Tanpa basa basi Andreas mencoba untuk memblokir kontak tersebut dari ponsel Reyna. "Apa dia tidak tahu bahwa Reyna sudah punya suami?" ujar Andreas dengan wajah percaya dirinya.Reyna kembali masuk seraya membawakan cemilan. “Saya belikan coklat pahit untuk bisa Pak Andreas makan sebelum makan besar,” ujar Reyna pada Andreas yang baru saja mengelus dadanya sendiri. Hampir saja ia ketahuan oleh Reyna tentang apa yang sebelumnya pria itu lakukan pada ponsel milik Reyna. Andreas memakan coklat tersebut untuk menetralisir rasa curiga Reyna. Sampai Reyna terlihat tertawa tertawa dibuatnya, saat itu juga Andreas menatapnya dengan pandangan kebingungan. Reyna menunjuk bibirnya sendiri ketika melihat di bibir bawah Andreas terdapat sisa coklat yang celemotan. “Disini?” tanya Andreas dengan wajah yang nampak menahan senyum. Andreas menarik tangan Reyna yang dimana pria itu langsung mencium wanita itu. Reyna menelan salivanya sangkin terkejutnya dengan apa yang Andreas lakukan padanya saat
Tak jauh dari percakapan tersebut, Andreas terlihat melepaskan handuk yang sebelumnya melilit di pinggangnya. "Huwaaaaaa!" teriak Reyna ketika tak sengaja melihat bokong milik bosnya dari belakang.Andreas menggunakan sweater bewarna gelap dan celana pendek seperti style khasnya ketika tengah di luar kantor. “Mandilah, kamu menyuruh saya mandi tapi kamu sendiri belum siap sama sekali!” ujar Andreas yang telah menggunakan pakaian lengkap pada Reyna yang sedari tadi nampak menutup matanya. “Bapak sudah selesai pakai baju?” tanya Reyna seraya mengintip di sela jemari tangannya. Andreas berjongkok lalu menyingkirkan tangan Reyna dari matanya sendiri. “Lebih tepatnya saya sudah sangat siap untuk pergi,” ujar Andreas tepat di hadapan wajah Reyna yang sedikit memerah karena jarak keduanya cukup dekat. Reyna mengancingkan koper Andreas lalu dirinya bawa keluar bersamanya meninggalkan bosnya yang masih setia menatapnya. Setelah membiarkan koper Andreas bersebelahan dengan koper miliknya d
Sesampainya di hotel, Reyna ikut membawakan barang Andreas hingga ke dalam kamar vip milik pria itu. “Sudah selesai tugas saya hari ini, saya pamit untuk beristirahat karena masih jedlag,” ujar Reyna sembari menggeret kopernya yang hendak keluar dari kamarnya. “Hei! Hei! Reyna!” panggil Andreas sebelum Reyna keluar dari kamarnya. “Kenapa tidak tidur sekalian bersama saya disini?” tanya Andreas sekaligus ia ingin memastikan apakah Reyna berhasil mendapatkan kontak Damian kembali di dalam ponselnya. Reyna menggelengkan kepala. “Saya sudah punya kamar sendiri satu lantai di bawah Bapak, saya tidak mungkin disini,” ujar Reyna yang ingin memiliki privasi, melihat akhir akhir ini ia tidak dapat bergerak dengan bebas sebagaimana mesti dirinya saat sedang di rumahnya sendiri. “Kamu membiarkan saya tinggal sendirian di ruangan besar seperti ini?” tanya Andreas yang diangguki Reyna. “Toh, Pak Andreas sudah sering melakukannya. Tidur sendiri di kamar seluas ini, saat kita berpegian beberapa
Pintu kamar hotel Andreas terbuka, menandakan seorang telah masuk ke dalam. “Pak Andreas?” panggil seseorang yang tak lain adalah Reyna. Kini jam sudah menunjukan pukul delapan malam, Reyna baru saja bangun di pukul tujuh lalu bersiap mandi dan beberes untuk makan malam di restaurat hotel. “Pak Andreas?” panggil Reyna kembali sampai matanya melihat sendiri dengan jelas bahwa bosnya masih tertidur pulas di atas kasur sana. “Lama juga Pak Andreas tidur,” gumam Reyna. Reyna mendekatkan diri pada kasur yang sedang ditiduri Andreas. “Pak Andreas, bangun. Makan malamnya mau di bawah sama saya atau diantar kemari saja?” tanya Reyna yang nantinya kalau Andreas memilih diantar kemari, wanita itu bisa bilang pada pelayan di bawah. “Pak Andreas,” panggil Reyna kembali yang sedari tadi tak mendapatkan jawaban dari bosnya. “Apa mungkin Pak Andreas sudah tidak? Ah, ngaco! Mana mungkin,” ucap Reyna sendirian seraya mendekatkan telinganya pada hidung Andreas hanya untuk memastikan bahwa bosnya b
Andreas tersenyum saat dirinya berhasil menemukan Reyna di luasnya restaurant dalam hotel ini. Setelah mandi, pria itu dengan cepat menyusul wanita itu ke bawah. Andreas berjalan mendekat lalu memeluk tubuh Reyna dari belakang yang sedang duduk dengan sereal di hadapannya. “Eh?” Reyna terkejut saat ada seseorang yang memeluknya dari belakang, namun harum tubuh orang di belakangnya membuatnya tahu bahwa ia adalah Andreas. “Pagi, saya belum sempat menyapamu dengan benar?” ujar Andreas pada Reyna. Reyna mengambil gelas berisikan air putih lalu diminumnya saat itu, ia merasa sangat kesulitan ketika hendak menelan makanan yang masih berada di mulutnya. “Heum, rambutmu sangat wangi,” bisik Andreas membuat Reyna otomatis memejamkan matanya seakan menikmati hal yang tengah dilakukan bosnya. Namun dalam sekejap wanita itu sadar bahwa hal ini tidaklah benar. “Pak Andreas, bagaimana jika ada yang melihat kami?” ujar Reyna panik karena tak ingin ada satupun rekan kerja mereka yang mengatahu
"Jangan bilang Bu Clara lagi, aku benar benar ingin tahu siapa yang sedang berbalas pesan dengan Pak Andreas malam-malam begini?" ucap Reyna dalam hatinya.“Sedang melihat apa kamu, jangan bilang ketampanan saya?” goda Andreas membuat Reyna langsung menyadarkan diri kembali. Ia berpura pura kembali fokus pada ponselnya seraya menjawab ucapan bosnya. “Saya tidak melihat apapun, hanya sedang berpikir saja,” ujar Reyna membuat Andreas menganggukan kepalanya. “Kamu terus melihat ponselmu sedari tadi, bukankah katamu ingin menonton film saja?” tanya Andreas membuat Reyna merasa tidak pernah mengatakan hal tersebut, toh memang yang menyalakan televisi adalah Andreas sendiri. Tapi Reyna juga tidak menolaknya sih, karena merasa hal tersebut cukup disukai juga olehnya. “Saya akan mematikan hp saya,” ujar Reyna pada Andreas sebelum meletakan kembali ponselnya di atas meja. “Bapak sendiri, sepertinya sibuk dengan ponsel juga. Apakah sedang berkirim pesan kepada Bu Clara?” tanya Reyna membuat
Andreas menawarkan Clara untuk masuk lebih dulu, sedangkan wanita itu langsung memilih untuk duduk di pinggiran kasur. "Ada urusan apa sampai kamu bisa mengunjungiku disini?" tanya Andreas. Mata Clara seakan tengah melirik ke berbagai sisi kamar Andreas. "Clara," panggil Andreas berusaha mendapatkan jawaban dari mulut wanita itu. Namun bukannya menjawab, Clara malah kembali memberikan pertanyaan. "Sekretarismu, dimana dia tidur semalam?" tanya Clara membuat Andreas sedikit merasa agak canggung menjawabnya. "Kenapa menanyakan hal tersebut yang bukan urusanmu?" tanya balik Andreas, membuat percakapan mereka kali menjadi sesi saling bertanya dan tak ada satupun yang mau menjawab. "Aku hanya bertanya, apakah wanita itu punya kamar sendiri?" tanya Clara lagi dan lagi pada Andreas yang pada akhirnya menganggukan kepalanya. "Kamarnya di lantai bawah, jadi sekarang jawab pertanyaanku. Kenapa kamu bisa ada disini?" tanya Andreas membuat Clara mengusuk lehernya sendiri dengan gerakan merag
Andreas dan Reyna masuk bersamaan ke ballrom yang telah dijadikan sebagai tempat atau pusat dari banyaknya pembisnis luar negeri berkumpul. “Pak Andreas, nice to meet you,” sapa seorang disana ketika bertemu dengan Andreas dan tak lupa saling berjabat tangan. Sedangkan Reyna hanya tersenyum seraya membungkuk memberikan hormat pada tamu bosnya dari belakang. Tak hanya dihadiri oleh tamu negara bagian asia namun juga hingga ke timur dan barat, yang justru membuat Reyna tidak dapat bergerak dengan bebas malam ini. Ia takut jika salah bicara apalagi bertata-krama yang tidak benar ketika telah mengetahui bahwa di setiap negara memiliki perbedaan larangan yang cukup signifikan. Reyna juga hanya bisa berbicara bahasa inggris dan menghapal beberapa kosa kata dari berberapa negara saja. “Aku hanya harus terus berada di belakang Pak Andreas,” pikir Reyna. Reyna menelan salivanya saat beberapa orang nampak ingin mengobrol dengannya. “Andreas!” panggil seseorang yang tak lain adalah Clara.