Archie duduk di ruang keluarga sambil bermain ponsel, sedangkan Sean dan Claira menyaksikan berita yang sedang ditayangkan salah satu channel berita.
“Kenapa kakakmu belum pulang?” tanya Claira menoleh Archie yang sedang duduk bermain ponsel.
“Biasa, sedang membujuk Princess biar tidak marah,” jawab Archie santai. Tatapannya terus tertuju pada layar ponsel.
Alex memang menginap di rumah Sean selama Archie tidak keluar kota atau negeri. Claira memang menginginkan mereka berkumpul jika Archie tidak dinas jauh.
“Memangnya kenapa Selena marah ke kakakmu?” tanya Claira penasaran.
“Tidak tahu,” jawab Archie. “Lagian, Alex sendiri yang selalu bersikap dingin kepada Selena. Kalau sekarang dia marah, bukankah wajar,” imbuh Archie. Dia menurunkan ponsel yang dipegang dan memandang ibunya.
Claira menghela napas pelan, sifat putranya memang seperti itu. Sifat dingin Sean menurun ke Alex, sedang
Archie pergi ke tempat Selena di hari berikutnya. Dia masih tidak percaya jika Selena setuju menerima perjodohan yang selama ini ditentang. Mobil Archie sudah sampai di halaman rumah Selena, dia langsung turun dan berjalan menuju pintu utama rumah besar itu.“Sore Bibi!” sapa Archie saat melihat Evelia di ruang tamu.Evelia langsung menoleh saat mendengar suara Archie, hingga wanita paruh baya itu tersenyum lebar saat melihat kedatangan putra temannya itu.“Sore Archie, mau ketemu Selena?” tanya Evelia langsung berdiri untuk menyambut pria itu.“Ya,” jawab pria itu. “Apa dia di kamar?” tanya Archie sopan.“Ya, dia di kamar. Memangnya dia bisa ke mana lagi,” jawab Evelia dengan nada candaan.Archie tertawa kecil menanggapi jawaban candaan Evelia, kemudian meminta izin untuk naik ke atas.Di kamar. Selena duduk di balkon seperti biasa, tapi kali ini dia berharap pria virus yang
Langit sudah berubah gelap, rembulan yang belum terbentuk sempurna sudah tampak bertahta, ditemani bintang yang bertaburan dan menambah keindahannya.Archie melajukan mobil meninggalkan kediaman Lukas. Dia harus bersiap pergi ke kota kecil di belahan dunia sana untuk mengecek persiapan pembangunan gudang senjata milik keluarga mereka.Ponsel pria itu berdering, Archie merogoh ponsel yang berada di saku jas, kemudian melihat siapa yang menghubungi sambil menyetir. Dia melihat nama Alex terpampang di sana, sesegera mungkin menjawab panggilan dari sang kakak.“Kamu di mana?” tanya Alex dari seberang panggilan.“Masih di jalan dalam perjalanan pulang,” jawab Archie yang memacu mobil dengan kecepatan sedang.“Hm … apa kamu besok jadi berangkat?” tanya Alex dari seberang panggilan lagi.“Ya, Hubert sudah memesan tiketnya,” jawab Archie.“Tapi kamu akan pulang saat pertunangan Sele
Alex bersama kedua orangtuanya tampak berjalan tergesa-gesa menuju ruang UGD. Claira begitu panik dan cemas saat Alex mengatakan jika Archie mengalami kecelakan, membuat wanita paruh baya itu hampir pingsan karena syok.Kini mereka sudah berada di UGD dan Alex langsung bertanya ke bagian informasi. Claira sendiri berdiri menunggu Alex dengan terus menggenggam tangan sang suami.“Bagaimana kalau kondisi Archie buruk?” tanya Claira tanpa memandang suaminya, tapi tatapan wanita itu terus tertuju kepada Alex yang sedang bicara dengan perawat.Sean mengusap punggung Claira dengan tangan yang tidak digenggam sang istri, mencoba menenangkan agar wanita itu tidak terlalu cemas.“Archie pasti baik-baik saja,” jawab Sean yang mencoba bersikap tenang meski hatinya pun dirundung rasa takut.Alex baru saja selesai bicara dengan perawat, kemudian berjalan menghampiri kedua orangtuanya.“Archie masih ada di ruang perawatan, do
Sean mengajak Alex keluar dari ruang inap Archie setelah putranya itu membuat keputusan.“Apa kamu yakin akan pergi?” tanya Sean setengah tak percaya.“Tentu, kenapa Daddy sangat takut?” tanya Alex balik.“Entahlah.” Sean sendiri merasa bingung, kenapa dirinya seolah tidak bisa membiarkan Alex pergi beberapa hari.Alex melihat kebimbangan di tatapan ayahnya itu, tapi kemudian mencoba untuk meyakinkan jika semua akan berjalan dengan lancar.“Aku hanya butuh
Sheena tampak duduk di atas bukit, ditemani Whalle yang juga duduk di sebelahnya. Ditatapnya hutan tempatnya mencari buah yang sebentar lagi akan diratakan, pepohonan yang asri dan tumbuh subur di sana akan menjadi beton dan tembok yang menjulang tinggi.“Ini sangat tidak adil,” keluh Sheena.Gadis itu menoleh Whalle, memandang kudanya yang tentu hanya diam karena tidak paham dengan perasaan Sheena sekarang.“Kenapa orang-orang kaya itu seenaknya menghancurkan apa yang tumbuh di alam? Apa karena mereka memiliki uang sehingga bisa melakukannya?”Sheena bicara sendiri dan menganggap Whalle mendengarkannya. Ditatapnya lagi hutan itu dengan suara helaan napas kasar. Hingga bola matanya melihat mesin-mesin besar seperti buldozer, eskavator dan yang lainnya berjalan di jalan raya hingga kemudian masuk ke hutan.“Mereka benar-benar akan menghancurkan hutan itu?” Seakan tak rela, Sheena kemudian bangkit dari posisi duduk
Alex pergi dari lokasi pembukaan lahan setelah semuanya selesai diurus. Dirinya harus segera bertolak ke bandara, agar bisa segera pulang karena ada pertunangan yang harus dihadirinya. Pria itu mengendarai mobil melewati jembatan yang di bawahnya terdapat sungai besar yang mengalir deras. Tiba-tiba ada mobil yang menyalipnya dan melaju tepat di mobil Alex. Hingga ada mobil lain yang juga melaju di sisinya. Alex merasa ada keanehan dengan dua mobil itu. Dia menginjak rem agar bisa menghindari dua mobil itu, tapi siapa sangka jika ada mobil lain juga yang kini melaju di belakangnya, membuat Alex tidak bisa ke mana-mana. “Sial! Apa mereka sengaja?” Alex terus mengamati mobil yang ada di depan dan sampingnya, kedua mobil itu seperti sengaja berjalan sedikit lambat. Tepat saat mobil Alex berada di tengah jembatan, mobil di depannya tiba-tiba menghentikan laju secara mendadak, membuat Alex terkejut dan menginjak pedal rem dalam-dalam. Saat bersamaan pula, jendela kaca mobil di sampingnya
Sheena melihat lengan Alex yang terluka karena terkena peluru. Dia melepas jas yang dikenakan Alex, kemudian merobek ujung roknya, lantas mengikatkan ke lengan Alex yang terluka.Gadis itu mendekatkan pipi ke lubang hidung Alex. Mencoba merasakan apakah pria itu masih bernapas.“Dia masih hidup Whalle,” ucap Sheena ke kudanya.Alex masih bernapas, tapi tidak sadarkan diri karena luka tembak dan benturan serta tenggelam di sungai.Sheena mengedarkan pandangan ke sekitar, memastikan jika tidak ada orang lain yang melihatnya di sana. Sheena berdiri dan mengambil sesuatu dari keranjang kain yang tergantung di punggung Whalle. Ternyata dia mengambil sebuah kain dari sana.“Whalle duduklah! Agar aku bisa menaikkannya ke punggungmu,” perintah Sheena.Whalle mengikuti perintah Sheena, kuda itu duduk agar tubuhnya rendah, sebelum Sheena menaikkan Alex ke atas kudanya.Sheena sedikit kesulitan ketika menaikkan tubuh Alex, pria itu terlalu berat untuk dia angkat. Hingga akhirnya Sheena terpaksa
Selena pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Archie. Dia mau pergi ke sana karena tahu jika Alex sedang pergi. Selena sengaja datang saat Alex tidak ada, karena tentunya dia tidak ingin jika melihat pria itu karena masih kesal. Bahkan saat Alex datang dan berpamitan jika ingin pergi ke luar negeri untuk urusan bisnis, Selena sama sekali tidak menghiraukan dan masih tidak mau menemui pria itu.“Bagaimana kondisimu?” tanya Selena saat melihat lengan Archie yang terluka.“Sudah lebih baik,” jawab Archie sambil melirik lengannya, kemudian menatap Selena lagi.Selena bersyukur karena Archie sudah baik-baik saja. Archie pun memandang Selena, melihat gadis itu tampak sedih.“Kamu masih memikirkan tentang Alex?” tanya Archie menebak.“Tidak,” jawab Selena sambil memalingkan wajah. “Untuk apa aku memikirkan pria yang sama sekali tidak peduli denganku, lagi pula aku sebentar lagi akan menikah, jadi mulai sekarang aku akan memikirkan suamiku saja,” jawab Selena memungkiri hati jika memang sebenar