Di perjalanan, Andreas dan Reyna hanya terdiam dan berkonsentrasi pada urusannya masing-masing. Andreas yang fokus menyetir dan Reyna yang terlihat terus memandangi ponselnya."Pak Andreas pernah berkencan sebelumnya?" tanya Reyna yang dengan ceria menanyakannya pada Andreas saat ini. Namun ketika Reyna sadar bahwa pertanyaannya tidaklah baik alias terlalu pribadi, padahal Andreas sudah dari awal memperingatinya untuk tak membahas hal yang sifatnya bukan umum. "Saya hanya bercanda, lupakan saja," ujar Reyna membuat Andreas terdiam sekitar satu menit. "Berkencan secara resmi belum pernah tapi saya pernah dekat dengan wanita," ujar Andreas pada Reyna yang menolah sembari tersenyum seakan tengah meledek bosnya. "Bapak yang galak begini bisa dekat dengan wanita juga?" tanya Reyna meledek Andreas yang sekarang ini tengah menatap galak dirinya.“Saya hanya bercanda,” ucap Reyna membuat Andreas merasa sedikit tertantang. “Mau berkencan dengan saya hari ini, saya akan membuktikannya kalau
Keesokan harinya, Andreas dan Reyna benar benar melakukan lomba bersepeda bersama rekan tim yang lainnya yang diadakan di sebuah hutan. “Tolong ikuti track dengan benar!” ujar seorang yang bertanggung jawab perihal lomba. Tujuh tim berlomba, satu tim terdiri dari satu wanita dan satu pria. “Sudah siap, kita mulai dalam hitungan ke 1,2,3 mulai!” ujar panitia yang bertanggung jawab sebelum meniup pluit dan seluruh peserta mulai berlomba. Andreas melirik Alex yang berada di depan dengan pandangan tidak senang, pria itu merasa kesal setelah mati ketika ia hampir saja terjatuh dari sepeda. Belum lagi Alex terlihat mencuri kesempatan menggoda Reyna di depan sana. Andreas yang tak mau kalah akhirnya mencoba untuk ngebut mengejar Alex di depan sana. Reyna yang sebelumnya asik bersepeda seraya mengobrol dengan teman wanita karena merasa Andreas masih ada di belakang mulai melirik ke belakangnya. “Eh?” gumam Reyna saat tak melihat wajah bosnya di belakang. Reyna yang hendak bertanya denga
“Bu Reyna,” panggil orang orang disana membuat Reyna langsung berlari ke hadapan mereka meninggalkan Andreas yang kini telah dipayungi oleh banyak orang. Bagaimana tidak, seorang atas nekat mencari pegawai di tengah hutan saat hujan badai turun. “Pak Andreas lebih baik langsung ganti baju di dalam mobil,” ujar salah satu pegawai lelaki disana. Andreas menganggukan kepalanya lalu melihat Reyna sekilas lebih dulu untuk memastikan wanita itu sudah baik baik saja. Andreas masuk ke dalam mobil dan berganti baju disana, selesai itu semua orang mulai ikut masuk ke dalam mobil van yang disediakan perusahaan untuk menuju ke rumah makan. Sudah menjadi kebiasaan, ketika lomba selesai pemenang dan hadiah akan diberikan di tempat makan. “Sepertinya lagi hujan begini ini sekali jika minum-minum,” ujar seorang lelaki disana membuat Andreas yang berada di depan sendirian dengan supir melihat ke belakang dari kaca spion tengah. Pria itu terlihat memperhatikan Reyna yang masih terbalut handuk di tu
Di dalam kamarnya, Andreas terbangun ketika mimpi yang sama kembali datang. Ia kembali bermimpi tentang sesosok orang yang terus mengikutinya sedari kuliah dulu. Andreas meminum air di atas nakasnya dan mengambil ponselnya untuk menelpon Clara. Hanya Clara satu satunya orang yang menjadi saksi atas kejadian saat itu, dimana hal tersebut cukup menyisakan trauma untuk Andreas. "Halo, kamu sudah menemukan orangnya?" tanya Andreas pada Clara yang nampaknya baru bangun tidur terdengar dari suara parau wanita itu. "Aku pasti telah membangunkanmu, aku minta maaf dan akan menelponmu besok," ujar Andreas yang langsung mematikan teleponnya saat memihat jam di ponselnya menunjukan pukul dua malam. Andreas mengusuk wajahnya sendiri dengan kedua tangannya, lalu mulai menyalakan lampu untuk mencari obat penenang dan pereda nyeri yang biasanya dahulu ia konsumsi rutin. Tidak biasanya begini namun kenapa mimpi ini kembali lagi, setelah sekian bulan hampir tak Andreas rasakan lagi rasa ini. Gemur
Kini Andreas mengantarkan Reyna ke rumah sakit dengan mobilnya, di dalam perjalanan keduanya terus berpikir tentang banyak hal yang pastinya tentang masalah masing-masing. Andreas pusing, ia ingin kembali membahas perihal masalalunya untuk memberikan petunjuk pada Reyna perihal penyakitnya yang sampai sekarang masih suka kambuh. Sedangkan dalam hati Reyna, wanita ini tak berani membahas masalah yang bahkan dirinya saja merasa tidak enak ketika mendengarnya. Jujur, Reyna cukup syok mendengar pengakuan Andreas yang mengatakan dirinya adalah seorang pembunuh. Namun, Reyna tahu bahwa ia tak bisa membahasnya dengan mudah setelah ini. Pemberitahuan bahwa Jeremy telah sadar saja sudah membuatnya amat senang sekaligus bingung. "Terimakasih karena sudah menawarkan untuk mengantar saya ke rumah sakit," ujar Reyna yang diangguki Andreas. "Tentang apa yang saya katakan di dalam kamar barusan," ucapan Andreas terpotong ketika Reyna menyelaknya berbicara. "Mari kita bahas saat sudah bertemu d
“Acara makan-makan kantor?” tanya Andreas kembali pada Reyna yang menganggukan kepala. Sejak beberapa bulan terakhir Reyna bekerja, Andreas memang tidak pernah ikut dalam acara kantor seperti ini. “Bapak pulang duluan saja, toh biasanya Bapak ngga ikut,” ujar Reyna pada Andreas yang terlihat menggaruk ujung hidungnya. “Kalau saya ikut gimana?” tanya Andreas membuat Reyna langsung menggelengkan kepalanya. “Bukannya Bapak bilang malam ini ada janjian dengan Dokter,” ucap Reyna membuat Andreas mengingat bahwa hari ini ia memang ada janji untuk bertemu dengan dokter spesialis kehamilan. Ia ingin berkonsultasi perihal cara membuat anak yang baik dan benar juga mempercepat kehamilan, karena bulan madu yang nanti ia siapkan ini harus berjalan dengan lancar. Tapi di lain sisi, Andreas tidak mau meninggalkan Reyna bersama dengan Alex yang genit dan selalu mencari kesempatan dalam kesempitan. “Nanti telat loh, Pak. Ini sudah jam lima sore,” ujar Reyna mengingatkan Andreas yang sedari tadi
Reyna memeriksa jam di tangannya yang masih menunjukan pukul delapan lebih empat puluh menit, Reyna akhirnya mengangguk karena mengira masih ada waktu sebelum jam sebelas malam.Setelah semuanya kenyang, beberapa keluar dari restauran untuk melanjutkan sesi ke tempat karaoke yang tidak jauh dari sana. Reyna dan Alex juga berjalan bersama hingga ke tempat tujuan dengan beberapa karyawan di depan sana yang sudah mabuk namun masih ingin ikut. “Pak Andreas tidak ikut makan-makan seperti biasanya ya?” ujar Alex membuka suara. Reyna menganggukan kepalanya. “Sepertinya tadi sempat mau ikut, tapi ternyata sudah ada janji jadi tidak bisa datang kemari.” ujar Reyna pada Alex yang menganggukan kepalanya. “Apa boleh saya menanyakan ini, tentang Pak Andreas apa beliau sudah punya pacar?” tanya Alex membuat Reyna yang setengah mabuk sedikit menyadarkan diri untuk tak keceplosan menjawab perihal hal pribadi Andreas.“Saya menanyakan ini pada Bu Reyna karena merasa kalian akhir akhir ini terlihat
Andreas mengemuti bibir Reyna yang terasa seperti rasa alkohol. “Ah,” lenguh Reyna ketika merasa perih dibibirnya yang nampaknya telah terluka karena ulah Andreas. Andreas melepaskan lumatannya yang mana dirinya telah sadar bahwa bibir Reyna terluka karenanya. “Ayo pulang,” ujar Andreas membuat Reyna menggeleng, kalau ia pulang sekarang dan terlihat bersama dengan bosnya bisa bisa orang kantor akan curiga lalu bergosip nanti. “Ini sudah jam pulang kantor, saya tidak bisa pulang sama Bapak semudah itu di depan orang kantor,” ujar Reyna membuat Andreas terdiam kesal. “Bapak pulang duluan saja, saya akan masuk lalu setengah jam kemudian akan pulang,” ujar Reyna membuat Andreas sedikit menggurutu kala itu. Benar saja, Reyna akhirnya meninggalkan Andreas sendirian di dalam pintu darurat. Sesampainya di dalam Reyna beberes lalu hendak berpamitan lebih dulu untuk pulang pada rekannya namun suara pintu ruangan karaoke mendadak terbuka hingga menampilkan sesosok yang tak pernah di duga du
Andreas menatap Reyna yang berada tepat di sebelahnya, tengah tertidur di atas kasurnya tanpa menggunakan busana apapun. Mereka berdua, seusai bercinta tadi malam nampaknya langsung ketiduran. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Reyna yang perlahan bangun saat menyadari wajahnya terasa ada yang terus menghujami ciuman. Cup! Cup! Cup!Seakan tak cukup telah mencium istrinya sedari tadi, Andreas mulai meremas pinggul Reyna yang kini hanya tertutupi selimut saja. "Kenapa belum berangkat kerja?" tanya Reyna yang sepertinya tahu bahwa Andreas masih belum puas dengan permainan ranjang mereka kemarin. Padahal habis dari ruang tamu mereka sempat pindah ke kamar untuk bercinta lagi. "Haruskah aku mengambil cuti lagi hari ini?" tanya Andreas membuat Reyna menggelengkan kepalanya. "Sudah sana mandi," ucap Reyna yang dengan sengaha mengusir suaminya untuk segera bekerja.Andreas mengerucutkan bibirnya. "Bagaimana dengan mandi bersama?" tanya Andreas membuat Reyna segera menggelengkan kepala. "Tid
Andreas masih dengan baju santainya masuk ke dalam sebuah bar tempat di mana Anita berada. “Hah,” lenguh Andreas karena mendadak hujan turun saat dirinya masih berada di luar. “Bukankah kontrak kerja kami sudah di tanda tangani?” tanya Andreas membuat Anita menganggukan kepalanya. “Kita tidak bisa bertemu diluar jam kerja begini,” ujar Andreas dengan tegas. Anita tersenyum. “Tapi kamu tetap datang, tandanya kamu sangat membutuhkan Alisa sebagai model perusahaanmu ya?” ujar Anita membuat Andreas menghela napasnya. “Jadi apa inti pertemuan ini,” ucap Andreas yang nampaknya tak mau berbasa-basi lagi. “Hari ini adalah hari cuti saya, saya harap pertemuan ini penting sampai harus merelakan beberapa jam dari hari istimewa ini,” ucap Andreas yang akhirnya duduk di depan Anita. “Hm, sepertinya saya sudah sangat menganggu hari Pak Andreas yang sedang bermesraan dengan istri ya?” ujar Anita sembari memberikan satu amplop coklat yang diletakannya di meja. Andreas mengambilnya sebelum akhi
Anita terus memperhatikan Andreas yang kini sedang membuka buku menu di tangannya, sebelum akhirnya pria itu mengangkat satu tangan untuk memanggil waiters dan segera memesan makanan. “Kenapa terus melihat jam, sedang terburu-buru?” tanya Anita. Andreas menggeleng, pria itu masih memiliki etika bisnis selama kliennya tidak meminta hal yang tak masuk akal. Menurut Andreas, yang dilakukan Anita sangat normal karena itu ia tak protes sama sekali. “Apa yang kamu lakukan setelah makan malam?” tanya Anita ketika makanan keduanya telah disajikan di hadapan mereka. “Saya harus segera pulang,” ucap Andreas sembari memotong steak di hadapannya. Anita menganggukan kepalanya. “Mungkin ini terdengar tidak sopan, apa Pak Andreas sudah menikah?” tanya Anita membuat Andreas menganggukan kepalanya. Anita tertawa kecil. “Apa hubungan kalian rahasia, saya tidak pernah tahu Pak Andreas sudah menikah?” ujar Anita membuat Andreas merasa sedikit tersentak karena ia baru menyadari bahwa dirinya dan Rey
Andreas memandangi kecantikan Reyna yang kini dikelilingi oleh lampu-lampu indah di sekitar kapal dan laut yang gelap. Senyum Andreas yang nampak tulus seakan berhasil membuat hati Reyna tersentak. “Saya baru menyadarinya, bahwa kamu sangat amat cantik,” ucap Andreas membuat Reyna ikut menyentuh tangan Andreas yang kini sedang membelai pipinya begitu lembut. “Aku memcintaimu,” ucap Andreas sebelum akhirnya menarik tubuh Reyna ke dalam pelukannya. Yang sebelumnya rasa napsu melanda Andreas, kini perasaan menyentuhlah yang kerap dirasakan pria itu. “Hah! Aku bisa gila rasanya,” gumam Andreas bergumam tepat di telinga Reyna. Perlahan Andreas melepas pelukannya setelah mengirup kasar aroma tubuh istrinya. “Setiap bersamamu, aku benar benar tidak tahan,” ucap Andreas sembari menatap mata Reyna. Reyna tersenyum ketika mendengar ucapan Andreas yang menurutnya sangat menggelitik perutnya. “Kenyataan bahwa kamu menyukaiku, juga tidak bisa aku percaya,” ucap Reyna membuat Andreas tersenyum
Reyna melebarkan mulutnya ketika membuka penutup matanya, beberapa jam sebelumnya Andreas memintanya untuk menutup mata dengan selendang kecil itu. Kini mereka sudah berada di atas kapal pesiar dan di tengah laut lepas. “Silahkan duduk, tuan putri,” ucap Andreas pada Reyna yang kini tersenyum begitu lebar sembari mengelus perutnya yang mulai membesar. Reyna duduk di kursi yang telah disiapkan sebelumnya dengan bunga bunga di atasnya. Keduanya tak banyak bicara dan hanya memakan makanan mereka dengan tenang, hingga Andreas mengajak Reyna untuk berdiri di pinggiran kapal seraya melihat pemandangan laut lepas. “Kamu tidak akan muntah di lenganku kan?” tanya Andreas yang kini sedang memeluk tubuh Reyna dari belakang. Reyna tertawa kecil sebelum Andreas menggenggam tangannya yang berada di tiang penyangga kapal. “Maaf jika pernyataan cinta ini terlambat, aku tidak mau lagi mendengar lagi kata berpisah dari mulutmu,” ujar Andreas membuat Reyna merasa tidak enak hati sejenak. “Tapi ti
"Saya pikir sekarang kita sedang bekerja," ucap Reyna dengan lirih."Jangan mengatakannya lagi, atau acara ini berakhir dengan hal yang tak terduga," ucap Andreas. Reyna menelan salivanya. "Saya masih merasa kaku ketika memanggil dengan sebutan Andreas saja," balas Reyna dengan jujur. "Kalau begitu tidak ada lagi kata saya, hanya aku dan kamu lalu nama kita," ucap Andreas kembali. "Pilihlah saham yang kamu inginkan," ujar Andreas sebelum akhirnya pelelagan saham di lakukan. "Saya tidak terlalu mengerti perihal saham," ujar Reyna pada Andreas. "Jangan khawatirkan hal itu, semua yang di lelang hari ini sudah mendapat proses verifikasi terlebih dahulu. Bukan hanya itu, tamu yang hadir disini mendapatkan undangan. Tidak semua pembisnis bisa masuk kemari Reyna," ujar Andreas. Reyna mengangguk walau tetap ada keraguan di dalam dirinya jika saja ia suatu saat bisa merugikan Andreas. "Woah, bukankah harga ini gila?" gumam Reyna. "Hotel Rezinton di Brazil senilai 20, penawaran di mulai
Andreas menatap Reyna dari kejauhan di dalam mobil sehabis pulang kantor sebelum akhirnya mwlangkahkan kaki keluar menghampiri istrinya yang berada di lobi gedung olahraga. Mulai hari ini Andreas memang menjadwalkan Reyna untuk mengambil kelas yoga ibu hamil, walaupun tidak setiap hari. Andreas masuk ke dalam gedung dan berdiri tepat di hadapan Reyna. “Sudah menunggu dari tadi?” tanya Andreas penuh perhatian. Reyna menelan salivanya merasa keanehan dengan sikap Andreas sebelum akhirnya mengangguk karena tahu bahwa saat ini mereka sedang berada di tempat umum yang mana mungkin saja Andreas sengaja ingin menciptakan keharmonisan.Seakan tak pernah mendengar kata cerai dari istrinya, Andreas mencoba untuk bersikap biasa saja. “Kenapa mendadak ingin menjemput saya?” tanya Reyna. “Ikutlah dulu, ada yang ingin saya tunjukan,” ujar Andreas sembari mempersilahkan tangannya untuk di genggam oleh Reyna.Reyna melihat kanan dan kirinya memastikan bahwa tidak ada satupun yang melihat mereka k
“Jadi kita simpulkan semua settingan iklan di dalam hutan lagi, memang tema tersebut sudah lama tapi saya yakin akan membuat membuat pembaruan,” Andreas termenung hingga harus disadari oleh asistennya sendiri. “Baiklah, rapat sampai disini dulu tolong berikan salinan proposalnya ke ruangan saya segera,” ucap Andreas yang sebetulnya tak mendengar satu kata pun dari karyawannya yang baru saja mempresentasikan proposal kerja baru. Kalimat perpisahan yang diucapkan Reyna malam kemarin membuat Andreas tak bisa fokus bekerja sama sekali. “Bercerai,” gumam Andreas sendirian yang kini hanya duduk termenung di kursi kerjanya. Sang asisten menatap bosnya dalam-dalam mencoba membaca pikiran pria tersebut. Andreas menghela napas panjang lalu mengetik sesuatu di ponsel pintarnya. ‘Kenapa wanita menginginkan perceraian?’ Andreas membaca salah satu artikel yang mendukung pertanyaannya. “Ehm, urusan ranjang,” gumam Andreas ketika melihat poin pertama tersebut. “Kenapa juga urusan ranjang bisa
Reyna mematung, matanya mengerjap beberapa kali untuk memastikan bahwa dirinya sedang tidak berhalusinasi. "Apa yang baru saja aku katakan pada Pak Andreas,” ujar Reyna dalam hatinya sembari menutup mulut dengan satu tangannya. Reyna menggigit bibir bawahnya saat melihat Andreas yang tengah asik melakukan perintahnya. “Tu-tunggu, saya tidak bisa melihatnya!” ujar Reyna yang pada akhirnya menutup mata. Andreas tertawa kecil. “Nampaknya kamu terlalu banyak berbicara sedari tadi,” ucap Andreas sembari mendekati Reyna. Pria itu menurunkan perlahan kedua tangan Reyna yang menutupi wajahnya sendiri, setelah saling bertatapan selama beberapa detik sebelum akhirnya keduanya kembali berciuman. Kali ini tak mau berlama lama, Andreas meniduri Reyna dengan hati-hati. “Humnckpmngsh,” lenguhan dari bibir Reyna keluar semakin keras ketika junior Andreas mulai masuk ke dalam kewanitaan Reyna. “Ah!” lenguh Reyna dengan wajah memerah menatap Andreas yang nampak tersenyum kepadanya. Andreas menciu