Begitu mengungkit nama Irene, Melvina langsung merasa marah. Dulu, setelah kecelakaan itu, di beberapa pertemuan kalangan atas, Melvina sering mendengar beberapa orang bergunjing tentang jatuhnya Keluarga Susanto dan sejenisnya, membuatnya merasa sangat malu.Sampai setelah kakaknya berpacaran dengan Hannah, barulah orang-orang tidak mengucapkan hal-hal seperti itu lagi."Irene itu pembawa sial bagi Keluarga Susanto. Untungnya, pada saat itu, Kakak langsung putus dengannya. Dia sama sekali nggak layak untuk Kakak. Dengar-dengar, sekarang, dia menjadi penyapu jalanan. Sungguh memalukan! Kenapa dulu dia hanya dihukum tiga tahun? Menurutku, dia setidaknya harus dihukum 10 sampai 20 tahun!" kata Melvina dengan ekspresi penuh kebencian terhadap Irene. Namun, mendengar ucapannya, Martin malah menjadi makin ketakutan.Harus diketahui, sekarang, Irene sudah menjadi orangnya Michael! Kalaupun Michael tidak menyatakan hubungan mereka dengan jelas, sebagai seorang pria, Martin kira-kira sudah bis
"Kalau begitu, menurutmu, apakah dia akan bersedia untuk tetap berada di sisiku?" tanya Michael.Charles merasa terkejut, dia berkata, "Apakah Tuan Michael menginginkan agar Nona Irene tetap berada di sisi Anda?" Bukankah permainan ini akan berakhir begitu Michael memberi tahu Irene identitas aslinya?Apakah Michael benar-benar sudah memiliki perasaan yang sangat mendalam terhadap Irene?Sambil memikirkan hal ini, mata Charles terbelalak. "Tuan Michael, Anda ..." kata Charles, tetapi dia tiba-tiba membungkam."Katakan!" seru Michael."Tuan Michael, apakah Anda mencintai Nona Irene?" tanya Charles. Apakah ini alasan mengapa Michael sangat bersemangat tentang permainan ini, sehingga dia diam-diam melakukan begitu banyak hal untuk Irene dan menginginkan Irene untuk tetap berada di sisinya meskipun permainan ini sudah berakhir?Ekspresi Michael pelan-pelan menjadi kaku.Bagaimana mungkin dia mencintai Irene? Bagaimana mungkin dia bisa mencintai seorang wanita? Apakah contoh ayahnya masih b
Terkadang, Jason dan sekelompok temannya juga suka bertaruh, apakah pacar barunya Kris bisa mengakhiri hidup lajang Kris atau tidak. Namun, mereka selalu kalah.Di luar, Kris terlihat sangat sopan. Namun, kenyataannya, dia sangat dingin."Baik, baik, aku mengerti, gelang ini nggak boleh disentuh," kata Jason. Dia juga tidak terkejut. Lagi pula, semua orang yang sudah kenal lama dengan Kris akan tahu bahwa Kris sangat menghargai gelang perak ini dan tidak pernah membiarkan orang lain menyentuhnya.Tepat pada saat ini, sebuah sosok berjalan menghampiri mereka. Begitu Jason melihatnya, ternyata itu Rovida Claudia, pacar terbarunya Kris. Rovida juga merupakan bintang baru di industri hiburan. Akhir-akhir ini, dia sangat terkenal dan sedang melakukan banyak pekerjaan.Tentu saja, semuanya berkat Kris.Sebagai tokoh besar di industri hiburan, Kris menguasai perusahaan hiburan terbesar di seluruh dunia. Membuat seseorang menjadi terkenal tentu saja adalah sebuah hal yang sangat mudah baginya.
Bahkan saat wanita itu terlalu dekat dengannya, dia merasa jijik.Seperti yang diduga, saat dia memeluk wanita lain, rasanya berbeda sekali dari saat dia memeluk Irene.Saat Michael tiba di depan kamar kontrakan Irene, dia berjongkok dan mengeluarkan kunci cadangan dari bawah keset di depan pintu. Irene suka menaruh kunci cadangan di tempat ini, katanya supaya dia tetap bisa masuk jika dia lupa membawa kunci.Michael membuka pintu kamar. Lampu kamar masih menyala. Pada saat ini, sosok wanita yang kurus itu sedang duduk di samping meja sambil tidur bersandar di atas meja.Michael menatap wajah Irene yang sedang tidur di bawah cahaya lampu. Irene terlihat sangat tenang, hingga perasaan Michael juga seakan-akan ikut menjadi tenang.Michael mengangkat tangannya dan menyingkirkan rambut di pipi Irene dengan pelan. Sepertinya, jika dia melihat Irene seperti ini seumur hidupnya, dia juga tidak akan merasa bosan.Sesaat kemudian, Michael membungkukkan badannya dan menggendong Irene dari kursi
Pada akhir pekan, Irene mendapatkan giliran istirahat yang jarang sekali didapatkan dan Leni pun membawanya pergi jalan-jalan.Mungkin karena mereka sudah lama tidak jalan-jalan, jadi saat jalan-jalan dengan Leni, Irene merasa seakan-akan dia kembali ke masa lalu.Dulu, sebelum kecelakaan itu terjadi, pada akhir pekan, Irene juga sering membawa Leni pergi jalan-jalan. Pada saat itu, dia merasa tidak terbebani, seakan-akan semua pemandangan di depannya terlihat indah."Oh ya, Mike di mana? Sekarang, kamu sudah mengenal dia lebih dekat, belum? Misalnya rumahnya di mana atau tentang keluarganya," kata Leni. Intinya, Leni khawatir teman baiknya akan ditipu."Aku hanya tahu ayahnya sudah meninggal dan ibunya sepertinya meninggalkan mereka. Selain itu, dia nggak cerita, jadi aku juga nggak tanya," kata Irene sambil tersenyum."Kamu bodoh, ya? Kenapa nggak tanya? Setidaknya, kamu juga harus tahu pekerjaannya sebelumnya!" kata Leni.Irene hanya tersenyum dan berkata, "Apa gunanya aku tahu peke
"Kata siapa kami nggak beli? Aku bisa ...." Leni sebenarnya ingin bersikeras untuk tetap membeli satu baju. Dia ingin melampiaskan amarahnya, sekaligus supaya pegawai toko ini tidak meremehkan mereka.Irene langsung menariknya, lalu berkata pada manajer itu, "Kalau kami nggak beli, kami nggak boleh lihat-lihat?""Kalian datang ke toko yang jauh melampaui penghasilan kalian untuk melihat baju. Kalian bisa saja datang untuk membuat keributan, jadi aku hanya menjaga hak tamu lainnya di toko," kata manajer itu dengan sok masuk akal.Irene langsung berkata, "Tapi, kamu nggak punya bukti. Sebaliknya, kamu malah jelas-jelas mendiskriminasi pelanggan. Oh ya, ucapanmu tadi juga sudah kurekam. Sepertinya, rekaman ini sudah termasuk barang bukti yang bisa dikumpulkan ke pihak manajemen pusat perbelanjaan ini, 'kan?""Kamu ...." Wajah manajer ini langsung memerah. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Irene merekam ucapannya barusan."Irene, sudah cukup, deh. Kamu hanya penyapu jalanan, apa yang b
Martin jelas-jelas terkejut melihat mantan pacarnya. "Irene?!"Begitu Melvina melihat kakaknya, dia langsung pergi mengadu. "Kak, tahukah kamu betapa nggak tahu malunya si Irene? Dia malah menyuruhku membelikan gaun seharga 9,6 miliar untuknya. Dia nggak pikir, memangnya sekarang dia cocok pakai gaun itu?!""Diam!" tegur Martin dengan ekspresi yang sangat masam. Adiknya mau cari mati, ya?! Harus diketahui, sekarang, orang di belakang Irene adalah Michael. Jangankan 9,6 miliar, bahkan gaun seharga 96 miliar juga cocok untuk Irene!"Kak, kamu kenapa, sih? Kenapa kamu berteriak? Aku hanya lagi mengatai Irene," kata Melvina dengan kesal."Apa yang perlu dikatakan?" balas Martin dengan kesal. Kemudian, dia berkata pada pegawai toko di satu sisi, "Bungkus gaun itu."Ucapan Martin seketika membuat semua orang di dalam toko terkejut."Kak, kamu ngapain? Jangan-jangan kamu mau beli gaun itu untuk Irene?" kata Melvina. Dia tidak berani memercayai ucapan Martin.Hannah juga mengernyit, amarah pun
Irene menerima cek itu dan langsung meninggalkan toko ini dengan Leni."Irene, menurutmu, ada yang aneh, 'kan?" Begitu mereka keluar, Leni langsung berkata, "Martin langsung memberikanmu 9,6 miliar tanpa ragu-ragu. Selain itu, Hannah berada di sana! Dia nggak takut Hannah salah paham?""Memang lumayan aneh," kata Irene."Jangan-jangan Martin masih menyukaimu?" tebak Leni."Bukan, dia lagi takut, sepertinya takut aku marah pada Melvina, lalu akan merugikan Keluarga Susanto?" kata Irene.Mendengar ucapan Irene, Leni hanya merasa agak absurd. "Dia berpikir terlalu jauh, deh.""Entahlah," kata Irene sambil mengangkat bahunya. Kemudian, dia melihat cek di tangannya."Apa yang akan kamu lakukan dengan cek ini? Merobeknya?" tanya Leni. Dia mengenal teman baiknya. Dengan sifat Irene, dia tidak akan menggunakan uang ini."Kenapa dirobek? Langsung disumbangkan pada orang yang memerlukan saja," kata Irene sambil menyimpan cek ini dengan hati-hati di tasnya.Setelah jalan-jalan sejenak lagi, merek