Langit sudah berubah gelap, rembulan yang belum terbentuk sempurna sudah tampak bertahta, ditemani bintang yang bertaburan dan menambah keindahannya.
Archie melajukan mobil meninggalkan kediaman Lukas. Dia harus bersiap pergi ke kota kecil di belahan dunia sana untuk mengecek persiapan pembangunan gudang senjata milik keluarga mereka.
Ponsel pria itu berdering, Archie merogoh ponsel yang berada di saku jas, kemudian melihat siapa yang menghubungi sambil menyetir. Dia melihat nama Alex terpampang di sana, sesegera mungkin menjawab panggilan dari sang kakak.
“Kamu di mana?” tanya Alex dari seberang panggilan.
“Masih di jalan dalam perjalanan pulang,” jawab Archie yang memacu mobil dengan kecepatan sedang.
“Hm … apa kamu besok jadi berangkat?” tanya Alex dari seberang panggilan lagi.
“Ya, Hubert sudah memesan tiketnya,” jawab Archie.
“Tapi kamu akan pulang saat pertunangan Sele
Alex bersama kedua orangtuanya tampak berjalan tergesa-gesa menuju ruang UGD. Claira begitu panik dan cemas saat Alex mengatakan jika Archie mengalami kecelakan, membuat wanita paruh baya itu hampir pingsan karena syok.Kini mereka sudah berada di UGD dan Alex langsung bertanya ke bagian informasi. Claira sendiri berdiri menunggu Alex dengan terus menggenggam tangan sang suami.“Bagaimana kalau kondisi Archie buruk?” tanya Claira tanpa memandang suaminya, tapi tatapan wanita itu terus tertuju kepada Alex yang sedang bicara dengan perawat.Sean mengusap punggung Claira dengan tangan yang tidak digenggam sang istri, mencoba menenangkan agar wanita itu tidak terlalu cemas.“Archie pasti baik-baik saja,” jawab Sean yang mencoba bersikap tenang meski hatinya pun dirundung rasa takut.Alex baru saja selesai bicara dengan perawat, kemudian berjalan menghampiri kedua orangtuanya.“Archie masih ada di ruang perawatan, do
Sean mengajak Alex keluar dari ruang inap Archie setelah putranya itu membuat keputusan.“Apa kamu yakin akan pergi?” tanya Sean setengah tak percaya.“Tentu, kenapa Daddy sangat takut?” tanya Alex balik.“Entahlah.” Sean sendiri merasa bingung, kenapa dirinya seolah tidak bisa membiarkan Alex pergi beberapa hari.Alex melihat kebimbangan di tatapan ayahnya itu, tapi kemudian mencoba untuk meyakinkan jika semua akan berjalan dengan lancar.“Aku hanya butuh
Sheena tampak duduk di atas bukit, ditemani Whalle yang juga duduk di sebelahnya. Ditatapnya hutan tempatnya mencari buah yang sebentar lagi akan diratakan, pepohonan yang asri dan tumbuh subur di sana akan menjadi beton dan tembok yang menjulang tinggi.“Ini sangat tidak adil,” keluh Sheena.Gadis itu menoleh Whalle, memandang kudanya yang tentu hanya diam karena tidak paham dengan perasaan Sheena sekarang.“Kenapa orang-orang kaya itu seenaknya menghancurkan apa yang tumbuh di alam? Apa karena mereka memiliki uang sehingga bisa melakukannya?”Sheena bicara sendiri dan menganggap Whalle mendengarkannya. Ditatapnya lagi hutan itu dengan suara helaan napas kasar. Hingga bola matanya melihat mesin-mesin besar seperti buldozer, eskavator dan yang lainnya berjalan di jalan raya hingga kemudian masuk ke hutan.“Mereka benar-benar akan menghancurkan hutan itu?” Seakan tak rela, Sheena kemudian bangkit dari posisi duduk
Alex pergi dari lokasi pembukaan lahan setelah semuanya selesai diurus. Dirinya harus segera bertolak ke bandara, agar bisa segera pulang karena ada pertunangan yang harus dihadirinya. Pria itu mengendarai mobil melewati jembatan yang di bawahnya terdapat sungai besar yang mengalir deras. Tiba-tiba ada mobil yang menyalipnya dan melaju tepat di mobil Alex. Hingga ada mobil lain yang juga melaju di sisinya. Alex merasa ada keanehan dengan dua mobil itu. Dia menginjak rem agar bisa menghindari dua mobil itu, tapi siapa sangka jika ada mobil lain juga yang kini melaju di belakangnya, membuat Alex tidak bisa ke mana-mana. “Sial! Apa mereka sengaja?” Alex terus mengamati mobil yang ada di depan dan sampingnya, kedua mobil itu seperti sengaja berjalan sedikit lambat. Tepat saat mobil Alex berada di tengah jembatan, mobil di depannya tiba-tiba menghentikan laju secara mendadak, membuat Alex terkejut dan menginjak pedal rem dalam-dalam. Saat bersamaan pula, jendela kaca mobil di sampingnya
Sheena melihat lengan Alex yang terluka karena terkena peluru. Dia melepas jas yang dikenakan Alex, kemudian merobek ujung roknya, lantas mengikatkan ke lengan Alex yang terluka.Gadis itu mendekatkan pipi ke lubang hidung Alex. Mencoba merasakan apakah pria itu masih bernapas.“Dia masih hidup Whalle,” ucap Sheena ke kudanya.Alex masih bernapas, tapi tidak sadarkan diri karena luka tembak dan benturan serta tenggelam di sungai.Sheena mengedarkan pandangan ke sekitar, memastikan jika tidak ada orang lain yang melihatnya di sana. Sheena berdiri dan mengambil sesuatu dari keranjang kain yang tergantung di punggung Whalle. Ternyata dia mengambil sebuah kain dari sana.“Whalle duduklah! Agar aku bisa menaikkannya ke punggungmu,” perintah Sheena.Whalle mengikuti perintah Sheena, kuda itu duduk agar tubuhnya rendah, sebelum Sheena menaikkan Alex ke atas kudanya.Sheena sedikit kesulitan ketika menaikkan tubuh Alex, pria itu terlalu berat untuk dia angkat. Hingga akhirnya Sheena terpaksa
Selena pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Archie. Dia mau pergi ke sana karena tahu jika Alex sedang pergi. Selena sengaja datang saat Alex tidak ada, karena tentunya dia tidak ingin jika melihat pria itu karena masih kesal. Bahkan saat Alex datang dan berpamitan jika ingin pergi ke luar negeri untuk urusan bisnis, Selena sama sekali tidak menghiraukan dan masih tidak mau menemui pria itu.“Bagaimana kondisimu?” tanya Selena saat melihat lengan Archie yang terluka.“Sudah lebih baik,” jawab Archie sambil melirik lengannya, kemudian menatap Selena lagi.Selena bersyukur karena Archie sudah baik-baik saja. Archie pun memandang Selena, melihat gadis itu tampak sedih.“Kamu masih memikirkan tentang Alex?” tanya Archie menebak.“Tidak,” jawab Selena sambil memalingkan wajah. “Untuk apa aku memikirkan pria yang sama sekali tidak peduli denganku, lagi pula aku sebentar lagi akan menikah, jadi mulai sekarang aku akan memikirkan suamiku saja,” jawab Selena memungkiri hati jika memang sebenar
Sheena membawa Alex ke gudang agar tidak ada yang curiga. Tempat itu biasa digunakan untuk menyimpan jerami juga padi dan gandum hasil panen miliknya.Dengan susah payah Sheena menurunkan Alex dari punggung Whalle, membaringkan di atas jerami yang sudah diberi alas kain bersih.“Darahnya sudah berhenti mengalir,” gumam Sheena. Ditatapnya kelopak mata Alex yang masih terpejam, di wajah pria itu ada beberapa luka sayat.“Whalle, jaga dia. Aku akan mengambil kotak obat di rumah,” ujar Sheena memberikan perintah.Whalle hanya menggerakkan kepala dan ekor, tentu saja kuda itu tidak akan membalas ucapan Sheena.Sheena pergi ke rumah yang berada di samping gudang, mengambil kotak obat kemudian kembali ke gudang. Gadis itu sendiri selama ini tinggal sendirian di rumah, kedua orangtuanya meninggal karena sebuah kecelakaan tiga tahun yang lalu, membuat Sheena harus bisa hidup mandiri.Sheena duduk di samping Alex, membuka kain yang digunakan untuk melilit luka di lengan pria itu. Luka di lengan
Terdengar suara tangisan di ruang keluarga rumah Lukas. Selena yang sedang bahagia karena mengetahui jika Alex mencintainya pun terkejut dibuatnya. Gadis itu mengerutkan dahi mendenar suara tangisan, lantas memandang ke pintu dan mencoba menerka siapa yang menangis.“Apa Mommy menangis?” Selena bertanya-tanya.Dia lantas memilih turun dari ranjang, berjalan ke pintu dan keluar dari kamarnya. Gadis itu memilih turun ke lantai satu untuk melihat siapa yang menangis.“Apa kalian sudah memastikannya?” tanya Evelia sambil memeluk Claira dari samping.“Kami sudah meminta orang untuk mencarinya, tapi tidak ada tanda keberadaannya,” jawab Sean sambil mengusap lengan Claira.Claira menangis tergugu, baru saja mendapatkan kabar jika Alex tidak naik pesawat untuk pulang, serta mobil yang disewa pun tidak kembali ke tempat persewaan. Orang-orang kepercayaan Sean yang ada di sana pun sudah mencari, tapi mereka belum menemukan di mana Alex berada.“Aku sudah memiliki firasat buruk, tapi Alex bersik