Darren tidak menjelaskan apa tujuannya menemui Aluna. Pria itu memilih untuk menarik lengan sang gadis, membuat Aluna terkesiap."Kenapa tangan saya ditarik? Lepaskan dulu! Bapak mau ngapain saya?!" seru Aluna karena saat ini dia takut kalau Darren melakukan sesuatu yang tidak baik kepadanya. Aluna berusaha melepaskan diri dari genggaman Darren, tetapi pria itu semakin kuat mencengkeram lengannya. Entah apalagi yang akan dilakukan pria ini, dia pun langsung turun ke basement untuk menuju parkiran. Setelah masuk kendaraan, Aluna menciut. Pria itu pun masuk ke mobil. Selama perjalanan dari kamarnya ke parkiran, banyak sekali yang melihat. Tetapi tidak ada yang berani menghentikan Darren karena melihat ekspresi pria itu yang terlihat tegas dan garang. Darren langsung menjalankan mobilnya, 10 menit dari hotel itu sang pria pun akhirnya membuka suara. "Sorry, kalau aku mencekal lengan kamu. Tapi ini kulakukan karena kamu itu selalu saja mengajukan protes. Lebih baik seperti ini, kan? D
"Monica," ucap Darren di sela-sela lumatan itu, membuat Aluna yang sebelumnya terbuai dengan sentuhan pria itu pun langsung mendorong Darren hingga terpojokkan ke pintu mobil.Pria itu pun sama-sama kagetnya hingga melotot. "Apa yang kamu lakukan, Aluna?!" seru Darren dengan spontan, karena dia pun kaget dengan pergerakan Aluna. Gadis itu langsung menutup bibirnya sembari menggosok-gosokkan dengan cepat. Dia baru menyadari apa yang sudah terjadi barusan, lebih mengagetkan lagi kala Darren mengucapkan nama Monica. Aluna menatap nyalang kepada Darren. Ada genangan air mata yang siap tumpah, membuat pria itu terdiam sejenak, seperti sedang menganalisis apa yang sebenarnya terjadi saat itu."Maaf, Pak. Saya bukan Monica," ucap Aluna tiba-tiba membuat Darren membulatkan mata. Pria itu langsung kelabakan. Dia hendak menyentuh lengan Aluna, tetapi gadis itu menepisnya. Aluna tampak sekali ketakutan dan berjaga-jaga kalau saja Darren melakukan hal yang seperti tadi. "Aku minta maaf. Bukan
"Bapak tahu? Itu adalah ciuman pertama saya!" seru Aluna akhirnya menoleh juga, membuat Darren terdiam.Pria itu bahkan sampai memberhentikan mobil di pinggir jalan, kaget dengan semua yang diucapkan oleh Aluna. "Ciuman pertama? Kamu sama sekali belum pernah pacaran?" tanya Darren, spontan membuat hati Aluna yang sebelumnya kesal bertambah kesal. Menurutnya, memang apa yang salah kalau misalkan seorang gadis belum pernah berpacaran? Lagi pula, dia harus belajar dengan baik agar bisa membanggakan orang tua, saat dia sudah lulus kuliah tiba-tiba saja orang tuanya ditimpa masalah. Sang Ayah meninggal, mewariskan banyak utang. Tentu saja Aluna tidak punya pemikiran untuk berpacaran, karena bagiannya semua itu butuh waktu dan kesiapan hati juga mental.Jika dia berpacaran, maka Aluna pasti akan mengabaikan tentang utang dan tanggung jawabnya sebagai seorang anak. Ibunya tidak punya lagi anak lain, hanya satu-satunya harapan Amalia. Akhirnya Aluna memilih untuk sendiri sampai semua tujuan
Keesokan paginya, pagi-pagi sekali Darren dan Aluna pun sarapan di restoran yang ada di hotel itu. Mereka sama-sama tidak membicarakan hal lain. Keduanya saling diam, seolah tidak mau membahas tentang masalah kemarin.Aluna juga malas jika harus bertanya perihal pekerjaan hari ini. Biar saja, Darren akan memerintah baru dia juga akan menjawab. Setelah itu mereka pun langsung bertemu dengan kolega yang ada di Malaysia. Pertemuan itu sangat lancar. uUntungnya tidak ada halangan sama sekali. Aluna maupun Darren tidak memperlihatkan kalau mereka itu tidak akur. Aluna berusaha bersikap profesional, sembari memperlihatkan senyuman. Di saat itu, Darren baru tahu ternyata Aluna bisa tersenyum sebaik itu dan semanis itu. Tetapi sayangnya jika di depan Devan, Aluna itu benar-benar menjelma seperti seorang gadis yang garang dan penuh dengan emosi. Di akhir pertemuan, Darren pun langsung memperkenalkan Aluna sebagai calon istrinya. Kontan gadis itu kaget, karena dia pikir Darren tidak akan mem
Aluna diam sesaat. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. Itu adalah pertanyaan jebakan untuknya. Kalau salah ucap pasti Darren akan mengomeli, tetapi daripada harus menyerahkan diri kepada seseorang yang tidak pernah dia cintai ataupun tidak pernah mencintai, sebaiknya Aluna memilih untuk mengikhlaskan Darren bersama wanita lain. Karena baginya pernikahan ini hanyalah sebuah perjanjian di atas kertas, tidak lebih. "Karena aku tidak mencintai Bapak dan Bapak juga tidak mencintai saya, jadi lebih baik Bapak mendapatkan anak dari wanita lain saja," ucap Aluna wajahnya terlihat santai sekali, tidak tampak keseriusan ataupun rasa sesal dari setiap ucapan yang dilontarkan oleh wanita itu. Darren terperangah. Dia menatap Aluna dengan tak percaya, lalu pria itu menggeleng-gelengkan kepala. Sungguh di luar dugaan. "Oke, Aluna. Dengar, aku tahu kamu tidak mencintaiku dan aku juga tidak mencintaimu, tapi apakah kamu tidak merasa takut kalau misalkan pernikahan ini didasari dengan perselin
Hari sudah menjelang sore. Saat ini Amar sudah ada di depan rumah Aluna. Pria itu benar-benar nekat untuk mendatangi gadis impiannya. Ini karena dia tidak sabar mendengar bagaimana kabar Aluna setelah bekerja ke luar negeri dengan Darren. Apalagi hari ini Aluna tidak masuk kerja setelah pulang dari Malaysia.Alika juga sebenarnya sangat menyesal karena memberikan alamat rumah Aluna. Dia melakukan ini karena terpaksa, tidak mau sampai Amar melukainya. Setelah nanti bertemu dengan Aluna, Alika akan meminta maaf sebesar-besarnya karena sudah melakukan hal seperti itu. Tetapi dia benar-benar takut juga sebab diancam oleh Amar. Sementara itu, Aluna sedang ada di rumah sendirian. Amalia sedang menghadiri acara pernikahan di tetangga yang jaraknya beberapa meter dari rumahnya. Sehingga Aluna benar-benar sendiri. Gadis itu juga merasa ini adalah waktu yang tepat untuk beristirahat, jadi dia tidak berpikiran buruk sama sekali dan juga tidak mengunci pintu depan. Sebab, bisa saja ibunya pulang
"Dia ini masuk ke rumah Ibu dan menemui Aluna," ucap Darren begitu frontal membuat Amar terkesiap dan juga Aluna hanya bisa memejamkan mata, pasrah. Kalau berurusan dengan Darren memang seperti ini, harus siap mengambil segala risiko karena Darren itu tidak akan pernah main-main dengan ucapannya jika berkaitan dengan hal serius. Amalia yang mendengar itu pun langsung terperangah. Dia menarik Aluna dan melihat dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Amalia dengan khawatir.Aluna langsung menggelengkan kepala, memberi isyarat kalau dia baik-baik saja. Tetapi wajahnya itu tampak sekali ketakutan dan Amalia hafal jika ekspresi anaknya seperti ini, berarti Aluna sedang tidak baik-baik saja. Ternyata wanita paruh baya itu pun langsung menoleh kepada Darren dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin saat ini Aluna masih syok sampai tidak bisa mengatakan apa-apa. "Maaf, Nak Darren kalau misalkan Ibu lancang, tapi apakah Nak Darren bisa ceritakan apa yan
"Hah, lusa?! Yang benar saja, Pak. Memangnya kita menikah karena kecelakaan? Saya tidak mau, Pak," ucap Aluna tiba-tiba aja berubah drastis dan wajahnya kembali seperti biasanya, begitu cuek dan jutek kepada Darren. "Loh, iya. Benar, itu yang paling baik, kan? Aku juga bingung kalau memecatnya, kamu berpikir kalau aku ini tidak punya hati nurani. Kalau misalkan tidak memecatnya, kamu akan terus-terusan diganggunya. Agar kamu tetap aman, ya segera menikah denganku. Aku yakin, Amar tidak akan mau berdekatan denganmu. Setidaknya kalau dia punya rasa malu, pasti dia akan menjauh darimu. Apalagi kamu nanti akan menjadi istriku. Iya, kan?" papar Darren memberikan ide. Sebenarnya dia juga tidak mau bergerak seperti ini, apalagi belum menikah secara resmi dengan Aluna. Tetapi melihat kondisi Aluna yang terus diganggu oleh karyawannya, jadi pria itu pun memilih mempercepat pernikahan. Mungkin saja dia akan berbicara langsung kepada Danita dan akan memperkenalkan secara resmi di hari pernika