Seperti biasa, setelah memasak untuk dirinya sendiri. Sophia langsung pergi ke toko bunga, dia bisa melihat Lala yang sudah duduk di depan toko dengan wajah cemberutnya. Sophia pun tersenyum lalu menghampirinya.
“Tumben banget La, datang sebelum aku datang.” kekeh Sophia“Dih, Mbak Phia lupa ya.”Alis Sophia mengerut, “Lupa apa La?”“Hari ini—”Lala menghentikan ucapannya ketika melihat sebuah mobil mewah berhenti tak jauh dari toko bunga Sophia. Dia mengerutkan keningnya, mobil itu sering Lala lihat sejak dulu sampai saat ini ketika Sophia membuka toko bunga, jam makan siang, dan juga sore hari. Tapi Lala tidak tahu siapa pemilik mobil itu, ketika Lala atau Sophia yang mendekati mobil itu yang ada mobilnya malah pergi dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Entah apa hubungannya hanya saja Lala takut jika orang di dalam mobil itu adalah orang jahat. Apalagi lagi maraknya penculikan dan penjualan organ tubuh manusia dengan nilai yang fantasi.“Selamat pagi.” sapa orang itu dengan senyum ramahnya.Dan tentunya Lala pun terpesona.“Selamat pagi.” sapa kembali Sophia.Laki-laki itu langsung mendekat, dia pun menatap sekeliling toko bunga ini dengan kagum. “Phia Florist?” bahkan pertanyaan konyol pun tiba-tiba saja muncul dari bibir laki-laki itu.“Iya. Ada apa ya Pak?”Mendengar kata Pak, laki-laki itu langsung menurunkan kacamata hitamnya dan melihat Sophia dengan tatapan tidak sukanya. “Jangan panggil saya Pak. Tapi panggil saja Alcand.”Tertawa kecil, Sophia pun jadi tidak enak. Dia mempersilahkan Alcand untuk masuk ke dalam tokonya. Dan tentunya Sophia meminta Lala untuk segera menyelesaikan apa yang kemarin belum selesai, dia tahu Lala terpesona dengan pria tampan yang saat ini duduk di hadapan Sophia. Jika dibiarkan terus menerus yang ada Lala akan kepincut dan tidak jadi bekerja.“Mau pesan bunga?” tanya Sophia memastikan.Alcand mengangguk, tidak hanya pesan bunga tapi kali ini Alcand datang dengan tujuan tertentu. Dia suka sekali dengan bunga begitu juga dengan ibunya yang hobi sekali mengoleksi banyak sekali bunga. Sudah dipastikan ibunya akan suka melihat toko bunga Sophia yang terbilang lengkap, ada banyak jenis bunga sampai bunga yang sulit ditemukan.“Kamu terlalu memuji, ini hanya kios bunga kecil.”“Tapi punya banyak sekali pelanggan. Salah satu teman saja pelanggan toko bunga ini, dan merekomendasikan toko ini pada saya.”Sophia tersenyum malu, ini hanya toko bunga kecil. Memang pelanggannya sudah banyak, karena toko bunga ini berdiri juga sudah lama pula dari Sophia kecil hingga sebesar ini. Sophia hanya meneruskan apa yang ayahnya mulai, itu sebabnya Sophia begitu menyayangi toko bunga ini.“Kedatangan saya kemari ingin bekerja sama dengan kamu.” ucap Alcand akhirnya.Alis Sophia mengerut sempurna, bekerjasama?***Membelokkan mobilnya ke sebuah tempat makan, Alcand pun meminta Sophia untuk turun dengan hati-hati. Akhirnya, Alcand berhasil mengajak Sophia keluar dari toko bunganya dan menemani Alcand untuk sarapan lebih dulu. Dari pakaian dan juga kendaraan yang pria itu kenalan rasanya mustahil jika di rumah dia tidak makan lebih dulu. Contohnya, Shaka meskipun tidak mau makan nasi di pagi hari pria itu sering mengunyah roti apapun yang ada di rumah sebagai menu pagi, dan juga sekotak susu vanilla yang sering dia bawa ke kantor. Anggap saja seperti bocah kemarin sore, tapi hal itu yang dia lihat tiga hari ini tinggal dengan Shaka.“Kamu mau makan apa?” tawar Alcand antusias.“Saya–” rasa ingin menolak tawaran Alcand tapi Sophia tidak enak hati dengan sendirinya. Dia takut Alcand kecewa ketika dia tidak mau menemani pria itu makan dengannya. “Rendang saja Mas lauknya.” jawab.Alcand tersenyum, dia pun segera menyebutkan apa yang ingin dia makan pagi ini bersama dengan Sophia. Anggap saja Alcand sedang ingin membuktikan apa yang dikatakan Shaka tentang Sophia itu tidak benar. Meskipun fisiknya cacat tapi Alcand yakin jika Sophia memiliki sifat yang baik dan hati yang lembut.“Maaf ya, pagi tadi saya melewatkan sarapan saja. Bukannya membahas kerja sama kita malah sarapan dulu.” kekeh Alcand.Sophia hanya bisa tersenyum sambil melihat tempat makan ini. Bisa dibilang ini cukup sederhana, hampir setiap meja penuh dengan orang yang keluar masuk hanya untuk mengisi perut. Tempatnya juga bersih, sayangnya harus jauh dari toko bunga milik Sophia.“Kamu nggak suka tempatnya ya? Tapi saya sering makan disini.” ucap Alcand kembali setelah melihat ekspresi wajah Sophia.“Tidak. Saya suka tempatnya, disayangkan saja jauh banget dari toko bunga saya.”“Kalau kamu pengen saya bisa bungkusin buat kamu loh.”Tentu saja hal itu langsung mendapat penolakan dari Sophia. Dia tidak ingin merepotkan Alcand yang harus membawakan makanan untuk dirinya. sebelum pergi ke toko bunga pun Sophia juga sudah memasak dan membawa makanan dari rumah. Alcand tidak perlu khawatir akan hal itu, Sophia tidak akan mati kelaparan jika bekerja di toko bunga.Tak lama, makanan mereka pun datang. Sophia pun tersenyum ketika melihat porsi makannya yang tidak begitu banyak. Dia sudah berpikir jika tempat seperti ini memiliki porsi yang diluar nalar, alias porsi kuli yang banyak sekali. Tapi nyatanya tidak.Perlahan tapi pasti Sophia pun begitu menikmati makannya. Begitu juga dengan Alcand yang sesekali memperhatikan cara makan Sophia. Kata Shaka, istrinya ini begitu menyebalkan dan memalukan jika di tempat umum. Tapi yang ada di hadapannya kali ini membuat Alcand berpikir dua kali. Dia adalah wanita pendiam yang suka sekali memperhatikan situasi, dia juga tidak meminta aneh-aneh dan memalukan. Mungkin yang Shaka bilang memalukan ketika wanita itu berjalan, lebih tepatnya menyeret kaki sebelah kanan yang cacat akibat ulah Shaka. Bahkan jika dilihat pun Sophia terlihat sangat cantik dengan wajahnya naturalnya.Dentingan sendok membuat Alcand menoleh. Dia melihat satu orang yang baru saja datang yang tak sengaja menjatuhkan sendoknya di piring Sophia.“Maaf ya Mbak, nggak sengaja.” katanya memohon.“Nggak papa kok, saya juga minta maaf karena nggak tau.”Baru kali ini ada orang tidak bersalah tapi meminta maaf.Menyelesaikan makannya dengan cepat, Sophia dan juga Alcand pun buru-buru pergi ke tempat yang akan mereka tuju. Di dalam mobil tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Sophia maupun Alcand. Mereka sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing, sesekali Alcand yang masih mencuri pandang pada wanita di sampingnya yang terlihat begitu lelah. Apa se menderita itu ya menikah dengan Shaka sehingga membuat Sophia beberapa kali menarik nafasnya panjang?Hanya membutuhkan waktu lima belas menit, akhirnya Sophia dan juga Alcand pun sampai. Wanita itu turun dengan pelan dan berdiri di samping mobil Alcand. Tidak ada yang aneh dari bangunan di hadapannya kecuali banyak sekali sampah dan juga tumpukan kayu yang tidak berguna. Alis Sophia juga sempat mengerut melihat tumbuhan kering yang tidak terawat sama sekali.“Ini tempatnya?” tanya Sophia memastikan.“Ya, ini tempatnya. Bagaimana menurutmu?”Jika menurut Sophia tentu saja buruk, tidak ada kesan bagusnya sama sekali. Mungkin karena bangunan yang sudah lama sekali kosong hingga membuat bangunan ini tidak terawat. Masalah posisinya, Sophia mengakui jika posisinya lumayan bagus, memiliki parkiran yang lumayan luas sampai ke dalam.“Rencananya mau buat toko bunga di sini?” tanya Sophia balik.Alcand tertawa, “Kamu belum menjawab pertanyaanku, malah ngasih pertanyaan lain.”Sambil menggaruk tengkuk lehernya dan menunduk Sophia jadi malu sendiri. Dia begitu antusias dengan kerja sama ini, karena dia sudah memikirkan banyak tanaman apa yang akan dibawa untuk tempat barunya bekerja.“Tempatnya bagus kalau dibenahi, dan posisinya juga lumayan enak.”“Lumayan?” ulang Alcand.“Bukan. Bukan seperti itu maksudku, tempat ini memiliki parkiran yang luas. Mau mobil atau motor pun bisa masuk dengan leluasa.” jelas SophiaAlcand mengangguk, dia juga berpikir seperti itu. Tempat ini lumayan luas itu sebabnya Alcand tertarik untuk membelinya. Dia sudah punya nama, dalam hitungan detik pun tempat ini ramai pengunjung.“Jadi aku harus membersihkannya ya?” tanya Alcand tidak masuk akal. Lebih tepatnya orang bodoh pun juga akan tahu, jika tempat seburuk ini sudah pasti harus dibersihkan lebih dulu barulah ditempati.Tertawa dengan pertanyaan itu, Sophia pun berkata, “Kalau mau begini juga nggak papa. Kesannya seperti rumah hantu yang sudah empat puluh hari tidak dihuni.” kekehnya dan membuat Alcand mau tidak mau ikut terkekeh.***“Tadi siang sama Alcand?” tanya Shaka.Kali ini mereka berada di meja makan dengan tatapan yang sulit diartikan. Shaka terus menatap Sophia yang sibuk memakan masakannya, sedangkan Shaka yang pulang membawa satu kotak plastik putih dengan masakan yang dibawakan Valery.“Kamu kenal dia?” Sophia menatap Shaka dengan penuh selidik, apa mungkin mereka saling kenal dan saling ingin menjatuhkan Sophia? Karena selama ini Shaka ingin menyingkirkan Sophia dengan cepat.Tapi karena disini Sophia adalah istri dari Shaka, dia pun memutuskan untuk memberitahu Shaka agar pria itu tidak salah paham. Takutnya nanti Shaka berpikir jika Sophia telah mengkhianatinya dengan pria lain. Padahal semua itu tidak terjadi. Mau mendengar atau tidak, yang jelas Sophia akan tetap memberitahu tahu Shaka tentang kerjasama ini.“Dia rekan kerjaku. Aku lihat kamu keluar dari tempat makan.”Sophia membenarkan ucapan itu, dia memang sempat sarapan bareng dengan Alcand di tempat favoritnya. Setelah itu Alcand membawa Sophia untuk pergi ke tempat tujuan mereka. Alcand ingin mengajak Sophia kerjasama, tapi disini Sophia harus tahu lebih dulu tempat mana yang akan mereka tempat untuk membuka usaha. Setelah tahu, yang jelas Sophia meminta Alcand untuk membersihkan tempatnya lebih dulu, dan barulah Sophia dan Alcand bisa bekerja sama sesuai dengan apa yang mereka inginkan.Shaka mendengus, “Kerjasama buka toko bunga lagi?”“Awalnya aku pikir juga begitu, tapi pas tau tempatnya—”“Udah!!!” potong Shaka cepat, “Aku nggak peduli kerjasama apa antara kamu dengan Alcand. Dia hanya rekan kerjaku, dan yang jelas kamu harus tau tujuan kita apa. Jangan hanya karena kamu dekat dengan Alcand kamu lupa dengan tujuan kita apa, aku nggak suka!!!” sambungnya dan berlalu, hingga membuat Sophia langsung diam.Tidak suka? Apa yang membuat Shaka tidak suka? Apa karena melihat Sophia dan juga Alcand? Tidak mungkin, ya tidak mungkin Shaka tidak suka melihat hal itu!!!To be continuedSejujurnya Sophia masih tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Shaka. Apa yang membuat pria itu tidak suka ketika Sophia bersama dengan Shaka. Bukannya terlalu percaya diri atau berbunga-bunga tapi sungguh, Sophia tidak tahu maksud dari ucapan Shaka. Dia ingin bertanya lebih jauh lagi, tapi melihat raut wajah Shaka saja langsung membuat Sophia malas. Hingga pagi ini Sophia lambung pergi ke toko bunga untuk mengambil beberapa tanaman yang ingin dia bawa pulang ke rumah. Hari ini Sophia berniat untuk pulang cepat, dan meminta Sion untuk menutup toko bunganya. Sophia ingin berkebun di rumah, dia juga sudah membeli beberapa benih sayuran untuk ditanam. Sophia juga membawa beberapa kompos dan juga tanah agar cepat subur. “Sebanyak ini yakin Mbak mau dibawa pulang?” tanya Lala pemasaran.Sophia mengangguk, “Iya lah, pengen tanam di rumah. Di depan rumah gersang gak ada apa-apa.” cerita Sophia Lala hanya mampu mengangguk, dari dulu Sophia suka sekali dengan bunga dan dia tidak bisa melih
Valery berdecak kesal, ketika mendengar seringan ponsel Shaka yang tidak berhenti sejak setengah jam yang lalu. Wanita itu mendorong tubuh Shaka yang berada di atasnya hingga menggulingkan di sampingnya. Permainannya baru saja dimulai, tapi yang ada ponsel itu terus menerus berbunyi sejak tadi dan membuat Valery terganggu.“Angkat dulu gih, siapa tahu penting dari istrimu!!” ucap Valery dengan nada cemburu.Shaka menghela nafasnya panjang, mencoba menetralkan apa yang baru saja dia lakukan. Jangan sampai orang yang berbicara dengannya munafik curiga dengan deru nafas Shaka yang naik turun ini. Meraih ponselnya Shaka pun menahan layar ponselnya sejenak, benar saja yang menelpon dirinya sejak tadi adalah Sophia. Ada apa? Pikir Shaka.Pria itu menatap Valery, seolah tatapan itu meminta izin pada Valery jika dia ingin menerima panggilan masuk dari Sophia. Tapi yang ada Valery malah membuang muka, seolah dia tidak peduli dengan apa yang akan Shaka lakukan. Sedikit menjauh untuk menghargai
“Kamu gila ya!!” teriak Shaka tertahan.Setelah makan malam bersama. Petra dan juga Mia pulang dari rumah Sok gua dan Shaka tepat jam sepuluh malam. Itu sebabnya Shaka berani berteriak di depan Sophia dengan jawaban yang tidak masuk akal wanita itu. Dia bilang siap untuk hamil Shaka? Sialan menyentuhnya saja Shaka tidak kepikiran. Apalagi sampai membuat Sophia hamil, ini benar-benar gimana menurut Shaka. Sophia menggeleng, “Tidak. Kenapa?” “Masih tanya kenapa? Kamu tau nggak akibatnya dari jawabanmu itu apa?” “Aku tau.”“Lalu kenapa menjawab seperti itu, Sophia. Ingat ya perjanjian kita di awal, kita harus berpisah dalam waktu satu tahun, karena aku ingin menikahi wanita yang aku cintai.” “Iya aku tau, tanpa diulang.” jawab Sophia santai. Melihat reaksi Sophia, Shaka mendadak emosi sendiri. Wanita itu terlihat santai sambil memainkan ponselnya yang terus menyala, entah apa yang wanita itu lakukan tapi mampu membuat Shaka benar-benar marah.“Sophia aku sedang berbicara serius.”
Sophia terkejut bukan main ketika melihat Alcand yang tiba-tiba saja datang ke toko bunganya. Ini masih terlalu pagi untuk mereka bertemu, sedangkan Alcand sendiri yang bilang akan datang ke toko sekitar jam sepuluh siang. Tapi ini masih jam delapan pagi dan Alcand sudah ada di tokonya? Mau apa?“Hei … bukannya kesini jam sepuluh ya?” kata Sophia mengingatkan. Alcand mengangguk, dia membenarkan apa yang Sophia katakan. Dia seharusnya datang jam sepuluh siang, tapi karena tidak bisa menahan diri akhirnya Alcand pun datang pagi. Untuk melihat sudah sampai mana persiapan Sophia tentang cafenya. Sion berdehem untuk menyadarkan posisinya, “Kalian saling kenal?” “Astaga Ayah, Phia sampai lupa mau ngomong sama Ayah kalau Mas Alcand ini ngajakin Phia kerjasama. “ jelas Sophia yang benar-benar lupa tentang kerjasama yang sudah mereka bahas satu minggu yang lalu. “Kerjasama apa? Buka toko bunga lagi?” Alcand menggeleng, dia pun mengambil alih apa yang seharusnya Sophia jelaskan. Awalnya Al
Turun dari mobil Shaka langsung menabrak sebuah meja kecil dan menjatuhkan cat kaleng kecil, hingga ada yang tumpah juga. Shaka merasa canggung melihat Petra dan juga Alcand yang secara spontan menatap dirinya. “Ada apa?” tanya Shaka bingung. “Kamu disini juga Shaka?” tanya balik Petra dengan heran. Ya, Petra datang setengah jam yang lalu karena melihat mobil Alcand yang terparkir indah di pinggiran jalan. Petra yang tadinya ingin ke rumah temannya pun berhenti sejenak untuk melihat sedang apa Alcand di tempat ini. Ditambah lagi, Petra juga sempat melihat sekelebatan wanita yang mengenakan dress berwarna putih dengan motif bunga. Kalau tidak salah, baju itu seperti milik Sophia. Tidak mau berpikir buruk, tapi entah kenapa Petra merasa Sophia sedang bersama dengan Alcand. “Iyaa, ini bisnis baru aku sama Alcand, Pi.” jawab Shaka asal. Seketika itu juga Alcand menatap Shaka dengan bingung. Bisnis apa? Bahkan cafe ini seratus persen murni milik Alcand, Shaka tidak ada sangkut pautnya
Sesampainya di toko, Sophia segera turun. Dia tahu betul jika Shaka adalah orang sibuk, itu sebabnya Sophia tidak ingin membuang banyak waktu pria itu hanya untuk mengantar Sophia ke toko. “Terimakasih.” kata Sophia sopan.Shaka hanya diam saja, awalnya dia tidak ingin mampir ke toko bunga milik Sophia. Tapi melihat ayah mertuanya yang seolah menunggu siapa pemilik mobil ini membuat Shaka mendengus. Apalagi Sophia yang langsung turun dari mobil dan Shaka pun mengikutinya dengan cepat.Sophia menoleh kaget, dia pun menatap Shaka dengan tatapan yang sulit diartikan. “Kenapa ikut turun?” tanya Sophia berbisik.“Ada ayahmu, ingat rencana kita!!” Sophia mengangguk, dia pun langsung menggandeng tangan Shaka dengan lembut. Apalagi Shaka yang seolah tengah menuntun Sophia yang berjalannya saja tidak bisa lurus. “Ayah.” sapa Shaka ketika sampai di depan Sion. Untuk melancarkan rencananya dengan baik, pria itu juga sempat menyalami Sion. Setidaknya kesannya harus bagus, jika nanti Sophia da
“Sebenarnya apa yang kamu inginkan, Shaka. Kamu bukan tipe orang yang bisa tidur di sembarang tempat.” ucap Sophia.Memang, Shaka bukan tipe orang yang bisa tidur di sembarang tempat. Ranjang kecil ini pun tidak akan bisa membuat Shaka tidur dengan nyenyak. Kamar ini begitu sempit, sehingga untuk bernafas pun kurang menurut Shaka. Lalu kenapa juga jika dia ingin menginap di rumah Sophia, apa itu salah? “Kenapa? Aku kan suamimu. Seharusnya kamu nggak keberatan kan kalau aku menginap di rumah kedua orang tuamu.” tanya Shaka pemasaran.Sophia memijat pelipisnya, “Apa yang kamu inginkan?”“Tidak ada.” “Shaka aku serius.” “Mamang tidak ada, Sophia.” jawab Shaka cepat. Entah kenapa jawaban itu sama sekali tidak menarik untuk Sophia. Pasti ada niat tersendiri kenapa Shaka melakukan hal ini pada Sophia. Seharusnya Shaka ingat dengan rencana mereka, jika dia harus membuat Valery hamil. Bukan berarti Shaka harus membuang banyak waktu untuk Sophia kan? Menginap di rumah Sophia bukanlah ide y
“Hari ini kamu tidak perlu ke toko.” Ucapan itu terus saja terngiang di pikiran Sophia. Sejujurnya Sophia sendiri juga bingung kenapa tiba-tiba saja Shaka mengatakan hal itu, sedangkan Shaka tahu jika pagi ini dia ada janji dengan Alcand untuk membahas bunga dan juga hal lainnya. Tapi yang ada Shaka malah melarangnya, dan mendapatkan persetujuan dari Sion. Ayahnya menyetujui apa yang Shaka katakan, dan meminta Sophia untuk tetap di rumah saja. Lagian kios ini sudah ada ayahnya kenapa juga Sophia masih bingung masalah kios bunga? Dan disinilah Sophia akhirnya, duduk di depan rumahnya sambil menanam banyak bunga yang dia bawa dari toko yang belum sempat Sophia tanam. Karena beberapa hari lalu terlalu sibuk, semua tanaman ini belum sempat Sophia pindahin. Satu persatu bunga yang sudah dia taman pun berjejer dengan tapi, Sophia tersenyum kecil. Pekarangan rumahnya akan indah dan banyak bunga kesukaan dirinya. Sophia paling suka dengan bunga lili, dia bahkan sampai menanam bunga lili pal
Apa yang diharapkan terwujud. Asriel dan juga Sophia sudah resmi menjadi suami istri beberapa jam yang lalu. Asriel dengan lantang mampu mengucapkan janji suci yang membuat Sophia gemetar. Padahal Sophia sudah merasa takut jika pernikahannya dengan Asriel akan gagal. Tapi ternyata … “Susah banget sih ini gaun lepasnya.” ucap Sophia. Wanita itu mencoba untuk menurunkan resleting gaun yang berada di punggungnya.Melihat hal itu Asriel pun mencoba membantu Sophia untuk melepaskan gaun yang wanita itu kenakan. Gaun pilihan ibunya yang katanya memberatkan tubuh Sophia. Asriel pikir hanya satu kali saja Sophia gantung baju, ternyata Irana sudah menyiapkan empat gaun untuk Sophia kenakan sampai malam hari untuk resepsi. “Kamu ngapain?” tanya Sophia heran.“Bantu kamu.” Asriel terlalu fokus menatap punggung Sophia yang terpampang jelas sekali di mata Asriel. Tangannya reflek menyentuh punggung itu dan mengusapnya.Sedangkan Sophia, dia sudah mencoba menopang baju bagian depan agar tidak j
Setelah melihat undangan yang sudah jadi, Sophia dan juga Irana memilih untuk pergi ke butik. Irana ingin memilih gaun yang cocok untuk Sophia menikah dengan putranya. Pernikahan ini sudah Irana idamkan sejak dulu, hanya saja putranya tidak ingin menikah jika bukan dengan Sophia. Entah apa maksudnya, Irana juga tidak mempermasalahkan status Sophia yang janda. Karena dengan uang, Asriel bisa mengubah semua identitas Sophia sesuai dengan apa yang dia inginkan. Masuk ke dalam butik, Irana meminta beberapa orang untuk menunjukkan beberapa gaun mewah untuk dipilih Sophia.“Kamu mau pilih yang mana, Phia?” tanya Irana.Sophia bingung dihadapi dengan beberapa gaun mewah di depannya. Sudah dipastikan gaun itu akan terasa berat dan tidak nyaman untuk Sophia kenakan. Mau menolak secara kasar pun juga Sophia sungkan, dipikir nanti Sophia tidak punya sopan santun oleh Irana. “Aku bingung, Tante.” jawab Sophia akhirnya Irana tertawa kecil. Dia pun memilih satu gaun putih bersih nomor dua dari s
“Aaaa sialan!!” umpat Valery. Sepanjang hari ini beritanya hanya satu. Tentang pernikahan Sophia dan juga Asriel yang menjadi berita paling terdepan. Unggahan Asriel membuat beberapa wartawan mulai meliput dan mencari tahu wanita mana yang berhasil dan beruntung menikah dengan pria itu. Dan yang jelas wartawan dengan cepat menemukan wanita yang beruntung itu. Siapa lagi jika bukan Sophia dan yang langsung membuat Valery tidak suka. “Jangan mengumpat, Saverio tahu apa yang kamu katakan, Valery.” ucap Ranu.Ya, keluar dari rumah sakit dan Shaka menceraikan Valery. Wanita itu yang takut hidup miskin dan serba kurang akhirnya memilih menikah dengan Ranu. Sesuai dengan janji yang Shaka katakan waktu itu, dia memberikan sejumlah uang untuk Valery, dengan harapan wanita itu bisa mengelolanya dengan baik. Dan masalah perusahaan Ranu, selama tiga bulan ini sedikit demi sedikit bisa kembali bangkit dan tidak kekurangan biaya apapun. Ranu pikir Shaka akan berbohong dan membiarkan dia hidup gel
Sudah tiga bulan lamanya, setelah pindah rumah Sophia tak lagi pernah melihat sosok Alcand kembali. Pria itu seolah hilang ditelan bumi, tidak lagi pernah mengirim pesan atau mungkin meneleponnya seperti dulu. Bukannya Sophia berharap, tapi setidaknya pria itu mendatangi Sophia sekali saja untuk meminta maaf pada Sophia. Setidaknya mengakui jika dia salah telah membuat Sophia kembali merasakan sakit, padahal Alcand pernah berjanji pada Sophia untuk membuat wanita itu bahagia.Ah ya, tentang Ayu. Karena hubungannya dengan Alcand sudah merenggang, awalnya Sophia ingin memberhentikan Ayu untuk bekerja dengannya di toko bunga. Uang yang Sophia berikan tidak sebanyak yang Alcand berikan pada Ayu setiap bulannya. Tapi yang terjadi, Ayu lebih dulu meminta resign dari kerjanya dan ingin pulang ke kampung. Ibunya sedang sakit dan tidak ada yang merawat ayah dan juga adiknya di kampung, itu sebabnya Ayu memilih untuk pulang kampung dan membuka usaha kecil-kecilan. Setidaknya jika terjadi sesuat
Shaka melemparkan tatapan tajam pada wanita yang baru saja bangun dari tidur panjangnya. Mungkin sekitar tiga hari Valery tidak sadarkan diri setelah pasca melahirkan. Wanita itu masih sibuk menatap bayinya yang ada di sampingnya. Lebih tepatnya masih ada di dalam boxs bayi dan tidur. Selama Valery tidak sadarkan diri, Shaka terus saja memaksa Ranu untuk mengatakan hal sejujurnya pada Shaka tentang Ranu dan juga Valery. Anggap saja Shaka bodoh selama ini, sehingga dia ingin mencekik Valery saat ini juga.Diperhatikan dari kejauhan, Valery pun mengerutkan keningnya heran. “Sayang kamu tidak ingin melihat bayi kita? Atau mungkin memberi nama untuk bayi kita mungkin?” Bayi kita? Setelah Valery melahirkan dan mengetahui kebenarannya, sekalipun Shaka tidak ingin melihat bayi itu. Meskipun suster dan juga para dokter meminta Shaka untuk melihat, atau mungkin menggendong bayi mereka. sekalipun, Shaka tidak menyentuh bayi itu. Rasanya dia benar-benar bodoh selama ini, dibutakan oleh cinta V
Terpantau terlalu jauh, akhirnya Sophia pun menerima ajakan Alucard yang katanya ingin menunjukkan sesuatu pada Sophia. Entah apa yang ingin Alucard tunjukan sehingga mampu membuat Sophia tidak tenang. Sejak pagi hingga sore hari, Sophia terus menerus marah tidak jelas karena penasaran dengan ucapan Alcand. Jika pria itu kembali melamar Sophia, ingat kata Ayu dan juga Ibu, Terima saja mungkin bahagia Sophia ada di tangan Alcand. Tentu saja Sophia juga sudah memikirkan matang-matang jawaban apa yang harus diberikan pada Alcand. Melihat Alcand yang datang, Sophia pun tersenyum sangat cerah. Apalagi Alcand yang baru saja turun dari mobilnya sambil membawa bunga mawar salem kesukaan Sophia. "Terimakasih." ucap Sophia saat menerima rangkaian bunga dari Alcand."Ayo kita pergi sekarang." ajak Alcand. Sophia mengangguk, setelah menaruh bunga yang diberikan di ruang tamu Sophia memilih untuk pergi cepat. Dengan status barunya yang seorang janda, banyak sekali tetangga yang mencibir apalagi
Dua orang pria dewasa tengah duduk santai sambil menikmati segelas wine di tangan mereka. Hampir satu jam lebih mereka hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun, bahkan satu kata pun tidak keluar dari bibir mereka. Tentu saja hal itu membuat suasana menjadi bosan. "Mau sampai kapan berdiam diri terus menerus seperti ini?" ucap salah satunya. Pria yang mengenakan baju merah.Pria berbaju hitam pun mendesah, dia pun menggeleng lalu mengangguk. "Aku juga tidak tahu." "Mau aku kasih saran?" "Apa?" "Lebih baik selesaikan dengan cepat sebelum semuanya berakhir dengan saling menyakiti. Kamu terlihat serius tapi sebenarnya kamu hanya ingin tahu saja kan?"Pria berbaju hitam itu langsung diam. Semua itu tidak benar, apa yang dia lakukan itu benar apa adanya. Dia sangat serius hingga ingin meminang wanita itu untuk menjadi bagian dalam hidupnya. Tapi disisi lain dia sedang menyakinkan dirinya jika apa yang dia rasakan itu adalah rasa cinta, bukan rasa tertarik sesaat yang dimana tidak ada ni
“Bu di depan ada orang yang ingin membeli bunga rangkai.” ucap Ayu.Alis Sophia mengerut secara sempurna. Dia pun menatap Ayu dengan heran, bunga rangkai di depan sudah di pesan oleh seseorang dan satu jam lagi akan diambil oleh orang memesan. Dan sekarang ada orang yang datang untuk membeli bunga rangkai itu? Dengan berjalan tertatih, Sophia pun keluar ruangan nyamannya untuk melihat siapa yang ingin membeli bunga rangkai miliknya. Dan itu adalah Valery yang datang dengan perut buncit nya. Sophia menarik nafasnya, sejujurnya dia paling malas tapi mau bagaimana lagi. Menuruni dua anak tangga untuk bisa berdiri tepat di depan Valery.“Mau apa?” tanya Sophia heran.“Mau apa? Seharusnya tanpa aku jelaskan kamu sudah tau maksud dari kedatanganku, Sophia.” Dan nyatanya sampai saat ini Sophia tidak tahu apa yang dimaksud oleh Valery. Wanita itu datang ke toko bunganya dengan keadaan marah tidak jelas, jika saja Sophia bisa membaca pikiran orang mungkin tanpa diperjelas pun Sophia akan ta
Saka berlari kencang setelah menerima panggilan masuk dari Petra, yang memberi kabar jika Mia mengalami kecelakaan dan tak sadarkan diri. Shaka yang panik pun segera menjumpai Petra yang tengah duduk di depan ruang rawat.“Apa yang terjadi, Pi? Bagaimana hal ini bisa terjadi?” tanya Shaka bertubi-tubi.Petra menggeleng, “Papi juga tidak tahu apa yang terjadi. Ada seseorang yang menerima panggilan Papi, dan orang itu bilang jika Mami kamu kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Mami kamu tidak sadarkan diri selama dua jam, dokter sedang memeriksa dan semoga saja semuanya baik-baik saja.” Shaka juga berharap seperti itu, semoga tidak terjadi sesuatu dengan ibunya. Jantung Shaka berdebar kencang tidak sepertinya biasanya, sesuatu telah terjadi tapi yang ada dipikiran Shaka malah Sophia. Seolah dia ingin sekali memberitahu Sophia jika ibunya mengalami kecelakaan. Tapi detik berikutnya Shaka pun kembali berpikir, untuk apa juga dia memberitahu Sophia tentang hal ini. Toh, wanita itu tidak a