Keesokan paginya, Reyna terbangun dipelukan Andreas yang masih setengah tidur. Wanita itu dengan perlahan bangkit dari sofa meninggalkan Andreas yang masih tidur. Setelah berhasil Reyna masuk ke dalam kamarnya untuk mandi dan siap-siap bekerja, tak sampai tiga puluh menit saat dirinya keluar dari kamar ia berpapasan dengan Andreas yang terlihat baru bangun. “Kenapa tidak membangunkan saya dari tadi?” tanya Andreas membuat Reyna tersenyum lebar. “Saya baru mau bangunkan Bapak, karena saya melihat Pak Andreas sangat kelelahan sedari malam,” ujar Reyna sebelum bergegas ke dapur untuk memasak sarapan. Hanya telur dan bakar roti serta beberapa slive daging yang kini menjadi sarapan keduanya, tak lupa Reyna juga menyiapkan segelas susu untuk bosnya. Seraya menunggu bosnya selesai bersiap sebentar lagi, Reyna memanfaatkan waktu dengan membaca berita tentang perusahaan Hilton House. “Semua masih terlihat stabil,” gumam Reyna dengan senyuman di wajahnya. “Apa yang membuatmu tersenyum sele
Reyna menahan tawanya melihat Andreas yang kini menggunakan celemek seraya memberikan makanan pada beberapa karyawan yang mengantri. Seumur ia bekerja dengan Andreas, ia tidak pernah melihat bosnya melakukan hal seperti ini. Karena biasanya Andreas hanya bergaul dengan perlengkapan yang biasa ia pakai untuk bekerja di dalam kantornya. Prang!Reyna segera menghampirinya ketika Andreas baru saja terlihat menjatuhkan piring besi yang akan diberikannya pada karyawan. “Pak Andreas, sepertinya sudah waktunya kita beristirahat,” ucap Reyna. Andreas menganggukan kepalanya sebelum berbalik badan seakan meminta Reyna membantunya untuk melepaskan celemek di lehernya. Reyna dengan senang hati membangu membukakan celemek yang dipakai Andreas. “Tolong berikan saya dua porsi,” ucap Reyna pada pelayan kantin disana yang mengangguk. Reyna membawa Andreas untuk ikut duduk di cafe karyawan. “Kenapa kamu menyuruh saya duduk disini?” tanya Andreas sebelum dua porsi makanan tiba di atas meja mereka.
“Saya hanya bercanda,” ucap Andreas sembari tertawa dihadapan Reyna yang hanya bisa menatap bosnya dengan pandangan aneh. “Pak Andreas, saya merasa Bapak harus melakukan pemeriksaan otak di rumah sakit,” ujar Reyna membuat Andreas menaikan satu alisnya. “Pak Andreas akhir-akhir ini sangat aneh, biasanya Bapak tidak pernah tertawa selebar ini lalu berbicara lebih dari tiga kata,” ucap Reyna pada Andreas kini mencubit hidungnya. “Setelah semua yang saya lakukan, kamu berfikir bahwa saya tidak normal dan menyuruh saya segera ke periksa ke rumah sakit. Menurutmu siapa disini yang tidak normal, meminta bosnya untuk melakukan pemeriksaan. Wah, hebat sekali,” kesal Andreas. Reyna mengelus hidungnya yang sempat dicubit bosnya. “Saya hanya memberikan solusi pencegahan sejak dini, kalau Bapak tidak mau yasudah,” ujar Reyna membuat Andreas merasa tak tertarik untuk membalas perkataannya. “Mendekat,” ucap Andreas pada Reyna yang menurut, wanita itu nampak mendekatkan wajah serta tubuhnya pad
Kini keduanya duduk bersebrangan, Reyna meminta Andreas untuk menjelaskan mengapa pria itu dengan berani membuka paket miliknya. "Di paket tersebuy bertuliskan nama saya Reyna," ujar Andreas membuat Reyna memastikannya kembali dan benar saja, karena memang ia baru mengingatnya. "Saya memang sengaja pakai nama Bapak, kan apartemen ini punya Pak Andreas. Ini hanya untuk memudahkan paket agar bisa masuk kemari, toh kalau memang Bapak tidak memesan paket kenapa harus merasa penasaran dan membukanya?!" kesal Reyna membuat Andreas menaikan satu alisnya. "Apa kamu baru saja mengomeli saya?" tanya Andreas pada Reyna yang langsung diam di tempat. "Saya hanya bercanda," ucap Reyna seraya tersenyum lebar sebelum mengambil kotak di atas meja dan pergi ke kamarnya, meninggalkan Andreas sendirian di ruang tamu. "Wah, apa akhir-akhir ini aku terlalu lembut kepadanya," pikir Andreas. Sedangkan di dalam kamarnya Reyna meruntuki dirinya sendiri yang dengan bodonya mencoba memerahi Andreas seperti
Reyna membuka matanya dan terkejut ketika melihat dirinya berada di atas sofa. “Apa aku tidur disini malam tadi?” pikir Reyna. Andreas keluar dari kamarnya yang hanya menggunakan handuk baju. “Bapak mau kemana?” tanya Reyna. “Ikut saya, saya mau ke rooftop, berenang,” ujar Andreas membuat Reyna mengangguk lalu izin untuk setidaknya hanya mencuci muka dan gosok gigi yang untungnya Andreas mengizinkannya. Selesai melakukan keduanya, Reyna tanpa berganti baju menghampiri bosnya. Keduanya keluar dari unit apartemennya menuju ke dalam lift. “Saya hanya menunggu Bapak saja nih, memangnya Pak Andreas tidak bisa berenang sendirian?” tanya Reyna membuat Andreas menoleh pada sekretarisnya yang nampak pemalas itu. “Kamu saja gaji untuk bekerja dengan saya juga, lalu hanya disuruh menemani saja kamu sudah mengeluh begini?” tanya balik Andreas membuat Reyna memanyunkan bibirnya. “Tapi inikan hari minggu, lalu kapan saya punya waktu istirahat,” ucap Reyna. Andreas membuang mukanya. “Anggap sa
“Sudah selesai?” tanya Reyna pada Andreas yang baru saja duduk di tepian kolam renang. Andreas mengangguk sebelum mengambil handuk yang sebelumya Reyna bawa sengaja untuknya. “Besok Bapak ada pemotretan majalah,” ujar Reyna membuat Andreas menoleh padanya. “Tentang apa, saya belum pernah dengar sebelumnya?” tanya Andreas pada Reyna yang nampak menggaruk leher bagian belakangnya. Wanita itu tersenyum kecil. “Saya memang mengubah jadwalnya secara mendadak, tapi itu semua saya lakukan karena saya percaya Pak Andreas bisa melakukannya,” ujar Reyna membuat Andreas menghela napas berat. “Itu semua karena ketampanan yang saya miliki,” ujar Andreas pada Reyna. Reyna tertawa kecil. “Ayo naik, saya mau tidur lagi nih Pak,” ujar Reyna yang lebih mirip seperti rengekan manja di telinga Andreas. Reyna dan Andreas akhirnya masuk kembali ke dalam lift setelah pria itu berhasil mengeringkan tubuhnya dahulu. Sesampainya di dalam apartemen, ternyata deringan telepon dari ponsel Reyna yang sengaj
Andreas menghela napas berat karena ingin segera mengakhiri sesi pemotretan ini. “Saya Nadia,” ucap seorang wanita di hadapan Andreas. “Andreas, saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik agar proses pemotretan ini bisa berjalan cepat,” ujar Andreas pada Nadia yang nampaknya sama sekali tidak tersedot oleh pesona wanita itu. Sedangkan Reyna sudah sejak tadi memperhatikan keduanya yang berbicang. “Oke kita mulai saja, ya!” ucap fotografer tersebut pada semua disana. “Temanya adalah dua orang rekan kerja yang sudah lama bekerja bersama, kalian harus membangun chemistery secepat mungkin ya?” ujar fotografer tersebut pada Andreas dan Nadia. Nadia dan Andreas dengan luwes tersenyum seraya berhadapan. “Aku pikir Pak Andreas tidak bisa tersenyum di hadapan siapapun, ternyata dengan Bu Clara dan Mba Nadia bisa,” gumam Reyna yang ingin sekali pergi dari sini hanya saja ia tidak bisa melakukannya. Melihat dirinya disini juga ikut bertanggung jawab atas hasil dari pemotretan ini. Kuncir
Tanpa basa basi Andreas mencoba untuk memblokir kontak tersebut dari ponsel Reyna. "Apa dia tidak tahu bahwa Reyna sudah punya suami?" ujar Andreas dengan wajah percaya dirinya.Reyna kembali masuk seraya membawakan cemilan. “Saya belikan coklat pahit untuk bisa Pak Andreas makan sebelum makan besar,” ujar Reyna pada Andreas yang baru saja mengelus dadanya sendiri. Hampir saja ia ketahuan oleh Reyna tentang apa yang sebelumnya pria itu lakukan pada ponsel milik Reyna. Andreas memakan coklat tersebut untuk menetralisir rasa curiga Reyna. Sampai Reyna terlihat tertawa tertawa dibuatnya, saat itu juga Andreas menatapnya dengan pandangan kebingungan. Reyna menunjuk bibirnya sendiri ketika melihat di bibir bawah Andreas terdapat sisa coklat yang celemotan. “Disini?” tanya Andreas dengan wajah yang nampak menahan senyum. Andreas menarik tangan Reyna yang dimana pria itu langsung mencium wanita itu. Reyna menelan salivanya sangkin terkejutnya dengan apa yang Andreas lakukan padanya saat
Andreas menatap Reyna yang berada tepat di sebelahnya, tengah tertidur di atas kasurnya tanpa menggunakan busana apapun. Mereka berdua, seusai bercinta tadi malam nampaknya langsung ketiduran. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Reyna yang perlahan bangun saat menyadari wajahnya terasa ada yang terus menghujami ciuman. Cup! Cup! Cup!Seakan tak cukup telah mencium istrinya sedari tadi, Andreas mulai meremas pinggul Reyna yang kini hanya tertutupi selimut saja. "Kenapa belum berangkat kerja?" tanya Reyna yang sepertinya tahu bahwa Andreas masih belum puas dengan permainan ranjang mereka kemarin. Padahal habis dari ruang tamu mereka sempat pindah ke kamar untuk bercinta lagi. "Haruskah aku mengambil cuti lagi hari ini?" tanya Andreas membuat Reyna menggelengkan kepalanya. "Sudah sana mandi," ucap Reyna yang dengan sengaha mengusir suaminya untuk segera bekerja.Andreas mengerucutkan bibirnya. "Bagaimana dengan mandi bersama?" tanya Andreas membuat Reyna segera menggelengkan kepala. "Tid
Andreas masih dengan baju santainya masuk ke dalam sebuah bar tempat di mana Anita berada. “Hah,” lenguh Andreas karena mendadak hujan turun saat dirinya masih berada di luar. “Bukankah kontrak kerja kami sudah di tanda tangani?” tanya Andreas membuat Anita menganggukan kepalanya. “Kita tidak bisa bertemu diluar jam kerja begini,” ujar Andreas dengan tegas. Anita tersenyum. “Tapi kamu tetap datang, tandanya kamu sangat membutuhkan Alisa sebagai model perusahaanmu ya?” ujar Anita membuat Andreas menghela napasnya. “Jadi apa inti pertemuan ini,” ucap Andreas yang nampaknya tak mau berbasa-basi lagi. “Hari ini adalah hari cuti saya, saya harap pertemuan ini penting sampai harus merelakan beberapa jam dari hari istimewa ini,” ucap Andreas yang akhirnya duduk di depan Anita. “Hm, sepertinya saya sudah sangat menganggu hari Pak Andreas yang sedang bermesraan dengan istri ya?” ujar Anita sembari memberikan satu amplop coklat yang diletakannya di meja. Andreas mengambilnya sebelum akhi
Anita terus memperhatikan Andreas yang kini sedang membuka buku menu di tangannya, sebelum akhirnya pria itu mengangkat satu tangan untuk memanggil waiters dan segera memesan makanan. “Kenapa terus melihat jam, sedang terburu-buru?” tanya Anita. Andreas menggeleng, pria itu masih memiliki etika bisnis selama kliennya tidak meminta hal yang tak masuk akal. Menurut Andreas, yang dilakukan Anita sangat normal karena itu ia tak protes sama sekali. “Apa yang kamu lakukan setelah makan malam?” tanya Anita ketika makanan keduanya telah disajikan di hadapan mereka. “Saya harus segera pulang,” ucap Andreas sembari memotong steak di hadapannya. Anita menganggukan kepalanya. “Mungkin ini terdengar tidak sopan, apa Pak Andreas sudah menikah?” tanya Anita membuat Andreas menganggukan kepalanya. Anita tertawa kecil. “Apa hubungan kalian rahasia, saya tidak pernah tahu Pak Andreas sudah menikah?” ujar Anita membuat Andreas merasa sedikit tersentak karena ia baru menyadari bahwa dirinya dan Rey
Andreas memandangi kecantikan Reyna yang kini dikelilingi oleh lampu-lampu indah di sekitar kapal dan laut yang gelap. Senyum Andreas yang nampak tulus seakan berhasil membuat hati Reyna tersentak. “Saya baru menyadarinya, bahwa kamu sangat amat cantik,” ucap Andreas membuat Reyna ikut menyentuh tangan Andreas yang kini sedang membelai pipinya begitu lembut. “Aku memcintaimu,” ucap Andreas sebelum akhirnya menarik tubuh Reyna ke dalam pelukannya. Yang sebelumnya rasa napsu melanda Andreas, kini perasaan menyentuhlah yang kerap dirasakan pria itu. “Hah! Aku bisa gila rasanya,” gumam Andreas bergumam tepat di telinga Reyna. Perlahan Andreas melepas pelukannya setelah mengirup kasar aroma tubuh istrinya. “Setiap bersamamu, aku benar benar tidak tahan,” ucap Andreas sembari menatap mata Reyna. Reyna tersenyum ketika mendengar ucapan Andreas yang menurutnya sangat menggelitik perutnya. “Kenyataan bahwa kamu menyukaiku, juga tidak bisa aku percaya,” ucap Reyna membuat Andreas tersenyum
Reyna melebarkan mulutnya ketika membuka penutup matanya, beberapa jam sebelumnya Andreas memintanya untuk menutup mata dengan selendang kecil itu. Kini mereka sudah berada di atas kapal pesiar dan di tengah laut lepas. “Silahkan duduk, tuan putri,” ucap Andreas pada Reyna yang kini tersenyum begitu lebar sembari mengelus perutnya yang mulai membesar. Reyna duduk di kursi yang telah disiapkan sebelumnya dengan bunga bunga di atasnya. Keduanya tak banyak bicara dan hanya memakan makanan mereka dengan tenang, hingga Andreas mengajak Reyna untuk berdiri di pinggiran kapal seraya melihat pemandangan laut lepas. “Kamu tidak akan muntah di lenganku kan?” tanya Andreas yang kini sedang memeluk tubuh Reyna dari belakang. Reyna tertawa kecil sebelum Andreas menggenggam tangannya yang berada di tiang penyangga kapal. “Maaf jika pernyataan cinta ini terlambat, aku tidak mau lagi mendengar lagi kata berpisah dari mulutmu,” ujar Andreas membuat Reyna merasa tidak enak hati sejenak. “Tapi ti
"Saya pikir sekarang kita sedang bekerja," ucap Reyna dengan lirih."Jangan mengatakannya lagi, atau acara ini berakhir dengan hal yang tak terduga," ucap Andreas. Reyna menelan salivanya. "Saya masih merasa kaku ketika memanggil dengan sebutan Andreas saja," balas Reyna dengan jujur. "Kalau begitu tidak ada lagi kata saya, hanya aku dan kamu lalu nama kita," ucap Andreas kembali. "Pilihlah saham yang kamu inginkan," ujar Andreas sebelum akhirnya pelelagan saham di lakukan. "Saya tidak terlalu mengerti perihal saham," ujar Reyna pada Andreas. "Jangan khawatirkan hal itu, semua yang di lelang hari ini sudah mendapat proses verifikasi terlebih dahulu. Bukan hanya itu, tamu yang hadir disini mendapatkan undangan. Tidak semua pembisnis bisa masuk kemari Reyna," ujar Andreas. Reyna mengangguk walau tetap ada keraguan di dalam dirinya jika saja ia suatu saat bisa merugikan Andreas. "Woah, bukankah harga ini gila?" gumam Reyna. "Hotel Rezinton di Brazil senilai 20, penawaran di mulai
Andreas menatap Reyna dari kejauhan di dalam mobil sehabis pulang kantor sebelum akhirnya mwlangkahkan kaki keluar menghampiri istrinya yang berada di lobi gedung olahraga. Mulai hari ini Andreas memang menjadwalkan Reyna untuk mengambil kelas yoga ibu hamil, walaupun tidak setiap hari. Andreas masuk ke dalam gedung dan berdiri tepat di hadapan Reyna. “Sudah menunggu dari tadi?” tanya Andreas penuh perhatian. Reyna menelan salivanya merasa keanehan dengan sikap Andreas sebelum akhirnya mengangguk karena tahu bahwa saat ini mereka sedang berada di tempat umum yang mana mungkin saja Andreas sengaja ingin menciptakan keharmonisan.Seakan tak pernah mendengar kata cerai dari istrinya, Andreas mencoba untuk bersikap biasa saja. “Kenapa mendadak ingin menjemput saya?” tanya Reyna. “Ikutlah dulu, ada yang ingin saya tunjukan,” ujar Andreas sembari mempersilahkan tangannya untuk di genggam oleh Reyna.Reyna melihat kanan dan kirinya memastikan bahwa tidak ada satupun yang melihat mereka k
“Jadi kita simpulkan semua settingan iklan di dalam hutan lagi, memang tema tersebut sudah lama tapi saya yakin akan membuat membuat pembaruan,” Andreas termenung hingga harus disadari oleh asistennya sendiri. “Baiklah, rapat sampai disini dulu tolong berikan salinan proposalnya ke ruangan saya segera,” ucap Andreas yang sebetulnya tak mendengar satu kata pun dari karyawannya yang baru saja mempresentasikan proposal kerja baru. Kalimat perpisahan yang diucapkan Reyna malam kemarin membuat Andreas tak bisa fokus bekerja sama sekali. “Bercerai,” gumam Andreas sendirian yang kini hanya duduk termenung di kursi kerjanya. Sang asisten menatap bosnya dalam-dalam mencoba membaca pikiran pria tersebut. Andreas menghela napas panjang lalu mengetik sesuatu di ponsel pintarnya. ‘Kenapa wanita menginginkan perceraian?’ Andreas membaca salah satu artikel yang mendukung pertanyaannya. “Ehm, urusan ranjang,” gumam Andreas ketika melihat poin pertama tersebut. “Kenapa juga urusan ranjang bisa
Reyna mematung, matanya mengerjap beberapa kali untuk memastikan bahwa dirinya sedang tidak berhalusinasi. "Apa yang baru saja aku katakan pada Pak Andreas,” ujar Reyna dalam hatinya sembari menutup mulut dengan satu tangannya. Reyna menggigit bibir bawahnya saat melihat Andreas yang tengah asik melakukan perintahnya. “Tu-tunggu, saya tidak bisa melihatnya!” ujar Reyna yang pada akhirnya menutup mata. Andreas tertawa kecil. “Nampaknya kamu terlalu banyak berbicara sedari tadi,” ucap Andreas sembari mendekati Reyna. Pria itu menurunkan perlahan kedua tangan Reyna yang menutupi wajahnya sendiri, setelah saling bertatapan selama beberapa detik sebelum akhirnya keduanya kembali berciuman. Kali ini tak mau berlama lama, Andreas meniduri Reyna dengan hati-hati. “Humnckpmngsh,” lenguhan dari bibir Reyna keluar semakin keras ketika junior Andreas mulai masuk ke dalam kewanitaan Reyna. “Ah!” lenguh Reyna dengan wajah memerah menatap Andreas yang nampak tersenyum kepadanya. Andreas menciu