Sophia tidak tahu apa maksud hari spesial yang Shaka ucapkan semalam. Pria itu terlihat begitu marah ketika sampai di rumah dan melihat kedua orang tua mereka tengah duduk santai sambil mengobrol banyak hal. Jika diingatkan Sophia bilang pada Petra jika hari itu Shaka sedang lembur, ada banyak sekali pekerjaan yang harus Shaka kerjakan sehingga dia tidak bisa ikut makan malam atau bertemu dengan keluarga Sophia. Bahkan Sophia juga tidak tahu jika Petra nekat menelpon Shaka dan meminta pria itu untuk pulang ke rumah bertemu dengan keluarga Sophia. Bahkan tidak ada Shaka pun juga semuanya akan membaik, apalagi Sophia juga tahu jika setelah menikah Shaka tersiksa dengan kehidupannya yang tidak bisa bertemu dengan kekasihnya.
“Jangan mempersulitku lagi!!” ucap Shaka tegas.Sophia menoleh menatap Shaka dengan wajah bingung. Mempersulit apa? Bahkan Sophia tidak melakukan apapun pada kehidupan Shaka. Dia tidak meminta atau mengganggu Shaka selama ini, lalu Sophia mempersulit dari mana?“Apa? Aku melakukan apa?” tanya Sophia akhirnya.“Masih nggak nyadar ya? Selama ini yang mempersulit hidupku cuma kamu. Bisa nggak sih semua atasi sendiri? Nggak perlu melibatkan aku?”Lah memangnya Sophia pernah melibatkan Shaka selama ini? Lagian yang menelpon Shaka itu Petra bukan Sophia, seharusnya Shaka marah kada Petra bukan Sophia. Kurang kerjaan sekali Sophia jika harus mengganggu hidup Shaka. Benar, jika mereka adalah suami istri tapi kan Shaka sendiri yang menciptakan batasan antara Shaka dan juga Sophia. seharusnya Shaka mengerti akan hal itu, apalagi sama-sama tidak ingin bersama.“Siapa juga yang melibatkan kamu? Itu kan ayahmu sendiri yang menelpon bukan aku, kenapa aku yang disalahin?” Sophia mencoba untuk membela. Jika dia diam terus menerus yang ada harga dirinya akan selalu di injak-injak oleh keluarga Shaka.“Papi itu kalau nggak kamu suruh nggak mungkin hubungi aku terus. Kamu pikir aku nggak tau apa tujuanmu itu apa? Nggak usah munafik jadi orang!! Pengen hidup enak aja mempersulit semuanya!!” hina Shaka.Sophia uang tidak Terima pun menyeret kakinya untuk mendekati Shaka. Matanya berkaca-kaca setelah mendengar ucapan yang menyayat hatinya. Dia pikir hidup dengan Shaka bisa membuat Sophia bahagia?“Hidup enak?” Sophia mengulang sambil menatap Shaka dengan jijik. “Aku memang bukan berasal dari keluarga kaya, bukan dari keluarga yang tinggal perintah semuanya ada. Tapi aku bersyukur punya keluarga yang mengajariku mencari bukan mengemis. Kamu memang kaya dari lahir, kamu nggak perlu susah payah gimana caranya nyari duit biar bisa malam buat besok. Tapi ingat ya Shaka, aku disini nggak numpang gratis kok. Kamu juga nggak ngasih uang nafkah setelah menikah, jadi aku pikir ini bukan termasuk hidup enak. Karena aku masih cari duit sendiri untuk memenuhi kebutuhanku!!” jelas Sophia dan berlalu.Shaka yang kesal pun mengepalkan tangannya. Dia bahkan sampai melemparkan tinjauan ke udara untuk melampiaskan emosinya. Di depan keluarganya Sophia menjadi sosok wanita yang pendiam dan tidak banyak bicara. Tapi di depan Shaka dia adalah wanita ular, pembangkang dan juga suka seenaknya. Pantas saja tidak ada satu pria pun yang mau menikah dengan wanita itu.Keluar dari kamar Sophia pun terkejut dengan Petra yang ternyata sudah berdiri di depan kamarnya. Mertuanya itu tersenyum manis dengan tangan yang hampir saja menyentuh keningnya. Mungkin tangan itu digunakan untuk mengetuk pintu kamar, hanya saja karena Sophia ingin segera pergi dari neraka ini dia pun tidak tahu jika mertuanya sudah menunggunya.“Papi … ,” pangil Sophia tidak enak hati. Dua berharap jika Petra tidak mendengar apa yang Sophia dan juga Shaka debatkan barusan.Petra celingukan, sehingga membuat Sophia segera menutup pintu kamarnya. “Papi nganggu ya? Pengen pamitan soalnya.”“Papi mau pulang hari ini?”Petra mengangguk, “Iya. Enggak enak juga kalau lama-lama disini, di rumah nggak ada yang urus. Kerjaan Papi juga banyak banget bantu Shaka di kantor. Jadi, Papi harus pulang.”Sophia cukup sedih mendengar hal itu. Dia bahkan begitu menghormati Petra yang menyayanginya dengan tulus. Tapi ada rasa lega juga jika mertuanya itu segera pulang, setidaknya dia tidak harus berpura-pura tidur satu kamar lagi dengan Shaka. Dia tidak harus berdebat lagi dengan Shaka setiap malam yang membuat Sophia pusing. Dia ingin hidup tenang tanpa adanya Shaka.Menarik nafasnya panjang, Sophia pun mengangguk pelan. “Mau panggilan Mas Shaka dulu ya Pi, buat nganterin papi sama Mami pulang ke rumah.”Petra menahan tangan Sophia yang ingin kembali masuk ke dalam kamar. “Nggak perlu, Papi ada supir kok. Shaka kan sibuk pasti habis gini langsung ke kantor. Jangan ganggu dia.”Tentu saja Shaka sibuk, dia sibuk menenangkan wanitanya yang tengah marah pada Shaka yang tidak bisa bermalam dengannya kemarin. Mungkin jika tidak ada kedua orang tua Sophia, sudah dipastikan jika Shaka akan berakhir dengan Valery malam itu juga.“Yaudah, Papi hati-hati ya. Maaf Phia nggak bisa anter Papi pulang ke rumah.”“Nggak papa, kamu jaga diri baik-baik ya. Apapun yang Shaka ucapkan jangan masukan hati, kalian ini suami istri kalau bertengkar itu wajar tapi jangan kelewat batas. Papi yakin dan percaya, pernikahan kalian akan akan selalu bahagia.”Dalam hati Sophia pun menepis ucapan Petra. Tidak akan ada yang bahagia jika tidak ada yang saling mencintai.***“Selamat pagi Mbak.”Sapaan itu membuat Sophia tersenyum kecil, dia pun melihat Lala yang baru saja datang dengan sepeda listriknya.“Selamat pagi, La. Tumben banget jam segini udah datang, kadang suka telat.” kekeh Sophia.Lala menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal sama sekali. Dia pun menunjukkan deretan gigi gingsulnya yang sempat membuat Sophia iri.“Ya gimana ya Mbak, kemarin aku menerima pesanan bunga rangkai. Hari ini sengaja datang pagi mau bantuin Mbak bunga rangkai.” jelas Lala takut.“Memangnya pesen berapa La? Banyak ‘kah?”Lala mengangguk, “Orang itu memesan sepuluh bunga rangkai mawar merah. Ditambah lagi bunga hias mobil pernikahan, terus ada yang pesan buat opening toko kosmetik yang seberang jalan itu loh Mbak, barusan buka minta dibuatin bunga juga.”“Ya ampun La kamu ini kenapa nggak ngomong sih! Duh, mereka ambil jam berapa La?”Lala kembali mengingat jika tidak jam sembilan pagi yang jam sepuluh pagi. Lala sendiri juga sedikit lupa, dia hanya menunjukkan bukti transfer uang dp yang masuk ke rekening Sophia langsung. Masalah kenapa Lala tidak memberitahu Sophia, sejujurnya Lala sudah mencoba menghubungi Sophia malam itu. Dia sudah memberitahu Sophia tentang pesanan bunga yang masuk pada dirinya, tapi tak ada satu panggilan maupun satu pesan pun yang tersampaikan. Bahkan ponsel Sophia juga sulit sekali dihubungi, makanya Lala datang pagi ini untuk memberitahu Sophia dan juga membantu wanita itu membuat banyak pesanan bunga hari ini.“Handphone Mbak kayaknya mati deh, atau habis data Mbak? Aku telepon kenapa nggak bisa?” tanya Lala heran.“Masa sih?”Lala meminta Sophia untuk memeriksa ponselnya, tidak mungkin Lala berbohong sedangkan ponsel Sophia memangsulit sekali dihubungi setelah menikah. Mungkin Lala tidak tepat waktu ketika menghubungi Sophia hingga wanita itu memutuskan untuk memastikan ponselnya.Buru-buru Sophia pun memeriksa ponselnya yang ternyata sudah mati entah sejak makan. Ponsel ini jarang sekali keluar dari tasnya, ketika tidak berbunyi.“Astaga … ponsel saya mati La.” pekik Sophia.“Aku bilang apa, itu ponsel nggak ada harga dirinya bagi Mbak.”Sophia tertawa mendengar hal itu, dia pun meminta Lala untuk segera memarkirkan sepeda listriknya, dan barulah mereka membuat bunga rangkai sesuai dengan pesanan yang Lala Terima.***Shaka yang merasa bebas pun memutuskan untuk pergi dari kantor setelah makan siang. Dia ingin menemui Valery yang sejak semalam tidak mau menerima panggilan dan juga pesan dari Shaka. Wanita itu benar-benar marah ketika Shaka memutuskan untuk pulang ke rumah setelah menerima panggilan ayahnya.Sesampainya di depan rumah Valery, Shaka pun segera turun dan nyelonong masuk ke rumah Valery yang tidak di kunci sama sekali. Shaka berteriak memanggil nama Valery terus menerus.“Sayang kamu dimana?” teriak Shaka sekali lagi.Dia sudah keliling rumah ini dan tidak menemukan Valery sama sekali. Dari dapur hingga kamar pun juga Shaka tidak bertemu dengan Valery. Yang ada Shaka hanya melihat ponsel wanita itu di atas meja rias tergeletak tak berdaya.“Sial!! Dimana dia!!” umpat Shaka kesal.Mengacak rambutnya frustasi, Shaka memutuskan untuk kembali ke ruang tengah. Dia tahu Valery marah, tapi wanita itu tidak mungkin pergi dari rumah tanpa membawa ponsel. Sudah dipastikan wanita itu masih ada di sekitar rumah tapi ada dimana?Mondar-mandir depan televisi, Shaka mendengar suara benda jatuh yang cukup nyaring. Pria itu langsung menoleh ke arah pintu samping rumah ini dengan mata memicing. Dia lupa dengan pintu taman rumah ini, apa mungkin benda jatuh itu ulah Valery?Buru-buru Shaka pun berlari ke arah pintu itu dan melihat Valery yang sedang memunguti pecahan beling di dekat kolam renang. Tentu saja Shaka langsung menarik Valery untuk tidak menyentuh benda tajam itu.“Argh!!” Valery memekik kaget dan berteriak. Tapi setelah tahu siapa yang menariknya Valery pun langsung menepis tangan itu dan menjauh. “Kenapa kesini? Bukannya di rumah ada mertuamu?” ucapnya dengan nada cetus.“Mereka sudah pulang semalam. Tidak jadi menginap, aku ingin kembali tapi papi melarang.”Valery hanya diam saja, mengambil baju mandi untuk menutupi tubuhnya. “Kalau begitu cepat pulang, sebelum papi menelponmu dan memintamu pulang kembali.”“Sayang … , dengerin aku dulu.” Shaka mendekat, menangkup kedua pipi Valery dengan lembut. “Jangan marah lagi, Oke. Malam ini aku akan disini sama kamu.”“Aku ada hak tidak sih untuk cemburu? Aku benar-benar tidak suka dengan pernikahan ini!!”Tidak hanya Valery, Shaka pun juga tidak suka dengan pernikahan ini. Tapi mau bagaimana lagi, Shaka tidak bisa berbuat banyak hal, dia juga tidak bisa menjanjikan apapun untuk Valery. Untuk saat ini Shaka ingin hubungan ini berjalan dengan seadanya.To be continuedTurun dari ojek online Sophia pun mendengus. Rumahnya sudah seperti rumah tidak berpenghuni yang gelap gulita dan banyak sekali daun kering masuk ke halaman rumah. Karena terlalu sibuk hari ini Sophia jadi lupa untuk membawa beberapa tanaman yang bisa ditanam di depan rumah dan juga samping rumah. Sophia pikir lahan kosong ini bisa digunakan menanam sayur dan juga beberapa bunga yang bisa dijual di jika bunganya. Setidaknya ada pohon mawar dan juga kaktus pun tidak masalah bagi Sophia, yang penting ada tanaman hijau yang membuat indah rumah ini. Tapi karena pesanan terlalu banyak membuat Sophia lupa. Wanita itu masuk lebih dukungan ke dalam rumah, di deretan rumah ini hanya rumah Sophia yang terlihat gelap sendiri. Hingga lampu putih dan kuning pun menyala dengan terang, buru-buru Sophia membersihkan halaman rumahnya yang kotor dan juga dalam rumah. Sesekali menatap sekeliling komplek perumahan ini yang terbilang sepi tapi banyak sekali rumah dengan pintu terbuka. Mungkin mereka bisa
Seperti biasa, setelah memasak untuk dirinya sendiri. Sophia langsung pergi ke toko bunga, dia bisa melihat Lala yang sudah duduk di depan toko dengan wajah cemberutnya. Sophia pun tersenyum lalu menghampirinya.“Tumben banget La, datang sebelum aku datang.” kekeh Sophia “Dih, Mbak Phia lupa ya.” Alis Sophia mengerut, “Lupa apa La?” “Hari ini—” Lala menghentikan ucapannya ketika melihat sebuah mobil mewah berhenti tak jauh dari toko bunga Sophia. Dia mengerutkan keningnya, mobil itu sering Lala lihat sejak dulu sampai saat ini ketika Sophia membuka toko bunga, jam makan siang, dan juga sore hari. Tapi Lala tidak tahu siapa pemilik mobil itu, ketika Lala atau Sophia yang mendekati mobil itu yang ada mobilnya malah pergi dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Entah apa hubungannya hanya saja Lala takut jika orang di dalam mobil itu adalah orang jahat. Apalagi lagi maraknya penculikan dan penjualan organ tubuh manusia dengan nilai yang fantasi.“Selamat pagi.” sapa orang itu dengan se
Sejujurnya Sophia masih tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Shaka. Apa yang membuat pria itu tidak suka ketika Sophia bersama dengan Shaka. Bukannya terlalu percaya diri atau berbunga-bunga tapi sungguh, Sophia tidak tahu maksud dari ucapan Shaka. Dia ingin bertanya lebih jauh lagi, tapi melihat raut wajah Shaka saja langsung membuat Sophia malas. Hingga pagi ini Sophia lambung pergi ke toko bunga untuk mengambil beberapa tanaman yang ingin dia bawa pulang ke rumah. Hari ini Sophia berniat untuk pulang cepat, dan meminta Sion untuk menutup toko bunganya. Sophia ingin berkebun di rumah, dia juga sudah membeli beberapa benih sayuran untuk ditanam. Sophia juga membawa beberapa kompos dan juga tanah agar cepat subur. “Sebanyak ini yakin Mbak mau dibawa pulang?” tanya Lala pemasaran.Sophia mengangguk, “Iya lah, pengen tanam di rumah. Di depan rumah gersang gak ada apa-apa.” cerita Sophia Lala hanya mampu mengangguk, dari dulu Sophia suka sekali dengan bunga dan dia tidak bisa melih
Valery berdecak kesal, ketika mendengar seringan ponsel Shaka yang tidak berhenti sejak setengah jam yang lalu. Wanita itu mendorong tubuh Shaka yang berada di atasnya hingga menggulingkan di sampingnya. Permainannya baru saja dimulai, tapi yang ada ponsel itu terus menerus berbunyi sejak tadi dan membuat Valery terganggu.“Angkat dulu gih, siapa tahu penting dari istrimu!!” ucap Valery dengan nada cemburu.Shaka menghela nafasnya panjang, mencoba menetralkan apa yang baru saja dia lakukan. Jangan sampai orang yang berbicara dengannya munafik curiga dengan deru nafas Shaka yang naik turun ini. Meraih ponselnya Shaka pun menahan layar ponselnya sejenak, benar saja yang menelpon dirinya sejak tadi adalah Sophia. Ada apa? Pikir Shaka.Pria itu menatap Valery, seolah tatapan itu meminta izin pada Valery jika dia ingin menerima panggilan masuk dari Sophia. Tapi yang ada Valery malah membuang muka, seolah dia tidak peduli dengan apa yang akan Shaka lakukan. Sedikit menjauh untuk menghargai
“Kamu gila ya!!” teriak Shaka tertahan.Setelah makan malam bersama. Petra dan juga Mia pulang dari rumah Sok gua dan Shaka tepat jam sepuluh malam. Itu sebabnya Shaka berani berteriak di depan Sophia dengan jawaban yang tidak masuk akal wanita itu. Dia bilang siap untuk hamil Shaka? Sialan menyentuhnya saja Shaka tidak kepikiran. Apalagi sampai membuat Sophia hamil, ini benar-benar gimana menurut Shaka. Sophia menggeleng, “Tidak. Kenapa?” “Masih tanya kenapa? Kamu tau nggak akibatnya dari jawabanmu itu apa?” “Aku tau.”“Lalu kenapa menjawab seperti itu, Sophia. Ingat ya perjanjian kita di awal, kita harus berpisah dalam waktu satu tahun, karena aku ingin menikahi wanita yang aku cintai.” “Iya aku tau, tanpa diulang.” jawab Sophia santai. Melihat reaksi Sophia, Shaka mendadak emosi sendiri. Wanita itu terlihat santai sambil memainkan ponselnya yang terus menyala, entah apa yang wanita itu lakukan tapi mampu membuat Shaka benar-benar marah.“Sophia aku sedang berbicara serius.”
Sophia terkejut bukan main ketika melihat Alcand yang tiba-tiba saja datang ke toko bunganya. Ini masih terlalu pagi untuk mereka bertemu, sedangkan Alcand sendiri yang bilang akan datang ke toko sekitar jam sepuluh siang. Tapi ini masih jam delapan pagi dan Alcand sudah ada di tokonya? Mau apa?“Hei … bukannya kesini jam sepuluh ya?” kata Sophia mengingatkan. Alcand mengangguk, dia membenarkan apa yang Sophia katakan. Dia seharusnya datang jam sepuluh siang, tapi karena tidak bisa menahan diri akhirnya Alcand pun datang pagi. Untuk melihat sudah sampai mana persiapan Sophia tentang cafenya. Sion berdehem untuk menyadarkan posisinya, “Kalian saling kenal?” “Astaga Ayah, Phia sampai lupa mau ngomong sama Ayah kalau Mas Alcand ini ngajakin Phia kerjasama. “ jelas Sophia yang benar-benar lupa tentang kerjasama yang sudah mereka bahas satu minggu yang lalu. “Kerjasama apa? Buka toko bunga lagi?” Alcand menggeleng, dia pun mengambil alih apa yang seharusnya Sophia jelaskan. Awalnya Al
Turun dari mobil Shaka langsung menabrak sebuah meja kecil dan menjatuhkan cat kaleng kecil, hingga ada yang tumpah juga. Shaka merasa canggung melihat Petra dan juga Alcand yang secara spontan menatap dirinya. “Ada apa?” tanya Shaka bingung. “Kamu disini juga Shaka?” tanya balik Petra dengan heran. Ya, Petra datang setengah jam yang lalu karena melihat mobil Alcand yang terparkir indah di pinggiran jalan. Petra yang tadinya ingin ke rumah temannya pun berhenti sejenak untuk melihat sedang apa Alcand di tempat ini. Ditambah lagi, Petra juga sempat melihat sekelebatan wanita yang mengenakan dress berwarna putih dengan motif bunga. Kalau tidak salah, baju itu seperti milik Sophia. Tidak mau berpikir buruk, tapi entah kenapa Petra merasa Sophia sedang bersama dengan Alcand. “Iyaa, ini bisnis baru aku sama Alcand, Pi.” jawab Shaka asal. Seketika itu juga Alcand menatap Shaka dengan bingung. Bisnis apa? Bahkan cafe ini seratus persen murni milik Alcand, Shaka tidak ada sangkut pautnya
Sesampainya di toko, Sophia segera turun. Dia tahu betul jika Shaka adalah orang sibuk, itu sebabnya Sophia tidak ingin membuang banyak waktu pria itu hanya untuk mengantar Sophia ke toko. “Terimakasih.” kata Sophia sopan.Shaka hanya diam saja, awalnya dia tidak ingin mampir ke toko bunga milik Sophia. Tapi melihat ayah mertuanya yang seolah menunggu siapa pemilik mobil ini membuat Shaka mendengus. Apalagi Sophia yang langsung turun dari mobil dan Shaka pun mengikutinya dengan cepat.Sophia menoleh kaget, dia pun menatap Shaka dengan tatapan yang sulit diartikan. “Kenapa ikut turun?” tanya Sophia berbisik.“Ada ayahmu, ingat rencana kita!!” Sophia mengangguk, dia pun langsung menggandeng tangan Shaka dengan lembut. Apalagi Shaka yang seolah tengah menuntun Sophia yang berjalannya saja tidak bisa lurus. “Ayah.” sapa Shaka ketika sampai di depan Sion. Untuk melancarkan rencananya dengan baik, pria itu juga sempat menyalami Sion. Setidaknya kesannya harus bagus, jika nanti Sophia da
Apa yang diharapkan terwujud. Asriel dan juga Sophia sudah resmi menjadi suami istri beberapa jam yang lalu. Asriel dengan lantang mampu mengucapkan janji suci yang membuat Sophia gemetar. Padahal Sophia sudah merasa takut jika pernikahannya dengan Asriel akan gagal. Tapi ternyata … “Susah banget sih ini gaun lepasnya.” ucap Sophia. Wanita itu mencoba untuk menurunkan resleting gaun yang berada di punggungnya.Melihat hal itu Asriel pun mencoba membantu Sophia untuk melepaskan gaun yang wanita itu kenakan. Gaun pilihan ibunya yang katanya memberatkan tubuh Sophia. Asriel pikir hanya satu kali saja Sophia gantung baju, ternyata Irana sudah menyiapkan empat gaun untuk Sophia kenakan sampai malam hari untuk resepsi. “Kamu ngapain?” tanya Sophia heran.“Bantu kamu.” Asriel terlalu fokus menatap punggung Sophia yang terpampang jelas sekali di mata Asriel. Tangannya reflek menyentuh punggung itu dan mengusapnya.Sedangkan Sophia, dia sudah mencoba menopang baju bagian depan agar tidak j
Setelah melihat undangan yang sudah jadi, Sophia dan juga Irana memilih untuk pergi ke butik. Irana ingin memilih gaun yang cocok untuk Sophia menikah dengan putranya. Pernikahan ini sudah Irana idamkan sejak dulu, hanya saja putranya tidak ingin menikah jika bukan dengan Sophia. Entah apa maksudnya, Irana juga tidak mempermasalahkan status Sophia yang janda. Karena dengan uang, Asriel bisa mengubah semua identitas Sophia sesuai dengan apa yang dia inginkan. Masuk ke dalam butik, Irana meminta beberapa orang untuk menunjukkan beberapa gaun mewah untuk dipilih Sophia.“Kamu mau pilih yang mana, Phia?” tanya Irana.Sophia bingung dihadapi dengan beberapa gaun mewah di depannya. Sudah dipastikan gaun itu akan terasa berat dan tidak nyaman untuk Sophia kenakan. Mau menolak secara kasar pun juga Sophia sungkan, dipikir nanti Sophia tidak punya sopan santun oleh Irana. “Aku bingung, Tante.” jawab Sophia akhirnya Irana tertawa kecil. Dia pun memilih satu gaun putih bersih nomor dua dari s
“Aaaa sialan!!” umpat Valery. Sepanjang hari ini beritanya hanya satu. Tentang pernikahan Sophia dan juga Asriel yang menjadi berita paling terdepan. Unggahan Asriel membuat beberapa wartawan mulai meliput dan mencari tahu wanita mana yang berhasil dan beruntung menikah dengan pria itu. Dan yang jelas wartawan dengan cepat menemukan wanita yang beruntung itu. Siapa lagi jika bukan Sophia dan yang langsung membuat Valery tidak suka. “Jangan mengumpat, Saverio tahu apa yang kamu katakan, Valery.” ucap Ranu.Ya, keluar dari rumah sakit dan Shaka menceraikan Valery. Wanita itu yang takut hidup miskin dan serba kurang akhirnya memilih menikah dengan Ranu. Sesuai dengan janji yang Shaka katakan waktu itu, dia memberikan sejumlah uang untuk Valery, dengan harapan wanita itu bisa mengelolanya dengan baik. Dan masalah perusahaan Ranu, selama tiga bulan ini sedikit demi sedikit bisa kembali bangkit dan tidak kekurangan biaya apapun. Ranu pikir Shaka akan berbohong dan membiarkan dia hidup gel
Sudah tiga bulan lamanya, setelah pindah rumah Sophia tak lagi pernah melihat sosok Alcand kembali. Pria itu seolah hilang ditelan bumi, tidak lagi pernah mengirim pesan atau mungkin meneleponnya seperti dulu. Bukannya Sophia berharap, tapi setidaknya pria itu mendatangi Sophia sekali saja untuk meminta maaf pada Sophia. Setidaknya mengakui jika dia salah telah membuat Sophia kembali merasakan sakit, padahal Alcand pernah berjanji pada Sophia untuk membuat wanita itu bahagia.Ah ya, tentang Ayu. Karena hubungannya dengan Alcand sudah merenggang, awalnya Sophia ingin memberhentikan Ayu untuk bekerja dengannya di toko bunga. Uang yang Sophia berikan tidak sebanyak yang Alcand berikan pada Ayu setiap bulannya. Tapi yang terjadi, Ayu lebih dulu meminta resign dari kerjanya dan ingin pulang ke kampung. Ibunya sedang sakit dan tidak ada yang merawat ayah dan juga adiknya di kampung, itu sebabnya Ayu memilih untuk pulang kampung dan membuka usaha kecil-kecilan. Setidaknya jika terjadi sesuat
Shaka melemparkan tatapan tajam pada wanita yang baru saja bangun dari tidur panjangnya. Mungkin sekitar tiga hari Valery tidak sadarkan diri setelah pasca melahirkan. Wanita itu masih sibuk menatap bayinya yang ada di sampingnya. Lebih tepatnya masih ada di dalam boxs bayi dan tidur. Selama Valery tidak sadarkan diri, Shaka terus saja memaksa Ranu untuk mengatakan hal sejujurnya pada Shaka tentang Ranu dan juga Valery. Anggap saja Shaka bodoh selama ini, sehingga dia ingin mencekik Valery saat ini juga.Diperhatikan dari kejauhan, Valery pun mengerutkan keningnya heran. “Sayang kamu tidak ingin melihat bayi kita? Atau mungkin memberi nama untuk bayi kita mungkin?” Bayi kita? Setelah Valery melahirkan dan mengetahui kebenarannya, sekalipun Shaka tidak ingin melihat bayi itu. Meskipun suster dan juga para dokter meminta Shaka untuk melihat, atau mungkin menggendong bayi mereka. sekalipun, Shaka tidak menyentuh bayi itu. Rasanya dia benar-benar bodoh selama ini, dibutakan oleh cinta V
Terpantau terlalu jauh, akhirnya Sophia pun menerima ajakan Alucard yang katanya ingin menunjukkan sesuatu pada Sophia. Entah apa yang ingin Alucard tunjukan sehingga mampu membuat Sophia tidak tenang. Sejak pagi hingga sore hari, Sophia terus menerus marah tidak jelas karena penasaran dengan ucapan Alcand. Jika pria itu kembali melamar Sophia, ingat kata Ayu dan juga Ibu, Terima saja mungkin bahagia Sophia ada di tangan Alcand. Tentu saja Sophia juga sudah memikirkan matang-matang jawaban apa yang harus diberikan pada Alcand. Melihat Alcand yang datang, Sophia pun tersenyum sangat cerah. Apalagi Alcand yang baru saja turun dari mobilnya sambil membawa bunga mawar salem kesukaan Sophia. "Terimakasih." ucap Sophia saat menerima rangkaian bunga dari Alcand."Ayo kita pergi sekarang." ajak Alcand. Sophia mengangguk, setelah menaruh bunga yang diberikan di ruang tamu Sophia memilih untuk pergi cepat. Dengan status barunya yang seorang janda, banyak sekali tetangga yang mencibir apalagi
Dua orang pria dewasa tengah duduk santai sambil menikmati segelas wine di tangan mereka. Hampir satu jam lebih mereka hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun, bahkan satu kata pun tidak keluar dari bibir mereka. Tentu saja hal itu membuat suasana menjadi bosan. "Mau sampai kapan berdiam diri terus menerus seperti ini?" ucap salah satunya. Pria yang mengenakan baju merah.Pria berbaju hitam pun mendesah, dia pun menggeleng lalu mengangguk. "Aku juga tidak tahu." "Mau aku kasih saran?" "Apa?" "Lebih baik selesaikan dengan cepat sebelum semuanya berakhir dengan saling menyakiti. Kamu terlihat serius tapi sebenarnya kamu hanya ingin tahu saja kan?"Pria berbaju hitam itu langsung diam. Semua itu tidak benar, apa yang dia lakukan itu benar apa adanya. Dia sangat serius hingga ingin meminang wanita itu untuk menjadi bagian dalam hidupnya. Tapi disisi lain dia sedang menyakinkan dirinya jika apa yang dia rasakan itu adalah rasa cinta, bukan rasa tertarik sesaat yang dimana tidak ada ni
“Bu di depan ada orang yang ingin membeli bunga rangkai.” ucap Ayu.Alis Sophia mengerut secara sempurna. Dia pun menatap Ayu dengan heran, bunga rangkai di depan sudah di pesan oleh seseorang dan satu jam lagi akan diambil oleh orang memesan. Dan sekarang ada orang yang datang untuk membeli bunga rangkai itu? Dengan berjalan tertatih, Sophia pun keluar ruangan nyamannya untuk melihat siapa yang ingin membeli bunga rangkai miliknya. Dan itu adalah Valery yang datang dengan perut buncit nya. Sophia menarik nafasnya, sejujurnya dia paling malas tapi mau bagaimana lagi. Menuruni dua anak tangga untuk bisa berdiri tepat di depan Valery.“Mau apa?” tanya Sophia heran.“Mau apa? Seharusnya tanpa aku jelaskan kamu sudah tau maksud dari kedatanganku, Sophia.” Dan nyatanya sampai saat ini Sophia tidak tahu apa yang dimaksud oleh Valery. Wanita itu datang ke toko bunganya dengan keadaan marah tidak jelas, jika saja Sophia bisa membaca pikiran orang mungkin tanpa diperjelas pun Sophia akan ta
Saka berlari kencang setelah menerima panggilan masuk dari Petra, yang memberi kabar jika Mia mengalami kecelakaan dan tak sadarkan diri. Shaka yang panik pun segera menjumpai Petra yang tengah duduk di depan ruang rawat.“Apa yang terjadi, Pi? Bagaimana hal ini bisa terjadi?” tanya Shaka bertubi-tubi.Petra menggeleng, “Papi juga tidak tahu apa yang terjadi. Ada seseorang yang menerima panggilan Papi, dan orang itu bilang jika Mami kamu kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Mami kamu tidak sadarkan diri selama dua jam, dokter sedang memeriksa dan semoga saja semuanya baik-baik saja.” Shaka juga berharap seperti itu, semoga tidak terjadi sesuatu dengan ibunya. Jantung Shaka berdebar kencang tidak sepertinya biasanya, sesuatu telah terjadi tapi yang ada dipikiran Shaka malah Sophia. Seolah dia ingin sekali memberitahu Sophia jika ibunya mengalami kecelakaan. Tapi detik berikutnya Shaka pun kembali berpikir, untuk apa juga dia memberitahu Sophia tentang hal ini. Toh, wanita itu tidak a