Bel istirahat akan berbunyi lima belas menit lagi, tetapi Bulan dan kedua sahabat nya sudah nongkir di kantin. Bukan membolos, guru mereka sedang absen dan tak memberikan tugas apapun. Jadi, daripada tidur di kelas lebih baik ke kantin, siapa tau ketemu cowok ganteng.
"Bu Sri! Bakso satu, mie ayam dua, sama es teh tiga." Teriak Salsa yang baru saja mendudukkan diri di kursi kantin.
"Okee." saut Bu Sri sembari mengacungkan jempolnya.
"Lo serius udah putus dari Dirga?" tanya Rinjani yang tengah mengoles lipbam di bibirnya.
Bulan yang tengah membalasi pesan w******p para cowok-cowok itu menoleh dan hanya mengangguk malas.
"Gak usah galau Lan, antrian lo masih panjang."
Lagi, Bulan hanya mengangguk saja.
"Eh Rin lo tau gak? Temennya Reyhan, itu siapa sih yang main piano?" tanya Salsa tiba-tiba.
Rinjani mengarahkan kedua matanya ke atas, sedang mengingat sesuatu. "Laskar maksud lo?"
"Jadi namanya Laskar." Guman Salsa.
"Kenapa? Lo suka sama dia?" tanya Bulan, kepo.
Salsa menahan senyum dan mengangguk semangat. "Gue gebet boleh kali yaaa."
"Boleh! Sekali-kali gitu ngrasain gimana rasanya punya cowok anak band, enak kali ya tiap hari dinyanyiin. Makin cintaaa" imbuh Rinjani, mulai menghubungkan kabel halunya.
"Lets get it!!!" Salsa mulai membuka ponsel, mencari koneksi untuk mendapatkan nomor Laskar.
"Kenapa gue punya temen playgirl semua?" kata Rinjani menatap Bulan.
"Gak sadar lo!" Telak Bulan.
Salsa ngakak.
"Rin... yang jadi playgirl itu gue..." tunjuk dirinya sendiri."Elo gak mampu mbak?"Bulan ikut ngakak bareng Salsa, sedangkan Rinjani, cewek itu tengah terpojok sendiri.
"Playgirl itu bukan kesalahan Rin. Kita sedang seleksi, masa depan gak dateng dua kali!" Bijak Bulan dengan senyum mengembang.
Rinjani mendelik. "Sialan lo!"
"Tapi lo juga nikmatin kan?" Goda Salsa
"Ya iyalah. Bego banget, gue cantik! Gak mungkin dong menyia-nyiakan cogan. Nikmat mana lagi yang lo dustakan!"
"Itu baru temen gue!" Rangkul Bulan, yang dibalas dengan kerlingan mata Rinjani.
"Lan! Lo gak cari pacar baru?" tanya Rinjani
"Ngapain lo nanya-nanya gitu ke Bulan? Jangan bilang mau lo kenalin cowok baru?"
Rinjani mengangguk, menatap Bulan meminta kepastian.
"Lo gak usah repot-repot, gue bisa cari sendiri!" jawab Bulan.
Rinjani cemberut, gagal sudah impiannya menjadi mak combrang.
"Kalau gue jodohin mau, Lan?"
Mendengar ucapan Salsa, baik Bulan dan Rinjani menoleh curiga pada Salsa.
"Sama siapa?" tanya Rinjani, kepo.
"Karna kebetulan lo jomblo, dan cowok ini juga terbilang single. Gue rasa kalian bakal cocok deh."
"Gak usah bertele-tele. Langsung aja siapa?" greget Bulan
Salsa tersenyum manis. "Reyhan Bintang Abizar!"
"Sinting lo!" umpat Bulan
Salsa menyenggol lengan Bulan. "Ish... Buka mata batin lo! Liat aura dinginnya yang begitu meluluh lantakkan hati" dramatisir cewek itu.
"Lo perlu diruqiah biar sadar!" jawab Bulan sedikit kesal.
"Tapi Lan, Salsa ada benernya loh. Kali aja kan aura dinginnya bisa bikin lo insaf dari playgirl. Lagian kalian juga bisa double date nanti."
"Jangan resek deh!"
"Utututu Rembulan ku ngambek, sini sini gue belain. Rin, stop! Lo perlu cuci otak!" bela Salsa pada Bulan.
Rinjani memutar bola mata malas.
"Girl! Gimana kalau nanti malam kita ke club?" Ajak Rinjani tiba-tiba yang langsung diangguki Salsa dan Bulan.
Sudah bukan rahasia umum jika Bulan cs, sering keluar masuk club. Meskipun begitu, jangan berburuk sangka dulu, mereka kesana hanya untuk bersenang-senang. Bohong jika mereka tak pernah menyicipi minuman disana, sering! Tapi mereka tak melakukan hal lain lagi, hanya minum atau bersantai tak lebih dari itu.
Bulan bukan anak broken home, real Bulan hanya ingin bersenang-senang dengan kehidupannya saja. Berbeda dengan kedua teman Bulan, Salsa adalah anak broken home. Ayah dan Ibunya sudah perpisah sejak dua tahun lalu, disebabkan adanya orang ketiga. Salsa memiliki seorang adik cowok yang juga tinggal bersama ia dan ayahnya.
Sedangkan Rinjani adalah anak angkat di orang tuanya yang sekarang. Bulan tak akan menjelaskan ini! Yang pasti Rinjani belum bisa berdamai dengan orang tua kandungnya.
Kembali pada mereka, ketiga nya tengah sibuk bermain ponsel. Sudah pasti membalasi pesan dari para buaya yang menggoda mereka.
Lima menit menunggu, akhirnya Bu Sri datang membawa nampan pesanan menuju tempat duduk mereka, tak perlu menunggu lama sebab kantin masih lah sepi.
"Makasih Bu Sriiii." Riang Salsa sembari memberikan uang pesanan mereka.
"Sama-sama neng. Tapi punten ya, jam segini kok sudah di sini apa tidak ada guru di kelas atuh?" tanya Bu Sri lengkap dengan logat Sundanya.
"Bolos Bu... Cuci mata sekali-kali liat cogan!" jawab Rinjani yang mengerlingkan mata.
Bu Sri mendelik. "Ya sudah atuh ayo di dahar pisan!"
Ketiganya mengangguk.
Setelah Bu Sri berlalu, mereka bertiga segera menghabiskan makanan tanpa bicara.
Bel berbunyi tepat dengan mereka yang telah selesai makan. Ketiganya tak beranjak, memilih tetap duduk menikmati suasana kantin.
Mereka juga sengaja memilih kursi di pojok kantin, lebih tepatnya Bulan yang memilih. Tempat kumpul Farel cs yang tidak sembarang orang boleh duduk di sini atau akan diusir dengan cara tidak wajar dan bisa saja menjadi bulan-bulanan Farel cs. Tapi ini Bulan, mana mungkin cowok itu menyuruh Bulan pergi? Yang ada malah cowok itu senang bisa duduk di samping Bulan.
Panjang umur! cowok yang baru saja Bulan bicarakan sudah datang dengan gerombolannya menuju ke arah Bulan. Bulan cs tidak pergi, Bulan juga tidak peduli akan kedatangan mereka. Hanya meliriknya sebentar dan kembali tenggelam pada ponselnya.
Hingga tarikan kursi tepat di sebelahnya membuat cewek itu mendongak lantaran ponselnya direbut paksa oleh Farel.
"Lebih menarik ponsel daripada gue?" tanya cowok itu dengan tangan kanan diatas meja yang menumpu kepalanya.
Bulan tak menjawab, cewek itu malah menarik lengan kiri Farel dan bergelanjut manja dengan kepala yang ia sandarkan di bahu cowok itu. Farel yang mendapati tingkah Bulan ini, sontak berdiri tegap, membiarkan cewek itu bersandar nyaman di bahunya.
Kenapa Bulan mendadak begini pada Farel? Tidak, ini bukan pertama kalinya Bulan bertingkah seperti ini. Ia sering, hanya saja jarang ia lakukan di tempat umum. Jika Farel main ke rumahnya, Bulan juga sering bertingkah manja pada Farel.
Bulan memang belum menyukai Farel, ia melakukan ini agar hati cowok itu senang. Sekali-kali membalas kembali perhatian yang sudah Farel berikan untuk Bulan. Lagipula Bulan menikmati ini, yang terbakar cemburu biar semakin panas.
Lalu mengapa tadi pagi Bulan cuek dengan Farel? Ya karna dia sedang tak mood. Jika dalam mood baik, cewek itu juga tak akan menyueki Farel.
"Malam ini ke mana?" tanya Farel yang tengah menciumi puncak kepala Bulan.
"Club!"
Farel menghentikan aksinya, "Sama siapa?" Farel memandang wajah cewek itu yang sedang menutup mata.
"Mereka lah!"
Farel menaikkan alisnya. "Mereka siapa?"
Bulan membuka matanya, mendengus kasar, sialan memang ia ditinggal sendiri oleh dua curut itu. Alhasil dia cewek sendiri di meja Farel. Untung saja teman-teman Farel sibuk sendiri, hanya Farel yang fokus padanya.
"Gue ikut ya?" pinta Farel
Bulan menggeleng. "Gak usah, ngapain sih?"
"Jagain lo! Biar gak krubung semut!"
Bulan diam tidak menjawabnya.
"Balikin hp gue!" Pinta Bulan sembari melepaskan lengan Farel.
"Besok gue balikin, Gue reset dulu kontak lo!" kata Farel dengan nada sedikit kesal.
Bulan tak menjawab hanya merapikan rambutnya lalu mengambil ponsel Farel disaku kemeja cowok itu. Sang pemilik ponsel pun juga diam saja.
"Jangan lupa telfon!" ucap Bulan yang bangkit dan berlalu dari sana.
Bulan berjalan menuju ke arah lapangan, menyusul kedua curut yang dipastikan tengah tebar pesona sekalian cuci mata. Jangan salah, Rinjani dan Salsa juga masuk dalam jajaran Primadona SMA Merpati.
Saat melewati ruang musik, terdengar petikan gitar yang sepertinya akan mulai bernyanyi. Bulan mendekat untuk mengintip kedalam tapi sayang gelap, lampunya sengaja tidak dinyalakan. Iseng, Bulan segera mengambil ponsel milik Farel dan merekam suara itu.
Tatapan mata itu Terasa begitu dalam,
Seakan-akan menyentuh jantung hatiku,Tunggu, kenapa Bulan tiba-tiba teringat pada Reyhan?
Apakah ini suatu isyarat,
Sebuah pesan dari hatimu,Ungkapan rasa cinta engkau pendam,Biarkan hati bicara,
Katakan semua rasa kita,Hentikanlah kebisuan, membohongi kita,Biar hati yang berjanji,
Dia tak mungkin bisa berdusta,Tentang rasa cinta kita,Tulus dari hati.-Pesan dari hati.Ruri Rebvplik ft Cynthia Ivana"Lo ngapain di sini?"
"Sialan!" Umpat Bulan kaget kala melihat seorang cowok dibelakangnya. Bulan tak mengenal cowok ini, tapi jika tidak salah, dia adalah teman Reyhan yang menutup pintu tadi pagi.
"Lo ngintipin Reyhan ya?" Tuduh cowok itu.
"Gak penting banget gue ngintipin tu cowok" Kilah Bulan sembari berlalu.
Sial, hampir saja ketahuan! Mau ditaruh di mana muka cantik Bulan kalau sampai ketahuan mengintipi cowok itu. Tunggu? Jadi itu suara Reyhan? Bagus juga, tapi...
"Ah sial! Kesimpen gak ya?" Bulan buru-buru mengecek ponsel Farel, Bulan menghembuskan nafasnya, tersenyum riang. Beruntung rekaman itu masih ada, tinggal save! Lumayan buat story w******p."Lo pulang gimana? Mau bareng sama gue?" Ajak Rinjani pada Bulan.Bulan menggeleng. "Bareng Farel."Tadi cowok itu telah mengiriminya pesan untuk pulang bareng, dan Bulan menerimanya."Makin lengket ya bun?" saut Salsa, menyenggol lengan Bulan."Biasa aja tuh!" balas Bulan."Gue balik dulu deh kalau gitu" Pamit Rinjani.Bulan dan Salsa mengangguk lalu melambaikan tangan pada Rinjani."Farel nunggu dimana?""Lapangan.""Searah dong kalau gitu... Lo ke lapangan, dan gue ke ruang musik." Riang Salsa.Bulan bengong. "Secepat itu?"Salsa menyenggol bahu Bulan. "Perjuangan butuh proses! Doain aja.""Semoga lo insaf setelah ini!" balas Bulan yang memiting leher Salsa dan menyeretnya."Jangan sekarang, Gue belum punya mantan banyak Bulan." Rengek Salsa.
Drttt... Drttt... DrtttBulan mengucek kedua matanya, mengambil ponsel lalu mengangkatnya.Apa?Mau gue jemput gak?Ya!Buruan siap-siap! Sepuluh menit lagi gue otw.Lalu Farel memutuskan sambungannya.Pukul enam lewat sebelas. Bulan menguap, beranjak menuju kamar mandi.Pukul enam lewat tiga puluh satu, Bulan baru saja selesai memakai sragamnya. Berjalan ke cermin, memakai lotion, menyisir rambut, memakai bedak, mengoles lipbam, menyemprotkan minyak wangi, beralih ke meja belajar, mengambil buku dan menggendong tasnya menuju rak sepatunya, memakainya, dan keluar menemui Farel."Ayo!" ajak Bulan kala melihat cowok itu tengah duduk di ruang tamu rumahnya.Keduanya masuk mobil, Farel sempat melihat jam diponselnya, pukul tujuh kurang tiga belas menit."Mau cari sarapan dulu?"
Minggu pagi ini Bulan telah bersiap untuk berangkat menonton pertandingan basket antara SMA Merpati sekolahnya dengan SMA Mahkota.Sebenarnya Bulan tak ingin pergi, namun Farel terus memaksanya datang karna cowok itu akan bermain. Alhasil Bulan menurutinya, itung-itung cuci mata.Bulan datang ke sini sendiri, kedua temannya tak bisa ikut menonton, dan ia naik taksi lantaran tak ingin dijemput Farel, padahal cowok itu sudah berkali-kali menawarinya namun Bulan tolak.Sesampainya ia di Gor Lawung itu, Bulan langsung bergegas masuk mencari keberadaan Farel. Hal pertama yang ia lihat adalah banyaknya pasang mata yang menatapnya, baik dari sekolahnya ataupun sekolah lain yang ikut menonton pertandingan ini. Ada yang terpesona, kaget, dan ada juga yang berbisik-bisik. Ayolah nama Rembulan Aurora Ayodha sangat tidak asing di luar sekolahnya.Memilih mengabaikannya, Bulan terus melangkah mencari keberadaan Farel.
Bulan baru saja memarkirkan mobil Lexus RX Luxury putih miliknya tepat di samping mobil milik Farel.Kala Bulan turun dari mobilnya, terlihat sang pemilik mobil di sebelahnya tengah duduk di kap depan dengan kedua tangan berada di saku celana serta pandangan yang terus menatap ke arah Bulan."Lo ngapain masih di sini?" tanya Bulan, merapikan rambut cowok itu.Farel menoleh sebentar. "Lo ngapain bawa mobil?""Emang kenapa?"Farel mendengus kasar. "Kalau lo naik mobil sendiri, gue gak bisa anter jemput lo lah!""Ya lo kan bukan sopir gue.""Apaan sih? Gue kan pengen berduaan sama lo!" sungut Farel."Lo gak liat sekarang kita juga lagi berduaan!""Itu beda cerita!"Bulan diam tak membalas ucapan Farel.Farel bangkit kala Bulan ikut mendudukkan diri di kap mobil cowok itu. Bulan menatap Farel
Hari ini ujian telah usai, semua beban telah Bulan lepas jauh-jauh.Kedua teman Bulan sudah pulang sedari tadi meninggalkan Bulan yang masih di area sekolah untuk bertemu Farel."Farel mana?" tanya Bulan pada teman Farel kala Bulan menginjakkan kaki di markas kumpul mereka."Dia udah ke parkiran sama yang lain katanya takut lo nunggu di sana.""Ya udah, thanks!"Bulan mencoba menghubungi cowok itu.Hal-Lo di mana sih? Gue cariin ke markas malah gak di sini!Gue di parkiran, gue pikir lo di sini! Lo masih di sana? Tunggu gue ke situ!Tut, Bulan mematikan sambungan mereka.Duduk di undakan tangga dengan kaki yang ia selonjorkan ke bawah dan kepala yang ia sandarkan di pegangan tangga itu.Dapat ia lihat Farel yang menatapnya di undakan paling bawah. Cowok itu naik, ikut du
Sesuai yang telah direncanakan, Bulan dan Farel hari ini akan berangkat ke Bali. Yap! Farel telah berhasil mendapatkan ijin dari mama Bulan untuk membawa cewek itu berlibur.Semua tiket, penginapan, dan hal lain di sana sudah diurus oleh Farel. Bulan hanya perlu duduk santai menikmatinya."Lo udah beberes, kan?" tanya Farel yang pagi ini sudah berada di rumah Bulan.Bulan menangguk sebagai jawaban.Mereka akan berangkat ke sana pukul tiga sore, jadi saat mereka sampai di sana bisa istirahat dulu sebelum memulai trip mereka besok pagi."Jalan dulu mau?" tawar Farel mendongak menatap Bulan yang duduk di sofa dengan dirinya berada di karpet bulu."Gak, lo pulang aja!" usir Bulan.Farel berdecak. "Ayo jalan dulu!""Gue gak mau!""Kenapa sih? biasanya lo juga mau.""Rigel mau ke sini!""Ngapain? Jadi lo gak mau gue ajak karna dia mau ke sini? Dan lo malah nyuruh gue pergi, biar lo bisa berduaan sama dia, gitu?"
Farel menguap lebar memandang hamparan pantai di depannya.Pagi-pagi sekali Bulan sudah menggedor-gedor pintu kamarnya hanya untuk mengajak Farel ke pantai melihat sunrise."Jangan terlalu ke tengah kalau lo diterkam ombak gue gak nolongin!" peringati Farel kala Bulan semakin ke tengah pantai."Rel, fotoin gue buruan! Ini cantik banget cahaya ilahi nya.""Lo pikir gue fotografer lo gitu, gue ke sini juga buat liburan!" cemberut Farel, tetap mengarahkan kameranya ke arah Bulan.Cowok itu tersenyum melihat hasil jepretannya, Bulan yang memang cantik atau jepretan Farel yang membuat Bulan semakin indah."FAREL SINI!" teriak Bulan, melambaikan tangan ke arahnya."Gak mau gue udah mandi!""Rel seriusan, cepet ke sini! Kaki gue kram!""Jangan boo-" Farel berlari menuju Bulan kala melihat cewek itu terduduk di air pantai.
"Gak kerasa lusa kita udah balik ke Jakarta." kata Bulan yang menaruh dagunya di bahu Farel. Keduanya tengah berada di pantai untuk melihat sunset."Kalau lo mau, kita bisa nambah liburan lagi. Mau?""Mau, tapi di Jakarta aja!""Gak mau ke Lombok nih?" tawar Farel menaik turunkan alis."Kalau bisa seluruh dunia aja kita kelilingin!" jawab Bulan mengebu-gebu."Bisa! lo mau?""Mau tapi lo harus izin ke papa sama mama gue, berani?""Berani lah! Gue udah naklukin mamer tinggal naklukin pamer, kapan?""Nanti kalau lo udah jadi suami gue." celetuk Bulan polos dan Farel tak bisa menyembunyikan senyumannya."Lo seneng gak?"Bulan mengangguk. "Banget, makasih banyak! Lo selalu jagain gue di sini.""Sama-sama, apapun itu buat lo bahagia! Gue bakal lakuin." Farel mengecup dahi Bulan penuh sayang."Udah cocok jadi calon suami lo belom?" goda Farel."Udah! Tinggal tunggu keputusan sang penulis.
"Beneran gak ada?" tanya Salsa memastikan.Bulan menggeleng, seluruh isi tasnya sudah ia bongkar namun sragam olahraganya tidak ada sama sekali."Gimana dong?" lirih Bulan."Ya udah lo gak usah olahraga, ke uks aja alesan sakit," usul Rinjani.Bulan berdecak. "Gue gak mau ikut praktik susulan!""Apalagi kalau join kelas lain, big no!" imbuhnya."Terus lo gimana sekarang? Gak mungkin kan pakai sragam."Bulan duduk kembali ke kursinya dengan lesu."Coba cari di loker lo! Siapa tau ada cadangannya," usul Salsa, mengingat sekolah mereka selalu memiliki dua sragam, baik sragam umum, khas, dan olahraga.Bulan mengangguk, segera berlari meninggalkan kelasnya yang hampir sepi.Sesampainya di loker, Bulan langsung menggledah lokernya. Bulan mendengus, nihil, tak ada sragamnya sama sekali.Bulan men
Bulan baru saja mendudukkan diri di kursi teras rumahnya menunggu Bisma. Hari ini Bulan memakai crop putih lengan pendek dipadukan rok jeans hitam setengah paha serta hills 7 cm. Rambut lurusnya ia kucir sedikit di bagian belakang.Tin... Tin...Bulan menoleh, mendapati Bisma dengan motor ninja merah memasuki halamannya.Cowok itu terlihat menawan memakai denim hitam, kaos putih, juga celana jeans hitam yang bagian lututnya sobek.Bulan terus mengamati Bisma yang membuka helm. Cowok itu menyugar rambut undercutnya ke belakang, membuat Bulan menahan nafas melihatnya."Terpana ya?" tanya Bisma yang sudah sampai di depannya."Biasa aja," bohong Bulan.Bisma terkekeh, mengukung Bulan yang masih duduk di kursi kayu. Mensejajarkan wajahnya tepat di depan wajah Bulan, membuat Bulan dapat mencium bau mint yang menguar dari cowok itu."Jadi cewek gue
Dengan jaket kebesaran milik Bisma yang masih melekat erat di tubuhnya, Bulan berjalan menuju kantin sendirian. Salsa sedang ngapel Laskar, dan Rinjani tengah dihukum lantaran tidur dijam pelajaran Bu Cecil.Bulan mengambil ponsel, mengarahkan di depan wajahnya untuk mengaca membenarkan rambutnya.Dari kejauhan terlihat Farel yang berjalan berlawanan dengan dirinya tengah menuju ke arahnya.Dengan menghentakkan kaki, Bulan berbalik arah tak meneruskan langkah menuju kantin. Kontan Farel yang melihat itu, menyunggingkan bibir kirinya.Bulan terus berjalan tanpa memperdulikan Farel yang mengikuti dirinya. Matanya tak sengaja menemukan ruangan bertuliskan toilet wanita, dengan seringaiannya Bulan memasuki toilet itu.Bulan langsung mencuci tangan di depan kaca wastafel, dirinya yakin Farel tidak akan berani masuk ke sini."Hmm."Bulan yang awalnya menunduk, l
Clek...Bulan menutup pintu rumahnya, bersiap untuk berangkat ke sekolah."Lo udah siap?"Bulan berbalik, terpampang Farel yang berdiri tak jauh dari motor ninjanya."Lo ngapain di sini?" tanya Bulan datar.Cowok itu berjalan mendekat pada Bulan."Jemput lo!""Lo gak perlu repot gini, gue bisa berangkat sendiri!" jawab Bulan dingin.Farel terdiam, Bulan segera melangkah menuju garasi mobilnya."Kenapa lo jadi dingin gini?" Farel menahan lengan kanan Bulan.Bulan berbalik, melepaskan cekalan Farel."Kenapa? Lo gak suka?""Nggak!" tegas Farel.Bulan menghela nafas. "Mau gue bersikap gimana, itu bukan urusan lo!"Farel bercedak. "Apa kurang jelas, pernyataan gue tadi malem?""Apa lo gak ngerti sama jawaban yang gue kasih."
Bulan termenung di balkon kamarnya, kejadian tadi sore masih terngiang jelas. Rigel sudah resmi menjadi kekasihnya, tapi kenapa dirinya jadi gelisah begini.Menghela nafas berkali-kali, hanya itu yang dilakukan Bulan, hingga getaran ponsel di nakas membuatnya bangkit mengambil benda pipih itu.Tertera nama Rigel di sana, dengan mood seadanya, Bulan mengangkat telfon itu.'Lan, kangen!''Belum sehari udah kangen aja!''Namanya juga kasmaran, jalan yuk?''Ayo!''Otw, siap-siap gih!''Iya, hati-hati!'Rigel menutup telfon itu, membuat Bulan menghela nafas lagi.Berjalan menuju cermin di depannya, memandang lama wajah cantiknya. "Bulan is playgirl, comingsoon!"***"Lan, gue tau lo belum ada rasa sama gue. Tapi gue bakal berusaha buat bahagiain lo,"
"Ini serius gak ada yang ngajakin gue keluar?" ucap Bulan pada dirinya sendiri.Bulan mendengus, memilih membuka ponsel dan menelfon dua temannya.'Gue sibuk! Mau kencan sama Laskar, bye!'Bulan mendengus kesal, belom juga mengucapkan sepatah kata pun, Salsa sudah mengultimat dirinya.Beralih menelfon Rinjani, semoga cewek itu sedang free.'Ke mana lo?''Apa sih lo nelfon-nelfon gue, pasti ngajakin keluar kan? Sorry-sorry banget Lan, gue udah di boxing Mahesa. Next aja deh.''Kok kalian pada gitu sih!''Gue pikir lo udah ada janji sama pacar-pacar lo, ya udah sih diem aja di rumah, rebahan! Atau mau gue telfonin Farel buat ajak lo jalan.''Males. Gengsi dong!''Ck ... gue yang mintain deh ke Farel, atau Virgo aja?''Gak dua-duanya!'
"Gue denger-denger anak SMK Garuda bakal ke sini buat nonton futsal mereka," ucap salah seorang siswi yang tengah merumpi."Itu kan sekolahnya para casanova!" histeris "Gila-gila! Gue mau dandan yang cantik dulu pokoknya."Bulan menggeleng-gelengkan kepala, terkekeh mendengar rumpian para ciwi-ciwi itu.Saat ini Bulan tengah berada di koridor kelas sepuluh duduk di kursi dekat tangga pembatas kelas sebelas, seorang diri. Dua temannya sudah ngacir duluan ke tribun untuk menduduki kursi paling depan agar dapat cuci mata melihat para casanova dari SMK Garuda, sekolahnya Bisma.Bulan tak memperdulikan sekitar, cewek itu sibuk streaming menonton salah satu boygrub asal Korea Selatan yang sangat ia gandrungi. Bahkan jejeritan ciwi-ciwi di sekitarnya tak secuil pun tersentuh di telinga Bulan."Ada yang nyata di depan mata, kenapa harus halu sampai ke sana."Bulan mendongak, mata lucu t
"Sumpah ya gue tuh pengen ngakak banget tadi, Farel kenapa sih?" ucap Rinjani tertawa."Kesambet kali tu anak," ucap Bulan ngawur."Aneh banget. Gak kayak kemarin-kemarin sok jual mahal eh hari ini obral," celetuk Salsa."Percaya sama gue, tu anak kalau sadar pasti malu banget. Ini langsung heboh loh di sekolah kita," ucap Rinjani menggebu-gebu."Biarin aja. Gue sih nebaknya abis ini juga sifatnya balik dingin lagi ke Bulan.""Kok lo gitu sih Sal? Gak seneng lo Farel balik sama Bulan?" tanya Rinjani."Enggak. Gue kan udah punya kandidat buat Bulan," ucap Salsa dengan senyum misteriusnya."Siapa tuh?" tanya Bulan senang."Double B.""Double B? Siapa?" tanya Rinjani, penasaran."Bisma Bintang," jawab Salsa santai."Apa? Lo iklas Bulan sama Bisma? Jadi adek ipar lo?" ucap Rinjani ternganga.
Hari ini di sekolahnya sedang free pembelajaran lantaran sekolahnya ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan kompetisi olahraga futsal antar sekolah.Cewek bercardigan pink dengan rambut dikepang itu tengah berjalan sendirian menuju lapangan, Rembulan Aurora Ayodha.Tadi pagi dirinya bangun kesiangan, Bulan pikir dirinya terlambat namun saat sudah datang, pintu gerbang malah terbuka lebar."Bulan?"Bulan berbalik melihat siapa yang memanggilnya. "Rigel? Lo nonton juga!""Gak cuma nonton, gue juga main kali," ucap Rigel."Masa? Kok gak pakai jersey?""Ini mau ganti."Bulan melipat kedua tangan di depan dada. "Gue anter mau?"Rigel menaikkan satu alisnya. "Ke mana?""Toilet lah, lo mau ganti di mana? Lo kan juga gak tau toiletnya di mana.""Ngapain harus ke toilet, gue ganti depan l