Home / Romansa / Istri Bayaran Sang CEO / Bab 1 Tawaran 500 Juta

Share

Istri Bayaran Sang CEO
Istri Bayaran Sang CEO
Author: Dhesu Nurill

Bab 1 Tawaran 500 Juta

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2023-08-08 18:47:34

"Bagaimana kalau 500 juta?" ucap Darren dengan serius.

Wajah tegas dengan rahang kokoh itu semakin memperjelas ekspresi yang tidak main-main. Walaupun saat ini usianya sudah 39 tahun, tapi Darren masih terlihat gagah dan tampan. Bahkan, banyak wanita yang mendambakan pria matang itu.

"Apa Bapak bilang? 500 juta? Bapak mau membeli saya, ya?" cetus Aluna, kesal.

Bagaimana tidak? Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, hampir semua karyawan sudah pulang. Tetapi, Aluna tertahan di sana karena ulah Darren--sang CEO--yang tidak lain bosnya sendiri.

Darren terkesiap mendengar pertanyaan gadis itu. Alis tebalnya saling bertautan. "Aku mau memberimu tawaran, bukan membeli kamu. Kalau kamu berpikiran begitu, silakan saja."

Mata indah Aluna membulat sempurna. Bosnya itu dengan enteng melontarkan kalimat terakhir dengan mudah. Ekspresinya juga sangat meremehkan Aluna, dan sang gadis tidak suka.

"Saya anggap seperti itu. Bapak pikir saya wanita murahan? Lagian, apa Bapak gila menginginkan hal seperti ini?" tanya Aluna, terdengar tak peduli akan posisinya saat ini.

Salah Darren sendiri. Sang pria tiba-tiba saja menawarkan pernikahan, seolah ikatan itu sebuah permainan. Tentu saja Aluna akan menolak. 

Dari awal bekerja sebagai sekretaris Darren, Aluna sudah tidak suka pada pria itu. Selain bersikap dingin, Darren juga arogan. Selalu saja memaksakan kehendak. Meskipun berwajah tampan, tetapi selalu membuat Aluna sebal.

Banyak wanita tergila-gila, termasuk yang ada di kantor itu.  Namun, semua itu malah membuat Aluna muak. Baginya, tampan itu tidak menjamin kebahagiaan dan sifat seseorang menjadi baik.

Itu juga sesuai dengan pengalamannya yang sudah bekerja beberapa bulan dengan Darren. Dari sekian banyak wanita yang tergila-gila pada pria itu, hanya Aluna seorang yang tidak terpesona akan ketampanan Darren. Hal itu dikarenakan sikap pria tersebut.

Lalu, tiba-tiba saja Darren memanggilnya dan melamar dadakan seperti ini. Tentu saja Aluna kaget. Bahkan perasaannya campur aduk. Pikiran buruk pun langsung berdatangan, termasuk mengira kalau Darren mau membeli dirinya.

"Ya, aku gila!" seru Darren tiba-tiba membuat Aluna terlonjak. Lamunannya pun langsung buyar.

"Ya Tuhan, orang ini membuatku kaget," gumam Aluna sangat pelan.

"Aku gila karena terus-terusan dituntut untuk menikah. Kenapa orang tua suka sekali menjodohkan anaknya? Aku tidak suka dijodohkan!"

"Tolong jangan curhat, Pak. Dan satu hal lagi, saya tidak berminat menerima tawaran itu," ujar Aluna, tidak peduli dengan ocehan Darren.

Baginya sekarang Aluna ingin segera menyudahi pembicaraan ini. Pria di depannya ini memang aneh. Mungkin efek usia yang sudah matang, sampai mencari calon istri lewat jalur instan.

"Kenapa tidak? Bukankah 500 juta itu banyak?" tanya sang CEO.

"Memang banyak, tetapi harga diri saya itu lebih tinggi dari uang 500 juta."

Darren terdiam sesaat mendengar ucapan Aluna. Mata pria itu menatap gadis di hadapannya dengan sorot tajam. Tak lama kemudian, terdengar gelak tawa membahana di ruangan itu. 

"Kenapa Bapak malah tertawa? Saya serius!" seru Aluna, heran. Wajahnya tampak kesal sekali.

"Aku juga serius mengatakan ini, 500 juta itu hanya untuk maharnya," jelas Darren.

"Hah?!"

Sekarang giliran Aluna yang terdiam. Bedanya, gadis itu terperangah, kaget. Sesaat, Aluna hampir saja tergiur. Akan tetapi, dengan cepat gadis itu menghalau pikiran aneh di benaknya.

"Aku akan memberikanmu uang bulanan 100 juta setiap bulan."

"Apa?! Se-seratus juta?" Aluna langsung meneguk saliva mendengar penawaran lain dari Darren. 

Kalau uang sebanyak itu bisa diterima oleh Aluna, dia tidak perlu bekerja lagi dan bisa menghidupi ibunya yang sudah tua. Satu hal yang paling penting, utang mendiang ayahnya pun akan segera lunas.

"Kenapa kamu diam seperti itu?"

Aluna terkesiap. Dia berusaha mengontrol ekspresi wajahnya. Tidak mau diejek apalagi diremehkan oleh Darren.

"Jangan membuatku ingin tertawa. Tadi saja kamu menolak mentah-mentah, sekarang malah diam, sampai tidak bisa mengedipkan mata pula. Bagaimana? Kamu mau, kan?"

"Tunggu dulu! Saya hanya kaget saja," kilah Aluna mencoba menetralkan perasaan.

"Benarkah?" tanya Darren, tatapannya terlihat mengejek gadis di depannya ini.

 

"Iya, benar. Memangnya tidak ada wanita lain selain saya?" tanya Aluna, penasaran.

Sepengetahuan Aluna, banyak sekali wanita yang mengantri untuk bersanding dengan Darren. Bahkan, tanpa harus ditawari uang pun, pasti ada saja wanita yang mau menikah dengan pria dingin itu. Lalu, kenapa harus Aluna? Begitu pikir sang gadis.

"Sebenarnya banyak. Bahkan, mengantri."

"Kalau begitu, pilih saja dari salah satu dari wanita yang antri itu," cetus Aluna gengsi.

"Sayangnya tidak ada satu pun yang seperti kamu."

"Apa maksud Bapak?" tanya Aluna, terlihat bingung.

Dalam hati, Aluna merutuki pria di depannya ini. Bahkan mengatai Darren dengan sebutan pria tua. Tentu saja Aluna tidak berani mengucapkannya langsung, bisa-bisa dia disuruh lembur sampai larut malam kalau melakukan itu. 

"Saya bukan wanita murahan."

"Kenapa kamu selalu bilang seperti itu? Aku tahu kamu bukan wanita murahan dan aku juga tidak membeli kesucianmu."

"Lalu, apa maksud Bapak?" tuntut Aluna, "lagian, perbedaan usia kita cukup jauh, harusnya Bapak itu berperan sebagai ayah saya."

"Apa kamu bilang?!" Tubuh Darren langsung menegang mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan gadis di hadapannya. Walaupun memakai susunan bahasa berbeda, tapi tetap saja secara tidak langsung Aluna mengatainya sudah tua.

Di sisi lain, Aluna juga kaget melihat reaksi bosnya. Kedua telapak tangannya kini terasa dingin, takut jika Darren murka. Sang gadis baru sadar kalau dirinya sudah mengucapkan kalimat yang salah.

"Coba bilang sekali lagi! Kamu bilang apa tadi?"

Aluna menutup mulutnya rapat-rapat. Dia hanya menggelengkan kepala. Tidak mau berkomentar apa pun, atau dirinya akan mendapat masalah besar.

"Denger, ya. Aku bukan tua, tapi matang," kilah Darren.

"Saya tidak mengatai Bapak tua, loh. Bapak sendiri yang bilang barusan."

Darren langsung melotot, membuat Aluna kembali bungkam. "Aku hanya ingin kamu menjadi istriku saja," ucap Darren, berusaha mengembalikan topik pembicaraan ke semula. Dia paling kesal kalau membicarakan usia.

Ya, memang usia Darren sudah hampir kepala empat. Akan tetapi, ia merasa percaya diri. Perawakannya tidak berbeda dengan pria berusia dua puluh tahunan, masih gagah dan sangat tampan.

"Tetapi kenapa harus dibayar?" 

"Karena aku hanya ingin sandiwara pernikahan, bukan pernikahan sungguhan."

"Hah?! Hahahaa ...." Aluna tertawa mendengar alasan Darren. Baginya ini sangat lucu dan mengherankan. Kalau tidak mau menikah, untuk apa menikah? Sampai mesti membayar orang pula. Begitu pikir Aluna.

"Kenapa kamu malah tertawa? Aku serius!" seru Darren, tegas.

Gadis di depannya ini ternyata sulit sekali berkompromi. Padahal, Darren pikir Aluna bisa diajak kerja sama. Akan tetapi, hasilnya malah nihil.

"Saya juga serius, Pak, dan merasa sedikit lucu–" Aluna menjeda ucapannya. Dia harus menghentikan tawanya dulu. Kalau tidak, Darren pasti terpancing emosi.

"Bapak itu seorang CEO kaya. Saya yakin, banyak sekali wanita yang ingin menjadi istri Bapak. Mereka itu pasti menginginkan Bapak. Jadi, bagi Bapak mudah saja, tinggal meminta salah satu di antara mereka untuk pura-pura menjadi istri," papar Aluna panjang lebar. Dia harus menolak tawaran Darren, bagaimanapun caranya. Karena, pria itu bukan tipe pria idamannya.

"Bukan. Aku tidak mau. Haduh, berbicara denganmu itu memang melelahkan!" seru Darren, wajahnya tampak frustrasi. Harusnya dia menyiapkan trik lain agar Aluna mau menerima tawarannya tanpa protes. "Pantas saja HRD bilang, kalau kamu itu jago bernegosiasi. Jadi, memang seperti ini kebiasaanmu."

"Apa maksud Bapak? Tolong jangan alihkan pembicaraan!" protes Aluna. "Tidak perlu menyindir tentang kepribadian saya. Ini urusan yang Bapak timbulkan sendiri." Aluna kesal. Pria ini tidak mengerti juga. Padahal sudah jelas Aluna menolak, tapi malah berbelit-belit.

"Dengar! Aku memilihmu karena kamu itu membenciku. Kalau sama yang lain, tidak bisa."

Aluna membulatkan matanya. "Hah? Kenapa begitu?" tanya gadis tersebut dengan sorot keheranan.

Aluna benar-benar bingung dan penasaran dengan alasan Darren. Sebenarnya, apa yang diinginkan bos besarnya ini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Zussy Llwty
ceritanya mulai asik
goodnovel comment avatar
Revida Anugrah
semakin seru aj jalan ceritanya...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 2 Penolakan Aluna

    "Loh, memang harus seperti itu. Kalau aku menikahi orang yang tergila-gila akan harta dan tergila-gila padaku, akan susah," terang Darren."Maksudnya bagaimana? Jangan membuat alasan, Pak." Pembicaraan ini tidak akan ada ujungnya kalau Darren tidak langsung memberikan alasan jelas kepada Aluna."Kalau aku menikahi wanita yang gila harta, maka pasti dia akan mau melakukan berbagai cara untuk mengeruk hartaku."Aluna pun terdiam menyimak. Dia tidak berkomentar sama sekali. Kali ini, ia ingin mendengarkan semua alasan pria itu ingin menikahinya."Lalu, jika aku menikahi wanita yang menggilaiku, pasti sulit melepasnya.""Ck!" Aluna berdecak keras, melihat bosnya dengan tatapan datar. "Lalu, untuk apa menikah? Tidak usah menikah saja! Gitu aja kok, repot!" seru Aluna, gemas sendiri."Aku inginnya seperti itu, tapi sayangnya tidak dengan orang tuaku. Ibuku terus-terusan meminta menantu."Aluna terperangah. Wajahnya tampak terkejut. Melihat itu, Darren malah kesal."Benarkah? Lucu sekali.

    Last Updated : 2023-08-08
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 3 Tuntutan Danita

    "Satu miliar?" tanya Aluna. Wajahnya masih syok, tampak tak percaya."Iya, itu maharnya saja. Kamu bisa meminta apa pun. Rumah, perhiasan, baju-baju bagus, tas branded atau mungkin kamu butuh mobil? Boleh. Kamu juga tidak perlu bekerja lagi sebagai sekretarisku. Gampang, kan?" jelas Darren. Dia tersenyum, percaya diri.Kali ini sang pria yakin, Aluna tidak akan menolaknya. Siapa yang bisa menolak jika diberi iming-iming harta dan kemewahan? Menurut Darren tidak ada. "Bapak bercanda, kan?"Aluna masih tidak percaya. Apalagi Darren terkenal arogan dan dingin. Mana mungkin memberikan semua itu kepada gadis biasa sepertinya."Tidak, aku serius mengatakan ini semua. Aku menawarkan ini hanya padamu saja, bagaimana?"Aluna terkekeh sembari menggelengkan kepala. Dia benar-benar kaget dengan sikap Darren saat ini. Pria yang berpikir kalau pernikahan sama dengan jual beli. Aluna tidak suka dan tentu saja akan tetap menolak. "Terima kasih, Pak. Saya tidak mau." Erangan keluar dari mulut Darre

    Last Updated : 2023-08-14
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 4 Masa Lalu Darren

    "Bagaimana makanannya, Bu?""Enak sekali. Ini kamu pesan dari mana?" tanya Danita di sela suapannya."Tentunya dari restoran ternama. Katanya Ibu mau makan makanan dari luar. Jadi, aku pesan dari restoran yang paling mewah dan paling mahal."Sekarang, Darren dan Danita sedang makan malam. Ya, makan malam di saat yang kurang tepat. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tetapi, itu lebih baik daripada Darren membuat ibunya kelaparan.Walaupun sang Ibu berbohong, tapi Danita tidak akan menolak tawaran dari anaknya itu. "Kamu bisa saja bujuk Ibu, tetapi bukan berarti Ibu membatalkan tuntutan sama kamu, ya. Pokoknya kamu harus tetap mengenalkan gadis itu pada Ibu."Lama-lama Darren bosan mendengar permintaan ibunya. "Ya baiklah. Bisakah kita jangan membicarakan itu dulu? Kita kan baru selesai makan," ujar Darren, akhirnya bersuara. Padahal perutnya baru saja diisi. Bisa-bisa dia mual karena terlalu kenyang mendengar omelan ibunya."Loh, justru karena kita sudah selesai makan. I

    Last Updated : 2023-08-15
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 5 Rasa Penasaran Danita

    "Ibu tidak akan tahu karena dia itu karyawan baru," jawab Darren.Sebenarnya Darren sudah bosan mendengar pertanyaan ibunya perihal Aluna. Karena, mau dijelaskan pun memang mereka belum pernah bertemu. Darren berharap, Danita segera mengakhiri pembicaraan ini. "Benarkah? Jadi, dia itu karyawan baru?" tanya Danita, memastikan lagi. "Iya, bukankah aku tadi sudah bilang, dia itu salah satu karyawanku.""Baguslah kalau begitu, tapi ngomong-ngomong siapa namanya?"Danita sampai lupa menanyakan nama calon menantunya. Semua itu karena dia terlalu senang mendapatkan kabar ini. "Namanya Aluna.""Aluna? Nama yang bagus. Tapi, kamu benar-benar yakin kalau Ibu belum mengenalnya?"Dalam hati Darren terus merutuk. Kalau berurusan dengan menantu dan pernikahan, ibunya itu terlalu bersemangat. Tetapi, itu malah membuat Darren pusing sendiri. Danita terlalu ingin tahu. "Iya, Bu. Ibu tidak mengenalnya. Dia baru 2 bulan bekerja di tempatku." "Oh ya, jadi jabatannya sebagai apa?" tanya Danita lagi.

    Last Updated : 2023-08-16
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 6 Utang Warisan Sang Ayah

    "Dasar pria gila! Dia pikir aku ini wanita murahan? Bisa dibeli dengan sejumlah uang? Harusnya dia beli saja wanita bayaran yang sudah jelas-jelas akan menyerahkan dirinya dan rela melakukan apa pun. Aku tidak paham dengan jalan pikiran pria itu!"Aluna menghempaskan diri di sofa dengan perasaan kesal. Dia masih ingat tentang permintaan pria dingin itu kepada dirinya. Padahal, Aluna yakin kalau Darren itu juga anti-pati kepadanya. Tetapi, siapa sangka? Tiba-tiba saja Aluna dilamar oleh orang yang sangat dia hindari. Gadis itu masih tidak habis pikir dan merasa kalau Darren sedang mempermainkannya. "Kenapa kamu datang-datang malah marah-marah?""Astaga! Ibu bikin aku kaget saja!" seru Aluna, terkejut.Lamunan gadis itu pun langsung buyar saat mendengar suara Amalia."Kamu yang bikin Ibu kaget, tiba-tiba saja datang sambil ngomel seperti itu. Memang ada masalah apa?" tanya Amalia, sembari duduk di sebelah anaknya. Aluna diam sejenak. Sempat terlintas ingin bercerita tentang Darren. Te

    Last Updated : 2023-09-14
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 7 Beban Aluna

    "Ibu, jangan pikirkan hal seperti itu, biar semua menjadi urusanku," ucap Aluna, masih berusaha menenangkan sang Ibu.Namun demikian, perkataan apa pun yang dilontarkan oleh anaknya, sama sekali tidak membuat wanita paruh baya itu merasa membaik."Tapi, uang 100 juta itu--" "Bu, percayalah kepadaku. Aku akan mencoba untuk mencari jalan keluarnya, yang penting Ibu jangan sampai sakit hanya karena memikirkan ini semua," ujar Aluna menyela."Ini bukan masalah sepele, Aluna. Seratus juta itu uang semua!" seru Amalia, berusaha menyadarkan anaknya kalau uang sebanyak itu tidak bisa didapatkan semudah membalikkan telapak tangan. "Aku tahu, Bu. Maka dari itu, aku mohon, Ibu tetap tenang dan doakan agar aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu."Mendengar itu, Amalia hanya bisa diam. Sekeras apa pun dirinya berusaha untuk menyadarkan Aluna, tapi anaknya juga bersikukuh bisa melunasi itu semua. Sang paruh baya pun hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk mereka. "Sekali lagi Ibu minta maaf kar

    Last Updated : 2023-09-15
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 8 Terkenal Cuek dan Galak

    "Em, maksud lo Amar divisi exim itu?" tanya Aluna, memastikan.Karena setahunya nama Amar hanya pria itu. Lagi pula, memang Aluna sering berkomunikasi dengan Amar meskipun hanya tentang pekerjaan. Tetapi, memang Aluna selalu jutek dan terkesan galak. Aluna berpikir itu adalah cara dirinya melindungi diri. Setidaknya dia punya benteng pertahanan agar tidak ada pria yang meremehkannya atau memperlakukan semena-mena."Iya, memang lo pikir Amar yang mana lagi?" tanya Alika, gemas.Aluna terkekeh pelan. "Memang dia bilang apa?" tanya Aluna penasaran.Selama ini, Amar terlihat bersikap biasa saja. Padahal, kalau memang ada yang mau dibicarakan, pria itu tinggal bilang saja pada Aluna, tidak harus lewat Alika. Itulah yang membuat Aluna penasaran. "Katanya mau bertemu dengan elo, mau berbicara empat mata."Aluna kaget, dia bahkan sampai berdiri. "Benarkah? Hahaha." Sekarang giliran Alika yang keheranan. "Kenapa lo malah tertawa?" "Iya. Bagaimana gue tidak tertawa, kalau dia memang ingin b

    Last Updated : 2023-09-16
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 9 Kebingungan Aluna

    Aluna terdiam memandang lurus ke depan. Setelah pembicaraannya dengan Alika, dia pun berpikir matang-matang. Kalau misalkan Aluna meminjam uang kepada Darren, apakah mungkin pria itu memberikannya? Sementara sebelumnya sang pria menawarkan 500 juta untuk mahar agar dia mau menikah dengan Darren. Ini benar-benar memalukan untuknya.Bagaimana bisa dia mendatangi Darren dan meminjam uang 100 juta? Pasti pria itu akan menertawakannya dan sang pria akan menawarkan lagi 500 juta itu untuk mahar yang katanya demi menikahi gadis cuek seperti Aluna. "Yang benar saja! Masa aku harus nikah sama Pak Darren? Dia kan lebih tua dariku. Harusnya itu dia jadi pamanku. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Kalau misalkan menolak permintaan Pak Darren, tentu saja aku juga tidak akan mendapatkan 100 juta itu. Tapi, kalau aku tidak meminjam kepada Pak Darren, bagaimana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu dekat?" Aluna mulai frustrasi. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Jika menjual rumah

    Last Updated : 2023-09-18

Latest chapter

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 154 Manusia Transparan

    Aroma makanan yang menyerang itu membuat rasa lapar semakin menjadi. Bahkan suara perutnya terdengar. Gadis itu meringis sembari memegangi perut. Kalau sudah begini, apakah dia harus menyerah untuk keluar? Tetapi bagaimana kalau ternyata benar Darren ada di sana? Yang ada dia gengsi dan malu sendiri, sebab tahu kalau dirinya kabur tanpa pamit kepada bosnya. Bagaimanapun Darren itu adalah bosnya sendiri. Pasti akan ada kata-kata yang membuat Aluna kembali merasa sakit hati, tapi kalau diam saja pun dia pasti akan kelaparan dan entah sampai jam berapa pria itu akan ada di sini. Darren melihat ke sekitar, berharap kalau Aluna datang. Tetapi tidak juga keluar. Dia berbisik kepada mertuanya, apakah rencana yang tadi itu berhasil atau tidak."Aluna belum keluar, Bu?" tanya Darren memastikan."Sudah tenang aja, sebaiknya kamu makan, ya?" Amalia terlihat santai.Dia malah menyendokan makanan di piring menantunya. Sebab Amalia mengatakan kalau Aluna pasti akan keluar. Entah cepat atau lambat

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 153 Taktik Amalia

    Entah berapa lama Aluna menunggu di kamar. Tetapi dia kesel dan juga lapar kalau terus-terusan berada di kamar. Masalahnya gadis itu tidak mendengar suara mobil Darren menjauh, artinya sang suami masih ada di sini.Kalau begitu, dia terjebak di kamar dan tidak bisa ke mana-mana. Lalu, bagaimana dengan urusan perut? Cacing-cacing yang ada di perutnya juga sudah protes untuk diberi makan.Gadis itu mencoba mencari sesuatu di kamarnya, mungkin saja ada camilan atau setidaknya permen yang bisa dikunyah. Tetapi tak ada, sejak pernikahan dirinya kamar ini sudah benar-benar dibersihkan oleh ibunya dan yang tertinggal hanya barang-barang milik pribadi. Gadis itu menghela napas pelan, tak tahu apa yang harus dilakukan kalau sudah begini. Sementara itu Amalia saat ini sedang sibuk di dapur. Dia berusaha untuk memasak apa pun yang spesial untuk menantunya, karena dia juga tahu mana mungkin Aluna kuat seharian di kamar, apalagi kalau sampai mencium aroma masakan sang wanita.Mana mungkin Aluna b

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab152 Prestasi bagi Darren

    Amalia pun tidak bisa mengelak lagi kalau Darren sudah mengatakan hal seperti itu. Dengan senyuman tulus Amalia menganggukkan kepala, tetapi tidak mengatakan kalau Aluna ada di sini.Wanita paruh baya itu memberikan isyarat kepada Darren dengan menganggukan kepala dan mengacuhkan jari jempol ke arah kamar Aluna. Seketika pria itu tersenyum. Dia mengerti apa yang dikatakan oleh Amalia. Dengan suara pelan Amalia pun memberikan wejangan kepada menantunya itu. "Sepertinya dia masih merajuk. Kalau kamu mau, tunggu saja sampai sore di sini. Ibu akan siapkan kamar lagi di sini, kalau perlu kamu menginap saja. Lagi pula Aluna mana mungkin bisa tahan seharian di kamar. Bagaimana?"Mendengar itu Darren terdiam. Dia benar-benar takut dengan apa yang dikatakan oleh mertuanya. Pria itu pikir Amalia akan marah besar karena tahu mereka bertengkar. Padahal baru dua hari menjadi suami istri, tapi semua di luar dugaan. Amalia bahkan begitu bijak memberikan solusi terbaik. "Ibu tidak akan ikut campur

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 151 Mencari Aluna (2)

    "Kamu mau makan sesuatu?" tanya Amalia saat melihat Aluna yang hanya berdiam diri."Tidak, Bu. Aku hanya istirahat sebentar, kok," ucap gadis itu. "Ya, sudah kalau begitu. Sebaiknya kamu ke kamar saja." Aluna setuju. Mungkin memang sebaiknya dia menjernihkan pikiran sebentar di dalam kamar, tempat ternyaman yang tidak ada siapapun mengganggu. Baru juga 10 menit wanita itu tiduran di kamar, tiba-tiba saja suara deru mobil terparkir di depan rumah Amalia. Sang wanita paruh baya langsung melihat dan yang keluar dari mobil ternyata Darren. Dengan cepat wanita itu menyambut kedatangan menantunya."Nak Darren? Tumben ke sini? Memang sudah pulang kerja?" tanya Amalia.Sebenarnya dia hanya basa-basi, sebab tahu kalau menantunya ini pasti akan menjemput Aluna. Tetapi dia tidak mau ikut campur terlalu jauh. Kalaupun memang ada masalah, biarkan saja seperti ini. Lagi pula mereka sudah berumah tangga, hal yang wajar jika ada pertengkaran kecil. Berharap ini tidak akan membuat hubungan mereka m

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 150 Mencari Aluna (1)

    "Baiklah, Bu. Aku tidak akan menginap Aku hanya ingin istirahat di sini aja, boleh?" tanya Aluna, akhirnya memilih untuk mengalah. Dia tidak mau membuat ibunya semakin kepikiran. Aluna yakin, ibunya pasti mengatakan hal itu untuk meminimalisir pertengkaran antara dirinya dan Darren. Bisa gawat juga kalau Danita bertengkar dengan Amalia karena mengizinkan seorang menantu kabur dari rumah mertua tanpa mengatakan apa-apa. "Baiklah kalau begitu. Sebaiknya kamu duduk saja dulu. Istirahatlah sebisanya. Setelah itu kamu kembali kepada suamimu, ya?" ucap Amalia yang membuat Aluna hanya bisa terdiam. Tampaknya sekarang dia harus mencari tempat persembunyian yang sekiranya tidak akan diketahui oleh siapa pun, terutama Darren. Karena kalau dia pergi ke rumah ibunya ataupun bersama dengan Alika, itu pasti akan mudah sekali terbaca oleh Darren. Gadis itu menghela napas panjang dan memilih untuk menyandarkan punggung. Dia akan istirahat dan menenangkan pikiran dulu, sampai benar-benar tahu baga

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 149 Bersembunyi

    Sudah 10 menit berlalu, tapi tidak ada kabar dari Aluna. Darren mulai uring-uringan. Dia sudah berusaha untuk meminta Alika mencari Aluna, sayangnya belum juga ketemu. Kalau sudah begini maka kejadiannya akan benar-benar membuat Darren bahaya. Bagaimana kalau Danita tahu kejadian tadi? Bisa-bisa dia akan dimarahi habis-habisan, lebih parahnya warisan yang seharusnya milik Darren akan dibekukan. Membayangkannya saja membuat Darren tak kuasa, apalagi kalau jadi kenyataan. Darren mengerang dan mengacak-ngacak rambut yang sudah disusun rapi. "Ah, sial! Kalau sudah begini, aku harus turun tangan sendiri," ucap pria itu. Dia pun tidak mau menunggu kabar dari Alika ataupun Amarudin, dia akan mencari Aluna bagaimanapun caranya Darren harus bertemu dengan Aluna dan membawa gadis itu pulang. Sementara itu, Aluna sama sekali tidak kembali ke kantor dan memilih untuk pulang ke rumah ibunya. Dia akan berusaha untuk terlihat baik-baik saja di depan ibunya, berharap kalau di sana mendapat ketenang

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 148 Bahan Gosip

    "Lo tahu ngga? Tadi itu Bu Aluna keluar dari ruangan Pak Darren dengan wajah marah. Terus tak lama kemudian Pak Darren juga keluar, dia malah kebingungan." Tak sengaja Alika mendengar pembicaraan salah satu rekan kerjanya yang tempat duduknya bersebelahan dengan dia. Sontak Alika pun menoleh dengan alis saling bertautan. "Tunggu, tunggu, tunggu! Kalian berdua lagi ngomongin apa?" tanya Alika membuat kedua wanita itu langsung menoleh. "Ini temen lo tuh, Aluna. Katanya udah keluar dari kantor Pak Darren dengan wajah marah. Apa mereka bertengkar, ya?" tanya salah satu di antara mereka kepada Alika, membuat sang gadis kaget. "Salah lihat kali," ucap Alika, karena nggak mau sampai salah bicara atau diam saja. Takut jika rekan-rekan kerjanya berpikiran macam-macam terhadap dua orang itu. "Mana mungkin salah lihat! Orang gue lihat sendiri, kok," timpal salah satunya yang sedang berdiri. "Bu Aluna kan teman lo, apa nggak sebaiknya lo cari tahu? Jangan-jangan mereka sedang bertengkar ata

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab147 Salah Ucap

    Darren dan Aluna saling pandang. Pria itu tampaknya benar-benar baru sadar apa yang sudah dikatakannya barusan. Apalagi melihat Aluna yang marah dengan wajah memerah, dia itu juga melihat kalau sang gadis mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Ini bahaya. Jika seorang Aluna bisa marah seperti ini, artinya dia sudah keterlaluan mengatakan hal tadi. "Aluna, dengarkan aku dulu. Tadi itu--" "Nggak, Pak. Cukup! Saya sudah mengerti. Bapak menilai saya serendah itu. Padahal Bapak sendiri yang membuat aturan, tapi Bapak yang melanggarnya. Harusnya Bapak sadar, kalau bukan karena saya mungkin saat ini Bapak masih dikejar-kejar untuk mencari jodoh." "Iya, aku tadi salah. Aku benar-benar minta maaf dan tidak sengaja mengatakan itu." "Tidak sengaja, Pak? Bapak spontan mengatakan itu sambil tertawa. Itu membuat harga diri saya diinjak-injak." "Loh, aku tidak menginjak harga dirimu. Aku benar-benar menghormatimu, bahkan aku khawatir terjadi sesuatu kepadamu. Sampai mencari ke mana-mana."Al

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab146 Bapak Pikir Lucu?!

    Darren langsung memundurkan tubuhnya, tapi dia masih menatap gadis itu dengan tajam. Entah kenapa reaksi yang diberikan oleh Darren membuat Aluna ketakutan sendiri. Mungkinkah pria itu tahu kalau dirinya tidak ada di pantry saat itu. "Jangan bohong! Aku tadi ke pantry dan tidak ada siapa-siapa." Seketika Aluna hanya bisa terdiam, suaranya tidak keluar sama sekali menandakan kalau dirinya benar-benar sudah terpojok. Gadis itu merutuki diri, tapi juga tidak tahu harus berbuat apa-apa. Sebab dirinya malu jika berhadapan dengan Darren. Saat ini saja kalau Darren tidak memberikan ekspresi marah, mungkin kelebatan saat mereka melakukan adegan ciuman itu akan kembali terulang. "Katakan, Aluna. Kenapa kamu menghindariku? Apa gara-gara aku menciummu?"Tubuh Aluna menegang. Wajahnya saat ini benar-benar memerah. Haruskah Darren mengatakan hal seperti itu di depan gadis yang belum pernah tersentuh oleh pria manapun? Ini memalukan untuk Aluna. Gadis itu sampai menunduk karena malu. Melihat r

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status