Turun dari mobil Shaka langsung menabrak sebuah meja kecil dan menjatuhkan cat kaleng kecil, hingga ada yang tumpah juga. Shaka merasa canggung melihat Petra dan juga Alcand yang secara spontan menatap dirinya. “Ada apa?” tanya Shaka bingung. “Kamu disini juga Shaka?” tanya balik Petra dengan heran. Ya, Petra datang setengah jam yang lalu karena melihat mobil Alcand yang terparkir indah di pinggiran jalan. Petra yang tadinya ingin ke rumah temannya pun berhenti sejenak untuk melihat sedang apa Alcand di tempat ini. Ditambah lagi, Petra juga sempat melihat sekelebatan wanita yang mengenakan dress berwarna putih dengan motif bunga. Kalau tidak salah, baju itu seperti milik Sophia. Tidak mau berpikir buruk, tapi entah kenapa Petra merasa Sophia sedang bersama dengan Alcand. “Iyaa, ini bisnis baru aku sama Alcand, Pi.” jawab Shaka asal. Seketika itu juga Alcand menatap Shaka dengan bingung. Bisnis apa? Bahkan cafe ini seratus persen murni milik Alcand, Shaka tidak ada sangkut pautnya
Sesampainya di toko, Sophia segera turun. Dia tahu betul jika Shaka adalah orang sibuk, itu sebabnya Sophia tidak ingin membuang banyak waktu pria itu hanya untuk mengantar Sophia ke toko. “Terimakasih.” kata Sophia sopan.Shaka hanya diam saja, awalnya dia tidak ingin mampir ke toko bunga milik Sophia. Tapi melihat ayah mertuanya yang seolah menunggu siapa pemilik mobil ini membuat Shaka mendengus. Apalagi Sophia yang langsung turun dari mobil dan Shaka pun mengikutinya dengan cepat.Sophia menoleh kaget, dia pun menatap Shaka dengan tatapan yang sulit diartikan. “Kenapa ikut turun?” tanya Sophia berbisik.“Ada ayahmu, ingat rencana kita!!” Sophia mengangguk, dia pun langsung menggandeng tangan Shaka dengan lembut. Apalagi Shaka yang seolah tengah menuntun Sophia yang berjalannya saja tidak bisa lurus. “Ayah.” sapa Shaka ketika sampai di depan Sion. Untuk melancarkan rencananya dengan baik, pria itu juga sempat menyalami Sion. Setidaknya kesannya harus bagus, jika nanti Sophia da
“Sebenarnya apa yang kamu inginkan, Shaka. Kamu bukan tipe orang yang bisa tidur di sembarang tempat.” ucap Sophia.Memang, Shaka bukan tipe orang yang bisa tidur di sembarang tempat. Ranjang kecil ini pun tidak akan bisa membuat Shaka tidur dengan nyenyak. Kamar ini begitu sempit, sehingga untuk bernafas pun kurang menurut Shaka. Lalu kenapa juga jika dia ingin menginap di rumah Sophia, apa itu salah? “Kenapa? Aku kan suamimu. Seharusnya kamu nggak keberatan kan kalau aku menginap di rumah kedua orang tuamu.” tanya Shaka pemasaran.Sophia memijat pelipisnya, “Apa yang kamu inginkan?”“Tidak ada.” “Shaka aku serius.” “Mamang tidak ada, Sophia.” jawab Shaka cepat. Entah kenapa jawaban itu sama sekali tidak menarik untuk Sophia. Pasti ada niat tersendiri kenapa Shaka melakukan hal ini pada Sophia. Seharusnya Shaka ingat dengan rencana mereka, jika dia harus membuat Valery hamil. Bukan berarti Shaka harus membuang banyak waktu untuk Sophia kan? Menginap di rumah Sophia bukanlah ide y
“Hari ini kamu tidak perlu ke toko.” Ucapan itu terus saja terngiang di pikiran Sophia. Sejujurnya Sophia sendiri juga bingung kenapa tiba-tiba saja Shaka mengatakan hal itu, sedangkan Shaka tahu jika pagi ini dia ada janji dengan Alcand untuk membahas bunga dan juga hal lainnya. Tapi yang ada Shaka malah melarangnya, dan mendapatkan persetujuan dari Sion. Ayahnya menyetujui apa yang Shaka katakan, dan meminta Sophia untuk tetap di rumah saja. Lagian kios ini sudah ada ayahnya kenapa juga Sophia masih bingung masalah kios bunga? Dan disinilah Sophia akhirnya, duduk di depan rumahnya sambil menanam banyak bunga yang dia bawa dari toko yang belum sempat Sophia tanam. Karena beberapa hari lalu terlalu sibuk, semua tanaman ini belum sempat Sophia pindahin. Satu persatu bunga yang sudah dia taman pun berjejer dengan tapi, Sophia tersenyum kecil. Pekarangan rumahnya akan indah dan banyak bunga kesukaan dirinya. Sophia paling suka dengan bunga lili, dia bahkan sampai menanam bunga lili pal
Acara selesai Sophia adalah orang paling sibuk di rumah ini, dia harus membereskan semua piring motor sendiri tanpa ada satu orang pun yang membantu. Begitu juga dengan Shaka yang dilarang keras Mia untuk membantu Sophia di dapur. Dia harus berjalan dengan kaki yang diseret membawa banyak piring dan juga sisa makanan yang ada.“Mami bilang begitu nggak keterlaluan?” tanya Shaka yang mulai serius menatap ibunya.“Apanya yang keterlaluan? Memangnya Mami bilang apa?” “Sophia pembantu dan cacat.” Mia menatap Shaka tidak suka. “Kenapa jadi belain dia? Bukannya apa yang Mami bilang itu benar? Dia kan memang cacat, dan menurut Mami dia memang nggak pantas untuk jadi istri kamu. Mami malu punya menantu yang begitu, nggak bisa banggain sama sekali.” Shaka tahu, tapi kan setidaknya tidak melontarkan kata itu di depan banyak orang. Bagaimana perasaan Sophia saat ini? Meskipun apa yang dibilang Mia itu benar, jika Sophia cacat tapi bukan berarti Sophia harus dianggap sebagai pembantu kan? Pern
Sophia merasakan tubuhnya menggigil, membuat wanita itu mengurungkan niatnya untuk pergi ke toko bunga. Dia juga meminta Sion untuk menyiapkan pesanan bunga mawar seratus biji untuk diambil sore nanti. Akhir-akhir ini banyak sekali kegiatan yang menguras tenaga Sophia, wajar saja jika dia ambruk apalagi setelah menikah yang jelas Sophia jarang sekali memiliki waktu seratus persen untuk istirahat. Waktunya benar-benar harus dibagi, bangun pagi hari untuk menyiapkan sarapan dirinya, Shaka dan juga makan siangnya. Pulang ke rumah sore hari sudah disuguhi halaman rumah yang berantakan dan tak beraturan. Belum lagi Sophia harus masak untuk makan malam jika dia malas untuk berhenti membeli makan. Itu pun juga dia harus mandi malam yang selama ini jarang sekali dia lakukan. Paling sore Sophia mandi jam lima sore, semua kebutuhan dirinya, rumah hingga makan pun sudah disiapkan oleh ibunya. Tapi sekarang apa-apa Sophia harus kerja sendiri. “Aduh … pusing banget.” lirih Sophia, sesekali memega
Dengan amat sangat terpaksa Alcand pun menelpon Petra untuk datang ke rumah sakit. Dia memberitahu Petra jika Sophia pingsan di tengah jalan dalam keadaan demam. Peduli setan jika setelah ini Petra akan marah besar pada Shaka yang sama sekali tidak peduli dengan Sophia. Tidak suka boleh, tapi bukan begini cara memperlakukan manusia. Tidak menunggu lama, akhirnya Petra pun datang bersama dengan sang istri. Alcand mencoba untuk tersenyum, disini Alcand tahu hanya wajahnya Petra saja yang terlihat khawatir. Tapi tidak dengan ibu Shaka yang terlibat biasa saja tanpa beban. Entah perasaan Alcand atau memang seperti itu. “Alcand bagaimana keadaan Phia? Apa yang dikatakan Phia? Dan kenapa Phia bisa sama kamu? Dimana Shaka?” tengah Petra bertubi-tubi.Alcand meminta Petra untuk tenang sejenak. Untuk saat ini Sophia sudah ditangani dokter dengan baik. Tidak perlu dikhawatirkan, Sophia hanya terkena typus karena banyak sekali kegiatan dan jarang istirahat. Itu sebabnya daya tubuhnya tidak k
“Meeting dibatalkan!! Kita bertemu kembali minggu depan.” ucap Shaka.Semua orang yang ada di ruangan meeting pun menatap Shaka dengan alis yang mengerut. Dalam hati mereka bertanya-tanya kenapa meetingnya dibatalkan secara mendadak? Sedangkan Shaka tahu jika meeting ini sangat penting untuk proyeknya yang ada di luar negeri. Ya, setelah menikah Petra meminta Shaka untuk mengurus perusahaan yang ada di luar negeri. Ada beberapa cabang dan juga kerja sama di negara maju, yang memang sejak dulu harus ditangani oleh Shaka. Hanya saja karena kejadian itu semuanya berubah, Petra baru melepas perusahaan itu setelah Shaka menikah. Pria itu memutuskan untuk pulang ke rumah. Tapi yang ada Shaka tidak menemukan siapapun di rumah, kecuali lampu rumah yang masih menyala. Ini bukan pagi hari, tapi lampu rumahnya masih juga menyala. Lagian apa sih kerjaan Sophia di rumah? Dari sudut ke sudut rumah ini, Shaka tidak menemukan Sophia sama sekali. Rumah ini benar-benar kosong, jika Sophia pulang ke r
Apa yang diharapkan terwujud. Asriel dan juga Sophia sudah resmi menjadi suami istri beberapa jam yang lalu. Asriel dengan lantang mampu mengucapkan janji suci yang membuat Sophia gemetar. Padahal Sophia sudah merasa takut jika pernikahannya dengan Asriel akan gagal. Tapi ternyata … “Susah banget sih ini gaun lepasnya.” ucap Sophia. Wanita itu mencoba untuk menurunkan resleting gaun yang berada di punggungnya.Melihat hal itu Asriel pun mencoba membantu Sophia untuk melepaskan gaun yang wanita itu kenakan. Gaun pilihan ibunya yang katanya memberatkan tubuh Sophia. Asriel pikir hanya satu kali saja Sophia gantung baju, ternyata Irana sudah menyiapkan empat gaun untuk Sophia kenakan sampai malam hari untuk resepsi. “Kamu ngapain?” tanya Sophia heran.“Bantu kamu.” Asriel terlalu fokus menatap punggung Sophia yang terpampang jelas sekali di mata Asriel. Tangannya reflek menyentuh punggung itu dan mengusapnya.Sedangkan Sophia, dia sudah mencoba menopang baju bagian depan agar tidak j
Setelah melihat undangan yang sudah jadi, Sophia dan juga Irana memilih untuk pergi ke butik. Irana ingin memilih gaun yang cocok untuk Sophia menikah dengan putranya. Pernikahan ini sudah Irana idamkan sejak dulu, hanya saja putranya tidak ingin menikah jika bukan dengan Sophia. Entah apa maksudnya, Irana juga tidak mempermasalahkan status Sophia yang janda. Karena dengan uang, Asriel bisa mengubah semua identitas Sophia sesuai dengan apa yang dia inginkan. Masuk ke dalam butik, Irana meminta beberapa orang untuk menunjukkan beberapa gaun mewah untuk dipilih Sophia.“Kamu mau pilih yang mana, Phia?” tanya Irana.Sophia bingung dihadapi dengan beberapa gaun mewah di depannya. Sudah dipastikan gaun itu akan terasa berat dan tidak nyaman untuk Sophia kenakan. Mau menolak secara kasar pun juga Sophia sungkan, dipikir nanti Sophia tidak punya sopan santun oleh Irana. “Aku bingung, Tante.” jawab Sophia akhirnya Irana tertawa kecil. Dia pun memilih satu gaun putih bersih nomor dua dari s
“Aaaa sialan!!” umpat Valery. Sepanjang hari ini beritanya hanya satu. Tentang pernikahan Sophia dan juga Asriel yang menjadi berita paling terdepan. Unggahan Asriel membuat beberapa wartawan mulai meliput dan mencari tahu wanita mana yang berhasil dan beruntung menikah dengan pria itu. Dan yang jelas wartawan dengan cepat menemukan wanita yang beruntung itu. Siapa lagi jika bukan Sophia dan yang langsung membuat Valery tidak suka. “Jangan mengumpat, Saverio tahu apa yang kamu katakan, Valery.” ucap Ranu.Ya, keluar dari rumah sakit dan Shaka menceraikan Valery. Wanita itu yang takut hidup miskin dan serba kurang akhirnya memilih menikah dengan Ranu. Sesuai dengan janji yang Shaka katakan waktu itu, dia memberikan sejumlah uang untuk Valery, dengan harapan wanita itu bisa mengelolanya dengan baik. Dan masalah perusahaan Ranu, selama tiga bulan ini sedikit demi sedikit bisa kembali bangkit dan tidak kekurangan biaya apapun. Ranu pikir Shaka akan berbohong dan membiarkan dia hidup gel
Sudah tiga bulan lamanya, setelah pindah rumah Sophia tak lagi pernah melihat sosok Alcand kembali. Pria itu seolah hilang ditelan bumi, tidak lagi pernah mengirim pesan atau mungkin meneleponnya seperti dulu. Bukannya Sophia berharap, tapi setidaknya pria itu mendatangi Sophia sekali saja untuk meminta maaf pada Sophia. Setidaknya mengakui jika dia salah telah membuat Sophia kembali merasakan sakit, padahal Alcand pernah berjanji pada Sophia untuk membuat wanita itu bahagia.Ah ya, tentang Ayu. Karena hubungannya dengan Alcand sudah merenggang, awalnya Sophia ingin memberhentikan Ayu untuk bekerja dengannya di toko bunga. Uang yang Sophia berikan tidak sebanyak yang Alcand berikan pada Ayu setiap bulannya. Tapi yang terjadi, Ayu lebih dulu meminta resign dari kerjanya dan ingin pulang ke kampung. Ibunya sedang sakit dan tidak ada yang merawat ayah dan juga adiknya di kampung, itu sebabnya Ayu memilih untuk pulang kampung dan membuka usaha kecil-kecilan. Setidaknya jika terjadi sesuat
Shaka melemparkan tatapan tajam pada wanita yang baru saja bangun dari tidur panjangnya. Mungkin sekitar tiga hari Valery tidak sadarkan diri setelah pasca melahirkan. Wanita itu masih sibuk menatap bayinya yang ada di sampingnya. Lebih tepatnya masih ada di dalam boxs bayi dan tidur. Selama Valery tidak sadarkan diri, Shaka terus saja memaksa Ranu untuk mengatakan hal sejujurnya pada Shaka tentang Ranu dan juga Valery. Anggap saja Shaka bodoh selama ini, sehingga dia ingin mencekik Valery saat ini juga.Diperhatikan dari kejauhan, Valery pun mengerutkan keningnya heran. “Sayang kamu tidak ingin melihat bayi kita? Atau mungkin memberi nama untuk bayi kita mungkin?” Bayi kita? Setelah Valery melahirkan dan mengetahui kebenarannya, sekalipun Shaka tidak ingin melihat bayi itu. Meskipun suster dan juga para dokter meminta Shaka untuk melihat, atau mungkin menggendong bayi mereka. sekalipun, Shaka tidak menyentuh bayi itu. Rasanya dia benar-benar bodoh selama ini, dibutakan oleh cinta V
Terpantau terlalu jauh, akhirnya Sophia pun menerima ajakan Alucard yang katanya ingin menunjukkan sesuatu pada Sophia. Entah apa yang ingin Alucard tunjukan sehingga mampu membuat Sophia tidak tenang. Sejak pagi hingga sore hari, Sophia terus menerus marah tidak jelas karena penasaran dengan ucapan Alcand. Jika pria itu kembali melamar Sophia, ingat kata Ayu dan juga Ibu, Terima saja mungkin bahagia Sophia ada di tangan Alcand. Tentu saja Sophia juga sudah memikirkan matang-matang jawaban apa yang harus diberikan pada Alcand. Melihat Alcand yang datang, Sophia pun tersenyum sangat cerah. Apalagi Alcand yang baru saja turun dari mobilnya sambil membawa bunga mawar salem kesukaan Sophia. "Terimakasih." ucap Sophia saat menerima rangkaian bunga dari Alcand."Ayo kita pergi sekarang." ajak Alcand. Sophia mengangguk, setelah menaruh bunga yang diberikan di ruang tamu Sophia memilih untuk pergi cepat. Dengan status barunya yang seorang janda, banyak sekali tetangga yang mencibir apalagi
Dua orang pria dewasa tengah duduk santai sambil menikmati segelas wine di tangan mereka. Hampir satu jam lebih mereka hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun, bahkan satu kata pun tidak keluar dari bibir mereka. Tentu saja hal itu membuat suasana menjadi bosan. "Mau sampai kapan berdiam diri terus menerus seperti ini?" ucap salah satunya. Pria yang mengenakan baju merah.Pria berbaju hitam pun mendesah, dia pun menggeleng lalu mengangguk. "Aku juga tidak tahu." "Mau aku kasih saran?" "Apa?" "Lebih baik selesaikan dengan cepat sebelum semuanya berakhir dengan saling menyakiti. Kamu terlihat serius tapi sebenarnya kamu hanya ingin tahu saja kan?"Pria berbaju hitam itu langsung diam. Semua itu tidak benar, apa yang dia lakukan itu benar apa adanya. Dia sangat serius hingga ingin meminang wanita itu untuk menjadi bagian dalam hidupnya. Tapi disisi lain dia sedang menyakinkan dirinya jika apa yang dia rasakan itu adalah rasa cinta, bukan rasa tertarik sesaat yang dimana tidak ada ni
“Bu di depan ada orang yang ingin membeli bunga rangkai.” ucap Ayu.Alis Sophia mengerut secara sempurna. Dia pun menatap Ayu dengan heran, bunga rangkai di depan sudah di pesan oleh seseorang dan satu jam lagi akan diambil oleh orang memesan. Dan sekarang ada orang yang datang untuk membeli bunga rangkai itu? Dengan berjalan tertatih, Sophia pun keluar ruangan nyamannya untuk melihat siapa yang ingin membeli bunga rangkai miliknya. Dan itu adalah Valery yang datang dengan perut buncit nya. Sophia menarik nafasnya, sejujurnya dia paling malas tapi mau bagaimana lagi. Menuruni dua anak tangga untuk bisa berdiri tepat di depan Valery.“Mau apa?” tanya Sophia heran.“Mau apa? Seharusnya tanpa aku jelaskan kamu sudah tau maksud dari kedatanganku, Sophia.” Dan nyatanya sampai saat ini Sophia tidak tahu apa yang dimaksud oleh Valery. Wanita itu datang ke toko bunganya dengan keadaan marah tidak jelas, jika saja Sophia bisa membaca pikiran orang mungkin tanpa diperjelas pun Sophia akan ta
Saka berlari kencang setelah menerima panggilan masuk dari Petra, yang memberi kabar jika Mia mengalami kecelakaan dan tak sadarkan diri. Shaka yang panik pun segera menjumpai Petra yang tengah duduk di depan ruang rawat.“Apa yang terjadi, Pi? Bagaimana hal ini bisa terjadi?” tanya Shaka bertubi-tubi.Petra menggeleng, “Papi juga tidak tahu apa yang terjadi. Ada seseorang yang menerima panggilan Papi, dan orang itu bilang jika Mami kamu kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Mami kamu tidak sadarkan diri selama dua jam, dokter sedang memeriksa dan semoga saja semuanya baik-baik saja.” Shaka juga berharap seperti itu, semoga tidak terjadi sesuatu dengan ibunya. Jantung Shaka berdebar kencang tidak sepertinya biasanya, sesuatu telah terjadi tapi yang ada dipikiran Shaka malah Sophia. Seolah dia ingin sekali memberitahu Sophia jika ibunya mengalami kecelakaan. Tapi detik berikutnya Shaka pun kembali berpikir, untuk apa juga dia memberitahu Sophia tentang hal ini. Toh, wanita itu tidak a