"Dia siapa?" tanya Sophia dengan nada rendah.
Shaka bangkit dari duduknya menghampiri Sophia yang baru saja datang. Pria itu memperhatikan penampilan Sophia yang tidak masuk sama sekali. Dress itu berwarna biru dengan motif bunga, panjangnya juga hanya sebatas lutut. Tapi masih dibalut dengan cardigan rajut berwarna merah muda. Lihatlah, dia sudah seperti jemuran berjalan di siang bolong.Sedangkan wanita yang duduk di kursi dengan wajah angkuhnya pun tersenyum. Wanita itu mengenakan dress mini berwarna maroon yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih pucat. Tatanan rambut yang rapi, wangi dan juga bersih membuat Shaka suka. Tapi setelah melihat Sophia, mendadak Shaka berpikir jika wanita itu paling pantas menjadi pelayan di rumahnya."Dia Valery, kekasihku." jawab Shaka. Dengan sengaja pria itu langsung menarik tangan Valery untuk mendekati Sophia, "Tidak keberatan kan jika Valery menginap di rumah ini?"Sophia memalingkan wajahnya, dadanya mendadak begitu sesak melihat suaminya yang membawa wanita lain ke rumahnya. Pernikahannya baru saja terhitung dua hari, apa iya Shaka tidak bisa menahannya sebentar saja? Setidaknya sampai satu minggu, barulah mau tinggal satu rumah pun juga Sophia tidak peduli sama sekali. Dia hanya takut jika kedua orang tuanya, atau mungkin orang tua Shaka datang ke rumah mereka untuk melihat kondisi mereka. Mungkin ayah Shaka akan khawatir, sedangkan ibunya juga tidak peduli dengan semua ini. Dan lagi, ibu Shaka pasti sangat bangga dan senang ketika melihat putranya membawa calon menantu yang cantik dan normal."Sophia apa kamu keberatan jika aku menginap dirumah kalian? Aku tau kalian baru menikah, dan seharusnya aku tidak mengganggu kalian. Tapi … hmm, aku tidak tahan kalau harus melihat kalian berduaan di rumah ini." ucap Valery dengan nada yang dibuat sangat manja. Belum lagi, tangan wanita itu juga menyentuh kancing kemeja Shaka dengan menggoda."Seharusnya tidak, sayang. Dia sendiri yang bilang jika dia tidak keberatan jika aku membawa kekasih ku ke rumah." sahut Shaka melirik Sophia.Disini Sophia langsung tertawa kecil, "Ya. Aku memang tidak keberatan jika Shaka membawa kekasihnya ke rumah. Tapi … perlu kalian ingat, besok pagi ayah Shaka akan datang kemari. Jika ingin mengambil resiko silahkan saja menginap disini, aku tidak akan peduli dengan kalian."Menyeret kakinya dengan pelan, Sophia pun langsung pergi ke kamarnya di dekat tangga. Kamar ini seharusnya menjadi kamar tamu, tapi berhubung Shaka tidak ingin satu kamar dengan Sophia, wanita itu memutuskan untuk tidur di kamar tamu. Dia akan pergi ke kamar Shaka jika kedua orang tua mereka datang ke rumah ini, kecuali ibu Shaka. Dia pasti tidak suka jika Sophia berada di kamar Shaka. Dia adalah orang yang menentang pernikahan Shaka dan juga Sophia, hingga memikirkan banyak cara untuk membuat mereka berpisah.Sikap Sophia membuat Shaka geram, dia pun mengikuti wanita itu hingga masuk ke kamar. Bahkan Shaka nyaris saja melihat Sophia yang ingin melepas baju di hadapannya."Apa yang kamu lakukan! Bisa ketuk pintu dulu sebelum masuk? Kamu sudah melanggar privasiku, Shaka!!" teriak Sophia kencang, sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.Shaka tertawa, "Mau telanjang pun juga aku tidak akan tertarik denganmu. Aku hanya ingin kamu menjelaskan apa yang kamu katakan barusan. Ayahku tidak mungkin datang kesini kan?""Buka saja ponselmu, kamu akan tau apa yang aku maksud." jawab Sophia malas.Wanita itu juga meminta Shaka untuk segera pergi. Dia ingin mandi, dan Sophia tidak ingin melihat Shaka masih berada di kamarnya setelah wanita itu selesai mandi.Shaka sendiri juga langsung mengambil ponselnya dan menatap banyaknya pesan masuk dari Sophia. Dimana wanita itu memberitahu Shaka, jika ayah Shaka akan datang besok pagi untuk ikut sarapan dengan mereka bersama dengan ibunya. Lalu bagaimana jika ayah Shaka tahu kalau di rumah ini ada kekasih Shaka?Pria itu langsung pergi dari kamar Sophia dan menemui Valery yang duduk santai sambil menikmati minumannya. Ini bukan saatnya untuk bersantai, Shaka bahkan sampai menarik gelas yang wanita itu pegang."Sayang aku haus, aku ingin minum." rengek Valery manja.Shaka meminta Valery untuk tenang sejenak, ini bukan saatnya untuk minum. Shaka tahu jika Valery sedang haus, masalahnya wanita itu sudah menghabiskan dua botol tequila."Aku tau. Tapi tolong berhenti minum, ada hal penting yang harus kita bahas."Mendengar kata penting, Valery pun langsung merubah posisi duduknya menggoda Shaka, "Katakan, ada hal penting apa sampai kamu terlihat panik."Shaka menarik nafasnya panjang, dia pun menatap botol minuman di depannya yang tinggal setengah. Shaka meminta Valery untuk menghabiskan minumnya segera, lalu mengantarkan wanita itu pulang ke rumahnya. Untuk saat ini Valery tidak bisa menginap di rumah Shaka, mendadak dia mendapat kabar dari Sophia jika besok pagi ayahnya akan datang ke rumah ini bersama dengan ibunya untuk sarapan bersama. Tentu saja Shaka tidak ingin mengambil resiko, pernikahan mereka baru saja dua hari masa iya dia langsung membuat masalah?Valery langsung menatap Shaka tidak suka, "Bilang saja kamu ingin menghabiskan waktu berdua dengan istri cacatmu itu!! Aku tau kalian baru menikah, aku juga tahu kalau kalian membutuhkan waktu bersama untuk saling mengenal. Jangan mencari alasan apapun lagi aku tau itu!!"Shaka menggeleng, tidak!! Bahkan Shaka berani bertaruh jika Sophia tidak terlibat dalam hal ini. Mereka tidak membutuhkan hal itu, tidak ada perkenalkan satu sama lain seperti yang Valery katakan. Bahkan Shaka maupun Sophia juga tidak menginginkan pernikahan ini, lalu untuk apa juga Shaka dan Sophia harus mengenal satu sama lain? Yang ada mereka tidak membutuhkan hal itu."Sayang, tolong mengertilah. Aku dan Sophia tidak membutuhkan hal itu, kamu tau pernikahan ini tidak diinginkan. Tolong, jangan berpikir yang tidak-tidak tentang aku dan juga Sophia."Tetap saja Valery tidak bisa membuang pikiran buruk tentang mereka. Pasalnya, mereka ini sudah menikah, tidak mungkin dalam satu rumah mereka hanya saling tatap. Meskipun tidak tidur dalam satu kamar, kalau posisi Shaka mabuk dan tidak sadarkan diri hal yang tidak diinginkan pun juga bisa terjadi."Baiklah. Aku mengalah, setelah ini aku akan pulang. Puas kamu!!""Maafkan aku."Valery mengangguk, untuk kali ini dia mengalah. Tapi setelah ini jangan harap Valery mau mengalah, Shaka itu miliknya mau menikah dengan siapapun juga Shaka akan tetap kembali pada Valery. Dia tidak masalah jika harus menjadi yang kedua, asalkan Valery bisa bersama dengan Shaka selamanya.Tidak mau membuang banyak waktu, akhirnya Shaka pun memutuskan mengajak Valery untuk segera pulang. Masih ada hari untuk mereka menghabiskan malam bersama. Bahkan Shaka juga berjanji pada Valery, setelah keadaannya membaik wanita itu bisa tinggal dengannya di rumah ini.***Pergi ke dapur, Sophia pun membuatkan beberapa menu untuk sarapan. Ayah mertuanya datang terlalu pagi, untung saja Sophia mendengar ketukan pintu yang cukup kencang dari arah depan. Yang dimana mertuanya datang dengan berbeda ekspresi. Petra begitu antusias dengan pagi ini, sedangkan Mia wanita tua itu masih menunjukkan wajah tidak sukanya pada Sophia. Bahkan ketika Petra meminta Mia untuk membantu Sophia memasak di dapur, wanita itu lebih memilih membangunkan Shaka di kamar bawah. Sehingga dengan kewalahan Sophia pun mampu menyelesaikan masakannya dengan cepat. Untung saja semalam ketika Sophia ingin pergi tidur, pria itu mengajak Shopia untuk belanja mengingat di rumah ini tidak ada bahan makanan sedikitpun, jangankan sayur, beras saja mereka tidak punya."Si cacat juga pandai memasak ya? Mau bikin Shaka betah di rumah karena masakanmu? Saya rasa itu tidak mempan." cibir Mia menatap beberapa menu makanan di hadapannya. Dari aromanya memang tercium enak, tapi tidak tahu dengan rasanya sehingga membuat Mia kembali berkata, "Jangan sampai saya makan semua masakan kamu terus sakit perut ya!!" ucapnya kembali.Sophia menatap Mia sejenak lalu tersenyum, "Saya pastikan Mami tidak mungkin sakit perut setelah mencicipi masakan saya."Alis Mia terangkat sebelah, dia pun mendekati Sophia dengan wajah tidak sukanya, "Cih Mami!! Saya tidak mengizinkan kamu memanggil saya Mami jika tidak ada suami saya. Harusnya kamu memanggil saya dengan sebutan Nyonya, karena saya tidak menganggap kamu sebagai menantu saya. Saya tidak mau memiliki menantu cacat seperti kamu!!"Mendengar hinaan itu Sophia hanya mampu menahan diri. Dia tahu jika dirinya cacat, lagian yang membuat Sophia cacat juga Shaka. Dia juga tidak mengikat Shaka dalam hal ini, Sophia sudah meminta ayahnya untuk tidak melanjutkan perjanjian konyol ini. Sophia tidak masalah jika dia harus cacat seumur hidup dan tidak menikah, asalkan dia tidak mendengarkan hinaan dari orang lain. Tapi mau bagaimana lagi, ayah Shaka dan juga ayah Sophia ngeyel dan meneruskan perjanjian konyol mereka. Pernikahan ini seperti membuka pintu neraka untuk Sophia sendiri."Ingat ya, hanya di depan suami saya saja kamu bisa memanggil saya Mami!!" Mia memperingati sambil menunjuk Sophia. Dia tidak ingin wanita itu keceplosan ketika berbicara di depan Petra.Tidak perlu diingatkan, Sophia akan selalu ingat. Dia tidak akan salah berucap, dari awal Mia sudah tidak menyukai dirinya. Mertua mana yang mau memiliki menantu cacat? Belum lagi Shaka tidak memiliki kekurangan apapun, dia tampan dan juga kaya, tentu saja pria itu bisa mendapatkan wanita yang lebih dari Sophia. Apalagi Valery, Sophia saja yang sesama wanita suka melihatnya. Selain cantik Valery juga memiliki tubuh yang indah, belum lagi kaki wanita itu yang kadang membuat Sophia iri. Jika saja waktu itu tidak terjadi mungkin …"Sophia apa kamu akan menyimpan semua makanan itu di dapur saja?" teriak Petra kencang, hingga membuat Sophia terjingkat kaget. Dia lupa kedatangan mertuanya ke rumah ini untuk makan bersama.To be continuedUsai makan, Sophia pikir, mertuanya itu akan segera pulang. Tapi yang ada, mertuanya malah duduk santai di depan televisi. Petra yang sibuk membaca koran pagi ini, dan juga Mia yang sibuk dengan ponselnya. Sophia melirik Shaka yang berdiri tak jauh dari dirinya, meminta bantuan pria itu untuk membebaskan diri dari kedua mertuanya. Sophia harus pergi ke kios bunga membantu ayahnya menanam beberapa bunga yang baru saja datang. Dia tidak mungkin menghabiskan waktu seharian di rumah dengan kedua mertuanya. Apalagi Shaka bilang, jika siang ini dia ada jadwal makan siang bersama dengan kekasihnya."Apa yang kalian lakukan? Nggak mau duduk bareng kita?" kata Petra. Sophia melirik canggung, bukan masalah tidak mau duduk. Tapi yang ada wanita itu ingin segera pergi dari tempat ini dengan cepat. "Hmm, Papi saya harus pergi ke kios bunga." kata Sophia akhirnya. Memberanikan diri mengatakan hal itu, karena Sophia tahu jika Shaka tidak akan mengatakan hal apapun pada ayahnya.Petra mengerutkan ke
Melihat kedua orang tuanya dan juga dua karyawannya duduk di depan pintu kios. Sophia pun buru-buru turun dari motor dan menghampiri mereka. Perempuan itu sesekali mencari keberadaan kunci kios yang selalu saja dia taruh di dalam tas yang sering dia bawa. Ayahnya menelpon, jika dia tidak membawa kunci kios begitu juga dengan ibunya yang tidak ingat sama sekali dengan kunci kiosnya. Apalagi selama ini Sion dan juga Sophia yang memegang kedua kunci usaha mereka. "Sorry ya Yah, aku telat lagi." kata Sophia tidak enak hati, sambil membuka pintu kiosnya.Sion menghela nafasnya panjang, "Harusnya Ayah yang nggak enak, ganggu acara kamu sama mertua kamu. Ayah yang minta maaf." "Nggak papa, Yah, mereka cuma sarapan aja kok di rumah habis itu pulang." Tetap saja Sion tidak enak hati, kalau saja Sion tahu mungkin dia akan pulang ke rumah dan tidak meminta Sophia untuk pulang. Putrinya membutuhkan waktu untuk mengenal keluarga suaminya, tapi sayang nya Sion malah mengganggu waktu itu.Sophia
Sophia tidak tahu apa maksud hari spesial yang Shaka ucapkan semalam. Pria itu terlihat begitu marah ketika sampai di rumah dan melihat kedua orang tua mereka tengah duduk santai sambil mengobrol banyak hal. Jika diingatkan Sophia bilang pada Petra jika hari itu Shaka sedang lembur, ada banyak sekali pekerjaan yang harus Shaka kerjakan sehingga dia tidak bisa ikut makan malam atau bertemu dengan keluarga Sophia. Bahkan Sophia juga tidak tahu jika Petra nekat menelpon Shaka dan meminta pria itu untuk pulang ke rumah bertemu dengan keluarga Sophia. Bahkan tidak ada Shaka pun juga semuanya akan membaik, apalagi Sophia juga tahu jika setelah menikah Shaka tersiksa dengan kehidupannya yang tidak bisa bertemu dengan kekasihnya. “Jangan mempersulitku lagi!!” ucap Shaka tegas. Sophia menoleh menatap Shaka dengan wajah bingung. Mempersulit apa? Bahkan Sophia tidak melakukan apapun pada kehidupan Shaka. Dia tidak meminta atau mengganggu Shaka selama ini, lalu Sophia mempersulit dari mana? “A
Turun dari ojek online Sophia pun mendengus. Rumahnya sudah seperti rumah tidak berpenghuni yang gelap gulita dan banyak sekali daun kering masuk ke halaman rumah. Karena terlalu sibuk hari ini Sophia jadi lupa untuk membawa beberapa tanaman yang bisa ditanam di depan rumah dan juga samping rumah. Sophia pikir lahan kosong ini bisa digunakan menanam sayur dan juga beberapa bunga yang bisa dijual di jika bunganya. Setidaknya ada pohon mawar dan juga kaktus pun tidak masalah bagi Sophia, yang penting ada tanaman hijau yang membuat indah rumah ini. Tapi karena pesanan terlalu banyak membuat Sophia lupa. Wanita itu masuk lebih dukungan ke dalam rumah, di deretan rumah ini hanya rumah Sophia yang terlihat gelap sendiri. Hingga lampu putih dan kuning pun menyala dengan terang, buru-buru Sophia membersihkan halaman rumahnya yang kotor dan juga dalam rumah. Sesekali menatap sekeliling komplek perumahan ini yang terbilang sepi tapi banyak sekali rumah dengan pintu terbuka. Mungkin mereka bisa
Seperti biasa, setelah memasak untuk dirinya sendiri. Sophia langsung pergi ke toko bunga, dia bisa melihat Lala yang sudah duduk di depan toko dengan wajah cemberutnya. Sophia pun tersenyum lalu menghampirinya.“Tumben banget La, datang sebelum aku datang.” kekeh Sophia “Dih, Mbak Phia lupa ya.” Alis Sophia mengerut, “Lupa apa La?” “Hari ini—” Lala menghentikan ucapannya ketika melihat sebuah mobil mewah berhenti tak jauh dari toko bunga Sophia. Dia mengerutkan keningnya, mobil itu sering Lala lihat sejak dulu sampai saat ini ketika Sophia membuka toko bunga, jam makan siang, dan juga sore hari. Tapi Lala tidak tahu siapa pemilik mobil itu, ketika Lala atau Sophia yang mendekati mobil itu yang ada mobilnya malah pergi dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Entah apa hubungannya hanya saja Lala takut jika orang di dalam mobil itu adalah orang jahat. Apalagi lagi maraknya penculikan dan penjualan organ tubuh manusia dengan nilai yang fantasi.“Selamat pagi.” sapa orang itu dengan se
Sejujurnya Sophia masih tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Shaka. Apa yang membuat pria itu tidak suka ketika Sophia bersama dengan Shaka. Bukannya terlalu percaya diri atau berbunga-bunga tapi sungguh, Sophia tidak tahu maksud dari ucapan Shaka. Dia ingin bertanya lebih jauh lagi, tapi melihat raut wajah Shaka saja langsung membuat Sophia malas. Hingga pagi ini Sophia lambung pergi ke toko bunga untuk mengambil beberapa tanaman yang ingin dia bawa pulang ke rumah. Hari ini Sophia berniat untuk pulang cepat, dan meminta Sion untuk menutup toko bunganya. Sophia ingin berkebun di rumah, dia juga sudah membeli beberapa benih sayuran untuk ditanam. Sophia juga membawa beberapa kompos dan juga tanah agar cepat subur. “Sebanyak ini yakin Mbak mau dibawa pulang?” tanya Lala pemasaran.Sophia mengangguk, “Iya lah, pengen tanam di rumah. Di depan rumah gersang gak ada apa-apa.” cerita Sophia Lala hanya mampu mengangguk, dari dulu Sophia suka sekali dengan bunga dan dia tidak bisa melih
Valery berdecak kesal, ketika mendengar seringan ponsel Shaka yang tidak berhenti sejak setengah jam yang lalu. Wanita itu mendorong tubuh Shaka yang berada di atasnya hingga menggulingkan di sampingnya. Permainannya baru saja dimulai, tapi yang ada ponsel itu terus menerus berbunyi sejak tadi dan membuat Valery terganggu.“Angkat dulu gih, siapa tahu penting dari istrimu!!” ucap Valery dengan nada cemburu.Shaka menghela nafasnya panjang, mencoba menetralkan apa yang baru saja dia lakukan. Jangan sampai orang yang berbicara dengannya munafik curiga dengan deru nafas Shaka yang naik turun ini. Meraih ponselnya Shaka pun menahan layar ponselnya sejenak, benar saja yang menelpon dirinya sejak tadi adalah Sophia. Ada apa? Pikir Shaka.Pria itu menatap Valery, seolah tatapan itu meminta izin pada Valery jika dia ingin menerima panggilan masuk dari Sophia. Tapi yang ada Valery malah membuang muka, seolah dia tidak peduli dengan apa yang akan Shaka lakukan. Sedikit menjauh untuk menghargai
“Kamu gila ya!!” teriak Shaka tertahan.Setelah makan malam bersama. Petra dan juga Mia pulang dari rumah Sok gua dan Shaka tepat jam sepuluh malam. Itu sebabnya Shaka berani berteriak di depan Sophia dengan jawaban yang tidak masuk akal wanita itu. Dia bilang siap untuk hamil Shaka? Sialan menyentuhnya saja Shaka tidak kepikiran. Apalagi sampai membuat Sophia hamil, ini benar-benar gimana menurut Shaka. Sophia menggeleng, “Tidak. Kenapa?” “Masih tanya kenapa? Kamu tau nggak akibatnya dari jawabanmu itu apa?” “Aku tau.”“Lalu kenapa menjawab seperti itu, Sophia. Ingat ya perjanjian kita di awal, kita harus berpisah dalam waktu satu tahun, karena aku ingin menikahi wanita yang aku cintai.” “Iya aku tau, tanpa diulang.” jawab Sophia santai. Melihat reaksi Sophia, Shaka mendadak emosi sendiri. Wanita itu terlihat santai sambil memainkan ponselnya yang terus menyala, entah apa yang wanita itu lakukan tapi mampu membuat Shaka benar-benar marah.“Sophia aku sedang berbicara serius.”
Apa yang diharapkan terwujud. Asriel dan juga Sophia sudah resmi menjadi suami istri beberapa jam yang lalu. Asriel dengan lantang mampu mengucapkan janji suci yang membuat Sophia gemetar. Padahal Sophia sudah merasa takut jika pernikahannya dengan Asriel akan gagal. Tapi ternyata … “Susah banget sih ini gaun lepasnya.” ucap Sophia. Wanita itu mencoba untuk menurunkan resleting gaun yang berada di punggungnya.Melihat hal itu Asriel pun mencoba membantu Sophia untuk melepaskan gaun yang wanita itu kenakan. Gaun pilihan ibunya yang katanya memberatkan tubuh Sophia. Asriel pikir hanya satu kali saja Sophia gantung baju, ternyata Irana sudah menyiapkan empat gaun untuk Sophia kenakan sampai malam hari untuk resepsi. “Kamu ngapain?” tanya Sophia heran.“Bantu kamu.” Asriel terlalu fokus menatap punggung Sophia yang terpampang jelas sekali di mata Asriel. Tangannya reflek menyentuh punggung itu dan mengusapnya.Sedangkan Sophia, dia sudah mencoba menopang baju bagian depan agar tidak j
Setelah melihat undangan yang sudah jadi, Sophia dan juga Irana memilih untuk pergi ke butik. Irana ingin memilih gaun yang cocok untuk Sophia menikah dengan putranya. Pernikahan ini sudah Irana idamkan sejak dulu, hanya saja putranya tidak ingin menikah jika bukan dengan Sophia. Entah apa maksudnya, Irana juga tidak mempermasalahkan status Sophia yang janda. Karena dengan uang, Asriel bisa mengubah semua identitas Sophia sesuai dengan apa yang dia inginkan. Masuk ke dalam butik, Irana meminta beberapa orang untuk menunjukkan beberapa gaun mewah untuk dipilih Sophia.“Kamu mau pilih yang mana, Phia?” tanya Irana.Sophia bingung dihadapi dengan beberapa gaun mewah di depannya. Sudah dipastikan gaun itu akan terasa berat dan tidak nyaman untuk Sophia kenakan. Mau menolak secara kasar pun juga Sophia sungkan, dipikir nanti Sophia tidak punya sopan santun oleh Irana. “Aku bingung, Tante.” jawab Sophia akhirnya Irana tertawa kecil. Dia pun memilih satu gaun putih bersih nomor dua dari s
“Aaaa sialan!!” umpat Valery. Sepanjang hari ini beritanya hanya satu. Tentang pernikahan Sophia dan juga Asriel yang menjadi berita paling terdepan. Unggahan Asriel membuat beberapa wartawan mulai meliput dan mencari tahu wanita mana yang berhasil dan beruntung menikah dengan pria itu. Dan yang jelas wartawan dengan cepat menemukan wanita yang beruntung itu. Siapa lagi jika bukan Sophia dan yang langsung membuat Valery tidak suka. “Jangan mengumpat, Saverio tahu apa yang kamu katakan, Valery.” ucap Ranu.Ya, keluar dari rumah sakit dan Shaka menceraikan Valery. Wanita itu yang takut hidup miskin dan serba kurang akhirnya memilih menikah dengan Ranu. Sesuai dengan janji yang Shaka katakan waktu itu, dia memberikan sejumlah uang untuk Valery, dengan harapan wanita itu bisa mengelolanya dengan baik. Dan masalah perusahaan Ranu, selama tiga bulan ini sedikit demi sedikit bisa kembali bangkit dan tidak kekurangan biaya apapun. Ranu pikir Shaka akan berbohong dan membiarkan dia hidup gel
Sudah tiga bulan lamanya, setelah pindah rumah Sophia tak lagi pernah melihat sosok Alcand kembali. Pria itu seolah hilang ditelan bumi, tidak lagi pernah mengirim pesan atau mungkin meneleponnya seperti dulu. Bukannya Sophia berharap, tapi setidaknya pria itu mendatangi Sophia sekali saja untuk meminta maaf pada Sophia. Setidaknya mengakui jika dia salah telah membuat Sophia kembali merasakan sakit, padahal Alcand pernah berjanji pada Sophia untuk membuat wanita itu bahagia.Ah ya, tentang Ayu. Karena hubungannya dengan Alcand sudah merenggang, awalnya Sophia ingin memberhentikan Ayu untuk bekerja dengannya di toko bunga. Uang yang Sophia berikan tidak sebanyak yang Alcand berikan pada Ayu setiap bulannya. Tapi yang terjadi, Ayu lebih dulu meminta resign dari kerjanya dan ingin pulang ke kampung. Ibunya sedang sakit dan tidak ada yang merawat ayah dan juga adiknya di kampung, itu sebabnya Ayu memilih untuk pulang kampung dan membuka usaha kecil-kecilan. Setidaknya jika terjadi sesuat
Shaka melemparkan tatapan tajam pada wanita yang baru saja bangun dari tidur panjangnya. Mungkin sekitar tiga hari Valery tidak sadarkan diri setelah pasca melahirkan. Wanita itu masih sibuk menatap bayinya yang ada di sampingnya. Lebih tepatnya masih ada di dalam boxs bayi dan tidur. Selama Valery tidak sadarkan diri, Shaka terus saja memaksa Ranu untuk mengatakan hal sejujurnya pada Shaka tentang Ranu dan juga Valery. Anggap saja Shaka bodoh selama ini, sehingga dia ingin mencekik Valery saat ini juga.Diperhatikan dari kejauhan, Valery pun mengerutkan keningnya heran. “Sayang kamu tidak ingin melihat bayi kita? Atau mungkin memberi nama untuk bayi kita mungkin?” Bayi kita? Setelah Valery melahirkan dan mengetahui kebenarannya, sekalipun Shaka tidak ingin melihat bayi itu. Meskipun suster dan juga para dokter meminta Shaka untuk melihat, atau mungkin menggendong bayi mereka. sekalipun, Shaka tidak menyentuh bayi itu. Rasanya dia benar-benar bodoh selama ini, dibutakan oleh cinta V
Terpantau terlalu jauh, akhirnya Sophia pun menerima ajakan Alucard yang katanya ingin menunjukkan sesuatu pada Sophia. Entah apa yang ingin Alucard tunjukan sehingga mampu membuat Sophia tidak tenang. Sejak pagi hingga sore hari, Sophia terus menerus marah tidak jelas karena penasaran dengan ucapan Alcand. Jika pria itu kembali melamar Sophia, ingat kata Ayu dan juga Ibu, Terima saja mungkin bahagia Sophia ada di tangan Alcand. Tentu saja Sophia juga sudah memikirkan matang-matang jawaban apa yang harus diberikan pada Alcand. Melihat Alcand yang datang, Sophia pun tersenyum sangat cerah. Apalagi Alcand yang baru saja turun dari mobilnya sambil membawa bunga mawar salem kesukaan Sophia. "Terimakasih." ucap Sophia saat menerima rangkaian bunga dari Alcand."Ayo kita pergi sekarang." ajak Alcand. Sophia mengangguk, setelah menaruh bunga yang diberikan di ruang tamu Sophia memilih untuk pergi cepat. Dengan status barunya yang seorang janda, banyak sekali tetangga yang mencibir apalagi
Dua orang pria dewasa tengah duduk santai sambil menikmati segelas wine di tangan mereka. Hampir satu jam lebih mereka hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun, bahkan satu kata pun tidak keluar dari bibir mereka. Tentu saja hal itu membuat suasana menjadi bosan. "Mau sampai kapan berdiam diri terus menerus seperti ini?" ucap salah satunya. Pria yang mengenakan baju merah.Pria berbaju hitam pun mendesah, dia pun menggeleng lalu mengangguk. "Aku juga tidak tahu." "Mau aku kasih saran?" "Apa?" "Lebih baik selesaikan dengan cepat sebelum semuanya berakhir dengan saling menyakiti. Kamu terlihat serius tapi sebenarnya kamu hanya ingin tahu saja kan?"Pria berbaju hitam itu langsung diam. Semua itu tidak benar, apa yang dia lakukan itu benar apa adanya. Dia sangat serius hingga ingin meminang wanita itu untuk menjadi bagian dalam hidupnya. Tapi disisi lain dia sedang menyakinkan dirinya jika apa yang dia rasakan itu adalah rasa cinta, bukan rasa tertarik sesaat yang dimana tidak ada ni
“Bu di depan ada orang yang ingin membeli bunga rangkai.” ucap Ayu.Alis Sophia mengerut secara sempurna. Dia pun menatap Ayu dengan heran, bunga rangkai di depan sudah di pesan oleh seseorang dan satu jam lagi akan diambil oleh orang memesan. Dan sekarang ada orang yang datang untuk membeli bunga rangkai itu? Dengan berjalan tertatih, Sophia pun keluar ruangan nyamannya untuk melihat siapa yang ingin membeli bunga rangkai miliknya. Dan itu adalah Valery yang datang dengan perut buncit nya. Sophia menarik nafasnya, sejujurnya dia paling malas tapi mau bagaimana lagi. Menuruni dua anak tangga untuk bisa berdiri tepat di depan Valery.“Mau apa?” tanya Sophia heran.“Mau apa? Seharusnya tanpa aku jelaskan kamu sudah tau maksud dari kedatanganku, Sophia.” Dan nyatanya sampai saat ini Sophia tidak tahu apa yang dimaksud oleh Valery. Wanita itu datang ke toko bunganya dengan keadaan marah tidak jelas, jika saja Sophia bisa membaca pikiran orang mungkin tanpa diperjelas pun Sophia akan ta
Saka berlari kencang setelah menerima panggilan masuk dari Petra, yang memberi kabar jika Mia mengalami kecelakaan dan tak sadarkan diri. Shaka yang panik pun segera menjumpai Petra yang tengah duduk di depan ruang rawat.“Apa yang terjadi, Pi? Bagaimana hal ini bisa terjadi?” tanya Shaka bertubi-tubi.Petra menggeleng, “Papi juga tidak tahu apa yang terjadi. Ada seseorang yang menerima panggilan Papi, dan orang itu bilang jika Mami kamu kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Mami kamu tidak sadarkan diri selama dua jam, dokter sedang memeriksa dan semoga saja semuanya baik-baik saja.” Shaka juga berharap seperti itu, semoga tidak terjadi sesuatu dengan ibunya. Jantung Shaka berdebar kencang tidak sepertinya biasanya, sesuatu telah terjadi tapi yang ada dipikiran Shaka malah Sophia. Seolah dia ingin sekali memberitahu Sophia jika ibunya mengalami kecelakaan. Tapi detik berikutnya Shaka pun kembali berpikir, untuk apa juga dia memberitahu Sophia tentang hal ini. Toh, wanita itu tidak a