Share

108. Widia dan Dimas

Author: Mokaciinoo
last update Last Updated: 2023-05-19 22:52:03

Setelah membuat keputusan dengan tegas, Denita mulai menyeret sepasang tungkai jenjangnya meninggalkan Dominic. Dia tidak peduli bagaimana kakak kandungnya itu akan berpikir.

"Apa yang dibicarakan oleh Arkan?" tanya Dominic penasaran. Dia berbisik di samping telinga Denita agar tidak bisa didengar oleh ibu Herlina.

"Dia minta agar aku bersedia berdamai dengan Salsa!" jawab Denita acuh tak acuh.

"What?!"

Denita mengendikkan bahu dengan masa bodoh. "Sebenarnya dia juga tidak bisa disalahkan. Setelah puluhan tahun memperlakukan Salsa sebagai biji matanya, tentu tidak akan mudah baginya untuk langsung memunggungi wanita ini 'kan?" ujar Denita dengan nada maklum.

Ucapannya itu membuat rahang Dominic hampir jatuh. Dia tidak percaya bahwa Denita akan mengatakan hal bijak seperti ini atas nama Arkan.

"Apa kamu demam?" tanya Dominic seraya menempel punggung tangannya pada kening Denita.

"Ck!" Denita menghempas tangan Dominic dengan kasar dari jidatnya.

"Capek. Mencoba untuk berdamai den
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Antagonis sang Presdir!    109. Permintaan Salsa

    Setelah melalui rangkaian proses perawatan yang menghabiskan waktu berjam-jam, Salsa akhirnya sadar juga. Dia membuka matanya dengan perlahan. Cahaya lampu kamar rumah sakit membuatnya harus menyesuaikan diri untuk sementara waktu. "Ini dimana?" tanya Salsa dengan suara serak karena dehidrasi. " ... "Karena tidak mendengar seseorang membalas ucapannya, Salsa lantas mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan. Tidak sulit menebak dimana dia berada setelah memindai ruangan itu dengan cepat. "Sa, kamu sudah bangun?" tanya Arkan. Dia yang baru saja keluar dari kamar mandi bergegas menghampiri sisi ranjang Salsa. "Kak Arkan?" tanya Salsa dengan lirih memastikan bahwa dia tidak salah lihat. "Iya, ini kakak. Bagaimana perasaan kamu?" tanya Arkan dengan penuh kelembutan. " ... "Salsa tidak langsung menjawab. Dia terdiam dalam keadaan linglung. Arkan pun tidak mendesaknya. Dia sengaja membiarkan Salsa mencerna apa yang telah terjadi sepanjang hari kemarin. "Kenapa kakak melaku

    Last Updated : 2023-05-20
  • Istri Antagonis sang Presdir!    110. Seperti Orang Gila

    Arkan yang tadinya lelah dan lapar kembali menyeret langkahnya menuju kamar Salsa. Dia ingin menanyakan kebenaran masalah yang dikatakan Widia baru saja. Ketika dia hampir mencapai kamar wanita itu, kerumunan orang sudah berkumpul di sekitar sana. Alis Arkan terjalin samar. "Permisi, itu ada apa ya?" tanya Arkan pada seorang ibu-ibu yang berada paling dekat darinya. "Katanya pasien yang ada di ruangan 204 itu berteriak-teriak seperti orang gila. Dia bahkan melukai orang yang sedang menjaganya," jawab ibu itu sambil berbisik. Deg, Jantung Arkan tiba-tiba menghentak risau. Tanpa basa-basi, dia kemudian bergegas membelah kerumunan orang-orang. "Permisi," ujar Arkan sambil terus melaju mendekati kamar tempat dimana Salsa dirawat. "Dasar wanita gila!" bentak suara seorang pria. Arkan tahu dengan sangat jelas bahwa pemilik suara ini ada Angga. "Apa kamu bilang? Aku gila? Kamu yang gila?!" raung Salsa dengan sekuat tenaga. "Ada apa ini?" tanya Arkan dengan lelah. Angga menoleh ke a

    Last Updated : 2023-05-21
  • Istri Antagonis sang Presdir!    111. Dibawa ke Rumah Sakit Jiwa

    Di hari berikutnya, Denita dibuat sedikit kecewa oleh keputusan polisi. Mereka memutuskan untuk membebaskan Dimas, pak Sasongko dan juga Salsa. Dalihnya adalah karena tidak cukup banyak bukti untuk mendukung pernyataan Denita. Rekaman CCTV yang mereka miliki tidak menampilkan dengan jelas wajah kedua pria itu. Adapun Salsa, dengan dia yang justru dilarikan ke rumah sakit, polisi itu justru menyuruh Denita untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan saja. Apalagi setelah para polisi itu tahu bahwa mereka semua saling mengenal. Bahkan Dominic tidak bisa menggunakan koneksinya agar Salsa bisa ditahan. "Menyebalkan!" dumel Denita tidak puas. "Apa yang harus kita lakukan sekarang? Aku sudah muak berurusan dengan wanita gila macam Salsa!" pungkas Denita geram. " ... "Dominic terdiam sesaat karena dia juga tidak tahu bagaimana cara menangani wanita modelan Salsa ini. Dia tidak mungkin menggunakan cara yang sama dengan yang digunakan oleh Salsa pada mereka 'kan? Ditengah kebingun

    Last Updated : 2023-05-22
  • Istri Antagonis sang Presdir!    112. Tidak Masuk Akal

    "Tidak! Jangan bawa anakku pergi!" raung Bik Ayu. "Mas Hendra!" serunya kemudian seraya menatap pada pria paruh baya yang hanya menatap dengan sorot mata acuh tak acuh itu. "Ih!" serunya lagi sambil menghentakkan kaki dengan marah. Karena merasa bahwa dia tidak bisa mengandalkan pria itu, Bik Ayu dengan gegas mengejar Salsa yang dibawa oleh dua orang pria yang tampak seperti pegawai rumah sakit. "Puas kamu sekarang?" tanya pak Hendra begitu suara teriakan Bik Ayu tidak lagi terdengar. "Tidak juga. Hal ini tidak bisa memberiku kepuasan sama sekali," timpal ibu Herlina. "Tidak maukah kamu memaafkanku? Aku sangat menyesal," ujar pak Hendra mengiba. Namun, ibu Herlina justru tertawa dengan keras. "Kamu menyesal? Mungkin maksud kamu adalah menyesal karena keluarga kelahiranmu hampir jatuh melarat ya?" tanya ibu Herlina penuh dengan nada sindiran. "Jika saja Arkan tidak memilih untuk bertanggung jawab atas perusahaan keluarga Hadiwijaya, sudah aku ratakan perusahaan itu!" lanjut ibu

    Last Updated : 2023-05-23
  • Istri Antagonis sang Presdir!    113. Aku akan Menunggu

    "Bagaimana kalau kita membuat anak?"" ... "Pertanyaan Dominic ini membuat Denita terkesiap. Dia terdiam untuk waktu yang sangat lama. Bahkan sampai tidak berkedip sama sekali, memandang Dominic yang sedang fokus mengemudi. Seolah pria berstatus suaminya itu belum mengatakan apapun yang bisa membuat jantung Denita hampir mencelat keluar dari balik dadanya. "Kenapa kamu diam aja?" tegur Dominic setelah waktu yang lama. Denita mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menjernihkan pikirannya yang tiba-tiba kacau karena ucapan Dominic. "Maksud kamu apa?" tanya Denita tidak mengerti. Bagaimana tidak, pria yang selalu mengatakan bahwa dia tidak menyukai anak-anak ini tiba-tiba saja mengajaknya untuk membuat anak? Namun, di detik berikutnya Dominic menjawab pertanyaan ini yang seketika membuat Denita sedikit kecewa. "Aku hanya memperhalus. Terlalu frontal 'kan kalau langsung mengatakan let's have sex?" katanya. "Oh, kamu membuatku hampir jantungan!" seru Denita untuk menutupi perasaa

    Last Updated : 2023-05-23
  • Istri Antagonis sang Presdir!    114. Masalah Baru

    Pasca dikirimnya Salsa ke rumah sakit jiwa, Denita hanya bisa menikmati kedamaian hidup beberapa waktu saja. Pasalnya, tak lama setelah itu, masalah lainnya datang dengan tidak terduga. Denita hamil! Kondisinya yang telat datang bulan dan disertai dengan mual-mual di pagi hari membuat Denita dihantui firasat buruk. Benar saja, setelah diam-diam membeli testpack, hasilnya menunjukkan tanda positif. Jika pengantin lain akan sangat menyambut bahagia situasi ini, berbeda dengan Denita yang belum mengharapkannya. Jantungnya berdebar dengan rumit dan aliran darah di dalam tubuhnya menjadi dingin seketika. "Apa yang harus aku lakukan?" tanya Denita pada pantulan dirinya yang sedang berdiri di depan wastafel kamar mandi. Denita tidak bisa berpikir dengan jernih karena sedang dalam kondisi panik. Satu-satunya hal yang ada di dalam pikirannya saat ini hanya reaksi Dominic jika sampai pria itu tahu mengenai hal ini. "Apa yang harus aku lakukan?" tanya Denita sekali lagi sembari berjalan mo

    Last Updated : 2023-05-24
  • Istri Antagonis sang Presdir!    115. Ketahuan

    "Apa ini?" tanya Dominic melambaikan testpack yang ada di tangannya. "I-itu... "Sepasang netra Denita tidak berani menatap langsung pada Dominic. Matanya bergetar ketakutan dan dia tidak bisa memikirkan alasan masuk akal yang bisa dibenarkan. Dia tidak bisa membantah kalau barang itu bukan miliknya, sebab di penthouse mewah ini hanya ada mereka berdua. "I-itu... ""Ini milik kamu 'kan?" tanya Dominic to the point. " ... "Denita meneguk ludahnya dengan sulit. Lidahnya kelu untuk menjawab pertanyaan ini. Belum juga dia sempat memikirkan mana yang akan dipilih antara Dominic atau anak itu, tapi kebusukan yang hendak dia simpan untuk sementara waktu malah langsung ketahuan begini."Apa ini alasan kamu berlama-lama di kamar mandi? Kamu tidak benar-benar sembelit 'kan?" tanya Dominic lagi dengan nada yang sedikit lebih menuntut jawaban. Meski jawabannya sudah jelas di antara mereka, tapi Denita tidak bisa mengakuinya dengan gamblang begitu saja. Lidahnya kelu dan seluruh tubuhnya terd

    Last Updated : 2023-05-25
  • Istri Antagonis sang Presdir!    116. Melarikan diri

    Denita menunggu kepulangan Dominic hingga malam. Akan tetapi, pria itu tidak juga kembali. Hal ini jelas membuat Denita semakin yakin akan keputusannya. Di tengah harapan yang kian terkikis, Denita menulis surat pengunduran diri sekaligus surat perpisahan untuk Dominic. Setelah semuanya selesai, dia meletakkan surat itu di nakas samping tempat tidur. 'Dominic, selamat tinggal!'Denita mengucap salam perpisahan pada udara kosong yang bersirkulasi di dalam penthouse mewah nan sepi itu. Dengan sebuah koper di kiri dan kanannya, Denita perlahan melangkah meninggalkan tempat yang baru sesaat memberinya kenangan ini. Beberapa jam yang lalu, ketika sedang menunggu malam tiba, Denita telah mencari tempat yang akan dia tujuan. Dengan janin yang ada di dalam rahimnya, Denita untuk sementara ingin menghindari orang-orang yang dia kenal. Dia ingin hidup dengan damai tanpa direcoki oleh mereka. Dia ingin mulai menata hidupnya yang baru. Bali pun menjadi tujuan yang akhirnya Denita pilih. Namun

    Last Updated : 2023-05-27

Latest chapter

  • Istri Antagonis sang Presdir!    129. TAMAT

    "Mas, si Dominic sialan itu melaporkan aku ke polisi. Kamu tolong bebaskan aku!" seloroh Bik Ayu sesaat setelah sambungan teleponnya terhubung."Memangnya apalagi yang kamu lakukan?" tanya Pak Hendra dari seberang telepon."Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya tidak ingin melihat anak sialan itu bersenang-senang. Kenapa dia boleh berbahagia, sementara anakku sendiri gila?!" bentak Bik Ayu tanpa memedulikan dimana dia berada. "Kalau kamu tidak melakukan apa-apa, kenapa kamu bisa berakhir di kantor polisi? Aku sudah muak dengan kalian semua. Kamu jangan ganggu aku lagi. Namaku sudah cukup tercoreng gara-gara kamu. Berhubungan denganmu adalah kesalahan terbesar yang pernah aku lakukan dalam hidup ini," geram Pak Hendra. Dia lalu menutup telepon tanpa ada niat untuk memperdulikan nasib yang akan menimpa Bik Ayu."Mas Hendra? Mas Hendra!" Bik Ayu berteriak sambil membanting telepon milik kantor polisi. "Ibu tolong tenang!" tegur salah seorang polisi yang bertugas menangani kasusnya."T

  • Istri Antagonis sang Presdir!    128.

    Melalui data diri yang dibubuhkan Bik Ayu dalam surat lamaran kerjanya, orang suruhan Dominic terus mencari keberadaan wanita itu. Tentu saja rumah kediaman keluarga Hadiwijaya juga tidak luput dari target pencarian. Pada akhirnya, tidak sulit bagi orang suruhan Dominic untuk menemukan wanita yang sudah membuatnya sangat marah itu. Bik Ayu memang ditemukan di rumah keluarga Hadiwijaya. Dan atas perintah Dominic, wanita itu digelandang dengan paksa menuju kantor polisi. "Lepaskan aku! Ini pemaksaan!" seru Bik Ayu. Dia memberontak dengan keras. Namun, tenaga setengah tuanya tentu saja kalah dengan tenaga para laki-laki suruhan Dominic itu."Lepaskan aku!" teriak Bik Ayu bahkan meski dirinya sudah berada di kantor polisi.Dominic yang sedang membuat laporan hanya menatap sekilas pada wanita yang terlihat menyebalkan itu. "Ini dia orang yang ingin saya laporkan. Dan saya tidak ingin adanya upaya damai. Tolong hukum dia sesuai dengan undang-undang yang berlaku," pungkas Dominic."Apa y

  • Istri Antagonis sang Presdir!    127.

    Aksi Dominic yang mengumpulkan para cleaning service di lobi kantor menarik rasa penasaran para karyawan lain mengenai apa yang tengah terjadi.Namun, Dominic tidak mau ambil pusing soal mereka untuk saat ini. Biarkan saja mereka mengatakan apapun yang mereka inginkan. "Berikan data cleaning service yang masih aktif bekerja di sini," tukas Dominic begitu staff HRD di perusahaannya tiba.Tanpa banyak bertanya, sang staff langsung memberikan apa yang diinginkan oleh Dominic. Dia pun langsung melakukan pemindaian cepat pada tumpukan dokumen yang dibawakan padanya. Sampai kemudian matanya menangkap sosok familiar yang membuatnya menggertakkan gigi dengan keras."Ayu Hapsari?!" gumam Dominic dengan marah.Dia pikir musuh bebuyutan istrinya ini sudah menyerah dan kapok mencari masalah dengan mereka. Tapi siapa yang menyangka kalau ternyata wanita ini sedang membuat rencana jahat di bawah hidungnya."Dimana wanita bernama Ayu Hapsari ini?" tanya Damian seraya menatap satu per satu wajah yan

  • Istri Antagonis sang Presdir!    126.

    "Dok, bagaimana kondisi istri dan calon anak saya?" "Dok, bagaimana kabar menantu dan cucu saya?""Dok, bagaimana kabar anak dan cucu saya?"Dominic, ibu Herlina dan ibu Evelyn berhamburan menghampiri dokter yang baru saja memberi penanganan pada Denita. Mereka bertiga langsung merongrong sang dokter dengan berbagai pertanyaan. Melihat wajah khawatir ketiga orang di depannya, sang dokter hanya tersenyum simpul. "Nona Denita baik-baik. Dia hanya terlalu shock dan butuh istirahat yang baik," jawab dokter."Serius, Dok?" tanya Dominic tidak benar-benar lega.Dengan sabar dokter itu mengangguk. "Iya," "Lalu cucu kami gimana, Dok?" tanya ibu Herlina."Bayi di dalam kandungan Nona Denita juga baik-baik saja. Untung langsung segera dibawa ke rumah sakit sehingga dapat dengan cepat ditangani. Jadi kondisinya tidak terlalu mengkhawatirkan," ucap Dokter menjelaskan."Syukurlah,""Terima kasih, Dok!""Iya, sama-sama,"Setelah kepergian dokter yang menangani Denita, baik ibu Herlina dan ibu Ev

  • Istri Antagonis sang Presdir!    125. Insiden di kantor (2)

    Dengan bibir cemberut, Denita keluar dari ruangan Dominic menuju meja kerjanya. Pakaian ganti yang agak sempit membuat setiap pergerakannya menjadi tidak nyaman. Dan karena suasana hati yang tidak terlalu baik, Denita tidak memperhatikan ada tetesan cairan berwarna biru di samping kaki mejanya. Tatkala kakinya menginjak cairan itu, tubuh Denita limbung ke belakang. Dia menjerit dengan panik dan berusaha mencari pegangan. Akan tetapi, tangannya hanya bisa menggapai udara yang kosong. "Arrrrrgggghhhhh!!!" BRUUUK, Suara tubuhnya yang menghantam lantai begitu keras hingga membuat Dominic yang ada di dalam ruang kerjanya terkejut setengah mati. "Denita!" serunya. Tanpa membuang-buang banyak waktu, dia langsung berlari menuju sumber suara. Sosok sang istri yang terbaring di atas lantai sambil memegangi perutnya membuat sepasang netra Dominic membulat lebar. "Denita!" serunya. "Sakiiiitttt," keluh Denita. Air mata menitik deras dari pelupuk matanya. Rasa panik akan bayi di

  • Istri Antagonis sang Presdir!    124. Insiden di Kantor

    Setelah masalah Niko selesai, Denita akhirnya bisa menjalani hidupnya dengan tenang. Dia juga bisa menikmati kehamilannya dalam damai tanpa adanya drama yang berliku-liku. Bahkan diusia kandungan yang sudah menginjak delapan bulan, dia masih semangat bekerja."Babe, kamu berhenti kerja aja ya. Perut kamu sudah mulai buncit. Pergerakan kamu juga sudah tidak luwes lagi. Sebaiknya istirahat di rumah," Ucapan Dominic ini langsung membuat bibir Denita maju beberapa senti. Dia tidak tahu apakah ini karena faktor kehamilan atau bukan. Akan tetapi, dia mulai menerjemahkan kata-kata orang dengan cara yang berbeda. Seperti sekarang ini, dia tiba-tiba merasa bahwa ucapan suaminya memiliki arti yang negatif. "Jadi kamu merasa terganggu karena perutku yang buncit?" tanya Denita dengan nada merajuk. Suaranya bahkan terdengar tercekat seperti sedang menahan tangis."Bukan begitu," tukas Dominic dengan segera. "Aku hanya takut kalau kamu akan kelelahan. Aku nggak mau kamu dan anak kita kenapa-kenap

  • Istri Antagonis sang Presdir!    123. Mencari Jalan Keluar (2)

    "Jangan terlalu cepat mengambil keputusan," tegur ibu Herlina. Hatinya belum terketuk untuk membiarkan putra sulungnya yang belum menikah mengadopsi anak orang lain. Apalagi anak itu adalah anak sekaligus cucu dari orang yang paling dia benci sekarang. Kalau boleh dikatakan secara kasar, lebih baik mengadopsi anak dari panti asuhan daripada harus mengadopsi Niko. "Bu~" panggil Arkan. "Bukannya Niko masih punya kakek dan nenek kandung? Kenapa perawatan atas Niko harus menjadi tanggung jawab kamu?" seloroh ibu Herlina. "Kemana nih, selingkuhan kamu?" lanjut ibu Herlina bertanya pada mantan suaminya. "Aku tidak melihatnya Nyonya barumu dari tadi,"" ... "Wajah pak Hendra yang disindir seperti ini seketika berubah menjadi keruh. "Jangan bilang habis manis sepah dibuang?" tebak ibu Herlina dengan asal-asalan. Namun, wajah keruh yang ditunjukkan oleh mantan suaminya itu membuat ibu Herlina diyakinkan oleh tebakannya sendiri. Tawa nyaring pun terlempar keluar dari bibirnya yang dihia

  • Istri Antagonis sang Presdir!    122. Mencari Jalan Keluar

    Keesokan hari Denita menghubungi semua orang yang terkait dengan kehidupan Niko. Dia meminta untuk bertemu dengan mereka. Kemudian pada ibu Herlina, Denita menceritakan masalah mengenai anak dari Salsa dan Dimas itu. "Bagaimana keadaan Niko sekarang?" tanya Ibu Herlina. Suaranya terdengar serak seperti sedang menahan tangis. "Aku juga belum tahu, Ma!" jawab Denita. "Makanya aku minta kita semua berkumpul untuk membahas mengenai masalah ini," lanjutnya. "Oke, dimana?" tanya ibu Herlina. "Aku sudah membicarakan ini sama Arkan. Dia minta untuk kita berkumpul di kediaman Hadiwijaya," jawabku. " ... "Keheningan terjadi di seberang sana. Denita sendiri bisa memperkirakan apa yang kiranya sedang dirasakan oleh wanita paruh baya yang telah melahirkannya itu, ketika dia menyebutkan kediaman Hadiwijaya. "Mama baik-baik aja?" tanya Denita memastikan. "Kalau Mama nggak setuju, nanti kita bahas lagi enaknya bertemu dimana," lanjutnya kemudian. "Mama baik-baik aja kok. Ayo segera kita bahas

  • Istri Antagonis sang Presdir!    121. Telepon Tengah Malam

    Denita yang terlanjur berpikir bahwa hidupnya akan menjadi damai setelah Salsa dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa ternyata salah besar. Di tengah malam, ketika dia sedang tertidur nyenyak bersama Dominic, ponsel yang dia letakkan di atas nakas samping tempat tidur berdering nyaring. "Hermm," Denita menggeram pelan dengan alis yang berkerut di dalam tidurnya. Dengan mata setengah terpejam, Denita meraba nakas yang ada di samping tempat tidurnya untuk mencari benda pipih yang mengeluarkan suara ribut-ribut itu. Tanpa melihat nama orang tidak sopan yang menghubunginya tengah malam begini, Denita menjawab panggilan telepon itu dengan sedikit kesal. "Halo!" jawab Denita dengan nada ketus. "Nit, ini Angga," sapa orang dari seberang. Dengan kening yang berkerut semakin dalam, Denita terdiam sementara untuk mencerna suara orang di seberang. Dia yakin bahwa dia sedang tidak bermimpi, tapi kenapa Angga meneleponnya? " ... "Denita terdiam tidak menanggapi untuk waktu yang lama. Baginya

DMCA.com Protection Status