Saat Irene menatap Michael dengan tatapan penuh perasaan dan memanggil Michael dengan panggilan "Mike" sambil tersenyum, saat kedua tangannya merangkul leher Michael dan hawanya yang manis menyelimuti Michael, Michael merasa seakan-akan dialah yang mabuk."Sepertinya aku nggak seharusnya mengucapkan kata-kata seperti itu pada seorang wanita yang sedang mabuk," gumam Michael. Inilah pertama kalinya dia tidak menepati ucapannya dan hal ini terjadi karena Irene.Michael menundukkan kepalanya dan mencium bibirnya Irene dengan sangat melekat.Entah berapa lama Kemudian saat ciuman ini akhirnya berakhir, Michael menyadari bahwa Irene sudah kembali terlelap."Sungguh terlalu ...." Michael merasakan sejenis ketidakberdayaan. Sepertinya hanya Irene yang bisa memainkan hatinya, lalu malah tertidur seperti ini!Michael menatap lekat-lekat pada wanita yang berada di bawahnya. Sesaat Kemudian Michael akhirnya membuang napas, lalu menutupi tubuh Irene dengan selimut lagi dan duduk di samping ranjang
"Hanya saja, sebelumnya, mereka mencelakaimu seperti itu, jadi mereka ditahan beberapa hari karena kejadian itu. Sekarang, kalau mereka dilepaskan, kamu nggak khawatir mereka akan mendendam padamu dan bahkan melakukan hal yang lebih buruk lagi?" tanya Michael.Irene terdiam. Tentu saja dia mengerti bahwa setelah kejadian ini, sepertinya pamannya dan yang lainnya tidak akan berterima kasih karena dia sudah melepaskan mereka, melainkan akan mendendam padanya."Aku nggak peduli pada mereka, jadi sebenci apa pun mereka padaku, aku sama sekali nggak akan peduli," kata Irene dengan tenang sambil menurunkan tatapannya.Namun, entah mengapa, sikap Irene yang tenang malah membuat Michael merasa frustrasi."Kalau aku?" tanya Michael tiba-tiba."Apa?" Irene tercengang dan tidak tahu harus bereaksi seperti apa.Michael menopang kedua tangannya di sisi ranjang sambil bertanya, "Kalau aku? Apakah kamu nggak memedulikanku? Apakah kamu memedulikan pendapatku terhadapmu?"Irene tercengang. Jika pria in
Irene bergegas turun dari ranjang dan berkata, "Aku ... mandi dulu." Kemudian dia langsung berlari ke dalam kamar mandi.Melihat Irene yang seperti sedang melarikan diri, ekspresi Michael menjadi masam....Di kamar mandi, Irene menatap wajahnya yang merah di cermin dan membuang napas.Dia sama sekali tidak bisa memercayai ucapan Michael barusan, bahwa dialah yang mencium Michael.Tidak mungkin!Namun .... Irene ragu-ragu sesaat. Apakah hal ini benar-benar tidak mungkin terjadi? Bahkan Irene sendiri juga tidak tahu apa yang bisa dia lakukan jika dia mabuk.Bagaimana jika Michael tidak berbohong? Kalau begitu ....Begitu memikirkan kemungkinan ini, Irene merasa sangat malu, dia ingin membenamkan dirinya hidup-hidup.Dia bergegas mandi, lalu berjalan keluar dari kamar mandi, tetapi ternyata Michael masih berada di dalam kamarnya.Pada saat ini, Michael sedang duduk di kursi sambil menyesap segelas air.Michael mengenakan setelan jas yang sangat rapi. Bahunya lebar, pinggangnya ramping, k
Orang seperti Michael biasanya memakai sarung tangan khusus dari merek terkenal!Melihat tatapan terkejut Irene, Michael berkata lagi, "Anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena aku melepaskan para kerabat terbaikmu itu."Dengan ekspresi serbasalah, Irene berkata, "Tapi ... aku sudah nggak mengingat ukuranmu." Pada saat itu, untuk merajut sarung tangan ini, Irene menggunakan pita pengukur untuk mengukur ukuran tangan Michael.Kemudian dia tidak berencana untuk merajut sarung tangan ini lagi, jadi dia pun membuang kertas yang bertuliskan ukuran itu."Kalau nggak ada, kamu bisa ukur ulang," kata Michael.Irene pun tidak punya pilihan lain. Dia hanya bisa mengambil pita pengukur, lalu duduk di sisi Michael dan mengukur tangannya Michael.Tentu saja tangannya harus menyentuh tangannya Michael.Setiap kali ujung jarinya Irene menyentuh tangannya Michael, Irene akan berusaha menghindar dengan hati-hati. Dia bahkan memegang pita pengukur itu hanya dengan dua jarinya.Melihat Irene sepert
Untuk meningkatkan kecepatannya, Irene membawa sarung tangan yang sedang dia rajut dan benangnya ke tempat kerjanya. Pada jam istirahat siang, dia pun melanjutkan rajutannya.Melihat Irene merajut sarung tangan, Shanti bertanya dengan heran, "Kamu merajutnya untuk dirimu sendiri, ya? Tapi, sepertinya ukurannya sedikit kebesaran.""Untuk orang lain?" tanya Shanti."Iya," jawab Irene."Ukurannya nggak cocok untukmu, ini untuk orang lain, ya?" tanya Shanti.Irene menganggukkan kepalanya."Jangan-jangan kamu sudah punya pacar, ya?" tanya Shanti.Irene bergegas menyangkal ucapan Shanti. "Nggak punya.""Kalau nggak punya, mana mungkin kamu merajutnya dengan begitu sungguh-sungguh? Kamu bahkan merajutnya pada jam istirahat siang," kata Shanti dengan ekspresi tidak percaya.Irene hanya merasa tidak berdaya. Apa yang bisa dia katakan? Apakah dia harus mengatakan bahwa dia merajutnya untuk Michael, jadi dia ingin memberikan sarung tangan ini untuk Michael secepatnya, sehingga dia bahkan mengguna
"Tapi, kalaupun aku naik pangkat, kamu juga nggak akan tertarik padaku, 'kan?" tanya George.Irene seketika terdiam.George langsung mentertawakan dirinya sendiri dan berkata, "Sebenarnya, sebelum kamu mengucapkan kata-kata itu, aku sudah berencana untuk pindah kerja. Lagi pula, kalau aku bekerja di Pusat Sanitasi Lingkungan, hidupku sudah bisa diprediksi. Mumpung aku masih belum 30 tahun, aku mau menantang diriku sendiri."Menantang diri? Jika Irene yang dulu disuruh untuk memilih antara kehidupan yang penuh akan tantangan atau kehidupan stabil yang sudah bisa diprediksi, sepertinya dia akan memilih tantangan.Hanya saja, setelah mengalami berbagai macam hal itu, Irene tahu bahwa kestabilan sebenarnya adalah hal yang paling penting dalam hidupnya.Irene menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Sebenarnya, kamu benar-benar nggak perlu memedulikan ucapanku hari itu. Aku hanya nggak mau kamu menghabiskan waktumu padaku. Aku sama sekali nggak menyukaimu seperti itu, jadi aku nggak akan ber
Apakah pria itu orang yang Irene cintai?Namun, akhirnya, George tidak melontarkan pertanyaan ini.Sekarang, bahkan mungkin kelak, dia tidak berkualifikasi untuk menanyakan hal ini. Jika dia benar-benar bisa sukses, dia baru berkualifikasi untuk berdiri di hadapan Irene sekali lagi ....George menyalakan mesin mobilnya, sedangkan Irene melangkah ke kamar kontrakannya. Hanya saja, sebelum Irene bisa membuka pintunya, dia melihat lampu kamar yang menyala dari dalam.Sebelum dia keluar, jelas-jelas lampunya dalam keadaan mati. Jangan-jangan ....Irene seketika tercengang. Dia langsung membuka pintu kamar. Dia pun melihat kamarnya yang terang dan Michael yang duduk di kursi."Kamu ...." Irene berjalan memasuki ruangan sambil bertanya, "Sudah semalam ini, kenapa kamu datang ke sini?""Seharusnya aku yang tanya Kakak. Hari ini, kamu seharusnya nggak lembur, kenapa baru pulang semalam ini?" tanya Michael sambil mengamati Irene."Ada rekan kerja yang mengundurkan diri, jadi semua orang pergi m
"Bukankah sebelumnya aku juga tinggal di sini? Tiap malam, bukankah kita juga selalu tidur bersama di kamar ini?" kata Michael dengan santai.Ucapan ini terdengar sangat ambigu!Irene menggigit bibirnya dan berkata, "Tapi, sekarang ....""Ada apa dengan sekarang?" tanya Michael."Aku nggak punya kasur lebih. Aku sudah menyimpan punyamu sebelumnya, belum dicuci dan belum dijemur. Kalau kukeluarkan sekarang, sepertinya akan bau apak," kata Irene."Gampang saja," kata Michael. Dia mengeluarkan ponselnya dan memberikan beberapa perintah pada orang di ujung lain telepon itu.Sesaat Kemudian terdengar suara ketukan pintu.Irene pergi membuka pintu. Dia pun melihat Charles dan beberapa pengawal yang pernah Irene lihat sebelumnya, yang mengikuti di sisi Michael di rumah sakit, berdiri di depan pintu. Pada saat ini, mereka langsung berjalan masuk dengan membawa selimut, seprai dan bantal.Setiap orang yang masuk juga menyapa Irene. "Maaf mengganggu, Nona Irene."Setiap orang mengucapkan kata-ka