Irene mengerutkan bibirnya. Untuk sesaat, dia tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan ini. Dia hanya bisa membuka nasi kotaknya dan mulai makan.Tatapan Michael tertuju pada Irene. Dia merasa bahwa membuat Irene tinggal di sisinya sesekali seperti ini seakan-akan menjadi sejenis ketidakmungkinan.Dia tidak ingin membiarkan Irene pergi. Dia hanya memikirkan apa yang harus dia lakukan supaya Irene bisa benar-benar bersedia berada di sisinya.Sejak kapan Michael menanti-nantikan jam makan siangnya, supaya dia bisa makan berdua dengan Irene seperti ini? Walaupun mereka tidak berbicara pun Michael juga merasa senang.Sekarang, kalau dipikir-pikir, mungkin dulu, saat dia masih "Mike" adalah masa-masa paling bahagianya. Setidaknya, pada saat itu, Irene bisa bercanda tawa dengannya, menganggapnya sebagai orang biasa, membantunya mengeringkan rambutnya dengan akrab dan terus memanggilnya dengan panggilan "Mike".Mike .... Mike ....Irene tahu bahwa pria ini sangat menginginkannya untuk m
"Terima kasih," kata Irene sambil menerima buku tersebut."Akulah yang harus berterima kasih padamu," kata Yuna. "Brian jarang berkomunikasi dengan orang luar. Selain itu, dia nggak bisa mendengar, dia juga nggak bisa bicara, jadi orang lain juga nggak bersedia untuk berkomunikasi dengannya. Aku sebenarnya sangat senang karena kamu bersedia mempelajari cara berkomunikasi dengannya.""Brian sangat manis. Selain itu, dia sepertinya juga lumayan menyukaiku. Mungkin inilah takdir kita," kata Irene.Takdir .... Yuna ingin mengucapkan sesuatu, tetapi akhirnya, dia berkata, "Iya, mungkin ini benar-benar takdir.""Kalau begitu, Kak Yuna, aku pergi dulu, ya," kata Irene."Baiklah, sampai jumpa besok," kata Yuna. Setelah Irene pergi, Yuna menutup pintu toko, lalu pergi ke rumah kecil di belakang toko. Dia melihat putranya yang sudah terlelap di atas ranjang dan ibunya yang sedang menepuk-nepuk tubuh anak itu dengan pelan di satu sisi."Dia sudah tidur, ya?" tanya Yuna dengan suara berbisik. Mesk
Pada saat ini, suasana di dalam ruang rawat ini sunyi senyap. Tidak ada yang bersuara. Irene hanya merasakan tatapan Willy yang sedang tertuju padanya. Hanya saja, tatapan ini mengandung penghinaan dan kebencian.Di sisi Willy, selain seorang perawat, ada juga pria yang membawa Irene ke tempat ini, yaitu orang yang menyebut dirinya sebagai sekretaris pribadinya Willy.Akhirnya, sesaat kemudian, suara Willy memecahkan keheningan ini. "Tahukah kamu kenapa aku menyuruh seseorang untuk membawamu kemari?" tanya Willy."Saya tahu," jawab Irene. "Karena Michael, 'kan?" Dalam perjalanan ke rumah sakit, Irene merasa cemas dan juga gugup. Namun, setibanya di rumah sakit, setelah dia melihat tatapan Willy yang penuh kebencian itu, entah mengapa suasana hatinya menjadi tenang.Lagi pula, dulu, dia sudah pernah mengalami keadaan yang lebih parah daripada ini, jadi keadaan sekarang juga tidak akan menandingi hal itu.Willy mendengus dan berkata, "Ternyata kamu tahu, ya!""Apa yang ingin Anda katakan
Dulu, bukankah Irene mempelajari hukum karena dia ingin menegakkan keadilan? Namun, sekarang, dia malah bahkan tidak bisa mendapatkan keadilan untuk dirinya sendiri.Pria itu tertawa dan berkata, "Kamu memang pintar."Irene mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Ternyata, dia hanya bisa menerima perlakuan buruk orang lain, tanpa kemampuan untuk melawan sama sekali!Melihat belati pria itu mendekati wajahnya, tubuh Irene bergetar makin hebat. Tiba-tiba, dia menurunkan tubuhnya untuk menghindari lengan pria itu, lalu berlari ke arah pintu ruangan.Namun, saat dia membuka pintu itu, dia langsung ditahan oleh dua pengawal yang mengawal di depan pintu.Pria itu berjalan ke hadapan Irene dan berkata dengan sinis, "Kukira kamu sangat pemberani, ternyata kamu hanya ingin mencari kesempatan untuk melarikan diri. Tapi, seperti ucapanmu tadi, kamu nggak akan bisa melarikan diri."Benar, dia tidak bisa melarikan diri. Namun, setidaknya, dia juga ingin memberikan dirinya sebuah kesempatan untuk mel
Selama ini, pada malam hari ini, apa pun yang terjadi, Michael tidak akan meninggalkan Kediaman Yunata. Dia akan berjaga semalaman di depan papan roh ayahnya. Selama semalaman, dia akan memberi tahu dirinya untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan ayahnya.Dia selalu melakukan hal yang sama setiap tahunnya.Namun, malam ini, semuanya berubah!...Irene dibawa ke luar rumah sakit oleh Michael.Sebuah mobil hitam berhenti di depan pintu rumah sakit. Setelah naik mobil, Irene masih merasa seakan-akan dia sedang bermimpi. Awalnya, dia mengira bahwa malam ini pasti akan menjadi mimpi buruk baginya. Namun, tak disangka, Michael malah datang."Kamu ketakutan, ya?" tanya Michael sambil memegang tangan Irene. Bahkan sekarang pun tangan Irene masih gemetaran.Irene menggigit bibirnya, lalu menganggukkan kepalanya. Iya, bagaimana mungkin dia tidak ketakutan? Dia merasa seakan-akan nasibnya dikendalikan oleh orang lain. Seluruh perjuangannya tidak berguna.Satu patah kata dari mulut orang
Michael tidak berada di dalam kamar.Kalau begitu, dia di mana? Di lantai bawah?Namun, saat Irene berjalan ke lantai bawah, dia malah menyadari bahwa Michael juga tidak berada di lantai bawah.Kemudian, bahkan dia sendiri juga tidak tahu mengapa setelah dia tidak menemukan pria ini di rumah utama, dia pergi ke luar.Kediaman Yunata sangat luas. Selain rumah utama, masih ada rumah untuk para pembantu, taman, paviliun dan kolam.Sebenarnya, setelah tinggal lama di Kediaman Yunata pun sampai sekarang Irene belum pernah benar-benar mengelilingi Kediaman Yunata, jadi dia tidak mengetahui seluas apa Kediaman Yunata sebenarnya.Pada saat ini, hari sudah hampir subuh. Selain beberapa lampu yang bersinar di sepanjang jalan, Irene hanya melihat kegelapan.Karena tiupan angin malam, Irene merasa agak kedinginan, dia pun mempererat bajunya. Dalam hatinya, dia berpikir, 'Untuk apa aku mencari Michael? Apakah aku takut dia terkena masalah?''Tapi, masalah seperti apa yang bisa menimpa Michael di Ke
Irene ragu-ragu sesaat, lalu berkata, "Nggak apa-apa. Hanya saja, saat kamu mengantarkanku ke kamarku, kulihat kamu nggak masuk kamar, tapi malah jalan ke bawah. Jadi, kupikir, jangan-jangan kamu terkena masalah. Emm, kalau nggak ada apa-apa, aku pergi dulu ...."Kemudian, Irene berbalik dan hendak meninggalkan tempat ini.Namun, sepasang tangan malah memeluknya dari belakang. "Jadi, Kak, kamu khawatir, ya?" tanya Michael.Irene seketika merasa seakan-akan dia diselimuti oleh hawa pria ini. Untuk sesaat, dia tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan ini.Khawatir? Apakah dia sedang mengkhawatirkan pria ini?Pikiran Irene menjadi kacau. Apakah dia mencari pria ini karena pria ini menyelamatkannya? Oleh karena itu, malam ini, dia tidak menganggap pria ini sebagai Michael, melainkan "Mike", sehingga dia mengkhawatirkan pria ini?Saat Irene sedang memikirkan hal ini, tiba-tiba, suara napas di telinganya terdengar terengah-engah. Michael juga mengeluarkan suara rintihan yang samar-sama
"Kalau nggak minum obat, kamu bisa makin kesakitan, nggak?" tanya Irene. Tiba-tiba, Irene seperti teringat akan sesuatu. Dia langsung mengeluarkan ponselnya dan mencari toko obat di internet.Meskipun ada toko obat yang agak jauh dari tempat ini, kelebihannya adalah asalkan mereka membayar ongkos kirim, mereka akan mendapatkan obatnya dalam waktu 20 menit. Cara ini lebih cepat daripada membiarkan petugas keamanan pergi membeli obat.Setelah berpikir sejenak, Irene langsung memesan obat sesuai dengan yang dia belikan untuk Michael sebelumnya. Setelah pesanannya berhasil, tatapannya tertuju pada pria ini.Tubuh pria ini sudah pelan-pelan meringkuk. Bibirnya terkatup rapat, seakan-akan dia sedang menahan erangan pelan yang hendak keluar dari mulutnya, tetapi hal ini malah membuat suara napasnya terdengar kasar.Pada saat ini, matanya tertutup rapat. Bulu matanya yang panjang membentuk bayangan di bawah matanya.Pria yang berkuasa di Kota Cena ini malah terlihat seperti seorang anak kecil