Share

Mas Firman

Penulis: Reren Hurriyah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Part 6

Hari itu ulang tahun Viyo, sebuah cake minimalis berhiaskan lapangan sepak bola lengkap dengan 11 miniatur pemain bola dan miniatur gawang indah menghiasi, sebuah kado besar dipegang oleh Yogi, seorang laki-laki memegang kue ulang tahun untuk Viyo yang sudah diberi lilin dan dinyalakan dari luar rumah.

"Mungkin itu temennya Mas Yogi," pikir Silvi.

Ya ini adalah jam pulang kerjanya Yogi jam 05.00 sore. Dua orang laki-laki ini membuat kejutan untuk putra semata wayang Silvi dan Yogi.

"Viyo...," Panggil Yogi gemas.

Viyo yang sedang asyik bermain bersama ibunya langsung berlari menyambut kedatangan ayahnya.

"Papa...," Sambut hangat Viyo.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you," nyanyian ayahnya membuat Viyo sangat bahagia.

Laki-laki itu menyodorkan kue yang sudah diberi lilin angka 3 yang menyala, Viyo langsung meniupnya dengan senang hati.

"Yey...," Sorak sorai Viyo menggema di seluruh ruangan rumah kontrakan sederhana itu.

"Potong kuenya, potong kuenya, potong kuenya sekarang juga...," sambung laki-laki itu ikut bernyanyi.

"Ayo Viyo disuapin papanya sama mamanya!" seru laki-laki itu.

"Sebentar, sebentar, Om fotoin ya," Ucap laki-laki itu seraya mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

Viyo menyuapi papahnya kemudian menyuapi mamanya, layaknya keluarga bahagia yang idealis mereka berfoto, saling suap, saling mencium buah hati, terakhir Yogi mencium pipi kanan Viyo, dan Silvi mencium pipi kiri Viyo.

Klik…,

Keluarga kecil Silvi di potret oleh seorang laki-laki yang baru saja datang bersama Yogi.

Viyo membuka kado ulang tahun dari Papanya, Dia sangat senang, isinya sebuah mobil truk besar yang bisa dia duduk sendiri.

"Makasih papa," Ucap Viyo.

Tubuh mungilnya mengendarai mobil-mobilan besar itu dan mengelilingi seisi rumah.

brum brum brum... Viyo memainkan mobil itu.

Satu kado lagi dari teman laki-lakinya Yogi Viyo membukanya dengan senang hati.

"Oia, kenalin ini istri saya, Silvi.” ucap Yogi sambil memeluk Silvi.

Srrr…

Silvi merasa merinding, lagi-lagi Yogi bersikap hangat kepadanya, hanya di depan rekannya. Silvi menelungkupkan kedua tangannya dan merapatkan tangan itu di depan dadanya, jilbab instannya yang lebar membuat laki-laki itu mengerti bahwa Silvi tidak ingin berjabat tangan dengannya. Ia pun memakluminya karena itu adalah salah satu prinsip hidup seorang wanita yang taat terhadap agamanya. Tidak bersentuhan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya.

"Salam kenal Mbak, saya Firman," laki-laki itu pun menelungkupkan kedua tangannya di depan dada sembari tersenyum sama halnya seperti Silvi.

“Salam, Pak Firman,” balas Silvi senyum.

“Oh iya Bapak ini temen kantornya Mas Yogi?” Tanya Silvi mengakrabkan diri.

“Kok panggil Bapak sih, saya kan masih muda,” Canda Firman.

“Panggil Firman aja, biar nyantai, atau mau panggil ‘Mas Firman’ juga boleh kok, hihihi,”

“Hus, istri gua nih,” sanggah Yogi. Tangan kanan Yogi melingkar di pinggang kecilnya Silvi.

Silvi hanya tersenyum kaku.

“Andaikan kau sehangat ini setiap saat, Mas,” halu Silvi.

Hidung mancung, bulu mata lentik dan lesung pipi menghiasi wajah pria ini, kulitnya pun mulus tak seperti yogi yang memiliki bulu halus di tangannya. Tampan, seperti halnya yang dikatakan orang-orang kepada suamiku.

"Tampan sekali,” bisik Silvi dalam hati.

“Kalau seandainya pria ini pakai kerudung, sepertinya akan jadi cantik saking tampannya,” Silvi mulai halu.

“Astagfirullah,” ucap Silvi menyadarkan diri.

“Pikiranku melantur,” gumamnya dalam hati.

“Permisi, Pak, saya ke dapur dulu mau ngambil minum buat bapak,” silvi berdiri dan merengkuhkan badan.

“Nggak usah, nggak usah, saya nggak lama kok, saya pulang ya, Yog.” Mata laki-laki itu kini beradu dengan Yogi.

“Selamat Ulang tahun, Viyo, Om pulang ya,” suara laki-laki itu agak meninggi.

“Dia siapa, Mas?” Tanya Silvi usai kepergian Firman.

“Dia pacarku,” jawab Yogi datar.

“Apa? Gila kamu, Mas,” Silvi terperanjat.

“Hahaha, bodoh, masa ia dia pacarku? Punya rasa humor sedikit napa?” senyum Yogi terlihat sinis.

“Ya Alloh, jantungku hampir copot,” Silvi mengelus dada.

“Dah lah, aku capek, kamu sudah masak air belum? Aku gerah mau mandi air hangat,” yogi meninggalkan Silvi. Suasana dingin telah kembali. Sikap Yogi selalu begitu, jika ada teman atau tamu dia seolah menjadi suami ideal yang sempurna. Namun jika mereka sudah pergi sikapnya kembali sedingin salju.

“Rasanya aku sudah lelah dengan sandiwara ini,” Silvi menggelengkan kepala.

Bab terkait

  • Istri Bayangan   Vidio Syuurr...

    Part 7 Vidio Syur Malam ini Yogi tidur dengan cepat, ponsel yang sering dia pandangi tergeletak begitu saja di dekat televisi. Silvi tidak lagi tertarik dengan ponsel itu, dia meraih ponselnya dan melihat halaman f******k miliknya. Tak ada pemberitahuan status terbaru dari Yogi, "Kok aku nggak bisa lihat statusnya Mas Yogi, ya?" bisik Silvi heran. "Ah mungkin Mas Yogi nggak pasang status hari ini, tumben," Pikirnya."Bentar, status yg kemaren aku komentari juga hilang?" Silvi merasa aneh. "Apa mungkin akunku di blokir?" Terka Silvi. Pekerjaan rumah sudah selesai dari tadi, biasanya setrikaan menggunung di akhir pekan, Silvi tak bisa tidur dia membuka komputer yang terpasang di kamarnya. Ia tidak gaptek, Silvi bisa mengoperasikan komputer sejak ia SMA, saat itu ia berharap ada satu game di komputer itu yang bisa mengisi waktunya malam ini. Klik... Klik... Klik... Silvi membuka folder-folder milik Yogi. Macam-macam, makalah, proposal, bahkan fotopun bertebaran dalam disk comput

  • Istri Bayangan   Akun 'Cinta Sejati'

    Part 8 Akun 'Cinta Sejati'“Apakah alasan Mas Yogi tidak menyentuhku itu karena dia tidak suka kepada wanita?”“Ya Allah Bodohnya aku,” keluh Silvi.Silvi mematikan komputer itu, bangkit dan menuju ke kamar mandi untuk berwudhu. Amarahnya yang sedang panas ini berusaha ia redam dengan air wudhu. Sajadah ia bentangkan, salat pun ia dirikan, setelah itu Silvi mengambil Alquran kecilnya. Hal ini selalu ia lakukan acap kali ia merasa gelisah memikirkan nasib rumah tangganya yang selama ini terasa hambar.Terkadang dia menyesal mengapa dulu dia begitu cepat mengambil keputusan untuk mau menikah dengan laki-laki seperti Yogi. Namun di balik itu dia terima takdir yang telah Allah gariskan untuk dirinya, ayat-ayat Alquran dilantunkannya, membuat hatinya semakin tenang, ketika ia rasa hatinya sudah tenang Silvi menyimpan kembali Alquran kecil itu dan membereskan mukena serta sajadah yang ia gunakan dengan rapi. Ia melihat Yogi yang tertidur lelap memeluk sang buah hati, Silvi membaringkan tub

  • Istri Bayangan   Laki-laki Misterius

    part 9Bab 9Laki-laki MisteriusJarum suntik masih menusuk di urat nadi tangan kirinya, Silvi berusaha menenangkan hatinya, ini bukan kali pertama dia menemukan sesuatu hal yang janggal tentang suaminya.“Mbak yakin nggak sakit apa-apa?” Tanya Mia yang setia menemaninya. Silvi mulai berhenti menangis."Mia, Mbak nitip Viyo, ya!” ucap Silvi tiba-tiba dengan mata yang kosong. Silvi berkata sambil melamun, ia tak melihat ke arah Mia melainkan seperti termenung. “Iya Mbak, tenang aja, Viyo aman bersama saya, ada nenek juga di rumah, jadi Mbak nggak usah khawatir.” Jawab Mia. “Bukan untuk saat ini saja, tapi untuk selamanya. Jika suatu saat nanti terjadi apa-apa kepada Mbak tolong jaga Viyo.” Lanjut Silvi. “Hus, jangan ngomong begitu, Mbak! Mbak kan udah sehat, kata dokter besok Mbak udah boleh pulang,” hibur Mia. “Semoga aja tidak ada apa-apa,” dalam hati Silvi udah siap jika hal buruk menimpa nasib rumah tangganya. “Sudah, Mbak

  • Istri Bayangan   Rumah Baru

    Part 10POV SilviSeorang pria paruh baya tengah mengamati sebuah rumah kecil sederhana dengan bangunan semi permanen. Netranya melihat ke sana kemari, kemudian aku melihat mulutnya bertasbih menyebut nama sang Khalik, sekejap matanya tertutup. "Subhanalloh, La ilaha illallah," ucap pria itu. Aku tersenyum dan terenyuh, menghampiri pria paruh baya yang selama ini menyayangiku dan selalu ada untukku. Ya itu adalah ayahku ‘pak Rahmat’ begitu panggilannya. "Ini rumah yang cocok untuk kamu, Silvi,” ucap ayah. “Meski bangunannya kecil tapi ayah yakin rumah ini akan membawa berkah untukmu," tegasnya. Di samping rumah terlihat ada bangunan besar yang belum selesai dengan atap yang diberi kubah polos, terlihat baru dipasang. Aku melihat tampak segerombolan bapak-bapak yang kompak sedang bergotong-royong saling membantu menyelesaikan bangunan itu, sesekali ayahku melihat mereka lalu mendekati, aku mengikutinya.“Permisi,” Sapa ayah. Bapak-bapak pun menyambut dengan senyum, “Eh, Pak, Mong

  • Istri Bayangan   Pantai

    Part 11[Maaf Bu, boleh saya minta foto keadaan rumah sekarang? Maaf banget saya ngerepotin,] pesanku pada Bu Erni. Tak lama kemudian Bu Erni mengirim foto kepadaku. [Terimakasih, Bu.] balasku. Aku menatap lekat foto itu dan benar saja ada dua motor terparkir di depan rumahku, aku kenal motor itu, itu adalah motor Vario milik Firman. Hatiku lemas tak berdaya, sungguh aku merasa menjadi wayangnya Mas Yogi yang bisa dipermainkannya sesuka hati, dimanfaatkan dan dijadikan bayang-bayang untuk menutupi perbuatan laknatnya itu. Mungkin benar prasangkaku, Mas Yogi mengirimku ke tempat wisata bersama keluarganya ini agar dia bisa bersenang-senang dengan si pria cantik itu. Mobil rombongan berhenti di sebuah masjid besar, lokasinya masih sangat jauh dari penginapan yang akan kami sewa. Semua turun, segera bergegas untuk melaksanakan salat magrib. Tidak ada satupun yang tahu bahwa hatiku sangat gelisah, langkahku gontai menuju pintu masjid besar itu, ku ayunkan tanganku men

  • Istri Bayangan   Sosok Mistis

    Part 12Pov Yogi Waktu menunjukkan pukul 02.00 siang kami sekeluarga bersiap untuk pulang"Kamu yakin mau pulang pakai motor?” tanya Ibuku khawatir. Raut wajahnya tentram terpancar jiwa kasih nya untukku. “Iya, Mah, tenang aja, aku gantian sama Firman, kok, jadi kalau aku capek di jalan ya kita gantian nyetir motornya.” Jawabku. Aku melihat istriku memandangku sinis entah apalah yang ada di pikirannya aku tak peduli.“Kalau kamu capek, aku bisa bawa motor sendiri, Yog. Kamu ikut sama keluarga aja naik mobilnya Mbak Yuni,” saran Firman. Istriku, Silvi sontak memandangi Firman. “Nggak, nggak, jalanan jauh banget loh, udah gitu berkelok-kelok pula, nanti kalau ada apa-apa di jalan gimana?” sanggahku mengkhawatirkan Firman.Istriku berpaling muka, sepertinya dia tidak setuju kalau aku perhatian sama Firman, mungkin karena selama ini aku tidak terlalu memanjakannya, terlihat jelas sekali bahwa dirinya tidak suka sama Firman. “Ya udah, yuk kita pulang aja, udah makin sore ini.” ujar istr

  • Istri Bayangan   Bisikan Mahluk

    Part 13Aku katakutan setengah mati, di kamar tamu ini aku membalut seluruh tubuhku dan menutupi kepalaku dengan selimut erat-erat, hingga terasa panas melumuri tubuhku, kamar ini memang sudah lama sengaja dikosongkan, maksudnya untuk tamu, agar selalu tertata rapid an indah. Aku mendengar ada suara langkah kaki, Tap tap tap... “Suara apa itu?” tanyaku pada jiwaku sendiri. Tanganku semakin bergetar tubuhku berkeringat dingin dan bulu kudukku sudah berdiri sejak tadi."Pergilah, tolong pergi dari sini," rintihku ketakutan. Aku memejamkan mata dan membaca ayat-ayat Alquran sebisaku. Namun suara itu terus saja terdengar.“Jika sudah selesai melihat-lihat rumah tolong pergilah,” kesahku. Aku bicara seperti itu dari dalam kamar, tidak berani keluar kamar karena aku tidak siap melihat sosok yang bermain diruang tamu itu. Aku meringkuk sendiri di ruang kamar tamu. Entah kenapa bakatku yang dulu bisa melihat hantu sekarang datang lagi, apa mungkin sifat indigoku itu telah kembali? Tidak,

  • Istri Bayangan   Anniversary

    Part 14Pov SilviHari ini adalah anniversary pernikahan kami, Entahlah Mas Yogi ingat atau tidak. Jika tidak ingat itu lebih bagus, aku ingin membuat surprise untuknya, ku belikan mini cake berwarna biru kesukaan suamiku.Ku lihat jam tepat pukul 05.00 sore, biasanya Mas Yogi pulang sekitar jam itu, aku bersiap dengan Viyo membawa Mini cake berukuran sedang ke ruang tamu dan menghiasnya dengan 4 lilin karena tahun ini adalah tahun keempat pernikahan kami. “Sttt... Ma, suara itu suara motor papa, ayo kita siap-siap!” ajak Viyo, dia sudah tak sabar ingin memberikan ayahnya kejutan. sebuah motor yang suaranya tidak asing di telinga menghampiri rumah yang baru 3 bulan ini kami cicil. Brem… brem… brem… motor itu berhenti tepat di depan rumah, pintu sengaja ku buat tertutup.“Yeeeey...,” sorak Viyo. “Selamat ulang tahun pernikahan, Mas.” Sambutku pada Mas Yogi yang baru saja masuk melalui pintu utama rumah kami.“Eh, ya ampun, ini hari ulang jadi kita? Aku sampai lupa.” ucap Mas Yogi men

Bab terbaru

  • Istri Bayangan   Amanat Pak Rahmat

    Bu Teti adalah seorang ibu yang penuh perhatian dan penyayang. Dia selalu hadir untuk mendukung putrinya, Silvi, dalam setiap langkah kehidupannya. Bu Teti memiliki peran penting dalam keluarga dan merupakan sumber kekuatan bagi Silvi."Suatu hari, ketika ayah?mu sedang menjalankan ibadah haji di tanah suci, dia berdo'a dengan tulus. ayahmu sangat mengharapkan yang terbaik untukmu, Nak. Salah satu harapan terbesar yang dia sampaikan dalam do'a itu adalah agar kau mendapatkan pasangan hidup yang setia dan jujur." tutur bu Teti. "Ayahmu merasa sangat sedih ketika mengetahui bahwa suamimu, Yogi, telah mengkhianatimu. Ia ingin kau menemukan seseorang yang benar-benar mencintai dan setia kepadamu. Dia berharap agar kau dapat hidup bahagia dan mendapatkan kebahagiaan sejati dalam pernikahan." lanjut bu Teti. "Ibu sangat memahami perasaan ayahmu dan merasa berempati terhadap perjuangannya di tanah suci. Dia berusaha untuk menjadi pendukung utama bagimu, Nak. Ia ingin memastikan bahwa putri

  • Istri Bayangan   Ikhlas

    Silvi kini dipenuhi dengan kesedihan, menghadapi situasi duka yang sangat menyedihkan saat upacara pemakaman ayahnya berlangsung. Dalam suasana yang hening dan penuh duka, Silvi mencoba menahan air mata yang mengalir deras di pipinya. Rasa kehilangan yang mendalam dan kekosongan yang dirasakannya begitu menghantamnya, membuat hatinya hancur dan terasa sangat berat."Pak..., " jerit bu Teti. ia jatuh tak sadarkan diri. "Bu, bu," warga membantu tubuh bu Teti yang terjatuh lemas ke tanah. Bu Teti, juga berada dalam keadaan yang sangat rapuh. Saat jasad suaminya disemayamkan dalam liang lahat terakhir, ia tidak mampu menahan emosi yang membanjiri dirinya. Beban kesedihan yang begitu besar membuatnya pingsan tak lama setelah upacara dimulai. Keadaan ini semakin memperdalam kepedihan Silvi dan menggambarkan betapa besar kehilangan yang dirasakan oleh keluarga mereka.Saat jasad pak Rahmat dimasukkan ke dalam liang lahat, suasana menjadi semakin hening. Suara tangis pecah dari antara kerab

  • Istri Bayangan   Selamat jalan, Ayah

    Silvi, seorang ibu yang penuh kasih, kini mengalami perubahan drastis dalam sikap dan kehati-hatiannya sejak kasus penculikan terhadap putrinya, Zahra, beberapa hari yang lalu. Kejadian tragis ini telah mengguncang kehidupan Silvi secara mendalam membangkitkan rasa takut dan kekhawatiran yang mendalam dalam dirinya.Sebelum kasus penculikan terjadi, Silvi mungkin memiliki kehidupan yang relatif normal seperti ibu-ibu lainnya. Namun, setelah insiden tersebut, semua perhatiannya sepenuhnya tertuju pada Zahra. Ia tidak pernah melepaskan pandangannya dari putrinya yang berusia 7 bulan tersebut, khawatir bahwa bahaya mungkin mengancamnya kapan saja."Wanita itu berbahaya, aku tidak akan membiarkan dia menyakiti anak-anaku.Silvi tidak lagi merasa aman dalam lingkungan sekitarnya. Setiap gerakan, suara, atau kehadiran orang asing menjadi fokus perhatiannya. Ia berusaha melindungi Zahra dan Viyo dengan segala cara yang ia bisa, memastikan keamanan putra putrinya menjadi prioritas utama dalam

  • Istri Bayangan   Zena di Penjara

    Silvi kini penuh kekhawatiran dan kecemasan, ia merasa curiga pada Zena, seorang teman lama yang diyakininya telah menculik putrinya, Zahra. Curiga tersebut timbul karena ada beberapa kejadian yang mencurigakan dan petunjuk yang mengarah pada Zena. Meskipun saat kejadian tidak memiliki bukti yang konkrit, Silvi merasa yakin bahwa Zena adalah dalang di balik hilangnya Zahra.Kelegaan dan syukur memenuhi hati Silvi saat mengetahui bahwa Zahra, yang pada saat itu berusia 7 bulan, berhasil diselamatkan dan tidak terluka. Namun, rasa marah dan kebingungan tak terhindarkan saat mengetahui alasan di balik perbuatan Zena."Kenapa, ya, Zena tega melakukan ini pada putriku?" tanya Silvi termenung. sore itu Azam sudah pulang dan baru selesai mandi. "Maafkan aku, Vi," ucap Azam. "Maaf untuk apa, Mas?" tanya Silvi heran. Azam, suami Silvi, mengungkapkan kepada Silvi bahwa Zena melakukan perbuatan tersebut karena dendam yang tak terungkap. Azam menceritakan bahwa Zena sebenarnya telah mencintai

  • Istri Bayangan   Wanita Misterius

    Zena adalah seorang wanita yang memiliki dendam pada Azam karena telah menolak cintanya dulu sebelum menikahi Silvi ia berniat buruk dan melakukan penculikan terhadap Zahra, seorang bayi berusia 7 bulan. "Awas kalian, aku pasti akan menghancurkan rumah tangga kalian! Aku tidak akan membiarkan kalian hidup bahagia! " bisik Zena yang sedang memata-matai keluarga Azam. Kejadian itu terjadi di taman yang terletak dekat komplek perumahan, saat itu Silvi sedang pergi ke toilet. Pada saat itu, Zahra seharusnya dijaga oleh ayahnya, Azam, Namun, dalam kejadian yang tidak terduga, Azam malah berlari mendekati Viyo yang sedang bermain bola. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada Zena untuk menculik Zahra tanpa diketahui. Dengan niat buruk yang dimilikinya, Zena mengambil kesempatan ini untuk melaksanakan rencananya.Zena melarikan diri dari taman dengan Zahra dalam pelukannya, menjauh dari area perumahan. Tujuan Zena dalam menculik Zahra adalah agar Azam dan Silvi bersedih, dapat disimpulk

  • Istri Bayangan   Berolahraga Bersama

    Beberapa bulan kemudian saat usia Zahra sudah menginjak 7 bulan semua curahan kasih sayang tertumpah kan pada cucu ke dua Bu Teti ini, kakeknya Pak Rahmat sangat menyayangi cucunya terutama Zahra yang saat ini sedang lucu-lucunya. "Cucu abah cantik banget," ucap Pak Rahmat, "Siapa dulu dong, neneknya," balas bu Teti centil. "Ciluuuk..., baaa...," pak Rahmat sedang asyik bermain dengan Zahra. tiba-tiba Silvi datang menghampiri Pak Rahmat dan bu Teti. "Bu, aku pamit ya," ucap Silvi. "Lho... emang kamu mau kemana, Nak?" tanya bu Teti kaget. "Ini, mama Rohimah pengen ketemu Zahra, aku nggak lama kok, paling cuman 3 hari. mumpung sekolah Viyo lagi libur. mas Azam juga lagi libur." pinta Silvi. "Yah, cucu nenek yang cakep ini bakalan pisah sama nenek, pasti nenek bakalan kangen sama kamu." ucap Bu Teti gemas sambil memeluk cucunya. "Pergilah, Nak, bu Rohimah kan juga neneknya Zahra, sudah pasti ia juga rindu sama cucunya." kata pak Rahmat mengerti. "Makasi, Ayah." ucap Silvi sambi

  • Istri Bayangan   Syukur Nikmat

    Azam merasakan kebahagiaan yang tak terkatakan saat ia berjumpa dengan putri pertamanya yang baru lahir. Detik-detik tersebut memancarkan kehangatan dan cahaya dalam hati Azam, memberikan perasaan penuh kasih sayang dan kegembiraan yang meluap-luap.Ketika Azam mengadzani putrinya, air mata haru mengalir di pipinya. Setiap tetesan air mata itu merupakan ungkapan perasaan campur aduk dalam hati Azam yang begitu mendalam. Air mata tersebut adalah bukti dari kekuatan emosi yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.Azam merasa sangat berterima kasih kepada Silvi, ibu dari putrinya, karena telah memberikan kehidupan baru yang tak ternilai harganya. Ia merasakan rasa syukur yang tak terbatas atas hadirnya sang putri, karena kehadirannya memberikan kehidupan baru yang penuh makna bagi Azam."Terimakasih, sayang," ucap Azam seraya mengecup kening istrinya. tangannya menggenggam tangan istrinya yang masih lemas terbaring di rumah sakit. Silvi tersenyum, dia bahagia bisa memberikan kebahag

  • Istri Bayangan   Kehadiran Buah Hati

    Silvi termenung sebelum pergi tidur, kehamilannya sudah memasuki usia hampir 9 bulan, ia merasa bayi dalam perutnya aktif, lama kelamaan merasakan kontraksi yang mengguncang perutnya. Tanda-tanda persalinan sudah jelas terlihat, dan waktunya untuk melahirkan semakin dekat. Namun, suaminya, Azam, sedang berada di luar kota karena pekerjaan yang tidak dapat dihindari.Dalam situasi ini, Silvi tidak merasa sendirian. Ia didampingi oleh ayah dan ibunya yang dengan segera mengambil tindakan. Meskipun hari sudah larut malam dan ada mitos yang mengatakan bahwa seorang ibu hamil tidak boleh keluar di malam hari, mereka memutuskan untuk segera pergi ke bidan terdekat.Keputusan ini dibuat demi keselamatan calon cucu mereka. Mereka menyadari bahwa mitos itu hanya cerita tanpa dasar ilmiah, dan yang terpenting adalah memastikan bahwa Silvi mendapatkan perawatan medis yang dibutuhkannya saat ini. Mereka tidak ingin mengambil risiko dengan menunda perjalanan ke bidan hanya karena kepercayaan tak b

  • Istri Bayangan   Pak Rahmat Sakit

    Part 133Setelah meninggalkan toilet, Silvi dan Azam merasakan kelegaan saat tiba di kamar mereka. Mereka dapat merasakan betapa amannya lingkungan di sekitar mereka ketika aura mistis yang menyeramkan perlahan mulai memudar dan menghilang.Silvi, seorang wanita yang berambut panjang dan mata cerah, merasa dadanya menjadi lebih lega. Dia bisa bernapas dengan tenang, merasa bahwa ancaman yang terasa di toilet tadi telah ditinggalkannya jauh di belakang. Setiap langkah yang diambilnya kini terasa ringan, tanpa rasa takut yang menghantui.Sementara itu, Azam, seorang pria bertubuh tegap dengan senyum lebar, juga merasakan perubahan suasana yang sama di sekitarnya. Dia merasa ketegangan yang sebelumnya meliputi setiap serat ototnya perlahan-lahan mengendur. Pikirannya menjadi lebih jernih, dan ia dapat merasakan kembali kehangatan dan kenyamanan di dalam kamar.Saat mereka duduk di tempat tidur, Silvi dan Azam saling pandang dengan lega. Mereka tahu bahwa mereka telah melalui pengalaman y

DMCA.com Protection Status