Tanpa menunggu waktu yang lama, Dareen sudah menyiapkan semua yang di butuhkan untuk acara pernikahannya dengan Amanda. Sudah lama ia menantikan hal ini, yang ia tahu hanya Amanda yang bisa memenuhi keinginannya. Tapi yang namanya wanita, pasti enggak akan mau berbagi suami dengan wanita mana pun termasuk untuk memenuhi hasrat ingin memiliki seorang buah hati.
Amanda sangat tidak menginginkan hal ini. Baginya, pernikahan ini hanya bersifat sementara dan enggak akan bakal abadi seperti orang pada umumnya. Amanda mengetahui maksud dan tujuan pernikahan ini tak lain dan tak bukan karena keinginan besar dari Tuan Dareen ingin memiliki buah hati yang sudah lama ia inginkan.
“Amanda bagaimana? Sudah lo siapkan mental lo untuk menikah dengan gue? Besok kita akan menikah dan tuan penghulu akan datang tepat pada waktunya di kediaman lo. Jangan coba-coba untuk menolak atau pergi dari sini? Kalau itu sampai terjadi jangan harap orang tua lo akan selamat. Paham!”
Dareen, terpaksa mengatakan hal itu agar Amanda enggak bermain-main dengan ancamannya. Baginya, itu bukanlah isapan jempol semata. Walau sebenarnya itu bukanlah Dareen yang sesungguhnya.
Amanda tak lagi membalas setiap perkataan Dareen padanya. Ia hanya meratapi nasibnya yang memilukan, dengan tatapan yang menghunus ke arah depan. Baginya kenapa ini harus terjadi di hidupnya? Seakan Tuhan enggak adil dengannya. Tapi saat ini siapa yang harus ia salahkan? Nasi sudah menjadi bubur, masa mudanya hancur di saat dirinya ingin membangun untuk kebahagiaannya.
Ya, Amanda berpikir kalau ia akan bahagia dengan pria pilihan hatinya. Tapi apa? semua enggak seperti yang di bayangkannya. Kali ini hancur mimpinya tanpa tersisa kebahagiaan untuknya.
“..Hei”
Apa lo enggak bisa menghargai orang yang tengah berbicara dengan lo? Dengan gaya bicara angkuh khasnya Dareen.
Amanda, tak lagi menggubris perkataan yang terlontar dari mulutnya, Dareen. Ia masih saja menatap lurus ke depan tanpa mendengar apa yang Dareen ucapkan padanya. Bagi Amanda, perkataan Dareen seperti sebuah kaset rusak yang tengah bermain di dalam sebuah radio.
“Lo dengarin apa yang gue katakan barusan enggak sih, Manda?”ucap Dareen dengan kesal.
Amanda hanya bungkam dan lagi-lagi hanya bungkam. Ya, ini adalah bentuk rasa kecewa Amanda yang teramat dalam dari dirinya. Hingga untuk membuka mulut dan mengeluarkan sebuah kata saja dirinya enggan. Sebelumnya ia enggak pernah seperti ini, kalau pun ia kecewa dirinya masih mau membuka mulutnya untuk mengeluarkan satu patah kata walau hanya mengatakan kalau ia tengah lapar.
“Manda, lo kenapa sih? Kenapa sedari tadi lo enggak ada jawab perkataan gue?”desis Dareen.
Amanda berjanji dengan dirinya sendiri, kalau dirinya enggak akan berkata satu patah kata pun pada pria yang menurutnya sudah menghancurkan masa depannya.
“Ternyata lo itu emang benar-benar batu, susah di ajak ngomong baik-baik. Padahal maksud gue ini kan sebenarnya baik. Mungkin cara gue aja yang salah, dan itu gue akuin koq. Kalau lo emang marah dengan gue paling enggak lo itu keluarin semua kata-kata kasar lo jangan hanya diam membatu seperti ini.”
Paling tidak, Dareen akan pergi dan menghilang dari hadapannya. Itu udah cukup untuk diri gue, ungkapnya dalam hati.
“Amanda, ayo lah bicara dengan gue? Sambil mengelus pipi Amanda dengan lembut. Lo besok mau pakaian yang model apa? lo pasti akan sangat cantik mengenakan pakaian pernikahan. gue ini sebentar lagi akan menjadi suami lo. Coba lo bayangin deh, pasti kita akan berbahagia dengan pernikahan ini.”
Dareen, mencoba mengawali perkataan dengan melakukan rayuan pada Amanda. Tapi Amanda tak bergeming sedikit pun dengan rayuan yang Dareen lontarkan padanya. Bagi Amanda itu hanya rayuan murahan. Terlihat dari itu semua kalau Dareen, enggak mampu membahagiakan orang-orang yang ia sayangi.
“..Stop”
Pergilah dan tinggalin gue sendiri. Gue harap lo berubah pikiran untuk menikahi gue. Bagaimana pun gue ini enggak pantas untuk pria kaya seperti lo. Sudah cukup cari muka dengan keluarga gue. Lebih baik lo pulang dan urus istri lo! Sampai kapan pun gue enggak akan pernah cinta sama lo.
“Bagi gue pernikahan yang di paksakan enggak akan baik nantinya untuk gue dan juga lo. Gue juga tau kalau lo enggak cinta kan sama gue? Lo hanya ingin punya keturunan kan? Gue bisa lakuin itu asal lo enggak akan menikah dengan gue.”
“Apa lo udah enggak waras, Manda? Dimana-mana, wanita itu maunya menikah walaupun enggak cinta asalkan semua kebutuhannya terpenuhi. Ini lo malah aneh, maunya? Wah, udah kehilangan akal sehat lo ya, Manda? Enggak nyangka gue, lo punya pikiran di luar nalar begitu.”
Yang jelas, gue enggak mau menikah dengan lo? Dan gue tau kalau lo enggak cinta gue kan? Lo hanya cinta sama istri lo? Buat apa menikah Tuan Dareen kalau nantinya akan ada yang tersakiti dan lo enggak akan pernah bisa adil dengan kami wanita yang kamu sakiti hatinya.
“Mungkin saat ini cinta itu belum bisa hadir ke pernikahan ini. Tapi gue yakin cinta akan datang dengan berjalannya waktu. Pernikahan ini emang di paksakan dan gue yakin ini akan baik nantinya.”
“..Cih”
“Jangan pernah mengatakan kalau cinta akan hadir. Nanti juga kalian akan lupa dengan perasaan cinta kalian ketika bertemu dengan wanita lain yang lebih muda dan cantik tentunya. Kalian, para pria hanya bisa berjanji lalu pergi meninggalkan kami para wanita. Begitu kalian sudah mendapatkan apa yang kalian inginkan. Gue, enggak mau seperti wanita-wanita lemah yang seperti itu,” ungkap Amanda dengan wajah yang sangat sinis menatap ke arah Dareen.
Dareen, yang posisinya sangat berdekatan dengan Amanda hanya tercekat diam dengan perkataan Amanda. Amanda usianya memang masih muda tapi nalar dan pikirannya enggak mencerminkan kalau dia masih muda seperti wanita seumuran dirinya.
“Kenapa diam? Enggak bisa jawabkan? Karena, lo sendiri enggak tau bagaimana ke depannya dengan pernikahan yang di paksakan ini. Seharusnya lo itu sabar dengan istri lo, bukannya mencari wanita lain untuk melahirkan benih dari lo.”
Ya, Amanda kali ini memang sangat emosional. Hingga dirinya, enggak mampu meredam emosinya yang memuncak karena pria yang bernama Dareen ini.
“Hei, Amanda..”
“Kenapa kamu se emosional ini? Apa sebenarnya sudah ada cinta yang tumbuh di hati lo, tapi lo enggak menyadari itu? Hingga lo berkata seolah lo udah merasakan hal ini? Jawab gue? Lo cinta sama gue tanpa lo sadar cinta itu sudah hadir?”
“Jangan pernah mengalihkan kata-kata yang jawabannya sendiri aja, lo enggak tau. Karena, gue enggak suka di bohongi dan gue juga enggak suka dengan perlakuan lo terhadap gue dan keluarga gue. Paham enggak lo?” Dengan menunjuk ke arah wajah Dareen.
Ya, kali ini pertanyaan yang di cecar oleh Amanda membuat Dareen enggak mampu membalas lagi perkataan itu. Walau hanya sebatas candaan untuk mencairkan suasana.
“..Baiklah”
“Gue akan mengalah dengan semua perkataan lo. Tapi gue enggak akan menyerah untuk membuktikan kalau pada akhirnya pernikahan ini akan tetap berjalan semestinya dan kita akan menjadi keluarga yang bahagia,” ucap Dareen
“Jangan pernah berjanji kalau enggak mampu untuk menepatinya. Malulah dengan perkatan janji sebab janji itu akan di tagih oleh Tuhan ketika lo enggak mampu menepatinya,” timpal Amanda.
Dengan perasaan penuh keterpaksaan, akhirnya Amanda mengalah demi orang tuanya. Bagaimana pun orang tuanya adalah orang yang paling sangat ia sayangi dan cintai selama hidupnya. Amanda banyak berhutang budi hingga ia enggak mampu untuk membalasnya satu persatu. Dan ini lah wujud cinta dan sayang Amanda kepada orang tuanya, walau itu hanya sebuah keterpaksaan menikah dengan pria yang mengatakan atas nama cinta untuk menikahinya. Padahal hanya sebuah bualan untuk menyelamatkan kehidupan rumah tangganya dengan sang istri, yaitu Anjani.Amanda, yang masih di rias di kamarnya yang sebentar lagi akan ia tinggalkan. Dirinya terlihat sangat cantik, karena sejatinya Amanda memang lebih sangat cantik walau tanpa polesan make up.Lo cantik, Manda! Tapi lo enggak pernah mengakuinya, kalau lo sangat cantik. Hingga gue enggak bisa berpaling dari kecantikan lo, batin Dareen.“Bagaimana semuanya sudah selesai? Ayo donk, Manda berikan senyuman termanis lo. Ini kan adalah h
Harap Bijak dalam membaca cerita ini, segmen 21+Setelah ijab qabul yang baru saja gue lakoni sebagai mempelai pria. Ini adalah malam di mana gue sangat merindukannya. Setelah beberapa tahun nafkah batin gue enggak di penuhi oleh Anjani. Gue manusia biasa yang memiliki segudang hasrat untuk mencapai itu semua, demi mendapatkan buah hati. Tapi, beberapa tahun belakangan pernikahan gue hampa tanpa adanya perhatian dan juga kasih sayang dari sang istri. Kalau dalam sebuah hukum agama, gue berhak sudah mentalaknya. Tapi gue, amat sangat mencintai wanita yang bernama Anjani. Gue, sebagai kepala keluarga terlalu banyak berkorban untuk pernikahan hampa dengan Anjani.“Amanda, siapkan mental lo untuk melayani gue sebagai suami lo? Gue harap lo enggak akan menolak, karena lo sudah resmi menjadi istri gue,” ujar Dareen.Manda di antara dengan pikiran kosongnya. Ia bingung harus berbuat apa? sedangkan dirinya belum siap untuk melayani sang suami. Bagaimana pun
Beberapa setelah ucapan ijab qabul, akhirnya gue memberanikan diri untuk membawa Amanda ke kediaman gue. Gue akan siapkan mental untuk memberi penjelasan ke Anjani tentang pernikahan gue ini. Tapi mungkin waktunya aja yang mungkin belum tepat untuk mengatakan semuanya. Gue terima konsekuensinya kalau pada akhirnya Anjani meninggalkan gue karena gue memiliki WIL ( wanita idaman lain).“Manda, apa lo udah siapkan semua barang-barang yang ingin lo bawa?”tanya Dareen pada Amanda“..Hmm”Amanda sedikit berbeda dari hari kemarin? Ia terlihat banyak bungkam, ada apa dengannya? Perasaan tanya masih saja merasuki gue.“Ada yang ingin lo sampaikan ke gue? Koq gue ngerasanya begitu, ya?”“Itu mungkin hanya perasaan lo aja, Dareen,”ujar Amanda. Sambil meninggalkan Dareen dan langsung segera berkemas dengan membawa barang-barang yang ia punya.”Lo sekarang udah jadi istri gue. Gue harap lo, bisa terbu
Kedatangan gue yang tengah di tunggu sang istri tercinta yang membuatnya kaget bukan kepalang. Ia mengatakan hal yang memang dari awal gue prediksi, pasti akan ia katakan pada wanita yang secara resmi sudah gue nikahi. Meski tanpa izin darinya, ini semua bukan kesalahan mereka berdua, melainkan gue, gue yang udah membuat posisinya Amanda lambat laun akan di ketahui oleh Anjani.Apa aku sebagai seorang pria bisa di katakan serakah? Karena sudah memiliki dua cinta dalam satu hati gue. Gue, cinta mereka tapi pada akhirnya nanti gue pasti akan memilih. Siapa yang akan pergi meninggalkan gue.”Dareen, tolong jelaskan siapa wanita ini? Apa wanita ini adalah Pelakor di dalam rumah tangga kita?sambil menunjuk ke arah wajah Amanda.”Sepertinya Anjani semakin penasaran siapa wanita yang Dareen bawa. Di lihat dari perawakannya, wanita itu lebih muda dan cantik dari dirinya. Posisinya sebagai istri Dareen akan terancam.Amanda yang merasa dirinya sangat t
Setelah sekembalinyaDareen, ke kediaman di mana tempatnya bernaung. Terlihat wajah yang sangat tidak mengenakan di pandang mata oleh Anjani. Ia masih saja menganggap kalau Amanda, perempuan perusak rumah tangganya.Siapa sebenarnya yang harus di salahkan? Apa Dareen bersalah dalam hal ini? sebagai seorang pria salah karena telah menikah dengan wanita lain karena keinginan memiliki keturunan? Tentu saja enggak, karena bukan gue yang salah melainkan Anjani yang sudah menolak dengan sangat kasar untuk memiliki keturunan.Pagi ini, Dareen melihat pemandangan yang sangat indah, Amanda yang dirinya pikir hanya wanita pemalas. Tapi ia sudah bangun sepagi ini untuk menyiapkan segala keperluan Dareen. Mulai dari menyiapkan makanan, dan pakaian kerja Dareen yang seharusnya Anjani yang menyiapkan. Amanda banyak berubah sejak tinggal di rumah Dareen yang terbilang sangat mewah dan megah ini.”..Hai,” ucap Dareen saat menuruni anak tanggaYa Dareen, kali i
Wanita jalang tersebut, selalu menarik perhatian Dareen. Apa sih istimewanya wanita itu? Dari fisik tentu saja gue lebih menarik dari nya. Tatapan menyeringai dari Anjani, seakan tatapan itu adalah tatapan yang sangat mematikan dan juga menghancurkan Amanda.Braaakkkk..Dareen, membuka pintu kamarnya dengan Anjani dengan sangat sembarang. Dareen, marah dan juga kesal pada wanita yang menjadi istri sahnya selama beberapa tahun. Perasaan Dareen kini berubah menjadi sangat benci pada Anjani. Setelah sebelumnya, perasaan itu melambangkan sebuah perasaan cinta.Apa yang lo lakukan Anjani tadi, terhadap Amanda itu sangat menjijikkan. Awalnya gue, sangat mencintai lo namun lambat laun perasaan itu memudar karena lo, Anjani. Gue, sebagai seorang pria enggak suka dengan kepura-puraan lo. Lo berbuat seperti itu karena lo iri kan dengan Amanda. Tuhan itu Maha baik ya dengan gue, karena Tuhan telah mempertemukan gue dengan Amanda meski dengan cara yang salah.Maksudn
Gue Amanda sangat ingin menyudahi pernikahan ini, sedari awal. Gue rasanya enggak cukup kuat untuk melihat pertengkaran mereka. Gue terus menyalahkan diri, ini semua karena gue. Seharusnya gue yang di benci oleh Dareen bukan Anjani. Andai posisi kami di balik bagaimana dengan gue. Pasti sakit rasanya, saat kita sedang sayang-sayangnya dengan sang suami di saat itu sang suami menduakan cinta tulus kita. Di mana hati nurani gue sebagai seorang wanita. Bodoh.., ucap Amanda sambil memukul kepala. Kenapa gue harus mengiyakan pernikahan ini pada akhirnya. Meski awalnya, gue sangat menolak dengan pernikahan ini. Tapi pada akhirnya gue luluh dan sudah menyerahkan harta berharga gue sebagai seorang wanita. Menyesal tiada guna, sekarang bagaimana pun juga gue harus menyelesaikan tugas dan kewajiban dalam pernikahan yang rumit ini. Gue harus dengan segera melahirkan seorang anak untuk Dareen. Dan pada akhirnya, gue akan terbebas dengan pernikahan ini dan title gue sebagai istri
Dareen, yang baru saja selesai menghabiskan harinya dengan Amanda. Karena, Amanda dirinya tidak merasa kesepian. Apalagi dalam hal kewajiban seorang istri, Amanda mampu mengimbanginya. Dareen, merasa sangat beruntung di pertemukan dengan Amandameski dengan cara yang salah. “Bi Minah, di mana Dareen? Kenapa dia tidak menjawab panggilan telepon saya, bi?”ujar Anjani yang mencari Dareen dengan tatapan tajam di setiap sudut ruangan rumah mereka. Bi Minah, membantu Anjani untuk mencari Dareen di setiap sudut ruangan. Sampai lah di sebuah ruangan kamar yang kecil namun tidak terlalu besar yang di tempati Amanda. Bi Minah menemukan suara yang suara tersebut milik Tuannya, Dareen. Bi Minah mendengarkan di balik ruangan kamar yang kecil itu dan menempelkan telinganya. Berusaha meyakinkan kalau suara itu benar, Tuannya Dareen. ”Ah..geli, Dareen!”ujar Amanda. Dengan nada yang sedikit mendesah Dareen dan Amanda terdengar sangat bahagia ketika bercengkrama. Apa ya
Selama Anjani berada di Singapura, panggilan telepon dari orang masa lalu Anjani terus saja mengintai dirinya. Apa yang harus Anjani lakukan, ketika Mark selalu menghubunginya kembali. Bagi Anjani, ini adalah berita buruk untuk keutuhan rumah tangganya dengan Dareen. Anjani, tak mau harus berpisah dengan Dareen. Pria yang sudah menyelamatkan kehidupannya dari keterpurukan.Kenapa harus kembali, Mark?? Sedangkan gue tak berharap lagi dengan hubungan kita. Gue hanya berharap kalau rumah tangga gue dengan sang suami berjalan dengan baik.Tapi sekembalinya lo seperti ini, akankah pernikahan gue akan terselamatkan?? Gue sudah sangat berusaha agar gue bisa memiliki keturunan dari pernikahan gue yang hampir karam ini. Kalau lo datang ke kehidupan gue seperti saat ini, bagaimana??”Mrs. Anjani, are you oke??” Tanya sang perawat yang melakukan kontrol pagi hari secara rutin selama Anjani masih menjadi pasien di rumah sakit ini.”I’m Fine, s
Mark adalah pria yang sudah menghancurkan kehidupan Anjani. Mark juga lag yang sudah melakukan perbuatan yang tak semestinya pada Anjani beberapa tahun lalu. Dan Mark juga lah yang berjanji untuk menikahi Anjani, namun pada saat hari pernikahan mereka tiba. Mark pergi meninggalkan Anjani hingga Anjani nyaris mengakhiri hidupnya. Bagi Anjani, Mark adalah pria yang dulunya sangat ia cintai. Pada akhirnya Anjani memberikan kesuciannya pada pria bertubuh kekar berwajah sangat tampan dari Dareen.Dareen, hadir mana kala ia tengah frustasi karena tak mampu memiliki wanita yang ia cintai yaitu Amanda. Amanda adalah wanita yang sudah memiliki kekasih yaitu Hasbi yang mana adalah sahabat Dareen sendiri. Tak berani merebut kekasih sang sahabat, akhirnya Dareen pun mundur dan mencoba menghilang dari kisah cintanya yang bertepuk sebelah tangan.Di sebuah tempat daerah pegunungan, yang mana Dareen dan Anjani di pertemukan dalam suasana yang mereka sungguh sangat menyedihkan. Anjani
Dareen, sudah membaeritahukan tentang pernikahannya dengan Amanda kepada kedua orang tuanya. Amanda tak ingin berita ini terlalu cepat untuk di beritahu. Amanda hanya ingin kalau Anjani lah satu-satunya menantu yang mereka punya. Niat Amanda terhadap pernikahan ini adalah baik untuk membantu keadaan rumah tangga Dareen dan Anjani untuk memiliki buah hati karena kesibukan Anjani sebagai artis. Bagi Anjani, tak ada niatan baik kalau ingin menghancurkan rumah tangganya dengan Dareen.Dareen, masih saja menunggu Amanda di balik pintu kamar kecil milik Amanda. Tak ada kata lelah mana kala dirinya menunggu Amanda keluar dari kamarnya untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Amanda masih tetap dengan pendiriannya, untuk tak menemui orang tua Dareen. Ia hanya ingin menjadi orang baik untuk Anjani, wanita yang selalu memusuhinya.”Amanda, ayo lah, keluar. Temui Papa dan Mama gue!! Kasihan mereka menunggu kehadiran lo di tengah-tengah mereka. Mereka hanya ingin mengenal me
”Dareen, Mama dan Papa memutuskan untuk menginap di rumah ini. Ya mungkin 2 sampai 3 hari lah,” ucap Mama santai.‘Hah, apa? Dareen memang melihat kalau orang tuanya itu sudah membawa dua tas koper yang berisi pakaiannya untuk tinggal di kediaman anaknya. Alih-alih ingin menghindar yang ada ketahuan juga pada akhirnya,’ batin DareenWaduh, bagaimana ini? Amanda berkata pada gue kalau ia tak ingin kehamilannya di ketahui oleh Papa dan Mamanya dulu.Dareen, memutar pikirannya agar rencana sesuai yang di inginkan Amanda, padanya. Mana mungkin gue usir Mama dan Papa yang ada gue di coret dari kartu hak waris Papa dan Mama, tuturnya”Dareen, kenapa? Emangnya Papa dan Mama enggak boleh menginap di sini? Emangnya ada apa sih? Mama curiga kamu menyimpan sebuah rahasia, hingga kamu tak mau kalau orang tuamu menginap di sini?”tutup Mama dengan kecurigaan yang hinggap di benak sang Mama”Eng-enggak, Ma!! Siapa bilang?
Setelah pemeriksaan yang Anjani lakukan pada Dr. Chee Jing Jye kemarin. Itu adalah bukti di mana penyakitnya tak main-main. Anjani, di katakan sang dokter masih bisa memiliki buah hati dengan syarat melakukan operasi untuk endometriosisnya. Hal itu adalah kabar yang membahagiakan untuk Anjani. Kini, ia tak akan menyalahkan dirinya lagi karena ia tak dapat memiliki buah hati. Sungguh menyakitkan mana kala wanita lain di sayangi dan di perhatikan dalam masa kehamilannya.Kata-kata di sayang sangat lah memprihatinkan bagi Anjani, ketika semua masa suram tak bertepi hadirnya wanita lain yang kini tengah mengandung buah hati dari sang suami. Sungguh menyakitkan, satu hal yang selalu ia tahan dalam dirinya. Hingga suatu masa membawanya ke Singapura untuk pengobatan tentang apa yang ia alami.”Are you ok Mrs. Anjani,” ucap Dr. Chee Jing Jye”Yes, I am ok, doctor,” tutur Anjani. Ketakutan akan sebuah ruangan yang di mana memakai seragam berwarna
Dareen, saat ini tengah menjadi suami siaga untuk Amanda. Ia selalu membantu Amanda ketika Amanda membutuhkan bantuannya. Kehamilan Amanda saat ini sangat berbahaya karena masih memasuki trimester satu. Tubuhnya, kini terkulai sangat lemah dan tak berdaya. Makanan apa pun yang masuk ke tubuhnya akan ia keluarkan. Hingga Dareen berpikir untuk membawanya ke Rumah Sakit.”Gue enggak tega melihat lo seperti ini, Manda. Hati gue sakit,” batin Dareen.Manda terlihat sangat lemah dan ia memilih untuk berbaring. Walau pun tubuhnya lemah tak pernah sedikit pun Amanda mengeluh dengan kehamilannya ini. Ia terlihat bahagia dengan kehamilan ini, meski di pikiran dan benaknya selalu memikirkan Anjani. Wanita yang akan menjadi ibu tunggal untuk anaknya kelak.”Dareen, jangan perlihatkan wajah yang muram ini pada gue. Gue merasa baik-baik saja dan gue adalah wanita yang kuat,” oceh Amanda seolah dirinya baik-baik saja pada hal ia sangat lemah tak berdaya
Cepat, kemudikan mobil ini, Ayuri. Kasihan anak kecil ini, dia sudah meronta kesakitan Ayuri. Dengan mengemudikan mobil kecepatan tinggi, sesuai yang di perintahkah Anjani. Ayuri, tak berpikir panjang lagi. Ia gugup, takut dan juga kalut! Yang ia pikirkan saat ini, anak kecil yang ia tabrak tanpa sengaja harus di larikan ke Rumah Sakit mendapatkan perawatan dari petugas medis.“Lambat sekali kamu mengemudikan mobil ini, Ayuri,” omel Anjani yang sedari tadi mulutnya berkomat-kamit tanpa henti. Anjani juga bingung karena ia harus berangkat sesuai yang di jadwalkan pihak Bandara dan juga Maskapai Singa Airlines.“Ayuri, kita berganti saja untuk mengemudikan mobilnya. Biarkan saya yang mengambil alih untuk mengemudi. Jangan bantah perintah saya, Ayuri,” titah Anjani padanya.“Tap-tapi Anjani?” Bantahan demi bantahan di layangkan Ayuri pada Anjani. Tapi Anjani tetaplah dengan keinginannya ingin mengemudikan mobilnya agar mereka sam
”Anjani..” panggil seorang wanita yang kini terlihat sangat lemah. Ya, di sini lah kehamilan Amanda di uji. Amanda memasuki masa transisi mual karena mengandung buah hati yang selama ini sangat di inginkan Dareen.Cih..Anjani sama sekali tak menoleh ke arah Amanda. Bagi Anjani, ia tak akan berdamai lagi dengan wanita yang sudah menghancurkan mimpi dan rumah tangganya dengan Dareen. Anjani, kini kembali berubah seperti pertama di saat Dareen membawa Amanda ke rumah Dareen.”Jangan pernah lo berharap kalau gue akan baik dan luluh dengan lo karena lo sudah bersedia mengandung buah hati dari pria yang sangat gue cintai,” cecar Anjani seolah seperti menghardik Amanda.”Apa salah gue, Anjani?” Tanya Amanda yang kini berjalan ke arah Anjani dengan sangat hati-hati dan tak berdaya”Jangan sok baik, bagaimana pun gue akan membenci lo walau lo berbuat baik dengan gue. Bagi gue, kebaikan lo itu hanya kepalsuan belaka
Perasaan marah yang semakin menyeruak membuat Anjani semakin membenci Amanda. Apalagi, Anjani telah mendengar kalau Amanda tengah mengandung buah hati dari sang suami, Dareen. Anjani, semakin sering menyalahkan dirinya yang hingga saat ini belum juga tengah mengandung buah hati dari pernikahan mereka yang sudah lima tahun lamanya.“Hah..hati gue hancur,” ungkap Anjani dengan air mata yang membasahi pipinya. Siapa yang harus gue salahkan? Semua ini karena Amanda, yah karenanya kebahagiaan gue hancur. Anjani tak mampu mengintrospeksi kesalahannya. Yang ia tahu, semua ini karena Amanda wanita yang sudah mengambil semuanya dari dirinya.Suara teriakan Anjani terdengar hingga ke lantai bawah. Dareen, yang tadinya hanya bersikap seolah tak mau tahu dengan Anjani. Tapi, kini ia memberanikan dirinya datang ke kamar yang dulunya mereka tinggali bersama.“Ada apa dengan lo, Anjani? Apa enggak bisa lo bersikap tenang. Amanda, harus banyak istirahat. Gue m