Alex bersama kedua orangtuanya tampak berjalan tergesa-gesa menuju ruang UGD. Claira begitu panik dan cemas saat Alex mengatakan jika Archie mengalami kecelakan, membuat wanita paruh baya itu hampir pingsan karena syok.
Kini mereka sudah berada di UGD dan Alex langsung bertanya ke bagian informasi. Claira sendiri berdiri menunggu Alex dengan terus menggenggam tangan sang suami.
“Bagaimana kalau kondisi Archie buruk?” tanya Claira tanpa memandang suaminya, tapi tatapan wanita itu terus tertuju kepada Alex yang sedang bicara dengan perawat.
Sean mengusap punggung Claira dengan tangan yang tidak digenggam sang istri, mencoba menenangkan agar wanita itu tidak terlalu cemas.
“Archie pasti baik-baik saja,” jawab Sean yang mencoba bersikap tenang meski hatinya pun dirundung rasa takut.
Alex baru saja selesai bicara dengan perawat, kemudian berjalan menghampiri kedua orangtuanya.
“Archie masih ada di ruang perawatan, do
Sean mengajak Alex keluar dari ruang inap Archie setelah putranya itu membuat keputusan.“Apa kamu yakin akan pergi?” tanya Sean setengah tak percaya.“Tentu, kenapa Daddy sangat takut?” tanya Alex balik.“Entahlah.” Sean sendiri merasa bingung, kenapa dirinya seolah tidak bisa membiarkan Alex pergi beberapa hari.Alex melihat kebimbangan di tatapan ayahnya itu, tapi kemudian mencoba untuk meyakinkan jika semua akan berjalan dengan lancar.“Aku hanya butuh
Sheena tampak duduk di atas bukit, ditemani Whalle yang juga duduk di sebelahnya. Ditatapnya hutan tempatnya mencari buah yang sebentar lagi akan diratakan, pepohonan yang asri dan tumbuh subur di sana akan menjadi beton dan tembok yang menjulang tinggi.“Ini sangat tidak adil,” keluh Sheena.Gadis itu menoleh Whalle, memandang kudanya yang tentu hanya diam karena tidak paham dengan perasaan Sheena sekarang.“Kenapa orang-orang kaya itu seenaknya menghancurkan apa yang tumbuh di alam? Apa karena mereka memiliki uang sehingga bisa melakukannya?”Sheena bicara sendiri dan menganggap Whalle mendengarkannya. Ditatapnya lagi hutan itu dengan suara helaan napas kasar. Hingga bola matanya melihat mesin-mesin besar seperti buldozer, eskavator dan yang lainnya berjalan di jalan raya hingga kemudian masuk ke hutan.“Mereka benar-benar akan menghancurkan hutan itu?” Seakan tak rela, Sheena kemudian bangkit dari posisi duduk
Alex pergi dari lokasi pembukaan lahan setelah semuanya selesai diurus. Dirinya harus segera bertolak ke bandara, agar bisa segera pulang karena ada pertunangan yang harus dihadirinya. Pria itu mengendarai mobil melewati jembatan yang di bawahnya terdapat sungai besar yang mengalir deras. Tiba-tiba ada mobil yang menyalipnya dan melaju tepat di mobil Alex. Hingga ada mobil lain yang juga melaju di sisinya. Alex merasa ada keanehan dengan dua mobil itu. Dia menginjak rem agar bisa menghindari dua mobil itu, tapi siapa sangka jika ada mobil lain juga yang kini melaju di belakangnya, membuat Alex tidak bisa ke mana-mana. “Sial! Apa mereka sengaja?” Alex terus mengamati mobil yang ada di depan dan sampingnya, kedua mobil itu seperti sengaja berjalan sedikit lambat. Tepat saat mobil Alex berada di tengah jembatan, mobil di depannya tiba-tiba menghentikan laju secara mendadak, membuat Alex terkejut dan menginjak pedal rem dalam-dalam. Saat bersamaan pula, jendela kaca mobil di sampingnya
Sheena melihat lengan Alex yang terluka karena terkena peluru. Dia melepas jas yang dikenakan Alex, kemudian merobek ujung roknya, lantas mengikatkan ke lengan Alex yang terluka.Gadis itu mendekatkan pipi ke lubang hidung Alex. Mencoba merasakan apakah pria itu masih bernapas.“Dia masih hidup Whalle,” ucap Sheena ke kudanya.Alex masih bernapas, tapi tidak sadarkan diri karena luka tembak dan benturan serta tenggelam di sungai.Sheena mengedarkan pandangan ke sekitar, memastikan jika tidak ada orang lain yang melihatnya di sana. Sheena berdiri dan mengambil sesuatu dari keranjang kain yang tergantung di punggung Whalle. Ternyata dia mengambil sebuah kain dari sana.“Whalle duduklah! Agar aku bisa menaikkannya ke punggungmu,” perintah Sheena.Whalle mengikuti perintah Sheena, kuda itu duduk agar tubuhnya rendah, sebelum Sheena menaikkan Alex ke atas kudanya.Sheena sedikit kesulitan ketika menaikkan tubuh Alex, pria itu terlalu berat untuk dia angkat. Hingga akhirnya Sheena terpaksa
Selena pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Archie. Dia mau pergi ke sana karena tahu jika Alex sedang pergi. Selena sengaja datang saat Alex tidak ada, karena tentunya dia tidak ingin jika melihat pria itu karena masih kesal. Bahkan saat Alex datang dan berpamitan jika ingin pergi ke luar negeri untuk urusan bisnis, Selena sama sekali tidak menghiraukan dan masih tidak mau menemui pria itu.“Bagaimana kondisimu?” tanya Selena saat melihat lengan Archie yang terluka.“Sudah lebih baik,” jawab Archie sambil melirik lengannya, kemudian menatap Selena lagi.Selena bersyukur karena Archie sudah baik-baik saja. Archie pun memandang Selena, melihat gadis itu tampak sedih.“Kamu masih memikirkan tentang Alex?” tanya Archie menebak.“Tidak,” jawab Selena sambil memalingkan wajah. “Untuk apa aku memikirkan pria yang sama sekali tidak peduli denganku, lagi pula aku sebentar lagi akan menikah, jadi mulai sekarang aku akan memikirkan suamiku saja,” jawab Selena memungkiri hati jika memang sebenar
Sheena membawa Alex ke gudang agar tidak ada yang curiga. Tempat itu biasa digunakan untuk menyimpan jerami juga padi dan gandum hasil panen miliknya.Dengan susah payah Sheena menurunkan Alex dari punggung Whalle, membaringkan di atas jerami yang sudah diberi alas kain bersih.“Darahnya sudah berhenti mengalir,” gumam Sheena. Ditatapnya kelopak mata Alex yang masih terpejam, di wajah pria itu ada beberapa luka sayat.“Whalle, jaga dia. Aku akan mengambil kotak obat di rumah,” ujar Sheena memberikan perintah.Whalle hanya menggerakkan kepala dan ekor, tentu saja kuda itu tidak akan membalas ucapan Sheena.Sheena pergi ke rumah yang berada di samping gudang, mengambil kotak obat kemudian kembali ke gudang. Gadis itu sendiri selama ini tinggal sendirian di rumah, kedua orangtuanya meninggal karena sebuah kecelakaan tiga tahun yang lalu, membuat Sheena harus bisa hidup mandiri.Sheena duduk di samping Alex, membuka kain yang digunakan untuk melilit luka di lengan pria itu. Luka di lengan
Terdengar suara tangisan di ruang keluarga rumah Lukas. Selena yang sedang bahagia karena mengetahui jika Alex mencintainya pun terkejut dibuatnya. Gadis itu mengerutkan dahi mendenar suara tangisan, lantas memandang ke pintu dan mencoba menerka siapa yang menangis.“Apa Mommy menangis?” Selena bertanya-tanya.Dia lantas memilih turun dari ranjang, berjalan ke pintu dan keluar dari kamarnya. Gadis itu memilih turun ke lantai satu untuk melihat siapa yang menangis.“Apa kalian sudah memastikannya?” tanya Evelia sambil memeluk Claira dari samping.“Kami sudah meminta orang untuk mencarinya, tapi tidak ada tanda keberadaannya,” jawab Sean sambil mengusap lengan Claira.Claira menangis tergugu, baru saja mendapatkan kabar jika Alex tidak naik pesawat untuk pulang, serta mobil yang disewa pun tidak kembali ke tempat persewaan. Orang-orang kepercayaan Sean yang ada di sana pun sudah mencari, tapi mereka belum menemukan di mana Alex berada.“Aku sudah memiliki firasat buruk, tapi Alex bersik
Kehilangan adalah hal yang begitu menakutkan. Dalam ketidaksadaran itu dia menyebut nama pria yang sangat dicintainya. Alex, kenapa Selena harus kehilangan ketika baru saja mengetahui jika pria itu mencintainya. Itu seperti memberikan sebuah kejutan penuh kebahagian, tapi juga berita buruk yang meninggalkan luka.Selena memejamkan mata erat, air mata kini luruh hingga membasahi wajah. Dia berharap agar semua itu hanyalah sebuah mimpi, tapi pada kenyataannya itu nyata.“Selena.”Suara yang sangat dikenalnya itu terdengar, Selena menoleh dan melihat Archie duduk di tepian ranjangnya.“Archie.” Dengan wajah basah dan suara serak, Selena bangkit kemudian memeluk pria itu.Tidak ada tempatnya mengadu selain pria yang selalu memanjakannya itu.Archie sama terkejut dan syoknya dengan Selena. Dia mendapatkan kabar tidak dari kedua orangtuanya, melainkan dari orang-orangnya yang berada di kota kecil itu.“Aku menyesal tidak melihatnya sebelum pergi, aku menyesal telah mengabaikannya. Bawa dia
Lima tahun kemudian.“Alex.” Suara itu terdengar begitu berat karena napas yang tersengal.Selena memeluk erat tubuh pria yang sangat dicintai dan menikahinya sejak lima tahun lalu itu. Napasnya terengah saat tubuhnya terus dipacu dan membuat gairahnya semakin memuncak untuk menuntuk dibebaskan.Alex tengah memacu tubuh sang istri yang berada di bawah kungkungannya, peluh bermanik di wajah dan seluruh tubuh, napasnya memburu hingga dada naik turun tak beraturan.Suara desahan terdengar begitu merdu mengiringi kegiatan mereka, Selena yang selalu bersikap aktif saat bercinta, mampu membuat Alex bergairah dan mencapai klimaksnya.Sentakkan itu terasa penuh di rongga yang sudah basah akan cairan, membuat sang empu pemilik rongga mendongak karena penuh dan sesak yang terasa.Lima belas menit berlalu mereka melakukan penyatuan, hingga gelombang besar datang dan menggulung mereka, meluapkan hasrat yang menggunung dan membebaskan mereka dari cengkraman gairah.Selena menatap wajah lelah suami
Carly terlihat baru saja keluar dari sebuah hotel setelah menghadiri sebuah pesta, ketika baru saja masuk mobil yang terparkir, mata pistol langsung menempel di pelipisnya.Carly tampak terkejut, lantas melirik ke samping di mana ada seseorang yang ternyata duduk di sana dan mengarahkan pistol ke keningnya.“Sudah kuduga itu kamu,” ucap Carly dengan senyum tipis di wajah.“Terkejut aku masih hidup?” Alex bersiap menarik pelatuk.“Tidak, untuk apa aku terkejut.” Carly terlihat begitu santai meski kini ada pistol yang siap memuntahkan timah panas ke kepalanya.Alex menyeringai, tidak menyangka jika Carly bisa terlihat begitu tenang setelah semua perbuatan yang dilakukannya. Alex sudah mendapatkan informasi jika orang-orang yang menyerangnya adalah anak buah Carly, membuatnya juga murka karena anak buah Carly juga telah menyerang Sheena.“Setelah semua yang kamu perbuat, tampaknya aku tidak bisa berdiam
Selena terus menatap wajah Alex, sungguh tidak menyangka dirinya masih diberi kesempatan melihat pria itu lagi.Mereka kini berada di kamar berdua karena Alex ingin istirahat, Archie dan kedua orangtua Alex pun membiarkan Selena masih di sana bersama Alex.“Kamu tahu betapa cemasnya aku saat tahu kamu hilang.” Selena menggenggam telapak tangan Alex erat seolah tidak ingin melepasnya.“Maaf, karena semuanya terjadi begitu cepat,” ucap Alex yang merasa bersalah karena semua orang mencemaskan dirinya.Selena tersenyum hangat, tatapannya tertuju ke genggaman tangan Alex.Alex sendiri tidak pernah melihat senyum sehangat dan setenang itu dari Selena, terakhir kali adalah sebelum Nathan meninggal.“Lex, apa kamu benar-benar akan menikahiku? Aku tahu ini bukan waktu yang pas, tapi aku hanya ingin memastikan,” ucap Selena sambil memandang Alex.Alex terlihat gusar, di satu sisi dirinya sudah berjanji ke orangtua Selena dan orangtuanya jika akan menikahi Selena, tapi di sisi lain dirinya juga
Pria itu menarik Sheena dari bawah ranjang meski Sheena terus memberontak.“Tutup pintunya!” perintah pria itu kepada temannya yang berjaga di pintu.Pintu itu tertutup, hingga pria yang ternyata adalah pemburu Alex yang menginginkan Sheena, kini tersenyum melihat wajah ketakutan Sheena.Pria itu melempar tubuh Sheena di ranjang, sebelum kemudian mengukung tubuh wanita itu dengan kedua tangan Sheena yang ditahan di atas kepala.“Lepas!” Sheena terus memberontak tapi semua sia-sia.Pria itu menyeringai, puas saat melihat wajah ketakutan Sheena serta pemberontakan gadis itu.“Kamu tidak mau aku ajak baik-baik, jadi jangan salahkan aku jika memaksamu,” ucap pria itu masih dengan seringai jahatnya.“Dasar bajingan! Lepaskan aku!” umpat Sheena terus memberontak.“Lepas? Boleh, tapi setelah aku terpuaskan,” ujar pria itu lantas menarik paksa pakaian bagian atas milik Sheena.Sheena sangat terkejut, kini tubuh bagian atasnya terbuka dan memperlihatkan kulit mulusnya, serta ada bekas merah ke
Selena berdiri dengan wajah gusar dan tatapan penuh kecemasan. Ditatapnya landasan pacu di hadapannya itu dengan hati penuh kegelisahan. Menanti seseorang yang sangat dicintainya, menunggu rasa rindu dan kekhawatiran itu dilepas ke sang pemilik hati.Hingga pesawat pribadi terlihat mulai turun di landasan pacu bandaran itu. Selena menegakkan badan, begitu juga dengan Archie dan yang lainnya. Mereka menunggu kedatangan Alex.Saat pesawat itu mendarat, serta tangga mulai dipasang dan pintu terbuka. Selena menatap cemas serta berharap jika keinginannya untuk bertemu Alex terkabul. Ketika sosok yang ingin dilihatnya tampak keluar dari pesawat dan kini menuruni anak tangga.Archie juga kedua orangtuanya terlihat begitu lega melihat Alex yang akhirnya kembali, mereka tersenyum penuh rasa haru karena masih diberi kesempatan melihat pria itu.Selena ingin menangis tapi juga merasa bahagia, hingga gadis itu berlari dengan kencang, menghampiri Alex yang baru saja menginjakkan kaki di aspal.Sel
Selena masih termangu di kamarnya, waktu menunjukkan tengah malam tapi dia tidak bisa tidur karena terus memikirkan Alex. Buliran kristal bening terus luruh, Selena benar-benar tidak akan bisa hidup tanpa Alex. Dia menyesal karena tidak melihat wajah pria itu sebelum Alex menghilang.“Alex, jangan sampai terjadi sesuatu denganmu.” Selena mengusap pipi yang basah dengan air mata.Saat kekalutan melanda, ponsel Selena berdering dan terpampang nama Archie di sana. Gadis itu buru-buru menjawab karena berharap ada berita baik tentang Alex.“Archie, apa kamu menemukan Alex?” tanya Selena begitu menjawab panggilan itu.“Ya, Alex selamat. Sekarang dia dalam penjemputan dan setelah itu akan langsung pulang untuk berkumpul dengan kita,” jawab Archie dari seberang panggilan.Darah Selena mendesir mendengar kabar itu, air mata semakin tumpah karena rasa bahagia akan kelegaan yang sedang dirasakan. Doanya sepanjang malam tidak sia-sia karena akhirnya Alex ditemukan dalam kondisi selamat.“Kapan di
Satu malam mampu menyatukan dua insan yang awalnya tidak kenal. Mereka melakukannya atas dasar suka, bukan cinta yang biasa diharapkan oleh orang. Mungkin tidak bagi Sheena, dia benar-benar jatuh hati kepada Alex sejak pandangan pertama.“Aku sudah menghubungi nomor yang kamu minta, dia akan mengirimkan helikopter di tempat yang sudah aku minta,” ujar Sheena saat dirinya masih berada di dalam pelukan Alex.“Ikutlah denganku, Shee.” Alex mengecup pucuk kepala Sheena setelah selesai bicara.Keduanya berbaring di atas jerami yang tertutup kain, Sheena menatap Alex yang terus memandangnya.“Aku tidak bisa, Lex. Mungkin tidak untuk saat ini,” ucap Sheena. Banyak hal yang membuatnya tidak bisa meninggalkan desa itu.“Tapi kamu akan lebih aman ikut denganku, Shee.” Alex cemas jika sampai pria yang memburunya, kembali mendatangi Sheena.“Jika aku tiba-tiba pergi, warga di sini akan curiga, padahal mereka sudah mati-matian membelaku. Mungkin akan lebih baik jika kamu keluar dulu dari desa ini
“Kamu baik-baik saja? Maaf sudah melibatkanmu sampai seperti ini.” Alex menatap Sheena yang baru saja datang dan membawakan makanan untuknya.Sheena tersenyum menanggapi ucapan Alex. Memilih meletakkan nampan yang dibawa di atas tumpukan jerami, sebelum kemudian duduk berhadapan dengan pria yang ditolongnya itu.“Tidak apa-apa, aku baik-baik saja.” Sheena mengusap hidung yang terasa berair. “Bukankah aku sudah bilang jika akan menanggung semua resiko karena telah menolongmu. Mungkin ini adalah salah satu bukti jika aku serius.”Sheena tersenyum getir saat mengingat kejadian yang menimpanya, tapi jelas dia tidak menyalahkan Alex atas semua kejadian hari ini.Alex menatap Sheena begitu dalam, bertanya-tanya kenapa Sheena sangat melidunginya, sedangkan mereka saja baru bertemu dan kenal secara tidak sengaja.Sheena mengangkat teko untuk menuangkan minum ke cangkir, tapi pergerakan tangan terhenti karena Alex menahan tangannya. Gadis itu pun menoleh dan memandang Alex yang sudah menatapny
“Menyingkir dariku!” Sheena berusaha mendorong tubuh pria itu yang ada di hadapannya agar bisa pergi.Namun, pria itu mempertahankan posisinya berdiri, bahkan kini memegang kedua pergelangan tangan Sheena lantas menaikkan ke atas kepala gadis itu, merapatkan di daun pintu kemudian menguncinya dengan satu tangan. Lutut pria itu pun bertumpu di daun pintu, berada tepat di antara kedua kaki Sheena hingga membuat gadis itu tak berkutik.“Kamu sangat menarik dengan terus melawanku.”Pria itu menyeringai melihat Sheena yang tidak bisa melawan lagi.“Brengsek sialan! Enyahlah dari hadapanku!” Sheena sampai meludah ke wajah pria itu karena geram.Alex ternyata bersembunyi di jerami tepat belakang Whalle, dia melihat bagaimana pria itu memperlakukan Sheena. Ingin keluar dan menolong, tapi Whalle menghadang papan yang ada di depan jerami, sehingga Alex tidak bisa keluar.Pria tadi tersenyum getir diludahi Sheena, tapi mungkin pria itu gila karena mengusap ludah itu dari wajahnya, kemudian menji