Untuk meningkatkan kecepatannya, Irene membawa sarung tangan yang sedang dia rajut dan benangnya ke tempat kerjanya. Pada jam istirahat siang, dia pun melanjutkan rajutannya.Melihat Irene merajut sarung tangan, Shanti bertanya dengan heran, "Kamu merajutnya untuk dirimu sendiri, ya? Tapi, sepertinya ukurannya sedikit kebesaran.""Untuk orang lain?" tanya Shanti."Iya," jawab Irene."Ukurannya nggak cocok untukmu, ini untuk orang lain, ya?" tanya Shanti.Irene menganggukkan kepalanya."Jangan-jangan kamu sudah punya pacar, ya?" tanya Shanti.Irene bergegas menyangkal ucapan Shanti. "Nggak punya.""Kalau nggak punya, mana mungkin kamu merajutnya dengan begitu sungguh-sungguh? Kamu bahkan merajutnya pada jam istirahat siang," kata Shanti dengan ekspresi tidak percaya.Irene hanya merasa tidak berdaya. Apa yang bisa dia katakan? Apakah dia harus mengatakan bahwa dia merajutnya untuk Michael, jadi dia ingin memberikan sarung tangan ini untuk Michael secepatnya, sehingga dia bahkan mengguna
"Tapi, kalaupun aku naik pangkat, kamu juga nggak akan tertarik padaku, 'kan?" tanya George.Irene seketika terdiam.George langsung mentertawakan dirinya sendiri dan berkata, "Sebenarnya, sebelum kamu mengucapkan kata-kata itu, aku sudah berencana untuk pindah kerja. Lagi pula, kalau aku bekerja di Pusat Sanitasi Lingkungan, hidupku sudah bisa diprediksi. Mumpung aku masih belum 30 tahun, aku mau menantang diriku sendiri."Menantang diri? Jika Irene yang dulu disuruh untuk memilih antara kehidupan yang penuh akan tantangan atau kehidupan stabil yang sudah bisa diprediksi, sepertinya dia akan memilih tantangan.Hanya saja, setelah mengalami berbagai macam hal itu, Irene tahu bahwa kestabilan sebenarnya adalah hal yang paling penting dalam hidupnya.Irene menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Sebenarnya, kamu benar-benar nggak perlu memedulikan ucapanku hari itu. Aku hanya nggak mau kamu menghabiskan waktumu padaku. Aku sama sekali nggak menyukaimu seperti itu, jadi aku nggak akan ber
Apakah pria itu orang yang Irene cintai?Namun, akhirnya, George tidak melontarkan pertanyaan ini.Sekarang, bahkan mungkin kelak, dia tidak berkualifikasi untuk menanyakan hal ini. Jika dia benar-benar bisa sukses, dia baru berkualifikasi untuk berdiri di hadapan Irene sekali lagi ....George menyalakan mesin mobilnya, sedangkan Irene melangkah ke kamar kontrakannya. Hanya saja, sebelum Irene bisa membuka pintunya, dia melihat lampu kamar yang menyala dari dalam.Sebelum dia keluar, jelas-jelas lampunya dalam keadaan mati. Jangan-jangan ....Irene seketika tercengang. Dia langsung membuka pintu kamar. Dia pun melihat kamarnya yang terang dan Michael yang duduk di kursi."Kamu ...." Irene berjalan memasuki ruangan sambil bertanya, "Sudah semalam ini, kenapa kamu datang ke sini?""Seharusnya aku yang tanya Kakak. Hari ini, kamu seharusnya nggak lembur, kenapa baru pulang semalam ini?" tanya Michael sambil mengamati Irene."Ada rekan kerja yang mengundurkan diri, jadi semua orang pergi m
"Bukankah sebelumnya aku juga tinggal di sini? Tiap malam, bukankah kita juga selalu tidur bersama di kamar ini?" kata Michael dengan santai.Ucapan ini terdengar sangat ambigu!Irene menggigit bibirnya dan berkata, "Tapi, sekarang ....""Ada apa dengan sekarang?" tanya Michael."Aku nggak punya kasur lebih. Aku sudah menyimpan punyamu sebelumnya, belum dicuci dan belum dijemur. Kalau kukeluarkan sekarang, sepertinya akan bau apak," kata Irene."Gampang saja," kata Michael. Dia mengeluarkan ponselnya dan memberikan beberapa perintah pada orang di ujung lain telepon itu.Sesaat Kemudian terdengar suara ketukan pintu.Irene pergi membuka pintu. Dia pun melihat Charles dan beberapa pengawal yang pernah Irene lihat sebelumnya, yang mengikuti di sisi Michael di rumah sakit, berdiri di depan pintu. Pada saat ini, mereka langsung berjalan masuk dengan membawa selimut, seprai dan bantal.Setiap orang yang masuk juga menyapa Irene. "Maaf mengganggu, Nona Irene."Setiap orang mengucapkan kata-ka
Dulu, saat Irene masih hidup senang, dia sering berpikir ingin menurunkan berat badannya. Dia takut jika dia menggemuk, dia tidak akan terlihat bagus dengan pakaian apa pun.Sekarang, dia tidak perlu mengkhawatirkan hal ini lagi karena dia sudah kurus. Namun, dia malah tidak lagi memikirkan apakah pakaian yang dia kenakan bagus atau tidak. Dia hanya akan memikirkan harga dan kegunaan pakaiannya, apakah pakaiannya tahan lama atau tidak, apakah dia bisa memakai pakaian ini selama bertahun-tahun atau tidak.Jadi, terkadang-kadang, dia merasa bahwa hal ini sangat konyol.Saat seseorang menginginkan sesuatu, dia akan berusaha keras untuk mendapatkannya. Namun, saat dia benar-benar mendapatkannya, dia malah menyadari bahwa sekarang, dia sudah tidak memedulikan hal yang dia awalnya inginkan itu.Irene mentertawakan dirinya sendiri. Kalau dipikir-pikir, dia benar-benar tidak memahami mengapa Michael masih memanggilnya dengan panggilan "kakak", seakan-akan Michael sangat memedulikannya dan meri
Namun, sebelum Irene bisa menjawab, Michael berkata lagi, "Aku pernah membenci seseorang. Aku sangat membencinya. Aku pernah memikirkan ribuan kali bagaimana aku akan balas dendam kalau aku bertemu lagi dengannya. Tapi, pada hari ulang tahunnya, aku tetap merasa nggak nyaman. Sepertinya, hanya di tempat Kakak, aku baru bisa merasa lebih tenang."Irene memejamkan matanya tanpa berbicara, seakan-akan dia sudah terlelap.'Atau mungkin Michael sebenarnya berharap agar aku sudah tidur karena dia nggak ingin aku mendengar ucapan ini?' pikir Irene. Dengan begitu, Irene juga bisa berpura-pura tidur dengan lebih natural."Aku pikir, mungkin aku benar-benar ingin bertemu lagi dengannya secepatnya. Dengan begitu, aku baru bisa balas dendam, 'kan? Di mana pun dia bersembunyi, satu hari nanti, aku akan menemukannya dan membuatnya merasakan rasanya dikhianati dan disiksa oleh orang terdekatnya," kata Michael.Suara Michael terus terdengar dengan samar-samar dalam kamar ini. Hanya saja, nada bicarany
Sopir mobil langsung berputar arah dan melaju menuju rumah sakit.Saat Michael tiba di rumah sakit, upaya penyelamatan Willy masih berlangsung. Michael berdiri di luar Unit Gawat Darurat dengan perasaan rumit.Pada saat seperti ini, pria sekuat apa pun hanya bisa bertahan hidup sekeras mungkin.Bagi Michael, dulu, kakeknya adalah seorang pria yang kuat, kejam dan dingin. Satu-satunya kasih sayang yang Willy miliki sepertinya hanya diberikan pada putranya yang berumur pendek.Bagi Willy, orang lain seakan-akan hanyalah bidak catur, termasuk cucunya ini!Willy selalu menganggap Michael sebagai calon pewaris Keluarga Yunata, bukan seorang cucu. Kakek dan cucu ini sebenarnya sama sekali tidak memiliki hubungan keluarga apa pun.Dua jam berlalu dan akhirnya pintu Unit Gawat Darurat terbuka. Seorang dokter berjalan keluar dan berkata pada Michael, "Kami sudah berhasil menyelamatkannya. Hanya saja, Tuan Besar sudah berusia dan juga sudah pernah menjalani beberapa operasi. Jadi, sekarang, kita
Pria dari Keluarga Yunata tidak boleh mencintai wanita mana pun selamanya."Kamu ...." Amarah melintas di wajahnya Willy. Bagi seseorang yang baru diselamatkan dari kematian dua hari yang lalu, amarah jelas-jelas tidak baik untuk kesehatannya.Namun, Michael malah tidak berniat untuk menenangkan kakeknya. Dia berkata dengan cuek, "Kakek, hari ini, aku sudah mengucapkan hal ini di hadapan Kakek, jadi artinya aku akan melindungi wanita itu. Kata dokter, kalau kondisi Kakek dirawat dengan baik, Kakek masih bisa hidup beberapa tahun lagi."Willy berkata dengan penuh amarah, "Baguslah, kamu memang cucuku. Sepertinya hatimu benar-benar sudah tergerak karena wanita itu. Kamu sudah lupa dengan ayahmu? Kamu berencana untuk mengikuti langkah ayahmu?""Aku nggak lupa. Walaupun aku benar-benar mencintai seorang wanita pun aku nggak akan membiarkannya mengendalikan hidupku," jawab Michael.Willy malah berkata dengan sinis, "Dulu, ayahmu juga berkata seperti ini, tapi hasilnya? Bukankah dia menyerah