Halaman besar itu seketika menjadi ramai, saat seorang wanita menapakkan kaki turun dari dalam mobil. Tarikan napas tertahan dari para pelayan terdengar bersahutan, mata mereka ikut membulat lebar. Di depan sana, mereka bisa melihat wanita berwajah sama dengan nyonya yang selama ini ada di dalam rumah.
“Apakah benar desas-desus itu? Nyonya Megan yang ada di rumah ini ... benar kah dia seorang penipu?”
“Ini gila. Lihat, mereka terlihat sama tanpa sedikit pun perbedaan.”
“Ya Tuhan ... aku tak bisa mempercayai semua ini!”
Mereka mengeluarkan suara yang sejak tadi hanya tertahan di pikiran.
“Sttt .... berhenti lah. Lihat, Tuan Besar sudah keluar.”
Salah satu dari mereka memperingatkan kala melihat Kakek Paul datang dari arah dalam. Lantas, semua orang menunduk sangat dalam.
Wanita berpakaian rapi tapi tidak terlalu mewah. Megan, dengan dikawal dua penjaga mulai melangkah menaiki anak tangga.
“Valerie?” panggil Jupiter. Matanya sedikit memicing menatap Valerie yang kini menegang di tempatnya. Gadis itu tampak gugup dengan ekspresinya, membuat Jupiter ikut gemetar. “Kau yang ... menginginkannya?”Bagaimana bisa Valerie yang menginginkannya? Jupiter sudah percaya sepenuhnya pada gadis yang bahkan tadi malam dia lamar, dan ini lah balasan yang dia dengarkan sekarang? Jupiter meremas kedua tangan yang menggantung di bawah pahanya, untuk menekan emosi di dalam dada. Jupiter tidak ingin mempercayai apa yang baru saja dia dengar.“Piter, kesalahanku tak bisa dimaafkan begitu saja, aku tahu itu. Tapi, apa kau tidak memikirkan putra kita? Bagaimana kau bisa membiarkannya diasuh oleh wanita picik itu? Dia lah yang membuat kita menjadi seperti ini, Piter.” Megan menatap Jupiter dengan mata berkaca-kaca, memberi pengertian untuk mantan suaminya.Bergeming. Jupiter hanya berdiri diam di tempatnya, tanpa membalas ucapan dari Meg
‘Tentu saja aku bisa melakukan apa pun, Jupiter. Dan mengambilmu kembali adalah hal yang mudah bagiku.’ Megan berkata dalam pikirannya.“Jika aku mengatakannya, apakah kau akan percaya begitu saja?” Megan mengulur waktu, menunggu respon dari Jupiter. Tapi sampai dia menunggu beberapa detik, lelaki itu tetap bergeming di tempatnya.Apakah mungkin Jupiter sudah mulai terpengaruh? Ah ... pasti lah lelaki itu menjadi sangat bimbang sekarang, sampai-sampai dia tak tahu akan menunjukkan respon seperti apa di depan orang-orang. Dan Kakek Paul yang tampaknya acuh di sana, membuat Megan semakin senang. Mungkin orang tua itu sudah tidak terlalu membencinya, setelah Megan menunjukkan bukti kejahatan Patricia?“Katakan apa yang ingin kau jelaskan.” Suara Jupiter terdengar, menarik Megan dari pikiran panjangnya.Bagus. Akhirnya Jupiter penasaran ingin mendengar penjelasan dari Megan.Merasa rencananya berjalan lancar, kini Me
Cengkraman tangan Jupiter semakin erat di leher mantan istrinya. Wajah Megan sudah memerah padam, menahan sakit di sana. Tangannya berusaha menggapai pergelangan Jupiter, meminta lelaki itu untuk melepaskannya, tapi tak sedikit pun Jupiter berniat melepaskan cengkraman yang justru semakin dipererat itu.Jika sebentar lagi saja Jupiter mencekiknya, yakin lah Megan akan kehilangan napasnya.Tidak ... Valerie tidak akan membiarkan Jupiter menjadi pembunuh. Megan memang kejam, picik dan penuh kebohongan. Tapi tak ada alasan untuk membenarkan tindakan Jupiter menjadi seorang pembunuh.Tergesa, Valerie berlari mengejar Jupiter dan memegangi tangan lelaki itu.“Piter, lepaskan! Kau akan menjadi pembunuh jika mencekiknya lebih lama lagi!”“Dia pantas mati. Wanita seperti dia tak ada gunanya hidup di dunia ini!” Suara Jupiter pelan, tapi penuh dengan keyakinan di sana.Ya Tuhan ... jantung Valerie teras
Orang-orang jahat sudah mendapat ganjarannya, tapi tidak cukup untuk membuat mansion keluarga Lemanuel lantas kembali tenang. Sejak Rainer meninggalkan ruang keluarga pagi tadi, anak itu sama sekali tidak keluar dari kamarnya. Bahkan, ketika pelayan memanggil Rainer untuk makan pun, dia tidak menjawab sama sekali.Hal itu membuat Valerie menjadi sangat sedih juga merasa bersalah. Membayangkan pasti lah Rainer sulit menerima kenyataan yang terjadi di dalam keluarganya.Gadis itu berinisiatif ingin mendatangi Rainer, mencoba membujuk agar Rainer mau mendengarkan penjelasannya.“Rainer, bisa kau buka pintunya untuk ibu?” Valerie berkata setelah lebih dulu mengetuk pintu kamar Rainer.Hening. Tak ada jawaban dari dalam sana.Sekali lagi Valerie mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu di depan mata, dan memanggil nama anak berusia delapan tahun itu.“Rainer, ini ibu. Bisa kau buka pintunya, Sayang?”Tetap he
“Apa maksudmu kembali ke tempat yang semestinya? Kau ingin pergi? Kau ... kau ingin aku hidup dalam pesakitan dengan melepaskanmu?”Kekesalan Jupiter untuk Megan dan Sammy saja belum lagi benar-benar padam, dan dia mendapat perkataan yang tidak ingin dia dengar. Jupiter menjadi kembali tersulut amarah, tapi berusaha menekan emosinya ke dalam. Ini terlalu melelahkan setelah beberapa hari belakangan dia terlalu sibuk menemukan kejahatan Megan.“Piter, jangan menjadi egois. Rainer pasti sangat tertekan oleh semua ini, dan kau ingin dia melihat kita tetap bersama? Bagaimana pun besarnya kesalahan yang Megan lakukan, dia tetap lah ibunya Rainer. Sebenci apa pun Rainer terhadap Megan sekarang ini, dia akan lebih membenciku dengan terus berada di sisimu. Kau tidak mengerti perasaan putramu?” Valerie mencoba menjelasakan dari sisi Rainer, berharap Jupiter akan sedikit mengerti.Oleh kebenciannya terhadap Megan, Jupiter lantas semakin kesal.
Pertengkaran antara Valle dan Jupiter sudah tak terdengar lagi. Bukan hanya pertengkaran, bahkan berbicara biasa pun tak terdengar di dalam kamar itu. Jupiter memilih pulang sangat larut malam untuk menghindari Valerie akan membahas hal yang tidak dia inginkan.Ketika memasuki kamar, Piter melihat Valerie sudah terlelap di atas ranjang. Tubuh kecilnya meringkuk tanpa mengenakan selimut untuk menghangatkan. Pakaian yang di kenakan gadis itu pun masih sama dengan yang Jupiter lihat siang tadi. Bukti bahwa Valerie bahkan tidak berganti pakaian.“Kau marah padaku? Kau tersakiti oleh ucapanku?” bisik Jupiter, sembari menutupkan selimut di atas tubuh sang gadis.Masih jelas terlihat sisa air mata di dua bola yang tertutup dengan sempurna. Kelopak matanya membengkak, membuktikan Valerie sudah menangis sangat lama. Jupiter semakin merasa bersalah, sudah membuat gadisnya menangis hingga ketiduran.“Maafkan aku. Tak ada maksudku untuk membua
Gemetar langkahnya menuruni anak tangga yang tinggal beberapa tingkat. Di bawah sana, Valerie bisa melihat Kakek Paul tengah duduk di atas sofa. Sebelah kaki disilangkan di atas kaki yang lain, dan wajah lurus menatap Valerie yang kini sudah berhasil menuruni tangga. Valerie menunduk, tidak berani membalas tatapan dari orang tua itu.“Duduk lah, mari bicara.” Kakek Paul mempersilakan.Meski Kakek Paul tidak membentaknya seperti yang sudah-sudah, tetap saja ketakutan Valerie tidak menghilang begitu saja. Justru, gadis itu menjadi was-was, tak biasanya orang tua di depannya ini tidak langsung menyerang Valerie dengan kata-kata kejam dan mematikan. Ini terasa seperti dirinya akan mendengar vonis hukuman mati dari seorang hakim yang berkuasa.“Siapa namamu? Aku tidak punya waktu untuk mengingat nama seseorang.” Sekali lagi, suara Kakek Paul terdengar. Mungkin itu pelan, tapi tidak lantas bisa dianggap bersahabat.“A-aku Valerie.
Dua tangan Valerie bertaut saling mencengkram. Berusaha keras dia membuat gerakan gemetar itu berhenti, tapi usahanya akan selalu sia-sia. Oleh tekanan dari dalam diri membuat sang gadis tak mampu untuk mengendalikan tubuh mungilnya. Bibir bergetar, dua bola mata pun terhenti di satu titik. Tak kuasa mengangkat mata itu untuk meninggalkan lantai tempat kakinya berpijak.Ini kah? Seperti ini kah akhir dari cinta yang dia bangun? Sesakit ini kah ujungnya, saat menyadari diri ditolak? Jika penolakan itu datang dari Jupiter, Valerie mungkin akan membangun pertahanan diri seingga bisa menjadi wanita yang tegar. Tapi saat Kakek Paul lah yang menyuruhnya pergi, Valerie seakan dilempar sangat jauh, dihadapkan dengan pilihan membunuh dirinya. Sangat sakit dan sulit untuk dia terima, namun tak mungkin berani menentang.“Kau mendengarku, Valerie?”Suara orang tua itu terdengar lagi. Valerie bisa mendengarnya dengan jelas, tapi bibir tak kuasa untuk menjawab per
“Aku mencintaimu.”Jupiter memberi kecupan di bibirnya istrinya, memeluk wanita berambut panjang itu. Dia tatap mata indah Valerie, mata yang baginya adalah lautan yang mampu menenggelamkan. Mata itu bagaikan samudra, membuat Jupiter ingin terus berlama-lama tenggelam di sana.“Aku lebih mencintaimu, Suamiku. Tapi, cepat lah ambil bekalnya, anak-anak pasti ingin memakan sesuatu.” Dia dorong dada Jupiter menjauh, mengingatkan suaminya akan pekerjaan yang belum dilaksanakan.“Oh, aku hampir lupa. Wajahmu begitu indah sampai membuatku melupakan segalanya,” puji Jupiter.Valerie memutar matanya. Sejak berapa tahun mereka menikah, lelaki di depannya itu memang sangat senang menggoda dan menggombal. Dia sudah paham tabiat Jupiter tetapi entah kenapa wajahnya selalu bersemu .“Dasar tukang gombal.”“Tidak, aku tidak begitu. Aku sangat menyukai wajah istriku dan itu tidak berbohong,”
“A-apa yang kau katakan, Piter?” Megan kelabakan sekarang, tetapi dia masih mencoba mengelabuhi lelaki yang ada di depannya. Wanita itu menyentuh lengan Jupiter mencoba merayu. “Apakah kau demam, Piter? Aku istrimu, kenapa kau menanyakan ke mana aku pergi? Astaga... kau sangat mencintai istrimu sampai mengigau” katanya.Jupiter bukan orang bodoh. Ya, anggap lah dia sudah bodoh satu minggu ini sehingga tak bisa menyadari siapa yang ada di dekatnya. Jika saja Jupiter tidak terlalu mencintai Valerie, dia pasti bisa melihat betapa bodohnya dia kemarin.Ketika Piter bertanya kenapa Raena diberi susu botol, kala itu dia curiga melihat dada istrinya yang berbeda. Itu tidak seperti pucuk dada milik seseorang yang menyusui. Tapi Jupiter terlalu takut istrinya akan tersinggung, sehingga mengabaikan keganjilan yang dilihatnya. Piter juga curiga akan keanehan Valerie yang sama sekali tidak mempedulikan Rainer. Dia ingin bertanya, tetapi rasa cinta ter
“Ah sial!” Umpatan tak bisa dihindarkan keluar dari mulutnya. Segera Jupiter menghubungi nomor kakaknya untuk mengawasi Valerie di rumah. Jika benar perempuan itu bukan Valerie, dia tidak akan melepaskan Megan kali ini.Siapa lagi jika bukan Megan? Hanya mantan istrinya itu lah satu-satunya orang yang selalu megusik hidupnya selama ini.“Jelny, awasi Valerie di rumah. Jangan biarkan dia pergi sebelum aku tiba di rumah.” Piter berpesan, lalu mematikan ponselnya bahkan sebelum Jelny menyahut dari ujung sana. Lantas dia memacu jalan mobilnya untuk segera kembali ke mansion.**Malam semakin larut membuat pemandangan lebih gelap. Valerie masih berlari di tengah suara hewan malam yang terus memenuhi telinga. Sesekali dia terjatuh, ketika kakinya tidak mampu berlari lagi.“Arh!” Valerie menjerit saat kakinya masuk ke dalam lubang, dan dia menjadi jatuh. “Aw...” eluh
“Valerie, kau belum tidur?”Jelny muncul dari arah lain, mengejutkan Megan yang tengah mengendap-endap keluar dari kamar. Mata gadis itu tertuju pada kantong hitam yang tengah Megan bawa.“Apa yang kau bawa?” tanya Jelny lagi, membuat Megan ingin memecahkan kepala kakak iparnya itu.‘Bukan urusanmu, brengsek! Kenapa kau tidak tidur saja?’“Valerie? Kau mendengarku?”“A-apa?” Megan terkesiap.“Kenapa kau sangat terkejut? Astaga... aku hanya bertanya apa yang kau bawa di kantong hitam itu.”“Ini kotoran Raena,” sahut Megan cepat. “Ya, kotoran Raena. Baunya tidak sedap jika dibiarkan di dalam kamar, jadi aku ingin membuangnya.” Ada saja alasan yang didapat wanita pembohong ini.“Oh, itu. Kenapa kau tak menyuruh pelayan atau pengasuh saja? Valerie, kau baru melahirkan, tidak baik sering-sering naik turun tangga.”&ldqu
‘Bagaimana uangku? Kau tidak ingin aku mengirim gambar ini pada Jupiter, kan?’ sebuah pesan Marius kirimkan dari ponselnya.Tak sampai dua menit, dia sudah menerima balasan untuk pesan itu.‘Datang lah sekarang, aku akan meletakkan uangmu di tempat sampah depan mansion.’Lelaki itu segera bangkit dari duduknya. Valerie yang tengah berbaring di atas dipan kayu, ikut bangkit melihat lelaki itu.“Ke-kenapa?” tanya Valerie, bingung melihat eskpresi tak biasa yang Marius tunjukkan.Marius menghela napas panjang, matanya menatap Valerie tidak tega. Tapi dia tak punya pilihan sekarang, dia harus menjemput uang yang Megan janjikan agar segera bisa pergi membawa Valerie.“Aku akan pergi membeli makanan.”“Ka- kau meninggalkanku sendiri?” Valerie balik bertanya dan tampak ket
‘Tidak... aku tidak mau tertangkap. Tidak mungkin, hidupku tidak boleh berakhir seperti ini.’Megan tak bisa mengatakan apa-apa. Mulutnya kaku, otaknya tak mampu berpikir selain mungkin rahasianya sudah terbongkar sekarang. Dia ingin menutup panggilan itu dan melarikan diri sebelum Jupiter lebih dulu menemukannya.Megan bahkan berpikir untuk kabur menggunakan uang penjualan perhiasan milik Valerie, agar tidak tertangkap oleh Jupiter.“Valerie, kau mendengarku?”Bagaimana ini? Megan mendengarnya, tetapi dia tidak bisa berbicara. Otak kotornya tengah digunakan memikirkan rencana busuk untuk melarikan diri.“Maafkan aku, Valle, aku menyesal.”A-apa itu? Apakah Megan tidak salah mendengar? Jupiter baru saja meminta maaf dan dia berkata menyesal? Megan masih tetap terdiam, ragu mungkin lelaki itu hanya brsandiwara.“Aku memang bodoh, aku tidak memikirkan istriku yang baru menghadapi masa sulit mela
Jupiter termenung di ruang kerjanya. Otaknya berputar keras mengingat Valerie yang terasa aneh belakangan ini. Bukan, dia tidak sibuk seperti yang dia katakan pagi tadi. Jupiter ke kantor hanya ingin menenangkan pikiran dari gangguan istri yang sungguh tidak biasanya.Sekembalinya Valerie dari rumah sakit itu dirasa sangat aneh. Dia tidak seperti Valle yang Piter kenal sabar dan selalu bersikap santai. Menurut Jupiter, Valerie yang sekarang justru sangat berbalik seratus delapan puluh derajat.Bayangkan saja. Seorang wanita yang baru melahirkan, apakah wajar terus-terusan menempel di selangkangan? Valerie adalah gadis yang bersifat manis, penyabar dan dia bukan seseorang yang hanya memikirkan tentang seks. Tapi belakangan ini tangannya terus saja menyentuh milik Jupiter seakan takut benda itu akan hilang begitu saja. Bukankah dia masih berdarah? Bagaimana jika Piter tidak mampu menahan hasrat lalu memaksanya berhubungan intim?Jangan sampai. Piter tidak akan mem
“Aku harus mendapatkan uang, aku harus mendapatkan uang.”Megan berputar-putar di dalam kamar. Kepalanya sudah terasaa akan pecah mencari ide untuk mendapat uang sesegera mungkin. Dia tidak akan membiarkan Marius mengirimkan gambar-gambar itu pada Jupiter, sehingga hidupnya akan berakhir hari ini juga.“Sial! Kemana aku akan mencari uang yang sangat banyak?” umpatnya penuh emosi.Satu juta dolar, dan itu bukan lah jumlah yang sedikit. Dia saja tidak memiliki bahkan seperempat yang diminta oleh lelaki itu, bagaimana bisa dia mengirimkannya dalam waktu singkat? Megan frustasi, rencananya menjadi hancur karena orang yang dia anggap bodoh justru sekarang mengancam dirinya."Orang bodoh itu, kenapa juga aku bisa lalai padanya?" gerutu Megan tak percaya.Ketika dengan Sammy, Megan bisa membuat lelaki itu benar-benar bodoh. Tetapi Marius ternyata berbeda. Lelaki itu hanya menginginkan Valerie sehingga tunduk padanya selama in
“Sayang, apa yang kau berikan pada baby Raena?”Megan sangat terkejut mendengar suara Jupiter di belakangnya. Lelaki itu baru selesai mandi dan berdiri tepat di pintu kamar mandi. Alisnya mengerut melihat botol susu yang tengah dia berikan pada bayi di dalam pangkuannya.“Kau memberinya susu formula?” Sekali lagi, Piter bertanya dari ujung sana, lalu berjalan sangat cepat menuju sofa yang diduduki oleh Megan. “Kenapa kau memberinya susu formula?”‘Sialan... kenapa, sih, dia sangat cepat datang?’ umpat Megan kesal. Dia harus memutar kepalanya sebelum Jupiter bertanya lebih banyak lagi.“Sayang, ini ASI. Sebenarnya aku memerahnya sejak tadi malam, dan memberikan pakai botol untuk Raena. Itu... put.ngku perih, aku tidak tahan,” ucapnya, membuat wajah sedih dan merasa bersalah.Sejak dua hari ini mereka sudah kembali ke rumah. Megan terus menyamar sebagai Valerie, dan harus berpura menyu