Andreas dan Reyna masuk bersamaan ke ballrom yang telah dijadikan sebagai tempat atau pusat dari banyaknya pembisnis luar negeri berkumpul. “Pak Andreas, nice to meet you,” sapa seorang disana ketika bertemu dengan Andreas dan tak lupa saling berjabat tangan. Sedangkan Reyna hanya tersenyum seraya membungkuk memberikan hormat pada tamu bosnya dari belakang. Tak hanya dihadiri oleh tamu negara bagian asia namun juga hingga ke timur dan barat, yang justru membuat Reyna tidak dapat bergerak dengan bebas malam ini. Ia takut jika salah bicara apalagi bertata-krama yang tidak benar ketika telah mengetahui bahwa di setiap negara memiliki perbedaan larangan yang cukup signifikan. Reyna juga hanya bisa berbicara bahasa inggris dan menghapal beberapa kosa kata dari berberapa negara saja. “Aku hanya harus terus berada di belakang Pak Andreas,” pikir Reyna. Reyna menelan salivanya saat beberapa orang nampak ingin mengobrol dengannya. “Andreas!” panggil seseorang yang tak lain adalah Clara.
Andreas mengelus punggung Reyna, berakting seperti tengah menenangkan tangis wanita itu. "Jangan membuat saya semakin gemas denganmu," ujar Andreas yang kini kedua tangannya berani meremas serta menampar kecil bokong sekretarisnya.“Ah,” lenguh Reyna membuat Andreas tersenyum kecil disana. “Kamu terlihat seperti seorang yang sedang cemburu, Reyna,” ucap Andreas membuat Reyna menatap lelaki tersebut sembari menggelengkan kepalanya. Andreas mencium leher Reyna yang beraroma sangat wangi. “Kamu menggunakan parfum apa malam ini, rasanya berbeda dengan yang biasanya,” tanya Andreas pada Reyna yang malah menjatuhkan kepalanya ke pundak sang bos. Tok…tok…tok…, Suara ketukan dari luar jendela depan mobil membuat Andreas membuka kaca di sampingnya. “Silahkan masuk,” ujar Andreas kepada supir panggilan tersebut. Di perjalanan, Reyna masih setia berada di atas pangkuan Andreas. “Kapan kamu mau pindah dari sini Reyna?” tanya Andreas pada Reyna yang bergumam sendirian dalam tidurnya. Reyna j
“Haruskah aku melakukannya malam ini?" pikir Andreas seraya melirik ke arah juniornya yang masih terlihat mengeras sedari tadi karena ulah Reyna.Andreas membuka kemeja dan celananya yang mana membuatnya kini hanya terlihat menggunakan bokser di tubuhnya. Tak perlu ditanya lagi bagaimana penampakan Andreas saat ini, yang pasti pria itu sangat amat seksi dengan tubuh tinggi dan ideal miliknya. Berdiri di hadapan Reyna yang tengah tertidur dengan gaunnya, Andreas merasa frustasi dengan keadaan tersebut. Mau bagaimana lagi, seorang pria sejati tidak mungkin melakukannya pada wanita yang sedang mabuk sehingga membuat Andreas harus berpikir kembali karenanya. “Ah, sial.” Runtuk Andreas dalam hatinya. “Bagaimana caranya punya anak dalam satu tahun, aku bahkan tidak bisa melakukannya dengan sembarang orang hingga terpaksa menikahi sekretarisku sendiri,” guman Andreas sendirian. Andreas menurunkan boksernya hingga ke pahanya di hadapan Reyna, lalu tangan kanannya mulai memainkan miliknya
Andreas dan Reyna akhirnya sampai di bandara setelah menempuh perjalan sekitar tiga jam di pesawat dari cina. “Ah itu, Pak!” ujar Reyna menunjuk supir yang memegang kertas besar bertuliskan Pak Andreas Hilton. Andreas dan Reyna akhirnya masuk ke dalam mobil, keduanya yang sama sama lelah walaupun hanya menempuh beberapa jam saja untuk kembali kemari rasanya tetaplah capek. Alhasil keduanya tertidur hingga mereka sampai di dalam apartemen pada jam tujuh sore. “Besok pagi Bapak ada acara dengan mentri perdagangan untuk berkuda bersama,” ujar Reyna yang diangguki oleh Andreas. “Besok saya akan memperkenalkan kamu sebagai istri dan bukan sekretaris,” ucap Andreas membuat Reyna sedikit syok dibuatnya. “Kepada mentri dan sejajarnya saya sebagai keluarga Hilton harus mengenalkan istri saya. Tanpa adanya media pastinya, kamu bisa mempercayakannya pada saya,” ujar Andreas yang diangguki Reyna. Keduanya masuk ke dalam kamarnya masing-masing untuk membersihkan diri. Andreas yang sudah sele
Sekembalinya Reyna ke kantor, ia mengunjungi beberapa divisi yang akrab dengannya untuk membagikan oleh-oleh dari cina pada mereka.Selesai itu, Reyna melihat ke dalam ruangan Andreas yang mana pria itu nampak sedang berkutat dengan beberapa laporan di dalam sana. Mendengar panggilan dari respsionis lewat interkom kantor, Reyna disuruh ke bawah karena sedari tadi ada seorang wanita muda yang hendak menemuinya. Perasaan Reyna sedikit tidak tenang ketika respsionis tersebut mengatakan bahwa wanita yang menunggunya terus memaksa ingin bertemu dengannya. Sedangkan Reyna merasa tidak memiliki kenalan siapapun disini yang bergender wanita. “Pak Andreas, saya izin ke bawah sebentar karena ada yang ingin menemui saya,” ujar Reyna yang diangguki Andreas. Reyna masuk ke dalal lift hingga lift terbuka di lantai lobi bawah. “Siapa yang ingin bertemu saya?” tanya Reyna pada resepsionis di bawah. “Reyna, lama tidak bertemu,” ujar seorang wanita dari belakang membuat Reyna segera menoleh pada
Sekembalinya mereka ke dalam perusahaan, Andreas dan Reyna kembali berkerja seperti biasanya. Melihat jadwal bosnya yang sudah kosong, Reyna memutuskan untuk menyetujui ajakan Damian yang ingin makan malam dengannya hari ini. Setelah mengirim jawaban, Reyna membereskan barang-barangnya dan hendak izin untuk pulang lebih dulu. Tok tok tokReyna masuk ke dalam kantor Andreas. “Saya izin pulang duluan ya Pak hari ini, melihat jadwal Bapak yang sudah kosong sampai sore nanti,” ujar Reyna membuat Andreas terdiam selama beberapa detik sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya. “Kamu sedang ada janji dengan seseorang?” tanya Andreas memastikan tebakannya akan Reyna yang mungkin saja jalan dengan Damian. Reyna menganggukan kepalanya. “Saya masih punya tugas untuk kamu,” ujar Andreas pada Reyna yang memiringkan kepala mencoba untuk menerkanya. “Saya merasa semua tugas telah saya kerjakan,” ucap Reyna membuat Andreas tersenyum kecil. “Saya mau kamu merekap sekarang juga beberapa laporan ke
Damian berdiri ketika mendapati Reyna yang baru saja masuk ke dalam restauran namun senyum pria itu seakan luntur saat melihat keberadaan Andreas di belakang wanita tersebut. “Malam Dokter, maaf sebelumnya karena saya mengajak Pak Andreas kemari juga,” ujar Reyna pada Damian yang menganggukan kepala seraya mempersilahkan keduanya duduk. Namun sebelum itu, Andreas dan Damian saling berjabat tangan dan berkenalan. Damian mengangkat tangannya meminta waiters untuk menyiapkan tiga porsi makanan dan perlengkapan makan tambahan ke mejanya. Setelah itu, Reyna memperhatikan secara bergantian Andreas dan Damian yang nampak diam sedari tadi. Reyna berdehem dan membuat Damian mengerti akan perasaan canggung tersebut, oleh karena itu Damian mulai mencoba mencairkan suasana. “Saya dengar perusahaanmu juga merambat ke bidang kesehatan?” ucap Damian yang diangguki Andreas. “Kami selalu berusaha untuk bisa masuk ke dalam banyak bidang, karena merambah di berbagai bidang adalah hal yang sukai unt
Reyna memandangi pemandangan lewat balkon kamarnya sendiri, saat itu nuansa malam terlihat lebih indah dari biasanya. "Besok tanggal merah, enaknya kemana ya?" gumam Reyna yang terlihat berbicara sendiri. Reyna menghela napas berat saat melihat harga masuk tempat wisata yang tak masuk akal ketika tanggal merah tiba. Reyna terlihat mengeluarkan senyumannya ketika pikirannya kembali pada kalimat sebuah kalimat yang sempat dilontarkan Andreas kepadanya saat di tempat makan. "Dia ingin aku berada di sampingnya seumur hidup, bukankah itu hanya sekedar candaan saja?" pikir Reyna yang tak mau banyak berharap. Reyna menggigit bibirnya sendiri ketika merasa hatinya sedikit merasakan sakit saat ingat bahwa pernikahan mereka ini hanyalah sementara. "Pernikahan ini hanya sebagas kontrak semata," gumam Reyna seraya memperhatikan cincin berlian miliknya yang kini masih berada di jari manisnya. "Pak Andreas, sepertinya saya menyukai dia namun hal itu tidak boleh terjadi," ucap Reyna masih denga