Beranda / Romansa / Istri Alim Sang Mafia / Bab 128 Cinta Lama

Share

Bab 128 Cinta Lama

Penulis: Liliput
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Sebaiknya kamu segera pergi.." Aina berjalan menjauhi.

"Tunggu dulu.. Aku belum selesai bicara.." ia masih bersikeras untuk bicara sesuatu pada Aina.

"Sudah tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan.."

"Aina...Masukk!" Bara membuka jendela mobil dan mengisyaratkan agar Aina segera masuk ke dalam mobil.

Dalam gelap. Terlihat lelaki itu mengepalkan tangannya. Emosinya sudah mulai mendidih kembali.

"Turun Aina. Turun kataku!" ia masih bersikeras untuk menemui Aina.

"Teddy.. Sebaiknya biarkan Aina pulang dengan tenang.." Bara mulai mencampuri urusan pribadi Aina.

"Tapi..Aku ingin menyelesaikan masalahku sekarang.." Teddy seolah tak mengenal waktu. Malam sudah hampir larut.

"Teddy, lihatlah. Sudah hampir pukul sebelas. Esok saja.." Bara berusaha memberikan solusi agar ia bisa segera pulang.

Beberapa kali Bara nampak menguap. Tanda ia sudah mulai mengantuk.

"Sejak kapan pemabuk tidur pukul sebelas?" Teddy balik meledek
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 129 Kejutan

    Pagi menjelang subuh. Aina sudah bangun untuk melaksanakan ibadah solat tahajud. Biasanya ia akan membaca beberapa ayat suci sembari menunggu subuh tiba. Tak diduga, Teddy masih belum meninggalkan rumah Pak Gunawan. Ia masih tertidur di sofa ruang keluarga. Suara Aina sayup-sayup terdengar dari lantai satu, tempat Teddy beristirahat. Meski lampu utama di rumah Pak Gunawan dimatikan, masih ada remang cahaya lampu kecil yang menerangi. Perlahan Teddy masuk dan mendengar dari balik pintu kamar Aina yang sedikit terbuka. Hatinya seperti teriris. Ia tak kuasa melihat istrinya yang begitu baik sering ia jadikan sasaran amarah yang tidak jelas. Bahkan Teddy seringkali terhasut oleh berita-berita yang terkadang tidak jelas kebenarannya. Aina nampak khusyuk sehingga tak menyadari jika Teddy sudah lama berdiri dan mengamatinya dari celah pintu yang terbuka tadi. "Shodaqollahul adziiiimm.." Aina mengakhiri tilawahnya dan mencium Al Qur'an yang berada di pangkuannya. Setelah meletakkan ke

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 130 Jejakmu

    "Masih ingat denganku bukan?" suara Baron membuat jantung Aina seakan mau copot. "Bagaimana bisa Steven bersama Baron?" batin Aina dalam hati. Langkah Aina terhenti. Ia ragu-ragu untuk melangkahkan kakinya ke depan. "Tidak usah takut, ayo maju.." Steven memegang lengan Aina dan mendorongnya untuk duduk di sebelah Baron. "Steve, Kopi atau jus?" tanya Baron. "Kopi saja..Americano.." Steven menarik kursi untuk Aina duduk. Aina masih belum bisa berpikir, bagaimana bisa seorang Steven berkawan dengan Baron yang juga musuh Teddy? Tidak. Apakah mereka selama ini bersatu untuk melawan Teddy? Pikiran Aina mengembara kemana-mana. Ia memikirkan sesuatu yang mungkin saja menjadi kemungkinan terburuk yang akan menimpanya di masa depan. "Kamu pesan apa Aina?" tanya Baron. Kepala Aina menggeleng, Ia memang tidak bernafsu untuk makan atau minum. "Pesanlah sesuatu. Kamu kan sedang hamil?" Baron nampak menunjuk perut Aina yang sudah buncit. "Iya Aina, apa kamu mau segelas susu dan roti?" Ste

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 131 Kehidupan Abu-abu

    "Steven bagaimana bisa?" Pak Gunawan datang tergopoh-gopoh menuju ruang UGD. "Om, Aina... Maaf Om Gunawan. Ini kesalahan saya..." Steven nampak menunduk dan menyesal. "Sekarang Aina dimana? Aku mau lihat bagaimana keadaannya.." Steven menggeleng. Ia hanya memberikan isyarat jika Aina sebentar lagi akan dilakukan operasi untuk menyelamatkan bayinya. "Saya baru saja tanda tangan Om Gunawan,, Saya yang..." Pak Gunawan memegang tubuh Steven dan menggoyang-goyangkannya. Steven lemas tak kuasa berkata apapun lagi. "Kenapa Aina bisa bersamamu? Kamu apakan anakku??" nada bicara Pak Gunawan makin meninggi. "Jahat sekali kamu Steven!!!! Aku tidak pernah menyakitimu meski satu kali, tapi inikah balasanmu padaku??" suaranya parau hampir habis. Bagaimana bisa, setelah puluhan tahun ia berpisah dengan putri yang ia sayangi, harus berakhir mengenaskan seperti ini? "Sudah pa.. PAAAAA!" "PAPAAAA..." Bara berteriak memegang tubuh ayahnya yang lemas terkulai. Pandangan Pak Gunawan tiba-tiba k

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 132 Di Ujung Waktu

    "Jadi Anda suami pasien?" tanya sang dokter dengan mengernyitkan dahi. "Siapa yang menandatangani surat perjanjian untuk operasi tadi??" Teddy tak menjawab, Steven tak bergeming. Tak ada yang bersuara. Akhirnya Teddy lah yang duduk empat mata dengan sang dokter. "Jadi begini Pak..Bu Aina mengalami perdarahan yang hebat, ketika dibawa kemari kondisinya sudah drop.. Saya tidak tahu pasti apa yang menyebabkan beliau hingga dalam kondisi seperti itu.." Jantung Teddy seakan berhenti berdetak. Ia paling tidak tega jika melihat Aina dalam kondisi yang seburuk itu, "Maaf dok, saya tidak paham mengapa Aina bisa...." "Itulah kami tidak bisa total dalam menangani karena tidak tahu riwayat atau penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya, apalagi pasien pernah mengalami keguguran..." "Tapi istri saya baik-baik saja kan dok?" Teddy bertanya dengan penuh kecemasan. "Ya, kita doakan saja Pak. Sementara ini Bu Aina masih dalam masa kritis. Kami berusaha menolong dengan transfusi darah. K

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 133 Lubang Hati

    "Ainaaaa..." "Sabar Pak. Aina sudah pergi..." seorang perawat menutup tubuh Aina dengan kain putih. Teddy yang masih sembab matanya tetap meminta Aina agar jangan dibawa pergi. "Tolong suster, jangan dibawa pergi. Istri saya masih ingin bicara pada sayaa...." Teddy menangis tanpa henti. "Pak, maaf Bapak bisa menunggu di luar. Kami harus membawanya ke tempat lain.." "Ainaaa.. Banguun.. Jangan tidur..." Teddy menepuk paha Aina agar istrinya bangun. "Pak, dia sudah pergi.." sang perawat mengingatkan agar Teddy tidak terus memegang ranjang Aina. "Mas, tolong bawa dia..." nampak jelas sang perawat menyuruh Bara untuk membawa Teddy menjauh. Bara hanya mampu memegang tangan Teddy. Selepasnya ia tak bisa berbuat apa-apa. "Teddy, jangan membuat kegaduhan di sini. Ayo kita pergi..." Teddy langsung menatap wajah Bara. "Apa kamu gila? Aina masih hidup..." Teddy memegang tubuh Bara dan menggoyang-goyangkannnya. Sementara Pak Gunawan sudah tak mampu berkata apa-apa. Wajahnya memerah, pe

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 134 Secercah Cahaya

    "Tuaann.." panggilan itu makin terdengar di telinga Teddy. Apakah ini mimpi lagi? Atau hanya telinga Teddy yang salah mendengar?"Tuan..Teddy.." barulah setelah Teddy disebut namanya ia langsung bangkit dari sajadah yang ia gelar.Kakinya langsung bangkit berdiri dan menoleh ke arah Aina yang berbaring di ranjang."Ainaa..." Teddy tersenyum melihat Aina yang sudah membuka mata."Apakah kamu perlu sesuatu?" Teddy memegang tangan Aina yang masih lemah tak berdaya."Minum..aku haus.." Aina melirik ke arah air mineral yang ada di meja kecil di dekatnya."Sebentar akan aku ambilkan dulu..."Karena terlalu bahagia, Teddy sampai lupa tidak melapor ke perawat yang bertugas jaga malam."Jam berapa ini?" tanya Aina."Ah sekarang?" Teddy ikut kelabakan mencari ponsel. Padahal di ruangan itu terpampang jelas jam dinding warna putih besar."Aduh dimana ponselku..."Teddy membuka-buka lemari yang tak kunjung menemukan dimana ponselnya berada."Astaga Aina. Maafkan aku, aku lupa menaruhnya.."Tak b

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 135 Tuduhan Palsu

    "Terima kasih Steven atas bunganya..." Pak Gunawan langsung mengambil rangkaian bunga itu dari tangan Steven. "Bagaimana kabarmu? Mengapa kamu lama tidak menjenguk Aina?" Mendapat banyak pertanyaan dari Pak Gunawan, Steven hanya tersenyum. Ia kemudian duduk di sofa bersebelahan dengan Bara. "Tidak Om. Beberapa hari ini saya sibuk dengan bisnis di Medan, Jadi saya harus bolak-balik Jakarta Medan hampir setiap hari..." kata Steven. "Aina, ngomong-ngomong bagaimana kabarmu? Aku begitu senang mendengar kamu sudah sadar..." Senyum Steven layak mendapatkan bintang lima. Begitu merekah dan menggoda. "Baik.." jawab Aina singkat. Sejujurnya ia tidak begitu nyaman dengan kehadiran Steven di saat seperti ini. Ia lebih memilih untuk bersama suaminya sendiri daripada dengan lelaki asing seperti dirinya. Karena Stevan terus-menerus mamandang Aina dengan pandangan yang aneh. Meski Bara dan Pak Gunawan juga merasakan hal yang sama.

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 136 Tabir Kebenaran

    "Johan.." Aina memanggil Johan yang duduk di sofa. "Hmm.." tatapan Johan mengarah kepada Aina yang kelihatan cemas sejak kedatangannya. "Bagaimana Tuan Teddy?" Dari nada bicaranya, Aina terlihat begitu ketakutan dengan apa yang akan menimpa Teddy. Sejujurnya Aina memang sangat ingin sekali menjenguk suaminya. Ya, Aina sudah tahu jika suaminya memang menjadi tahanan untuk saat ini. "Sebenarnya ada apa? Kenapa Teddy sampai ditahan di kantor polisi?" Johan hanya mengernyitkan dahi. Seolah ia memang diperintahkan untuk diam. Agar Aina tidak ikut campur urusan suaminya. "Apakah Teddy melakukan kesalahan? Atau ia melakukan kejahatan yang tak bisa dimaafkan?" Pikiran Aina mengembara. Ia mencari jejak kenapa suaminya bisa-bisanya ditahan oleh polisi. Memang hal ini bukan kali pertama Aina mengetahui suaminya menjadi tahanan. Setelah Aina melahirkan Davianpun Teddy pernah tersangkut kasus sehingga harus ditahan selama beberapa bulan. "Sebaiknya kamu sembuh dulu Aina, baru kemudian k

Bab terbaru

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 143 Tidak Sempurna (Last Episode)

    "Bik Asih, kau??" Teddy memandang wajah pembantu paruh bayanya. Tak diduga Bik Asih memegang senjata api dan menembak ke dada Johan. Sementara Novan sudah terlanjur terkapar tidak bisa terselamatkan. "Kenapa kamu melakukannya? Aku kira kamu....." Teddy terdiam. Bik Asih dengan sebilah pisau melepaskan ikatan tali yang kuat di tangan Teddy dan Aina. Tanpa banyak bicara, Bik Asih membebaskan keduanya. "Mereka berdua pantas mendapatkannya!" Senjata api yang masih terselip di pinggang Bik Asih menjadi saksi, betapa Teddy sangat tidak menyangka jika Bik Asih memiliki kemampuan untuk menembak jarak jauh. "Bik Asih, bagaimana bisa Bibik melakukannya?" Aina masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat baru saja. "Ayo kita pergi dulu.." Dengan tertatih-tatih Aina berjalan keluar dari gudang belakang. Jarak gudang dengan rumah memang cukup jauh. Beberapa kali Aina jatuh tak berdaya. Tangan Teddy dengan sigap

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 142 Muara Cinta

    "Johan?? Apa yang kamu lakukan malam-malam begini?" Teddy menutupi tubuh Aina dengan tubuhnya yang lebih kekar. Tanpa mengeluarkan jawaban, Johan terus berjalan mendekati ke arah ranjang Teddy. Ia memperhatikan Teddy dan keluarga kecilnya berkumpul menjadi satu di satu ranjang. Senyum sinis Johan seolah memperlihatkan wajah Johan yang lain pada sang majikan. Dengan jelas Teddy bisa melihat Johan membawa sebuah senjata api yang ia genggam erat di tangan kanannya. Seolah Johan malam ini adalah jelmaan monster yang menyeramkan. "Apa maumu?" Teddy bertanya lagi. Masih belum mengeluarkan suara, Johan tetap berjalan perlahan mendekati Teddy yang sudah duduk bersiap mengapit senjata api di balik selimutnya. "Apa yang mau kamu lakukan pada kami Johan?" Kini Aina berganti unjuk suara untuk membuka mulut Johan yang masih terdiam tanpa jawaban. "Kamu mabuk??" Aina berteriak lagi. Braaakk,,, Segerombolan pria berbaju hitam tiba-tiba masuk ke dalam kamar Teddy melalui balkoni. Lengkap d

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 141 Bayangan Cahaya

    Setelah melalui proses persidangan panjang, pada akhirnya kebenaran berpihak pada kemenangan. Teddy dinyatakan bebas oleh hakim ketua. Tangis Teddy pecah, Ia bersujud syukur atas bebasnya tuduhan yang berat yang ditujukan padanya. Pada hari yang mendebarkan itu, Aina sengaja tidak diperbolehkan masuk oleh Pak Gunawan. Ia tidak ingin putrinya mengalami syok atau kaget jika sewaktu-waktu keputusan majelis hakim tidak berpihak kepadanya. Seketika setelah diumumkan, Pak Gunawan berlari dengan tertatih-tatih mendekati Teddy yang sudah berurai dengan penuh air mata. "Selamat Teddy.." Pak Gunawan memberikan sebuah pelukan yang erat untuk keponakannya yang bebas dari penjara. "Terima kasih Om.." Teddy menangis, ia memeluk erat Pak Gunawan.Ia sungguh tidak menyangka bisa keluar dari kasus gelap yang sebenarnya sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya."Papaa..." Davian yang menunggu di parkiran berlari ke arah Teddy.Sambil terisak tangis, Teddy memeluk anak sulungnya yang su

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 140 Secercah Cahaya

    "Benarkah?" Aina terkejut saat mengetahui kasus sebenarnya yang menimpa Teddy. Jika saja ia tahu-menahu tentang kasus itu sejak awal, tentu masalah itu tidak akan berlarut-larut seperti ini. "Iya, dan hingga saat ini kami buntu!" Pak Gunawan mendesah. Nafas panjangnya membuat wajahnya berubah dalam kesedihan. "Lalu?" Aina memegang pundak Pak Gunawan yang lesu. Kedua mata Pak Gunawan hanya bisa memandang sesuatu yang jauh. Tak ada sama sekali titik terang dari kasus Teddy. Dan jika dibiarkan, Teddy bisa saja dihukum seumur hidup di dalam penjara. Pak Gunawan menyeka kedua matanya yang menitikkan air mata. Ia tak kuasa menahan kesedihan. Tentu ia juga memikirkan bagaimana nasib anak perempuan dan cucu-cucunya. "Papa.. Aina akan bicara sesuatu pada papa.." tatapan kedua mata Aina menggambarkan keseriusan dalam setiap perkataannya. "Ada apa Aina?" Hati Pak Gunawan tiba-tiba berdesir. Apakah ada sesuatu yang sangat penting sekali? "Pa, tapi papa harus berjanji pada Aina. Jangan ka

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 139 Pusaran Cinta

    Hidup Aina memang sedang tidak baik-baik saja. Ada banyak ujian yang menimpanya dalam waktu yang hampir bersamaan. Belum selesai kasus Teddy yang sedang dijebloskan ke penjara, dengan tiba-tiba Novan yang sebelumnya masuk sel tahanan malah tiba-tiba keluar begitu saja. Ada yang tidak jelas. Siapa sebenarnya dalang dari semua ini? Apakah hanya Steven? Atau ada yang lain? Aina pening memikirkan semua yang telah terjadi dalam hidupnya. Ia hanya memandang langit-langit kamarnya yang kini nampak terang benderang. Di samping Aina, Devian, bayi kecil yang baru berusia belum genap satu bulan, tertidur lelap. Aina memandang bayi kecil yang sangat mirip dengan kakaknya, Davian. Siapa yang mengira jika pernikahan kali keduanya dengan Teddy akan dikaruniai lagi momongan yang sangat mirip dengan anak pertama mereka? "Kamu begitu mirip dengan kakakmu Nak!" Aina memandangi wajah Devian yang memerah. "Mamaaa..." Davian tiba-tiba masuk dengan berlari. Segera Aina mengingatkan agar Davian berj

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 138 Bukan Tipu Muslihat

    "Bagaimana bisa kalian tidak menemukan barang bukti sama sekali??" Teddy emosi melihat hasil kerja anak buahnya yang berhenti di tempat. "Bukankah aku ada di Istana Putih saat hari pembunuhan itu?" Teddy mendobrak meja. Ia lupa jika ia adalah seorang tahanan saat ini. "Bos. kita sudah melapor pada pihak yang berwajib. Tapi tetap saja..." Johan mengeluh. Kali ini kasus yang dihadapi oleh Teddy bukanlah kasus biasa, melainkan kasus berat. Ia bisa saja dihukum seumur hidup atau hukuman berat lainnya. Terlebih lagi, pada kasus ini semua bukti malah mengarah kepada Teddy. Ya, Teddy menjadi tersangka satu-satunya. "Kami akan coba lagi bos. Masalahnya adalah pada saat itu bos juga keluar kan? Jadi tidak banyak yang tahu jika bos juga berada di luar rumah menjelang siang hari.." "Tapi, pada jam pembunuhan, aku masih berada pada kemacetan jalan. Tidak mungkin aku keluar dari mobil dan menghilang ke lokasi kejadian.." Semua kemungkinan yang dipikirkan oleh Teddy dan anak buahnya sudah d

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 137 Topeng Baja

    "Tenang Aina..Semua akan baik-baik saja..." Bara berusaha menenangkan Aina agar tidak panik. "Mengapa ia harus dipindahkan?" tanya Aina penasaran. Davian yang tidak mengerti apa-apa hanya mendengar nama papanya beberapa kali disebut-sebut oleh Aina dan juga Bara. "Papa??" tanya Davian. "Iya, Papamu akan segera menjenguk kemari.." Bara berbohong demi menyelamatkan Davian. "Kamu kangen papa Teddy?" "Iya om.. Papa mana?" Davian jadi teringat dengan papanya dan terus menanyakan dimana keberadaan papanya itu. "Nanti ya, papa masih ada urusan di luar kota.." Bara mengepuk-ngepuk punggung Davian dan menggendongnya. "Om Bara tinggal dulu ya? Nanti akan ada banyak orang yang menemani Davian dan mama di luar. Oke?" Bara berusaha membuat Davian untuk tidak mencari Teddy lagi. Makin sering nama Teddy disebut Aina, maka Aina akan makin bersedih hati karena mengingat keberadaan Teddy. Tok..tok..tok.. "Permisi, selamat sore.." seorang perawat masuk ke dalam kamar Aina. "Sore suster.." Ai

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 136 Tabir Kebenaran

    "Johan.." Aina memanggil Johan yang duduk di sofa. "Hmm.." tatapan Johan mengarah kepada Aina yang kelihatan cemas sejak kedatangannya. "Bagaimana Tuan Teddy?" Dari nada bicaranya, Aina terlihat begitu ketakutan dengan apa yang akan menimpa Teddy. Sejujurnya Aina memang sangat ingin sekali menjenguk suaminya. Ya, Aina sudah tahu jika suaminya memang menjadi tahanan untuk saat ini. "Sebenarnya ada apa? Kenapa Teddy sampai ditahan di kantor polisi?" Johan hanya mengernyitkan dahi. Seolah ia memang diperintahkan untuk diam. Agar Aina tidak ikut campur urusan suaminya. "Apakah Teddy melakukan kesalahan? Atau ia melakukan kejahatan yang tak bisa dimaafkan?" Pikiran Aina mengembara. Ia mencari jejak kenapa suaminya bisa-bisanya ditahan oleh polisi. Memang hal ini bukan kali pertama Aina mengetahui suaminya menjadi tahanan. Setelah Aina melahirkan Davianpun Teddy pernah tersangkut kasus sehingga harus ditahan selama beberapa bulan. "Sebaiknya kamu sembuh dulu Aina, baru kemudian k

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 135 Tuduhan Palsu

    "Terima kasih Steven atas bunganya..." Pak Gunawan langsung mengambil rangkaian bunga itu dari tangan Steven. "Bagaimana kabarmu? Mengapa kamu lama tidak menjenguk Aina?" Mendapat banyak pertanyaan dari Pak Gunawan, Steven hanya tersenyum. Ia kemudian duduk di sofa bersebelahan dengan Bara. "Tidak Om. Beberapa hari ini saya sibuk dengan bisnis di Medan, Jadi saya harus bolak-balik Jakarta Medan hampir setiap hari..." kata Steven. "Aina, ngomong-ngomong bagaimana kabarmu? Aku begitu senang mendengar kamu sudah sadar..." Senyum Steven layak mendapatkan bintang lima. Begitu merekah dan menggoda. "Baik.." jawab Aina singkat. Sejujurnya ia tidak begitu nyaman dengan kehadiran Steven di saat seperti ini. Ia lebih memilih untuk bersama suaminya sendiri daripada dengan lelaki asing seperti dirinya. Karena Stevan terus-menerus mamandang Aina dengan pandangan yang aneh. Meski Bara dan Pak Gunawan juga merasakan hal yang sama.

DMCA.com Protection Status