“Kenapa ini sangat sulit?” keluh Valerie, ketika membuka resleting gaun pengantin di bagian punggungnya. Ini sudah beberapa menit dia mencoba, tetapi entah apa yang menghalangi resleting itu sehingga menyangkut tidak bisa dibuka.
Melirik ke arah pintu, belum ada tanda tanda Jupiter akan kembali setelah tadi berlari membawa Nicky ke luar dari kamar mereka.
Sekali lagi, Valerie mencobanya. Tetapi tetap saja dia kewalahan. Valerie mendudukkan diri di atas sofa dengan napas berat yang dia embuskan.
“Mungkin Piter kembali ke pesta?”
Bisa saja seperti itu. Di bawah sana pesta pernikahan mereka masih terus berlanjut. Jupiter sengaja membawa Nicky kembali ke kamar, untuk tidak membuat istrinya kelelahan. Meski dokter berkata kondisi kandungan Valerie sudah membaik, siapa yang menyangka jika kelelahan bisa saja kehamilannya akan beresiko lagi?
“Jupiter tidak mungkin meninggalkan pesta secepat itu. Astaga, bagaimana aku akan tid
“Piter,” panggil Valerie lembut. Wajahnya menengadah untuk melihat suami yang tengah bersandar di kepala ranjang. Lelaki itu hanya bergumam untuk menjawab panggilan dari sang istri.Dia diabaikan demi sebuah benda persegi yang menampilkan laporan-laporan pekerjaan yang tidak Valerie mengerti. Valerie menjadi sedikit kesal karenanya.Bukan kah mereka baru saja menikah? Tadi malam adalah malam pertama mereka, dan pagi ini Jupiter sudah sibuk dengan pekerjaan? Tampaknya, lelaki itu seperti tidak ingin dijauhkan dari pekerjaan, bahkan setelah dia memiliki istri.Telunjuk lentik Valerie bermain di dada Jupiter. Dia jalarkan jari jarinya untuk menyusuri bulu-bulu di sekitar dada Jupiter, tak lupa memilinnya sesekali, membuat bulu-bulu itu seperti mainan. Valerie sengaja mencari perhatian dari suami yang masih sibuk dengan MacBoook-nya.Tidak ada respons. Jupiter masih setia dengan pekerjaan yang tak lepas dari matanya.Valerie memajukan bibir
Ketika membuka pintu kamar, Valerie melihat Jupiter tengah berbaring di atas ranjang dengan macbook yang masih setia dia pandangi. Tak ada yang berubah, bahkan posisinya sama persis seperti saat dia berbaring bersama Jupiter di sana. Entah kenapa Valerie merasa kesal sudah berlarian dari bawah sana karena memikir kan suaminya itu. Jangankan untuk berdiri seperti yang Valerie pikirkan, ternyata lelaki itu justru tidak terlalu peduli dengan kedatangannya.Oh lihat lah Jupiter yang hanya melirik sekilas dan bergumam tidak terlalu jelas.“Kau sudah kembali, Sayang? Aku pikir kau akan lama di bawah sana.”Apakah dia berharap Valerie berlama-lama saja di bawah? Sebenarnya, lelaki seperti apa sih suaminya ini? Bukannya senang melihat istrinya kembali, dia justru bertanya demikian. Geram, rasanya ingin Valerie mengomel. Tetapi dia tahan itu agar Jupiter sendiri yang menyadari kesalahannya.Valerie tidak akan mengemis perhatian pada lelaki itu, d
“Piter, ini... kenapa di sini sangat sepi?”Valerie menatap bingung pada bangunan vila yang mereka datangi sebagai tempat untuk berbulan madu. Sepi. Hanya ada mereka dan beberapa pengawal juga pelayan yang sengaja mereka bawa dari mansion. Tak ada barang satu pun orang asing yang mereka temukan di sana. Dia menatap Jupiter dan bangunan yang pintunya dibuka lebar-lebar, menunggu jawaban dari sang suami.“Apakah kita tidak salah tempat?” katanya, saat Jupiter hanya tersenyum menatapnya.Lelaki itu segera memeluk pundak Valerie, meremasnya dengan lembut. Jupiter menempelkan pipinya pada milik Valerie dan berkata dengan sangat romantis.“Tentu saja tidak, Sayang. Aku sengaja menyewa satu resort ini khusus untuk kita berbulan madu. Aku tidak ingin seseorang mengganggu honeymoon yang diinginkan oleh istriku.”Menyewa satu resort? Valerie menelan salivanya.Yang dia ingat, jalan menuju villa ini sangat panj
“Piter, aku tidak ingin makanan pedas!”“Ya, Sayang!”“Piter, es krim ini terlalu banyak mengandung pemanis!”“Baik, Sayag, akan kukatakan pada pelayan untuk menguranginya.”“Piter, ini pakaianmu jangan meletakkannya sembarangan!”“Siap, Sayang!”“Piter, katakan pada pelayan laundry untuk mengganti softener-nya. Aku tidak suka bau seperti ini.”“Tentu, Sayang!”“Piter, baumu sangat tidak enak. Jangan dekat dekat padaku!”Sejak kehamilan Valerie semakin besar, dia menjadi sangat sensitif dalam hal apa pun. Suaranya jika berbicara, jangan ditanyakan lagi. Mungkin jika Jupiter tinggal di rumah kecil yang bertetangga kiri dan kanan, yakin lah para tetangga akan geram mendengar teriakan mereka setiap saat. Belum lagi hidungnya yang selalu tidak bersahabat, semua bau dia benci, tidak suka akan wewangian. Jupiter sa
“Sayang...!”Valerie menjerit sangat keras, membuat Jupiter yang baru saja keluar dari dalam kamar menjadi terkejut luar biasa. Lelaki itu memutar tumitnya cepat dan segera kembali untuk memastikan keadaan sang istri. Tadi, ketika dia akan keluar, Piter meninggalkan Valerie tengah berbaring di atas ranjang. Tetapi ketika dia memasuki kamar itu, betapa terkejut dia melihat istrinya yang berdiri dan bergantung pada meja nakas.Jupiter segera mengejar tempat sang istri yang terlihat panik dan ketakutan. Dia memeluk pinggang Valerie dan bertanya dengan acak.“Kenapa, Sayang? Valerie, katakan ada apa? Kau merasa sakit? Di mana itu? Di sini?” Dia meletakkan tangannya di perut Valerie sembari melihat perut buncit itu.Astaga! Mata Jupiter melebar melihat sesuatu di ujung kaki istrinya. Segera dia berjongkok untuk memastikan penglihatannya.Benar saja. Itu adalah cairan bercampur darah yang terus mengalir dari celah paha Valerie.
“Tuan, begini. Istri Anda...”“Katakan dengan cepat, Dokter! Ada apa dengan istriku?” potong Jupiter sangat cepat, mendahului dokter yang terpaksa menghentikan ucapannya. Lelaki itu sangat tidak sabaran sehingga dia menatap sang dokter tajam. “Katakan, jangan berlama-lama!” katanya lagi, saat baru saja dokter akan membuka mulut untuk bicara.“I-iya, Tuan. Istri... istri Anda tidak kenapa-kenapa. Maksud saya... pembukaannya hanya belum sempurna. Jadi, kita harus menunggu beberapa saat lagi, sampai semua pembukaan lengkap.” Dokter saja sampai terbata bata berbicara.“Hanya ingin mengatakan itu saja kau seperti melihat hantu?” Piter sangat kesal, sejak tadi pikirannya sudah dipenuhi dengan ketakutan luar biasa. “Katakan, berapa lama kita akan menunggu. Dan tentang darah yang keluar, apakah itu normal? Tidak ada sesuatu yang harus ditakutkan?” katanya lagi, tidak bisa membiarkan sedikit in
Bayi mungil yang sangat cantik. Raena Lemanuel, nama yang mereka berikan untuk putri cantik yang baru Valerie lahirkan. Kini bayi itu tertidur dengan lelapnya di dalam dekapan Valerie, dengan pucuk dada ibunya yang masih menempel di dalam mulut. Sepasang suami istri yang tengah berbahagia itu menatap kagum pada keajaiban di depan mereka.“Dia sangat cantik. Adik bayiku sangat cantik.” Rainer masuk dan langsung memuji adik bayinya, membuat pasangan suami istri itu mengalihkan mata untuk melihatnya.“Tentu saja, adik bayimu sangat cantik dan mirip denganmu,” sahut Valerie, tersenyum sangat lembut pada putra pertamanya.“Benarkah?” Mata Rainer berbinar mendengar perkataan ibunya. Anak itu lantas naik ke pangkuan sang ayah untuk bisa melihat lebih dekat lagi wajah baby Raena. “Benar, Raena sangat mirip denganku. Ayah, coba kau lihat, bibir kami berbentuk sama.” Dia berkata girang.Tentu saja itu benar. Rainer da
Brak!Suara benda yang diletakkan kasar di atas meja, mengejutkan lelaki yang tengah duduk di depannya. Marius mengangkat wajah, keningnya mengerut pertanda dia tengah bingung akan sikap wanita yang belakangan ini menjadi kekasihnya. Apalagi melihat Megan dengan wajah garang dan tangan berkacak pinggang, dia tahu wanita itu tengah marah.“Ada apa? Kenapa kau marah-marah tidak jelas?” tanya Marius, tidak senang akan tingkah Megan.“Kau masih bertanya?” Bukannya takut, Megan semakin garang menunjukkan kemarahannya. “Kau masih bisa duduk dengan santainya membaca tabloid? Marius, apakah kau tidak memikirkan rencana kita?”“Tentu saja aku memikirkannya. Tapi kau sendiri yang berkata kita harus menunggu, kan?” Lelaki itu balik bertanya.Beberapa bulan yang lalu, Marius sudah menyusun rencana untuk menculik Valerie di hari pernikahannya, tetapi Megan melarang. Dia menyuruh Marius untuk sedikit bersabar sehin
“Aku mencintaimu.”Jupiter memberi kecupan di bibirnya istrinya, memeluk wanita berambut panjang itu. Dia tatap mata indah Valerie, mata yang baginya adalah lautan yang mampu menenggelamkan. Mata itu bagaikan samudra, membuat Jupiter ingin terus berlama-lama tenggelam di sana.“Aku lebih mencintaimu, Suamiku. Tapi, cepat lah ambil bekalnya, anak-anak pasti ingin memakan sesuatu.” Dia dorong dada Jupiter menjauh, mengingatkan suaminya akan pekerjaan yang belum dilaksanakan.“Oh, aku hampir lupa. Wajahmu begitu indah sampai membuatku melupakan segalanya,” puji Jupiter.Valerie memutar matanya. Sejak berapa tahun mereka menikah, lelaki di depannya itu memang sangat senang menggoda dan menggombal. Dia sudah paham tabiat Jupiter tetapi entah kenapa wajahnya selalu bersemu .“Dasar tukang gombal.”“Tidak, aku tidak begitu. Aku sangat menyukai wajah istriku dan itu tidak berbohong,”
“A-apa yang kau katakan, Piter?” Megan kelabakan sekarang, tetapi dia masih mencoba mengelabuhi lelaki yang ada di depannya. Wanita itu menyentuh lengan Jupiter mencoba merayu. “Apakah kau demam, Piter? Aku istrimu, kenapa kau menanyakan ke mana aku pergi? Astaga... kau sangat mencintai istrimu sampai mengigau” katanya.Jupiter bukan orang bodoh. Ya, anggap lah dia sudah bodoh satu minggu ini sehingga tak bisa menyadari siapa yang ada di dekatnya. Jika saja Jupiter tidak terlalu mencintai Valerie, dia pasti bisa melihat betapa bodohnya dia kemarin.Ketika Piter bertanya kenapa Raena diberi susu botol, kala itu dia curiga melihat dada istrinya yang berbeda. Itu tidak seperti pucuk dada milik seseorang yang menyusui. Tapi Jupiter terlalu takut istrinya akan tersinggung, sehingga mengabaikan keganjilan yang dilihatnya. Piter juga curiga akan keanehan Valerie yang sama sekali tidak mempedulikan Rainer. Dia ingin bertanya, tetapi rasa cinta ter
“Ah sial!” Umpatan tak bisa dihindarkan keluar dari mulutnya. Segera Jupiter menghubungi nomor kakaknya untuk mengawasi Valerie di rumah. Jika benar perempuan itu bukan Valerie, dia tidak akan melepaskan Megan kali ini.Siapa lagi jika bukan Megan? Hanya mantan istrinya itu lah satu-satunya orang yang selalu megusik hidupnya selama ini.“Jelny, awasi Valerie di rumah. Jangan biarkan dia pergi sebelum aku tiba di rumah.” Piter berpesan, lalu mematikan ponselnya bahkan sebelum Jelny menyahut dari ujung sana. Lantas dia memacu jalan mobilnya untuk segera kembali ke mansion.**Malam semakin larut membuat pemandangan lebih gelap. Valerie masih berlari di tengah suara hewan malam yang terus memenuhi telinga. Sesekali dia terjatuh, ketika kakinya tidak mampu berlari lagi.“Arh!” Valerie menjerit saat kakinya masuk ke dalam lubang, dan dia menjadi jatuh. “Aw...” eluh
“Valerie, kau belum tidur?”Jelny muncul dari arah lain, mengejutkan Megan yang tengah mengendap-endap keluar dari kamar. Mata gadis itu tertuju pada kantong hitam yang tengah Megan bawa.“Apa yang kau bawa?” tanya Jelny lagi, membuat Megan ingin memecahkan kepala kakak iparnya itu.‘Bukan urusanmu, brengsek! Kenapa kau tidak tidur saja?’“Valerie? Kau mendengarku?”“A-apa?” Megan terkesiap.“Kenapa kau sangat terkejut? Astaga... aku hanya bertanya apa yang kau bawa di kantong hitam itu.”“Ini kotoran Raena,” sahut Megan cepat. “Ya, kotoran Raena. Baunya tidak sedap jika dibiarkan di dalam kamar, jadi aku ingin membuangnya.” Ada saja alasan yang didapat wanita pembohong ini.“Oh, itu. Kenapa kau tak menyuruh pelayan atau pengasuh saja? Valerie, kau baru melahirkan, tidak baik sering-sering naik turun tangga.”&ldqu
‘Bagaimana uangku? Kau tidak ingin aku mengirim gambar ini pada Jupiter, kan?’ sebuah pesan Marius kirimkan dari ponselnya.Tak sampai dua menit, dia sudah menerima balasan untuk pesan itu.‘Datang lah sekarang, aku akan meletakkan uangmu di tempat sampah depan mansion.’Lelaki itu segera bangkit dari duduknya. Valerie yang tengah berbaring di atas dipan kayu, ikut bangkit melihat lelaki itu.“Ke-kenapa?” tanya Valerie, bingung melihat eskpresi tak biasa yang Marius tunjukkan.Marius menghela napas panjang, matanya menatap Valerie tidak tega. Tapi dia tak punya pilihan sekarang, dia harus menjemput uang yang Megan janjikan agar segera bisa pergi membawa Valerie.“Aku akan pergi membeli makanan.”“Ka- kau meninggalkanku sendiri?” Valerie balik bertanya dan tampak ket
‘Tidak... aku tidak mau tertangkap. Tidak mungkin, hidupku tidak boleh berakhir seperti ini.’Megan tak bisa mengatakan apa-apa. Mulutnya kaku, otaknya tak mampu berpikir selain mungkin rahasianya sudah terbongkar sekarang. Dia ingin menutup panggilan itu dan melarikan diri sebelum Jupiter lebih dulu menemukannya.Megan bahkan berpikir untuk kabur menggunakan uang penjualan perhiasan milik Valerie, agar tidak tertangkap oleh Jupiter.“Valerie, kau mendengarku?”Bagaimana ini? Megan mendengarnya, tetapi dia tidak bisa berbicara. Otak kotornya tengah digunakan memikirkan rencana busuk untuk melarikan diri.“Maafkan aku, Valle, aku menyesal.”A-apa itu? Apakah Megan tidak salah mendengar? Jupiter baru saja meminta maaf dan dia berkata menyesal? Megan masih tetap terdiam, ragu mungkin lelaki itu hanya brsandiwara.“Aku memang bodoh, aku tidak memikirkan istriku yang baru menghadapi masa sulit mela
Jupiter termenung di ruang kerjanya. Otaknya berputar keras mengingat Valerie yang terasa aneh belakangan ini. Bukan, dia tidak sibuk seperti yang dia katakan pagi tadi. Jupiter ke kantor hanya ingin menenangkan pikiran dari gangguan istri yang sungguh tidak biasanya.Sekembalinya Valerie dari rumah sakit itu dirasa sangat aneh. Dia tidak seperti Valle yang Piter kenal sabar dan selalu bersikap santai. Menurut Jupiter, Valerie yang sekarang justru sangat berbalik seratus delapan puluh derajat.Bayangkan saja. Seorang wanita yang baru melahirkan, apakah wajar terus-terusan menempel di selangkangan? Valerie adalah gadis yang bersifat manis, penyabar dan dia bukan seseorang yang hanya memikirkan tentang seks. Tapi belakangan ini tangannya terus saja menyentuh milik Jupiter seakan takut benda itu akan hilang begitu saja. Bukankah dia masih berdarah? Bagaimana jika Piter tidak mampu menahan hasrat lalu memaksanya berhubungan intim?Jangan sampai. Piter tidak akan mem
“Aku harus mendapatkan uang, aku harus mendapatkan uang.”Megan berputar-putar di dalam kamar. Kepalanya sudah terasaa akan pecah mencari ide untuk mendapat uang sesegera mungkin. Dia tidak akan membiarkan Marius mengirimkan gambar-gambar itu pada Jupiter, sehingga hidupnya akan berakhir hari ini juga.“Sial! Kemana aku akan mencari uang yang sangat banyak?” umpatnya penuh emosi.Satu juta dolar, dan itu bukan lah jumlah yang sedikit. Dia saja tidak memiliki bahkan seperempat yang diminta oleh lelaki itu, bagaimana bisa dia mengirimkannya dalam waktu singkat? Megan frustasi, rencananya menjadi hancur karena orang yang dia anggap bodoh justru sekarang mengancam dirinya."Orang bodoh itu, kenapa juga aku bisa lalai padanya?" gerutu Megan tak percaya.Ketika dengan Sammy, Megan bisa membuat lelaki itu benar-benar bodoh. Tetapi Marius ternyata berbeda. Lelaki itu hanya menginginkan Valerie sehingga tunduk padanya selama in
“Sayang, apa yang kau berikan pada baby Raena?”Megan sangat terkejut mendengar suara Jupiter di belakangnya. Lelaki itu baru selesai mandi dan berdiri tepat di pintu kamar mandi. Alisnya mengerut melihat botol susu yang tengah dia berikan pada bayi di dalam pangkuannya.“Kau memberinya susu formula?” Sekali lagi, Piter bertanya dari ujung sana, lalu berjalan sangat cepat menuju sofa yang diduduki oleh Megan. “Kenapa kau memberinya susu formula?”‘Sialan... kenapa, sih, dia sangat cepat datang?’ umpat Megan kesal. Dia harus memutar kepalanya sebelum Jupiter bertanya lebih banyak lagi.“Sayang, ini ASI. Sebenarnya aku memerahnya sejak tadi malam, dan memberikan pakai botol untuk Raena. Itu... put.ngku perih, aku tidak tahan,” ucapnya, membuat wajah sedih dan merasa bersalah.Sejak dua hari ini mereka sudah kembali ke rumah. Megan terus menyamar sebagai Valerie, dan harus berpura menyu