.
Dareen, bukanlah seorang pria yang dengan mudahnya di bohongi. Ia mulai menyusuri setiap sudut, jengkal rumah Pak Darmono. Ia tau kalau mereka tengah bersembunyi guna menghindari kedatangan Dareen.
”Nak..apa enggak sebaiknya kita hadapi saja, kedatangan Tuan Dareen. Kalau kita bersembunyi seperti ini yang ada beliau pikir kita menghindarinya. Bapak, enggak mau kalau kita seperti ini untuk menghindari kedatangannya.”
”Pak, apa Bapak enggak kasihan dengan putri Bapak yang satu ini?” Tanya Manda dengan tatapan yang sangat menyayat hati.
”Manda enggak mau menghabiskan masa muda Manda, menikah dengan pria yang sudah berumur seperti Tuan Dareen, Pak,” sarkas Amanda kepada sang Bapak.
”Lalu dengan cara apa kita membayar semua hutang keluarga kita padanya dan juga keluarganya. Orang tua Tuan Dareen dan juga dirinya sudah sngat baik dan berjasa dalam hal ini. Hanya Manda saja yang enggak mengerti, betapa baiknya mereka dengan kita, Bapak hanya malu ketika menginat kebaikan orang tuanya Tuan Dareen.”
”Kalau orang lain Bapak katakan baik, lantas anak Bapak apa? Manda tau, kalau Manda enggak bisa memberi di saat kalian membutuhkan. Tapi percaya lah, Manda juga bisa membantu kalian untuk membayar hutang. Tapi mungkin hari ini belum saatnya, percaya lah semua akan indah pada waktunya,” sambil memegangi kedua tangan milik orang tuanya.
Dengan mata yang berkaca-kaca, Amanda hanya memohon kalau ia enggak akan lagi di nikahkan dengan pria yang wajahnya terlihat agak menua. Enggak seperti dengan usianya yang masih beranjak memasuki usia kedewasaan untuk membina bahtera rumah tangga.
”Nak.., Bapak sudah bersabar untuk mencari pinjaman ke sana ke mari namun hasilnya, enggak ada. Enggak ada, yang mau meminjamkan uang pada kita untuk membayar hutang kepada Tuan Dareen.”
”Lantas? Manda yang harus berkorban kali ini, Pak?” dengan berderai air mata, Amanda menyampaikan rasa kecewanya pada kedua orang tuanya. Kali ini Amanda enggak bisa berbuat apa pun lagi. Ia hanya diam membisu tanpa kata yang keluar dari mulutnya. Ia hanya meratapi nasibnya yang harus menerima pernikahan yang sebenarnya enggak ia inginkan.
Bapak, bergegas keluar dari kamar yang kami huni sedari tadi untuk menghindari Tuan Dareen. Bapak, segera pergi menemui Tuan Dareen yang pasti sudah lama menunggu di halaman depan.
Cklek..
Suara pintu tengah di buka. ”Maaf, Tuan Dareen sudah lama menunggu di sini? Saya tadi habis buang air di toilet. Jadi saya enggak mendengarnya,” ucap Pak Darmono berdalih.
Dareen, hanya memberikan senyuman khasnya yang membuat wanita mana pun enggak akan mungkin mengingkari pesona tampannya.
”Enggak apa-apa, Pak Darmono, saya paham!”
”Saya jadi merasa enggak enak hati dengan Tuan Dareen sudah lama menunggu di sini seperti kediaman saya enggak memiliki penghuni,” jawab Pak Darmono asal.
”Pak Darmono, bagaimana dengan kesepakatan kita? kapan bisa kita langsungkan pernikahannya?”
”Sepertinya Tuan Dareen, sudah enggak sabar ingin menikah dengan putri saya? Karena setiap hari datang selalu mengunjungi kediaman kami, demi menanyakan apa sudah ada uang untuk membayar hutangnya.”
Dareen, yang merasa belakang kepalanya tak gatal, dirinya pun menggaruknya. Karena pertanyaan Pak Darmono sangat to the point sekali.
”Apa iya, Pak Darmono? Sepertinya saya enggak begitu.”
Dareen, yang merasa sangat malu dengan ucapan Pak Darmono hanya bisa berdalih dan apa yang di ucapkan Pak Darmono enggak benar adanya. Hanya saja, ia malu untuk mengakuinya.
Tanpa menunggu waktu yang lama, Dareen sudah menyiapkan semua yang di butuhkan untuk acara pernikahannya dengan Amanda. Sudah lama ia menantikan hal ini, yang ia tahu hanya Amanda yang bisa memenuhi keinginannya. Tapi yang namanya wanita, pasti enggak akan mau berbagi suami dengan wanita mana pun termasuk untuk memenuhi hasrat ingin memiliki seorang buah hati.Amanda sangat tidak menginginkan hal ini. Baginya, pernikahan ini hanya bersifat sementara dan enggak akan bakal abadi seperti orang pada umumnya. Amanda mengetahui maksud dan tujuan pernikahan ini tak lain dan tak bukan karena keinginan besar dari Tuan Dareen ingin memiliki buah hati yang sudah lama ia inginkan.“Amanda bagaimana? Sudah lo siapkan mental lo untuk menikah dengan gue? Besok kita akan menikah dan tuan penghulu akan datang tepat pada waktunya di kediaman lo. Jangan coba-coba untuk menolak atau pergi dari sini? Kalau itu sampai terjadi jangan harap orang tua lo akan selamat. Paham!”
Dengan perasaan penuh keterpaksaan, akhirnya Amanda mengalah demi orang tuanya. Bagaimana pun orang tuanya adalah orang yang paling sangat ia sayangi dan cintai selama hidupnya. Amanda banyak berhutang budi hingga ia enggak mampu untuk membalasnya satu persatu. Dan ini lah wujud cinta dan sayang Amanda kepada orang tuanya, walau itu hanya sebuah keterpaksaan menikah dengan pria yang mengatakan atas nama cinta untuk menikahinya. Padahal hanya sebuah bualan untuk menyelamatkan kehidupan rumah tangganya dengan sang istri, yaitu Anjani.Amanda, yang masih di rias di kamarnya yang sebentar lagi akan ia tinggalkan. Dirinya terlihat sangat cantik, karena sejatinya Amanda memang lebih sangat cantik walau tanpa polesan make up.Lo cantik, Manda! Tapi lo enggak pernah mengakuinya, kalau lo sangat cantik. Hingga gue enggak bisa berpaling dari kecantikan lo, batin Dareen.“Bagaimana semuanya sudah selesai? Ayo donk, Manda berikan senyuman termanis lo. Ini kan adalah h
Harap Bijak dalam membaca cerita ini, segmen 21+Setelah ijab qabul yang baru saja gue lakoni sebagai mempelai pria. Ini adalah malam di mana gue sangat merindukannya. Setelah beberapa tahun nafkah batin gue enggak di penuhi oleh Anjani. Gue manusia biasa yang memiliki segudang hasrat untuk mencapai itu semua, demi mendapatkan buah hati. Tapi, beberapa tahun belakangan pernikahan gue hampa tanpa adanya perhatian dan juga kasih sayang dari sang istri. Kalau dalam sebuah hukum agama, gue berhak sudah mentalaknya. Tapi gue, amat sangat mencintai wanita yang bernama Anjani. Gue, sebagai kepala keluarga terlalu banyak berkorban untuk pernikahan hampa dengan Anjani.“Amanda, siapkan mental lo untuk melayani gue sebagai suami lo? Gue harap lo enggak akan menolak, karena lo sudah resmi menjadi istri gue,” ujar Dareen.Manda di antara dengan pikiran kosongnya. Ia bingung harus berbuat apa? sedangkan dirinya belum siap untuk melayani sang suami. Bagaimana pun
Beberapa setelah ucapan ijab qabul, akhirnya gue memberanikan diri untuk membawa Amanda ke kediaman gue. Gue akan siapkan mental untuk memberi penjelasan ke Anjani tentang pernikahan gue ini. Tapi mungkin waktunya aja yang mungkin belum tepat untuk mengatakan semuanya. Gue terima konsekuensinya kalau pada akhirnya Anjani meninggalkan gue karena gue memiliki WIL ( wanita idaman lain).“Manda, apa lo udah siapkan semua barang-barang yang ingin lo bawa?”tanya Dareen pada Amanda“..Hmm”Amanda sedikit berbeda dari hari kemarin? Ia terlihat banyak bungkam, ada apa dengannya? Perasaan tanya masih saja merasuki gue.“Ada yang ingin lo sampaikan ke gue? Koq gue ngerasanya begitu, ya?”“Itu mungkin hanya perasaan lo aja, Dareen,”ujar Amanda. Sambil meninggalkan Dareen dan langsung segera berkemas dengan membawa barang-barang yang ia punya.”Lo sekarang udah jadi istri gue. Gue harap lo, bisa terbu
Kedatangan gue yang tengah di tunggu sang istri tercinta yang membuatnya kaget bukan kepalang. Ia mengatakan hal yang memang dari awal gue prediksi, pasti akan ia katakan pada wanita yang secara resmi sudah gue nikahi. Meski tanpa izin darinya, ini semua bukan kesalahan mereka berdua, melainkan gue, gue yang udah membuat posisinya Amanda lambat laun akan di ketahui oleh Anjani.Apa aku sebagai seorang pria bisa di katakan serakah? Karena sudah memiliki dua cinta dalam satu hati gue. Gue, cinta mereka tapi pada akhirnya nanti gue pasti akan memilih. Siapa yang akan pergi meninggalkan gue.”Dareen, tolong jelaskan siapa wanita ini? Apa wanita ini adalah Pelakor di dalam rumah tangga kita?sambil menunjuk ke arah wajah Amanda.”Sepertinya Anjani semakin penasaran siapa wanita yang Dareen bawa. Di lihat dari perawakannya, wanita itu lebih muda dan cantik dari dirinya. Posisinya sebagai istri Dareen akan terancam.Amanda yang merasa dirinya sangat t
Setelah sekembalinyaDareen, ke kediaman di mana tempatnya bernaung. Terlihat wajah yang sangat tidak mengenakan di pandang mata oleh Anjani. Ia masih saja menganggap kalau Amanda, perempuan perusak rumah tangganya.Siapa sebenarnya yang harus di salahkan? Apa Dareen bersalah dalam hal ini? sebagai seorang pria salah karena telah menikah dengan wanita lain karena keinginan memiliki keturunan? Tentu saja enggak, karena bukan gue yang salah melainkan Anjani yang sudah menolak dengan sangat kasar untuk memiliki keturunan.Pagi ini, Dareen melihat pemandangan yang sangat indah, Amanda yang dirinya pikir hanya wanita pemalas. Tapi ia sudah bangun sepagi ini untuk menyiapkan segala keperluan Dareen. Mulai dari menyiapkan makanan, dan pakaian kerja Dareen yang seharusnya Anjani yang menyiapkan. Amanda banyak berubah sejak tinggal di rumah Dareen yang terbilang sangat mewah dan megah ini.”..Hai,” ucap Dareen saat menuruni anak tanggaYa Dareen, kali i
Wanita jalang tersebut, selalu menarik perhatian Dareen. Apa sih istimewanya wanita itu? Dari fisik tentu saja gue lebih menarik dari nya. Tatapan menyeringai dari Anjani, seakan tatapan itu adalah tatapan yang sangat mematikan dan juga menghancurkan Amanda.Braaakkkk..Dareen, membuka pintu kamarnya dengan Anjani dengan sangat sembarang. Dareen, marah dan juga kesal pada wanita yang menjadi istri sahnya selama beberapa tahun. Perasaan Dareen kini berubah menjadi sangat benci pada Anjani. Setelah sebelumnya, perasaan itu melambangkan sebuah perasaan cinta.Apa yang lo lakukan Anjani tadi, terhadap Amanda itu sangat menjijikkan. Awalnya gue, sangat mencintai lo namun lambat laun perasaan itu memudar karena lo, Anjani. Gue, sebagai seorang pria enggak suka dengan kepura-puraan lo. Lo berbuat seperti itu karena lo iri kan dengan Amanda. Tuhan itu Maha baik ya dengan gue, karena Tuhan telah mempertemukan gue dengan Amanda meski dengan cara yang salah.Maksudn
Gue Amanda sangat ingin menyudahi pernikahan ini, sedari awal. Gue rasanya enggak cukup kuat untuk melihat pertengkaran mereka. Gue terus menyalahkan diri, ini semua karena gue. Seharusnya gue yang di benci oleh Dareen bukan Anjani. Andai posisi kami di balik bagaimana dengan gue. Pasti sakit rasanya, saat kita sedang sayang-sayangnya dengan sang suami di saat itu sang suami menduakan cinta tulus kita. Di mana hati nurani gue sebagai seorang wanita. Bodoh.., ucap Amanda sambil memukul kepala. Kenapa gue harus mengiyakan pernikahan ini pada akhirnya. Meski awalnya, gue sangat menolak dengan pernikahan ini. Tapi pada akhirnya gue luluh dan sudah menyerahkan harta berharga gue sebagai seorang wanita. Menyesal tiada guna, sekarang bagaimana pun juga gue harus menyelesaikan tugas dan kewajiban dalam pernikahan yang rumit ini. Gue harus dengan segera melahirkan seorang anak untuk Dareen. Dan pada akhirnya, gue akan terbebas dengan pernikahan ini dan title gue sebagai istri
Selama Anjani berada di Singapura, panggilan telepon dari orang masa lalu Anjani terus saja mengintai dirinya. Apa yang harus Anjani lakukan, ketika Mark selalu menghubunginya kembali. Bagi Anjani, ini adalah berita buruk untuk keutuhan rumah tangganya dengan Dareen. Anjani, tak mau harus berpisah dengan Dareen. Pria yang sudah menyelamatkan kehidupannya dari keterpurukan.Kenapa harus kembali, Mark?? Sedangkan gue tak berharap lagi dengan hubungan kita. Gue hanya berharap kalau rumah tangga gue dengan sang suami berjalan dengan baik.Tapi sekembalinya lo seperti ini, akankah pernikahan gue akan terselamatkan?? Gue sudah sangat berusaha agar gue bisa memiliki keturunan dari pernikahan gue yang hampir karam ini. Kalau lo datang ke kehidupan gue seperti saat ini, bagaimana??”Mrs. Anjani, are you oke??” Tanya sang perawat yang melakukan kontrol pagi hari secara rutin selama Anjani masih menjadi pasien di rumah sakit ini.”I’m Fine, s
Mark adalah pria yang sudah menghancurkan kehidupan Anjani. Mark juga lag yang sudah melakukan perbuatan yang tak semestinya pada Anjani beberapa tahun lalu. Dan Mark juga lah yang berjanji untuk menikahi Anjani, namun pada saat hari pernikahan mereka tiba. Mark pergi meninggalkan Anjani hingga Anjani nyaris mengakhiri hidupnya. Bagi Anjani, Mark adalah pria yang dulunya sangat ia cintai. Pada akhirnya Anjani memberikan kesuciannya pada pria bertubuh kekar berwajah sangat tampan dari Dareen.Dareen, hadir mana kala ia tengah frustasi karena tak mampu memiliki wanita yang ia cintai yaitu Amanda. Amanda adalah wanita yang sudah memiliki kekasih yaitu Hasbi yang mana adalah sahabat Dareen sendiri. Tak berani merebut kekasih sang sahabat, akhirnya Dareen pun mundur dan mencoba menghilang dari kisah cintanya yang bertepuk sebelah tangan.Di sebuah tempat daerah pegunungan, yang mana Dareen dan Anjani di pertemukan dalam suasana yang mereka sungguh sangat menyedihkan. Anjani
Dareen, sudah membaeritahukan tentang pernikahannya dengan Amanda kepada kedua orang tuanya. Amanda tak ingin berita ini terlalu cepat untuk di beritahu. Amanda hanya ingin kalau Anjani lah satu-satunya menantu yang mereka punya. Niat Amanda terhadap pernikahan ini adalah baik untuk membantu keadaan rumah tangga Dareen dan Anjani untuk memiliki buah hati karena kesibukan Anjani sebagai artis. Bagi Anjani, tak ada niatan baik kalau ingin menghancurkan rumah tangganya dengan Dareen.Dareen, masih saja menunggu Amanda di balik pintu kamar kecil milik Amanda. Tak ada kata lelah mana kala dirinya menunggu Amanda keluar dari kamarnya untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Amanda masih tetap dengan pendiriannya, untuk tak menemui orang tua Dareen. Ia hanya ingin menjadi orang baik untuk Anjani, wanita yang selalu memusuhinya.”Amanda, ayo lah, keluar. Temui Papa dan Mama gue!! Kasihan mereka menunggu kehadiran lo di tengah-tengah mereka. Mereka hanya ingin mengenal me
”Dareen, Mama dan Papa memutuskan untuk menginap di rumah ini. Ya mungkin 2 sampai 3 hari lah,” ucap Mama santai.‘Hah, apa? Dareen memang melihat kalau orang tuanya itu sudah membawa dua tas koper yang berisi pakaiannya untuk tinggal di kediaman anaknya. Alih-alih ingin menghindar yang ada ketahuan juga pada akhirnya,’ batin DareenWaduh, bagaimana ini? Amanda berkata pada gue kalau ia tak ingin kehamilannya di ketahui oleh Papa dan Mamanya dulu.Dareen, memutar pikirannya agar rencana sesuai yang di inginkan Amanda, padanya. Mana mungkin gue usir Mama dan Papa yang ada gue di coret dari kartu hak waris Papa dan Mama, tuturnya”Dareen, kenapa? Emangnya Papa dan Mama enggak boleh menginap di sini? Emangnya ada apa sih? Mama curiga kamu menyimpan sebuah rahasia, hingga kamu tak mau kalau orang tuamu menginap di sini?”tutup Mama dengan kecurigaan yang hinggap di benak sang Mama”Eng-enggak, Ma!! Siapa bilang?
Setelah pemeriksaan yang Anjani lakukan pada Dr. Chee Jing Jye kemarin. Itu adalah bukti di mana penyakitnya tak main-main. Anjani, di katakan sang dokter masih bisa memiliki buah hati dengan syarat melakukan operasi untuk endometriosisnya. Hal itu adalah kabar yang membahagiakan untuk Anjani. Kini, ia tak akan menyalahkan dirinya lagi karena ia tak dapat memiliki buah hati. Sungguh menyakitkan mana kala wanita lain di sayangi dan di perhatikan dalam masa kehamilannya.Kata-kata di sayang sangat lah memprihatinkan bagi Anjani, ketika semua masa suram tak bertepi hadirnya wanita lain yang kini tengah mengandung buah hati dari sang suami. Sungguh menyakitkan, satu hal yang selalu ia tahan dalam dirinya. Hingga suatu masa membawanya ke Singapura untuk pengobatan tentang apa yang ia alami.”Are you ok Mrs. Anjani,” ucap Dr. Chee Jing Jye”Yes, I am ok, doctor,” tutur Anjani. Ketakutan akan sebuah ruangan yang di mana memakai seragam berwarna
Dareen, saat ini tengah menjadi suami siaga untuk Amanda. Ia selalu membantu Amanda ketika Amanda membutuhkan bantuannya. Kehamilan Amanda saat ini sangat berbahaya karena masih memasuki trimester satu. Tubuhnya, kini terkulai sangat lemah dan tak berdaya. Makanan apa pun yang masuk ke tubuhnya akan ia keluarkan. Hingga Dareen berpikir untuk membawanya ke Rumah Sakit.”Gue enggak tega melihat lo seperti ini, Manda. Hati gue sakit,” batin Dareen.Manda terlihat sangat lemah dan ia memilih untuk berbaring. Walau pun tubuhnya lemah tak pernah sedikit pun Amanda mengeluh dengan kehamilannya ini. Ia terlihat bahagia dengan kehamilan ini, meski di pikiran dan benaknya selalu memikirkan Anjani. Wanita yang akan menjadi ibu tunggal untuk anaknya kelak.”Dareen, jangan perlihatkan wajah yang muram ini pada gue. Gue merasa baik-baik saja dan gue adalah wanita yang kuat,” oceh Amanda seolah dirinya baik-baik saja pada hal ia sangat lemah tak berdaya
Cepat, kemudikan mobil ini, Ayuri. Kasihan anak kecil ini, dia sudah meronta kesakitan Ayuri. Dengan mengemudikan mobil kecepatan tinggi, sesuai yang di perintahkah Anjani. Ayuri, tak berpikir panjang lagi. Ia gugup, takut dan juga kalut! Yang ia pikirkan saat ini, anak kecil yang ia tabrak tanpa sengaja harus di larikan ke Rumah Sakit mendapatkan perawatan dari petugas medis.“Lambat sekali kamu mengemudikan mobil ini, Ayuri,” omel Anjani yang sedari tadi mulutnya berkomat-kamit tanpa henti. Anjani juga bingung karena ia harus berangkat sesuai yang di jadwalkan pihak Bandara dan juga Maskapai Singa Airlines.“Ayuri, kita berganti saja untuk mengemudikan mobilnya. Biarkan saya yang mengambil alih untuk mengemudi. Jangan bantah perintah saya, Ayuri,” titah Anjani padanya.“Tap-tapi Anjani?” Bantahan demi bantahan di layangkan Ayuri pada Anjani. Tapi Anjani tetaplah dengan keinginannya ingin mengemudikan mobilnya agar mereka sam
”Anjani..” panggil seorang wanita yang kini terlihat sangat lemah. Ya, di sini lah kehamilan Amanda di uji. Amanda memasuki masa transisi mual karena mengandung buah hati yang selama ini sangat di inginkan Dareen.Cih..Anjani sama sekali tak menoleh ke arah Amanda. Bagi Anjani, ia tak akan berdamai lagi dengan wanita yang sudah menghancurkan mimpi dan rumah tangganya dengan Dareen. Anjani, kini kembali berubah seperti pertama di saat Dareen membawa Amanda ke rumah Dareen.”Jangan pernah lo berharap kalau gue akan baik dan luluh dengan lo karena lo sudah bersedia mengandung buah hati dari pria yang sangat gue cintai,” cecar Anjani seolah seperti menghardik Amanda.”Apa salah gue, Anjani?” Tanya Amanda yang kini berjalan ke arah Anjani dengan sangat hati-hati dan tak berdaya”Jangan sok baik, bagaimana pun gue akan membenci lo walau lo berbuat baik dengan gue. Bagi gue, kebaikan lo itu hanya kepalsuan belaka
Perasaan marah yang semakin menyeruak membuat Anjani semakin membenci Amanda. Apalagi, Anjani telah mendengar kalau Amanda tengah mengandung buah hati dari sang suami, Dareen. Anjani, semakin sering menyalahkan dirinya yang hingga saat ini belum juga tengah mengandung buah hati dari pernikahan mereka yang sudah lima tahun lamanya.“Hah..hati gue hancur,” ungkap Anjani dengan air mata yang membasahi pipinya. Siapa yang harus gue salahkan? Semua ini karena Amanda, yah karenanya kebahagiaan gue hancur. Anjani tak mampu mengintrospeksi kesalahannya. Yang ia tahu, semua ini karena Amanda wanita yang sudah mengambil semuanya dari dirinya.Suara teriakan Anjani terdengar hingga ke lantai bawah. Dareen, yang tadinya hanya bersikap seolah tak mau tahu dengan Anjani. Tapi, kini ia memberanikan dirinya datang ke kamar yang dulunya mereka tinggali bersama.“Ada apa dengan lo, Anjani? Apa enggak bisa lo bersikap tenang. Amanda, harus banyak istirahat. Gue m