Reyna memeriksa jam di tangannya yang masih menunjukan pukul delapan lebih empat puluh menit, Reyna akhirnya mengangguk karena mengira masih ada waktu sebelum jam sebelas malam.Setelah semuanya kenyang, beberapa keluar dari restauran untuk melanjutkan sesi ke tempat karaoke yang tidak jauh dari sana. Reyna dan Alex juga berjalan bersama hingga ke tempat tujuan dengan beberapa karyawan di depan sana yang sudah mabuk namun masih ingin ikut. “Pak Andreas tidak ikut makan-makan seperti biasanya ya?” ujar Alex membuka suara. Reyna menganggukan kepalanya. “Sepertinya tadi sempat mau ikut, tapi ternyata sudah ada janji jadi tidak bisa datang kemari.” ujar Reyna pada Alex yang menganggukan kepalanya. “Apa boleh saya menanyakan ini, tentang Pak Andreas apa beliau sudah punya pacar?” tanya Alex membuat Reyna yang setengah mabuk sedikit menyadarkan diri untuk tak keceplosan menjawab perihal hal pribadi Andreas.“Saya menanyakan ini pada Bu Reyna karena merasa kalian akhir akhir ini terlihat
Andreas mengemuti bibir Reyna yang terasa seperti rasa alkohol. “Ah,” lenguh Reyna ketika merasa perih dibibirnya yang nampaknya telah terluka karena ulah Andreas. Andreas melepaskan lumatannya yang mana dirinya telah sadar bahwa bibir Reyna terluka karenanya. “Ayo pulang,” ujar Andreas membuat Reyna menggeleng, kalau ia pulang sekarang dan terlihat bersama dengan bosnya bisa bisa orang kantor akan curiga lalu bergosip nanti. “Ini sudah jam pulang kantor, saya tidak bisa pulang sama Bapak semudah itu di depan orang kantor,” ujar Reyna membuat Andreas terdiam kesal. “Bapak pulang duluan saja, saya akan masuk lalu setengah jam kemudian akan pulang,” ujar Reyna membuat Andreas sedikit menggurutu kala itu. Benar saja, Reyna akhirnya meninggalkan Andreas sendirian di dalam pintu darurat. Sesampainya di dalam Reyna beberes lalu hendak berpamitan lebih dulu untuk pulang pada rekannya namun suara pintu ruangan karaoke mendadak terbuka hingga menampilkan sesosok yang tak pernah di duga du
Baru saja membuka pintu apartemen, Andreas dengan brutal mencium bibir Reyna yang seperti biasanya hanya dapat menerimanya. Reyna membalas ciuman Andreas dengan mengalungkan kedua tangannya hingga mereka berdua terjatuh di atas sofa. Keduanya bangun hanya untuk melepaskan masing masing pakaiannya, Andreas kembali menciumi tekuk leher Reyna ketika keduanya telah melepaskan pakaian bagian atas mereka. “Aaahh…!” lenguhan Reyna tercipta saat Andreas menjilat panjang bagian tekuk leher wanita itu. Reyna menjambak kecil rambut Andreas yang kini berada tepat di depan dadanya. “Ah…,” lenguh Reyna tak tertahankan ketika tangan Andreas dengan berani meremas buah dada kirinya. “Pak Andreas,” lenguh Reyna yang berbisik manja seperti dengan sengaja ingin membuat pria di atasnya itu semakin ingin melakukan lebih. Reyna menarik kepala Andreas dengan lembut ketika bibirnya mulai terasa kosong dan ingin mencium pria itu kembali. “Emnghh…, mnghhssshhsllrrrpp…,” lenguhan Reyna benar benar terdeng
"Keluarkan lidahmu," perintah Andreas. Reyna menjulurkan lidahnya membuat Andreas yang berada dibelakang bisa melumatnya dengan mudah. “Ehmn…, ahsshh…, mnghsh!” Reyna melenguh ketika Andreas semakin mmepercapat gerakan pinggulnya di bawah sana. Andreas mulai membayangkan jika dirinya tengah menjilati milik Reyna yang berada di bawah sana. “Kira-kira bagaimana rasanya ya?” Pikir Andreas yang begitu terdengar mesum. “Ah! Pak!” lenguhan Reyna terdengar seperti panggilan yang panas untuk Andreas. Mendengar hal itu Andreas memilih untuk mengganti posisi tanpa melepaskan juniornya di dalam miss v Reyna. Andreas membalikan tubuh Reyna menjadi tengkurep di bawah membelakanginya, dengan dirinya yang berada di atas tubuh wanita itu. “Uh!” lenguh Andreas saat merasa miliknya terjepit begitu kencang dan membuatnya ingin keluar saat itu juga. “Ah!” lenguh Andreas. Andreas merem melek dibuat Reyna yang sebetulnya hanya diam tanpa melakukan apapun, hanya saja miss v-nya di dalam sana berhasil
Reyna berkaca di meja rias yang berada dalam kamar pribadinya. “Ini tidak terlalu buruk bukan?” gumam Reyna sembari melihat plester di dahinya. Reyna menghela napasnya ketika teringat permintaan Ken yang memintanya untuk mengajak Andreas ke club malam ini. “Sejujurnya, aku juga sudah lama tidak ke tempat seperti itu,” ucap Reyna nampaknya ingin ikut, mumpung diajak juga oleh Ken. “Pertama, mari bertanya lebih dulu.” ujar Reyna yang nampak bersemangat. Reyna keluar dari dalam kamar menuju ke ruangan kerja Andreas kembali. “Permisi Pak,” ujar Reyna tepat di bilik pintu sembari mengintip Andreas yang kini telah melihatnya. Andreas mengode dengan matanya seakan mengizinkan Reyna untuk masuk ke dalam menemuinya. “Malam ini Dokter Ken mengajak Bapak pergi,” ujar Reyna pada Andreas yang menganggukan kepala.“Bapak sudah tahu?” tanya Reyna yang dibalas deheman oleh Andreas. Reyna menggaruk lehernya yang tidak gatal. “Lalu, jawaban Pak Andreas mau atau tidak?” tanya Reyna pada Andreas yan
"Kamu bisa membuktikannya?" tanya Andreas dengan wajah serius, sembari menatap Reyna yang berhasil gelagapan dibuatnya.Reyna yang ditanya seperti itu jadi kebingungan sendiri harus mengatakan apa, alhasil wanita itu memilih pergi dan berlari menjauh dari kamar Andreas. Andreas yang melihat tingkah Reyna hanya bisa menggelengkan kepalanya saja, lalu menatap jam di nakas yang telah menunjukan bahwa hari sudah mulai sore. Andreas merasa cukup segar ketika akhirnya dirinya biaa tidur walau hanya beberapa jam saja, bahkan mimpi buruk yang biasa menghantuinya kini tak kunjung datang saat Reyna berada di dalam pelukannya. “Ada manfaatnya juga aku menikahinya,” gumam Andreas seraya tersenyum kecil. Andreas kembali ke ruangan kerjanya, pria itu kembali membuka data data medisnya beberapa tahun silam yang selama ini ia sembunyikan rapat rapat dari orang lain selain Ken dan Clara yang memang ada di tempat kejadian bersamanya. Walau saat kejadian persisnya hanya Andreas seorang disana. “Tid
Andreas dan Reyna akhirnya berangkat menuju ke club, tak sampai setengah jam keduanya bahkan sampai dan segera masuk ke dalam sana. Andreas mengangkat tangannya saat melihat Ken berada disana, sedangkan Reyna sudah asik masuk tanpa mengikuti Andreas yang juga tak menyadari bahwa Reyna tak berada di dekatnya. Andreas menghampiri teman temannya. “Datang sendiri?” tanya Ken pada Andreas yang menoleh ke belakang ketika ingin menunjukan bahwa dirinya tak benar benar datang sendirian. Namun ia malah kehilangan sosok Reyna. “Mungkin saja dia ingin bersenang senang sendirian.” Pikir Andreas yang mengingat bahwa Reyna yang sebetulnya ingin kemari karena merindukan tempat berisik ini. “Kenapa mengadakan pesta disini, kamu tahu aku tidak menyukai tempat seperti ini?” ujar Andreas pada Ken yang tersenyum seraya menunjuk Clara yang tengah duduk dengan seorang pria tampan. “Pacar barunya?” tanya Andreas seraya meminum segelas kecil alkohol yang ada di tangannya. Ken menganggukan kepalanya. “M
“Aku tidak mungkin menyukainya,” ucap Andreas tanpa berani menatap Ken.Ken tertawa kecil, saat mengetahui bahwa sahabatnya ini baru saja berbohong kepadanya. “Kamu yakin dengan ucapanmu?” tanya Ken. Andreas terdiam sesaat. “Damian, disini!” panggil Ken pada seorang yang baru saja masuk ke dalam club malam. Mendengar nama Damian Andreas terlihat menoleh dengan tatapan tak suka pada pria tersebut. “Kamu mengundangnya juga, tanpa memberitahuku?” tanya Andreas yang nampaknya terlihat sangat kesal pada Ken.“Apa salahnya, Damian ikut ke pestaku. Toh sebelumnya kamu baik baik saja dengan kehadirannya, aku juga baru tahu kalau Damian sedang mengejar Reyna,” ujar Ken. Andreas mengerutkan keningnya. “Jadi karena itu kamu sengaja mengundangnya kemari, bahkan menghubungi Reyna secara pribadi agar wanita itu juga ikut malam ini?” tanya Andreas pada Ken yang bertepuk tangan. “Selain yang paling kaya, ternyata kamu juga sahabatku yang paling pintar!” ujar Ken membuat Andreas merasa kepanasan.