Para pelayan dan penjaga yang berkumpul di tengah rumah, mulai terdengar riuh berbisik-bisik. Mereka saling bertanya apakah orang yang bediri di sebelahnya adalah pelayan yang disuruh oleh Megan. Tak ada yang mau mengaku, justru kini mereka mulai saling menyalahkan.
“Aku melihat kau sering menerima telepon diam-diam.” Tuduh yang satu, lalu mengadu pada Jelny. “Nyonya, aku yakin dia lah orang yang ditempatkan Nyonya Megan di rumah ini.”
Temannya yang dituduh segera membuat pembelaan.
“Tidak, Nyonya, itu tidak betul. Orang tuaku sedang sakit, dan aku menerima telepon dengan diam-diam agar tidak mengganggu pekerjaanku.”
Tak mau kalah, yang lain pun ikut angkat bicara.
“Apakah karena orang tuamu sedang sakit, lantas mungkin kau menerima uang darinya? Mengaku lah jika itu adalah kau, jangan membuat kita semua di dalam masalah.”
Ricuh, saling menuduh dan menyudutkan. Mereka yang setiap harinya terlih
Sejak mendapati di rumah itu sangat banyak pengkhianat, Jupiter memberhentikan seluruh pelayan meski mereka tidak bersalah. Dia mengganti seluruhnya, sebab yang lama sudah tidak bekerja dengan sehat. Jupiter benar-benar menjaga keluarganya dari tangan Megan yang masih berkeliaran di luar sana.“Mereka sudah memberitahu di mana Megan bersembunyi?” Valerie bertanya ketika keduanya diam di atas ranjang.“Belum. Mereka lebih memilih mati daripada mengatakan di mana Megan.”“A-apa maksudmu, Piter?” Valerie tergugup menduga Jupiter mungkin membunuh pelayan yang bersalah itu. Dia tidak bisa menerima jika Jupiter menjadi seseorang yang ... mengerikan.Tersenyum, Piter menggamik lem but pipi calon istri yang sebentar lagi dia nikahi.“Kau sangat takut aku melakukan hal buruk? Vale, aku tidak sejahat itu meski aku memang kejam. Sudah kuserahkan mereka pada yang berwajib setelah lebih dulu memberi pelajaran.”
“Kau merasa bosan di rumah besarmu? Kau merasa kasihan padaku, sehingga datang berkunjung? Valle, biar aku katakan bahwa meski aku penyakitan seperti ini, aku juga bisa tidak membutuhkanmu. Jadi, jangan kau pikir aku sangat peduli jika kau tidak peduli padaku.”Orang sakit juga tidak bisa memiliki sifat angkuh. Meski Nicky sudah tidak berdaya, ketika dia merasa dibuang akan membuat pertahanan dengan berlagak kuat. Valerie tahu itu, dan dia tidak keberatan apalagi merasa tersinggung oleh perkataan adiknya.Tapi Jupiter yang berdiri bersama Rainer jelas saja tidak senang mendengarnya.“Nicky,” panggil Valerie lirih. Perlahan lututnya menunduk, lalu dia berlutut di atas lantai tepat di depan kursi roda milik adiknya. Mata indah yang semakin lesu itu menatap manik sang adik yang menatap tidak langsung pada Valerie. Nicky sengaja tidak memberikan mata tatapan mereka saling bertemu, bisa Valerie rasakan itu. “Aku mencintaimu, bagaimana bi
“Sayang, apa tadi kau sudah meminum vitaminmu?”“Sayang, aku membawakan ini untuk untukmu. Kata orang, pengantin wanita sering gugup di hari pernikahannya. Mungkin kau akan merasa lebih rileks setelah memakan sedikit dari cokelat ini.”“Atau mungkin kau ingin memakan sesuatu yang lain? Jangan biarkan bayi kita kelaparan di dalam sana. Acara pemberkatan bisa saja ditunda beberapa saat asal kau sudah mengisi perutmu.”Valerie hanya bisa diam melihat suaminya bolak balik masuk ke ruangan di mana dia berganti pakaian dibantu dua wanita. Ini sudah yang ke tiga kalinya lelaki itu masuk, mengganggu pekerjaan tukang rias yang kini menjaga jarak dari Valerie. Lihat lah, veil pengantin yang ditempelkan di rambut Valerie bahkan belum terpasang dengan sempurna, lepas sehingga jatuh ke pangkuannya. Dia menatap lelaki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.“Ada apa? Kau tidak suka cokelat? Biasanya kau menyukai i
Gadis bergaun putih itu duduk di depan meja rias, menatap dirinya dari pantulan cermin. Valerie tersenyum, memikirkan dirinya yang kini sudah resmi menjadi istri seorang Jupiter Lemanuel. Valerie tidak pernah menduga dirinya akan menjadi istri dari lelaki itu.“Apa yang kau pikirkan?”Sebuah suara datang dari balik pintu yang baru saja terbuka. Valerie mengalihkan wajahnya ke samping dan melihat sang adik datang dengan kursi rodanya. Gadis remaja berkupluk merah muda itu mendorong kursinya untuk lebih dekat ke tempat sang kakak duduk.“Nicky.” Valerie menatap sendu sang adik. “Ini... benarkah ini nyata, Nicky? Aku... sungguh menjadi istri sekarang?” Dia bingung. Valerie masih berpikir mungkin semua ini hanya lah mimpi yang akan segera menghilang ketika dia terbangun nanti. “Katakan padaku, Nicky, apakah benar aku menjadi istri Jupiter Lemanuel?” katanya lagi, mencubit pipinya lalu meringis menah
Sangat sering Valerie menangis setiap kali mengingat nasib adiknya, tetapi apa yang bisa dia lakukan? Valerie sudah melakukan semampu yang dia bisa, membuat Nicky berobat ke berbagai tempat dan bekerja tanpa henti untuk mencukupi biaya perobatan adiknya. Penyakit ini memang sangat kejam, membuat Nicky menjadi seperti yang sekarang. Tanpa sadar, air mata Valerie jatuh di kedua pipinya, tak kuasa membayangkan bagaimana dirinya akan hidup tanpa Nicky nanti.Apakah Valerie mampu? Dia memang sudah berbahagia dengan pernikahannya. Valerie memiliki dua anak yang akan membuatnya sibuk dan terhibur. Tetapi tetap saja itu tidak bisa membuat Valerie melepaskan adik yang dia urus sejak masih sangat kecil.“Nick, kumohon sembuh lah,” bisiknya hampir tak terdengar.Lihat lah wajah adiknya itu. Bibir mungil Nicky memang tersenyum tetapi raut wajah penuh penderitaan itu tidak bisa Nicky sembunyikan dari Valerie. Rasanya, ingin sekali dia meraung ketika melihat adikn
“Kenapa ini sangat sulit?” keluh Valerie, ketika membuka resleting gaun pengantin di bagian punggungnya. Ini sudah beberapa menit dia mencoba, tetapi entah apa yang menghalangi resleting itu sehingga menyangkut tidak bisa dibuka.Melirik ke arah pintu, belum ada tanda tanda Jupiter akan kembali setelah tadi berlari membawa Nicky ke luar dari kamar mereka.Sekali lagi, Valerie mencobanya. Tetapi tetap saja dia kewalahan. Valerie mendudukkan diri di atas sofa dengan napas berat yang dia embuskan.“Mungkin Piter kembali ke pesta?”Bisa saja seperti itu. Di bawah sana pesta pernikahan mereka masih terus berlanjut. Jupiter sengaja membawa Nicky kembali ke kamar, untuk tidak membuat istrinya kelelahan. Meski dokter berkata kondisi kandungan Valerie sudah membaik, siapa yang menyangka jika kelelahan bisa saja kehamilannya akan beresiko lagi?“Jupiter tidak mungkin meninggalkan pesta secepat itu. Astaga, bagaimana aku akan tid
“Piter,” panggil Valerie lembut. Wajahnya menengadah untuk melihat suami yang tengah bersandar di kepala ranjang. Lelaki itu hanya bergumam untuk menjawab panggilan dari sang istri.Dia diabaikan demi sebuah benda persegi yang menampilkan laporan-laporan pekerjaan yang tidak Valerie mengerti. Valerie menjadi sedikit kesal karenanya.Bukan kah mereka baru saja menikah? Tadi malam adalah malam pertama mereka, dan pagi ini Jupiter sudah sibuk dengan pekerjaan? Tampaknya, lelaki itu seperti tidak ingin dijauhkan dari pekerjaan, bahkan setelah dia memiliki istri.Telunjuk lentik Valerie bermain di dada Jupiter. Dia jalarkan jari jarinya untuk menyusuri bulu-bulu di sekitar dada Jupiter, tak lupa memilinnya sesekali, membuat bulu-bulu itu seperti mainan. Valerie sengaja mencari perhatian dari suami yang masih sibuk dengan MacBoook-nya.Tidak ada respons. Jupiter masih setia dengan pekerjaan yang tak lepas dari matanya.Valerie memajukan bibir
Ketika membuka pintu kamar, Valerie melihat Jupiter tengah berbaring di atas ranjang dengan macbook yang masih setia dia pandangi. Tak ada yang berubah, bahkan posisinya sama persis seperti saat dia berbaring bersama Jupiter di sana. Entah kenapa Valerie merasa kesal sudah berlarian dari bawah sana karena memikir kan suaminya itu. Jangankan untuk berdiri seperti yang Valerie pikirkan, ternyata lelaki itu justru tidak terlalu peduli dengan kedatangannya.Oh lihat lah Jupiter yang hanya melirik sekilas dan bergumam tidak terlalu jelas.“Kau sudah kembali, Sayang? Aku pikir kau akan lama di bawah sana.”Apakah dia berharap Valerie berlama-lama saja di bawah? Sebenarnya, lelaki seperti apa sih suaminya ini? Bukannya senang melihat istrinya kembali, dia justru bertanya demikian. Geram, rasanya ingin Valerie mengomel. Tetapi dia tahan itu agar Jupiter sendiri yang menyadari kesalahannya.Valerie tidak akan mengemis perhatian pada lelaki itu, d
“Aku mencintaimu.”Jupiter memberi kecupan di bibirnya istrinya, memeluk wanita berambut panjang itu. Dia tatap mata indah Valerie, mata yang baginya adalah lautan yang mampu menenggelamkan. Mata itu bagaikan samudra, membuat Jupiter ingin terus berlama-lama tenggelam di sana.“Aku lebih mencintaimu, Suamiku. Tapi, cepat lah ambil bekalnya, anak-anak pasti ingin memakan sesuatu.” Dia dorong dada Jupiter menjauh, mengingatkan suaminya akan pekerjaan yang belum dilaksanakan.“Oh, aku hampir lupa. Wajahmu begitu indah sampai membuatku melupakan segalanya,” puji Jupiter.Valerie memutar matanya. Sejak berapa tahun mereka menikah, lelaki di depannya itu memang sangat senang menggoda dan menggombal. Dia sudah paham tabiat Jupiter tetapi entah kenapa wajahnya selalu bersemu .“Dasar tukang gombal.”“Tidak, aku tidak begitu. Aku sangat menyukai wajah istriku dan itu tidak berbohong,”
“A-apa yang kau katakan, Piter?” Megan kelabakan sekarang, tetapi dia masih mencoba mengelabuhi lelaki yang ada di depannya. Wanita itu menyentuh lengan Jupiter mencoba merayu. “Apakah kau demam, Piter? Aku istrimu, kenapa kau menanyakan ke mana aku pergi? Astaga... kau sangat mencintai istrimu sampai mengigau” katanya.Jupiter bukan orang bodoh. Ya, anggap lah dia sudah bodoh satu minggu ini sehingga tak bisa menyadari siapa yang ada di dekatnya. Jika saja Jupiter tidak terlalu mencintai Valerie, dia pasti bisa melihat betapa bodohnya dia kemarin.Ketika Piter bertanya kenapa Raena diberi susu botol, kala itu dia curiga melihat dada istrinya yang berbeda. Itu tidak seperti pucuk dada milik seseorang yang menyusui. Tapi Jupiter terlalu takut istrinya akan tersinggung, sehingga mengabaikan keganjilan yang dilihatnya. Piter juga curiga akan keanehan Valerie yang sama sekali tidak mempedulikan Rainer. Dia ingin bertanya, tetapi rasa cinta ter
“Ah sial!” Umpatan tak bisa dihindarkan keluar dari mulutnya. Segera Jupiter menghubungi nomor kakaknya untuk mengawasi Valerie di rumah. Jika benar perempuan itu bukan Valerie, dia tidak akan melepaskan Megan kali ini.Siapa lagi jika bukan Megan? Hanya mantan istrinya itu lah satu-satunya orang yang selalu megusik hidupnya selama ini.“Jelny, awasi Valerie di rumah. Jangan biarkan dia pergi sebelum aku tiba di rumah.” Piter berpesan, lalu mematikan ponselnya bahkan sebelum Jelny menyahut dari ujung sana. Lantas dia memacu jalan mobilnya untuk segera kembali ke mansion.**Malam semakin larut membuat pemandangan lebih gelap. Valerie masih berlari di tengah suara hewan malam yang terus memenuhi telinga. Sesekali dia terjatuh, ketika kakinya tidak mampu berlari lagi.“Arh!” Valerie menjerit saat kakinya masuk ke dalam lubang, dan dia menjadi jatuh. “Aw...” eluh
“Valerie, kau belum tidur?”Jelny muncul dari arah lain, mengejutkan Megan yang tengah mengendap-endap keluar dari kamar. Mata gadis itu tertuju pada kantong hitam yang tengah Megan bawa.“Apa yang kau bawa?” tanya Jelny lagi, membuat Megan ingin memecahkan kepala kakak iparnya itu.‘Bukan urusanmu, brengsek! Kenapa kau tidak tidur saja?’“Valerie? Kau mendengarku?”“A-apa?” Megan terkesiap.“Kenapa kau sangat terkejut? Astaga... aku hanya bertanya apa yang kau bawa di kantong hitam itu.”“Ini kotoran Raena,” sahut Megan cepat. “Ya, kotoran Raena. Baunya tidak sedap jika dibiarkan di dalam kamar, jadi aku ingin membuangnya.” Ada saja alasan yang didapat wanita pembohong ini.“Oh, itu. Kenapa kau tak menyuruh pelayan atau pengasuh saja? Valerie, kau baru melahirkan, tidak baik sering-sering naik turun tangga.”&ldqu
‘Bagaimana uangku? Kau tidak ingin aku mengirim gambar ini pada Jupiter, kan?’ sebuah pesan Marius kirimkan dari ponselnya.Tak sampai dua menit, dia sudah menerima balasan untuk pesan itu.‘Datang lah sekarang, aku akan meletakkan uangmu di tempat sampah depan mansion.’Lelaki itu segera bangkit dari duduknya. Valerie yang tengah berbaring di atas dipan kayu, ikut bangkit melihat lelaki itu.“Ke-kenapa?” tanya Valerie, bingung melihat eskpresi tak biasa yang Marius tunjukkan.Marius menghela napas panjang, matanya menatap Valerie tidak tega. Tapi dia tak punya pilihan sekarang, dia harus menjemput uang yang Megan janjikan agar segera bisa pergi membawa Valerie.“Aku akan pergi membeli makanan.”“Ka- kau meninggalkanku sendiri?” Valerie balik bertanya dan tampak ket
‘Tidak... aku tidak mau tertangkap. Tidak mungkin, hidupku tidak boleh berakhir seperti ini.’Megan tak bisa mengatakan apa-apa. Mulutnya kaku, otaknya tak mampu berpikir selain mungkin rahasianya sudah terbongkar sekarang. Dia ingin menutup panggilan itu dan melarikan diri sebelum Jupiter lebih dulu menemukannya.Megan bahkan berpikir untuk kabur menggunakan uang penjualan perhiasan milik Valerie, agar tidak tertangkap oleh Jupiter.“Valerie, kau mendengarku?”Bagaimana ini? Megan mendengarnya, tetapi dia tidak bisa berbicara. Otak kotornya tengah digunakan memikirkan rencana busuk untuk melarikan diri.“Maafkan aku, Valle, aku menyesal.”A-apa itu? Apakah Megan tidak salah mendengar? Jupiter baru saja meminta maaf dan dia berkata menyesal? Megan masih tetap terdiam, ragu mungkin lelaki itu hanya brsandiwara.“Aku memang bodoh, aku tidak memikirkan istriku yang baru menghadapi masa sulit mela
Jupiter termenung di ruang kerjanya. Otaknya berputar keras mengingat Valerie yang terasa aneh belakangan ini. Bukan, dia tidak sibuk seperti yang dia katakan pagi tadi. Jupiter ke kantor hanya ingin menenangkan pikiran dari gangguan istri yang sungguh tidak biasanya.Sekembalinya Valerie dari rumah sakit itu dirasa sangat aneh. Dia tidak seperti Valle yang Piter kenal sabar dan selalu bersikap santai. Menurut Jupiter, Valerie yang sekarang justru sangat berbalik seratus delapan puluh derajat.Bayangkan saja. Seorang wanita yang baru melahirkan, apakah wajar terus-terusan menempel di selangkangan? Valerie adalah gadis yang bersifat manis, penyabar dan dia bukan seseorang yang hanya memikirkan tentang seks. Tapi belakangan ini tangannya terus saja menyentuh milik Jupiter seakan takut benda itu akan hilang begitu saja. Bukankah dia masih berdarah? Bagaimana jika Piter tidak mampu menahan hasrat lalu memaksanya berhubungan intim?Jangan sampai. Piter tidak akan mem
“Aku harus mendapatkan uang, aku harus mendapatkan uang.”Megan berputar-putar di dalam kamar. Kepalanya sudah terasaa akan pecah mencari ide untuk mendapat uang sesegera mungkin. Dia tidak akan membiarkan Marius mengirimkan gambar-gambar itu pada Jupiter, sehingga hidupnya akan berakhir hari ini juga.“Sial! Kemana aku akan mencari uang yang sangat banyak?” umpatnya penuh emosi.Satu juta dolar, dan itu bukan lah jumlah yang sedikit. Dia saja tidak memiliki bahkan seperempat yang diminta oleh lelaki itu, bagaimana bisa dia mengirimkannya dalam waktu singkat? Megan frustasi, rencananya menjadi hancur karena orang yang dia anggap bodoh justru sekarang mengancam dirinya."Orang bodoh itu, kenapa juga aku bisa lalai padanya?" gerutu Megan tak percaya.Ketika dengan Sammy, Megan bisa membuat lelaki itu benar-benar bodoh. Tetapi Marius ternyata berbeda. Lelaki itu hanya menginginkan Valerie sehingga tunduk padanya selama in
“Sayang, apa yang kau berikan pada baby Raena?”Megan sangat terkejut mendengar suara Jupiter di belakangnya. Lelaki itu baru selesai mandi dan berdiri tepat di pintu kamar mandi. Alisnya mengerut melihat botol susu yang tengah dia berikan pada bayi di dalam pangkuannya.“Kau memberinya susu formula?” Sekali lagi, Piter bertanya dari ujung sana, lalu berjalan sangat cepat menuju sofa yang diduduki oleh Megan. “Kenapa kau memberinya susu formula?”‘Sialan... kenapa, sih, dia sangat cepat datang?’ umpat Megan kesal. Dia harus memutar kepalanya sebelum Jupiter bertanya lebih banyak lagi.“Sayang, ini ASI. Sebenarnya aku memerahnya sejak tadi malam, dan memberikan pakai botol untuk Raena. Itu... put.ngku perih, aku tidak tahan,” ucapnya, membuat wajah sedih dan merasa bersalah.Sejak dua hari ini mereka sudah kembali ke rumah. Megan terus menyamar sebagai Valerie, dan harus berpura menyu