Drttt... Drttt... Drttt
Bulan mengucek kedua matanya, mengambil ponsel lalu mengangkatnya.
Apa?
Mau gue jemput gak?
Ya!
Buruan siap-siap! Sepuluh menit lagi gue otw.
Lalu Farel memutuskan sambungannya.
Pukul enam lewat sebelas. Bulan menguap, beranjak menuju kamar mandi.
Pukul enam lewat tiga puluh satu, Bulan baru saja selesai memakai sragamnya. Berjalan ke cermin, memakai lotion, menyisir rambut, memakai bedak, mengoles lipbam, menyemprotkan minyak wangi, beralih ke meja belajar, mengambil buku dan menggendong tasnya menuju rak sepatunya, memakainya, dan keluar menemui Farel.
"Ayo!" ajak Bulan kala melihat cowok itu tengah duduk di ruang tamu rumahnya.
Keduanya masuk mobil, Farel sempat melihat jam diponselnya, pukul tujuh kurang tiga belas menit.
"Mau cari sarapan dulu?" tawar Farel.Bulan mengecek jam diponselnya juga, menggeleng. "Langsung aja."
"Gue ngebut! Biar gak telat."
Bulan hanya mengangguk.
Di sepanjang jalan baik Farel dan Bulan saling diam. Farel tau nyawa cewek itu belum sepenuhnya sadar.
Farel memarkirkan mobilnya tepat saat bel berbunyi, lantaran padatnya murid yang berdesakkan. Keduanya memilih lewat lapangan, dan sialnya tengah ada anggota osis yang hendak melakukan razia. Otomatis Farel dan Bulan tertangkap, keduanya tertangkap lantaran tidak memakai dasi, tidak memakai sabuk, baju yang tak sesuai aturan, rambut di cat, dan terlambat dua menit masuk kelas.
Alhasil, di sini lah mereka sekarang, lapangan upacara. Dijemur massal bersama murid lainnya, hormat bendera sampai istirahat pertama, pukul sepuluh nanti.
Saat semua osis pergi, Farel yang berada di samping Bulan, menyuruh segerombolannya yang juga kena razia untuk berjejer rapi menghalangi sinar matahari yang mengarah ke Bulan. Farel khawatir Bulan belum sarapan, ia takut jika cewek itu pingsan.
Bulan menurunkan tangannya. "Ayo cabut!"
Farel mengikuti Bulan. "Mau ke mana?"
"Uks atau rooftop?" usul Bulan.
"Rooftop." Putus Farel sembari merangkul cewek itu.
Mengenai hukuman? Biarkan saja, mereka tak peduli.
Farel membuka pintu rooftop, mengiring cewek itu menuju sofa yang masih utuh dan bersih. Jelas, gerombolan Farel sering membolos di sini.
"Gue pesenin makanan mau?"
Bulan menggeleng. "Nanti aja! Belom laper."
"Laper bilang, jangan ditahan."
Bulan hanya mengangguk, lalu memainkan rambut Farel, kala cowok itu menidurkan kepalanya di paha Bulan.
"Pulang bareng siapa lo tadi malem?"
"Temen."
"Dapet cowok baru?"
Pertanyaan Farel menghentikan aktivitasnya yang memainkan rambut cowok itu.
"Gak." Jawab Bulan, melanjutkan aktivitasnya lagi.
Tiba-tiba Farel bangun, duduk bersila menghadap Bulan. "Rigel siapa?"
Damn it! Kemarin Bulan memberikan nomor aslinya dan sialnya, ia lupa bahwa ponselnya tengah berada di kekuasaan Farel.
"Kelakuan lo emang gak berubah!" ucap Farel, cowok itu meraih kedua pipi Bulan.
"Hukuman atas story itu,"
Cup... Farel mencium pipi kanan Bulan."Hukuman karna lo nglarang gue ikut,"
Cup... Farel beralih mencium pipi kiri Bulan."Hukuman atas lo sama cowok lain,"
Cup... Farel mencium kening Bulan lama.Tatapan Farel turun ke bibir cewek itu lalu menatap Bulan yang juga menatapnya.
"Jangan macem-macem!" ancam Bulan, ia paham maksud cowok itu.
"Hukuman buat lo yang masih bandel."
Cup... Farel mencium hidung Bulan.Farel menekan kedua pipi Bulan, alhasil bibirnya jadi monyong. "Gue belum punya hak marah ke lo... Tapi buat hak cemburu, lo gak bisa nglarang gue!"
Bulan diam menatap cowok itu yang juga ikut menatapnya, lalu Bulan melingkarkan kedua tangannya di leher Farel dan menidurkan kepala di dada cowok itu. Farel tak tinggal diam, tangan kiri cowok itu memeluk erat pinggang Bulan, sedangkan tangan kanan mengelus rambutnya.
"Lo selalu nunjukin sifat asli lo, biar gue terbiasa... Jadi saat lo tau kebiasaan gue balik, lo juga harus terbiasa Rel." Ucap Bulan.
Farel tak menyautinya, cowok itu memilih menciumi puncak kepala Bulan, memeluk lebih erat cewek itu.
Farel tau Bulan belum menyukainya, ia pantang mundur. Farel juga tak kalah berparas jika dibanding mantan-mantan Bulan, namun entah kenapa Bulan belum menerimanya. Hal itu yang membuat Farel semakin tertantang untuk mengejar Bulan.
Farel menyukai Bulan bukan karna cewek itu cantik, itu hanya bonus. Ia tulus menyukai Bulan sejak dua tahun lalu. Tepatnya saat masih dibangku SMP kelas akhir, mereka satu kelas.
"Cari makan yuk? Laper!" ajak Bulan tiba-tiba.
Farel melihat ponselnya, pukul sembilan lewat dua puluh satu. Farel mengangguk, meraih pinggang Bulan dan membawanya ke kantin.
***
Gue otw!
Tertera pesan dari Farel, Bulan buru-buru memakai lipstik mate nya. Sesuai janji, malam minggu ini, mereka akan jalan bareng. Cowok itu sudah berkali-kali menagihi Bulan sejak mereka di kantin sampai saat cowok itu menurunkan Bulan di depan rumahnya, pulang sekolah tadi.
Hari ini, Bulan memakai rok sifon putih setengah paha dengan baju sabrina warna maroon.
Mengecek penampilannya yang telah perfect, Bulan turun kebawah menunggu cowok itu.
Lima menit berlalu, terdengar deru mobil yang berhenti di halamannya. Bulan langsung keluar, dan benar saja mobil Farel. Tanpa menunggu cowok itu turun, Bulan langsung masuk mobil cowok itu.
"Gak sabaran banget malmingan bareng gue." kata Farel kala melihat Bulan tergesa-gesa masuk mobilnya.
"Kita udah dua minggu gak malmingan bareng... Lo gak kangen malmingan bareng gue?"
"Salah lo, tiap gua ajak selalu nolak." terang Farel.
"Gue sibuk."
"Sibuk sama cowok lain!" tukas Farel.
Bulan mengangguk. Cowok ini benar-benar... Terlihat santai tapi Bulan tau jauh di lubuk hatinya, cowok itu menaruh kesal atas sikap Bulan.
Mobil yang mereka tumpangi berhenti di sebuah tempat ngopi yang ramai muda-mudi. Saat mereka memasuki tempat itu, Farel dengan posesif memeluk pinggang Bulan, mau bagaimana lagi? Banyak pasang mata cowok menatap kearah Bulan. Kan, Farel kesal.
Farel memilih lantai tiga yang tidak terlalu ramai. Saat Bulan mengajaknya di lantai satu, cowok itu menjawab. "Di lantai tiga aja, bisa liat pemandangan. Gak sumpek!". Jelaslah gak sumpek, orang di lantai tiga tidak ada cowok satupun. Hanya ada beberapa cewek-cewek, dasar modus.
Niat hati ingin membuat kesal Farel, malah ia yang kesal sendiri. Bagaimana tidak? Cewek-cewek disini terang-terangan menatap Farel.
Bulan kesal, menarik kursinya berpindah tepat di sebelah Farel.
"Lo cemburu?" tanya Farel kala cewek itu menaruh dagunya di bahu Farel. Farel tersenyum, apa yang dilakukan Bulan sedari tadi tak luput sedikitpun dari pandangannya.
"Lo mainnya curang." balas Bulan, kesal.
Farel tertawa, meraih pinggang Bulan lalu mengecup pipinya singkat. Bulan tersenyum kemenangan, bisa dipastikan cewek-cewek yang menatap Farel itu tengah kebakaran jenggot, mampus!
Saat mereka tengah asik berdua, terdengar alunan musik. Bulan menoleh ke bawah, ada beberapa cowok di atas panggung mini yang tengah menyumbangkan suara mereka, sepertinya mereka anak band. Bulan terus mengamati mereka, deg! Reyhan Bintang Abizar... Bulan langsung mengalihkan tatapannya. Farel yang melihat Bulan, turut ikut memandang ke bawah.
"Mereka manggung di sini juga ternyata."
Bulan menoleh. "Lo akrab sama mereka?"
"Laskar doang, karna sering nongkrong bareng. Yang lain gak, apalagi Reyhan datar banget."
Bulan memandang lagi ke bawah, tepatnya ke arah Reyhan. Cowok itu mengisi bagian gitar listrik, yang juga vocal. Saat part cowok itu menyanyi, tiba-tiba Reyhan menatap ke atas, tatapan mereka bertemu.
Pernahkah kau mengira,
Seperti apa bentuk cinta?,Rambut warna warni bagai gulali,
Imut lucu walau tak terlalu tinggi.-Bentuk cinta. Eclat Story"Ayo pulang!" ajak Bulan tiba-tiba.
Farel menatap Bulan yang sudah bangkit dari kursinya. "Baru juga dua jam udah ngajak pulang aja."
"Di rumah aja, ayoo Rel!" Rengek Bulan.
"Kenapa sih?" tanya Farel bingung.
"Udah ayo sih ke rumah gue! Gue balik sendiri nih kalau gak mau." cemberut Bulan.
Farel mengangguk gemas, turun melewati panggung. Tak sengaja Bulan menatap Reyhan yang juga menatapnya. Bulan mengalihkan pandangan, mempercepat jalannya. Farel yang melihatnya menjadi bingung, Bulan kenapa?
Sesampainya di rumah Bulan, cowok itu mengekor Bulan ke dalam. Saat mereka sampai di ruang tamu, Bulan menarik tangan Farel menuju lantai dua.
Bulan membuka pintu sebuah ruangan yang ternyata kamar cewek ini. Untuk pertama kalinya, seorang Farel memasuki kamar cewek itu.
Farel tak ingin menjelaskan bagaimana tatanan kamar cewek itu. Biar ia simpan sendiri.
"Kok bengong sih? Sini duduk!" panggil Bulan yang bersila di depan balkon, kala cowok itu berdiam diri di samping pintu kamarnya.
Farel mendekat, ikut bersila di sampingnya.
Farel menautkan jemari kanannya dengan jemari kiri Bulan. Bulan menoleh, menyandarkan kepala dibahu kanan Farel.
Keduanya saling diam. Menikmati hembusan angin di malam minggu ini.
Farel dengan sejuta perasaan untuk Bulan dan Bulan yang berkelana memikirkan seseorang.
Bulan menghembuskan nafas menatap langit, bulan itu bersinar terang dan akan bertambah terang saat ditemani bintang yang bertaburan.
Minggu pagi ini Bulan telah bersiap untuk berangkat menonton pertandingan basket antara SMA Merpati sekolahnya dengan SMA Mahkota.Sebenarnya Bulan tak ingin pergi, namun Farel terus memaksanya datang karna cowok itu akan bermain. Alhasil Bulan menurutinya, itung-itung cuci mata.Bulan datang ke sini sendiri, kedua temannya tak bisa ikut menonton, dan ia naik taksi lantaran tak ingin dijemput Farel, padahal cowok itu sudah berkali-kali menawarinya namun Bulan tolak.Sesampainya ia di Gor Lawung itu, Bulan langsung bergegas masuk mencari keberadaan Farel. Hal pertama yang ia lihat adalah banyaknya pasang mata yang menatapnya, baik dari sekolahnya ataupun sekolah lain yang ikut menonton pertandingan ini. Ada yang terpesona, kaget, dan ada juga yang berbisik-bisik. Ayolah nama Rembulan Aurora Ayodha sangat tidak asing di luar sekolahnya.Memilih mengabaikannya, Bulan terus melangkah mencari keberadaan Farel.
Bulan baru saja memarkirkan mobil Lexus RX Luxury putih miliknya tepat di samping mobil milik Farel.Kala Bulan turun dari mobilnya, terlihat sang pemilik mobil di sebelahnya tengah duduk di kap depan dengan kedua tangan berada di saku celana serta pandangan yang terus menatap ke arah Bulan."Lo ngapain masih di sini?" tanya Bulan, merapikan rambut cowok itu.Farel menoleh sebentar. "Lo ngapain bawa mobil?""Emang kenapa?"Farel mendengus kasar. "Kalau lo naik mobil sendiri, gue gak bisa anter jemput lo lah!""Ya lo kan bukan sopir gue.""Apaan sih? Gue kan pengen berduaan sama lo!" sungut Farel."Lo gak liat sekarang kita juga lagi berduaan!""Itu beda cerita!"Bulan diam tak membalas ucapan Farel.Farel bangkit kala Bulan ikut mendudukkan diri di kap mobil cowok itu. Bulan menatap Farel
Hari ini ujian telah usai, semua beban telah Bulan lepas jauh-jauh.Kedua teman Bulan sudah pulang sedari tadi meninggalkan Bulan yang masih di area sekolah untuk bertemu Farel."Farel mana?" tanya Bulan pada teman Farel kala Bulan menginjakkan kaki di markas kumpul mereka."Dia udah ke parkiran sama yang lain katanya takut lo nunggu di sana.""Ya udah, thanks!"Bulan mencoba menghubungi cowok itu.Hal-Lo di mana sih? Gue cariin ke markas malah gak di sini!Gue di parkiran, gue pikir lo di sini! Lo masih di sana? Tunggu gue ke situ!Tut, Bulan mematikan sambungan mereka.Duduk di undakan tangga dengan kaki yang ia selonjorkan ke bawah dan kepala yang ia sandarkan di pegangan tangga itu.Dapat ia lihat Farel yang menatapnya di undakan paling bawah. Cowok itu naik, ikut du
Sesuai yang telah direncanakan, Bulan dan Farel hari ini akan berangkat ke Bali. Yap! Farel telah berhasil mendapatkan ijin dari mama Bulan untuk membawa cewek itu berlibur.Semua tiket, penginapan, dan hal lain di sana sudah diurus oleh Farel. Bulan hanya perlu duduk santai menikmatinya."Lo udah beberes, kan?" tanya Farel yang pagi ini sudah berada di rumah Bulan.Bulan menangguk sebagai jawaban.Mereka akan berangkat ke sana pukul tiga sore, jadi saat mereka sampai di sana bisa istirahat dulu sebelum memulai trip mereka besok pagi."Jalan dulu mau?" tawar Farel mendongak menatap Bulan yang duduk di sofa dengan dirinya berada di karpet bulu."Gak, lo pulang aja!" usir Bulan.Farel berdecak. "Ayo jalan dulu!""Gue gak mau!""Kenapa sih? biasanya lo juga mau.""Rigel mau ke sini!""Ngapain? Jadi lo gak mau gue ajak karna dia mau ke sini? Dan lo malah nyuruh gue pergi, biar lo bisa berduaan sama dia, gitu?"
Farel menguap lebar memandang hamparan pantai di depannya.Pagi-pagi sekali Bulan sudah menggedor-gedor pintu kamarnya hanya untuk mengajak Farel ke pantai melihat sunrise."Jangan terlalu ke tengah kalau lo diterkam ombak gue gak nolongin!" peringati Farel kala Bulan semakin ke tengah pantai."Rel, fotoin gue buruan! Ini cantik banget cahaya ilahi nya.""Lo pikir gue fotografer lo gitu, gue ke sini juga buat liburan!" cemberut Farel, tetap mengarahkan kameranya ke arah Bulan.Cowok itu tersenyum melihat hasil jepretannya, Bulan yang memang cantik atau jepretan Farel yang membuat Bulan semakin indah."FAREL SINI!" teriak Bulan, melambaikan tangan ke arahnya."Gak mau gue udah mandi!""Rel seriusan, cepet ke sini! Kaki gue kram!""Jangan boo-" Farel berlari menuju Bulan kala melihat cewek itu terduduk di air pantai.
"Gak kerasa lusa kita udah balik ke Jakarta." kata Bulan yang menaruh dagunya di bahu Farel. Keduanya tengah berada di pantai untuk melihat sunset."Kalau lo mau, kita bisa nambah liburan lagi. Mau?""Mau, tapi di Jakarta aja!""Gak mau ke Lombok nih?" tawar Farel menaik turunkan alis."Kalau bisa seluruh dunia aja kita kelilingin!" jawab Bulan mengebu-gebu."Bisa! lo mau?""Mau tapi lo harus izin ke papa sama mama gue, berani?""Berani lah! Gue udah naklukin mamer tinggal naklukin pamer, kapan?""Nanti kalau lo udah jadi suami gue." celetuk Bulan polos dan Farel tak bisa menyembunyikan senyumannya."Lo seneng gak?"Bulan mengangguk. "Banget, makasih banyak! Lo selalu jagain gue di sini.""Sama-sama, apapun itu buat lo bahagia! Gue bakal lakuin." Farel mengecup dahi Bulan penuh sayang."Udah cocok jadi calon suami lo belom?" goda Farel."Udah! Tinggal tunggu keputusan sang penulis.
Drtt... Drtt... DrttLo gila ya pagi-pagi udah nelfonin gue, gue masih ngantuk Rel.Katanya mau jalan-jalan keliling Jakarta, gimana sih?Ya tapi gak sekarang! Ini masih ngantuk banget.Ya udah ntar sore.Tut... Bulan mematikan sambungan sepihak. Mereka sebenarnya sudah sampai pukul delapan malam, namun Farel ngotot memaksanya ikut ke tempat tongkrongan gerombolannya dengan alasan bagi oleh-oleh, alhasil saking asiknya mengobrol pukul setengah dua belas malam Bulan baru sampai di rumahnya, itupun Bulan sudah menolak ajakan Farel untuk cari makan dulu."Hufh... Gue gak bisa tidur lagi, resek banget emang Farel." kesal Bulan berguling-guling di atas kasur."Gue harus ngapain?" Bulan duduk, menggaruk-garuk rambutnya.Bulan bangkit dari kasur, menyibak tirai menyambut kilauan sang matahari.
"Lan-Lan itu Farel! Gak mau samperin?" ucap Salsa menunjuk Farel bersama gerombolannya yang hendak menuju kantin.Bulan menatap Farel yang juga menatapnya namun Farel dengan cepat memutuskan pandangan itu.Bulan mengehela nafas lemah. "Lo gak liat apa tatapan dia barusan."Semenjak pertengkaran antara Farel dan Virgo, sekitar dua minggu yang lalu, Farek tak pernah lagi berhubungan dengan Bulan. Tak menelfon, menjemputnya, ataupun menganggu Bulan, Farel benar-benar menjauhinya."Lo juga salah Lan! Farel ngejar lo udah dua tahun lebih. Terang-terangan ke lo, tapi lo gak pernah bales perasaan tu cowok." ucap Rinjani."Dan dengan gobloknya lo jalan berkali-kali sama cowok lain di depan mata Farel, ya gue tau lo itu playgirl suka tepe-tepe ke cowok lain. Tapi gak gini juga, lo keterlaluan! Setiap cowok yang deketin lo pasti endingnya kalian pacaran walaupun baru ketemu sehari aja lo mau. Tapi liat, giliran sama Farel, lo tutup mata!" imbuh Salsa.
"Beneran gak ada?" tanya Salsa memastikan.Bulan menggeleng, seluruh isi tasnya sudah ia bongkar namun sragam olahraganya tidak ada sama sekali."Gimana dong?" lirih Bulan."Ya udah lo gak usah olahraga, ke uks aja alesan sakit," usul Rinjani.Bulan berdecak. "Gue gak mau ikut praktik susulan!""Apalagi kalau join kelas lain, big no!" imbuhnya."Terus lo gimana sekarang? Gak mungkin kan pakai sragam."Bulan duduk kembali ke kursinya dengan lesu."Coba cari di loker lo! Siapa tau ada cadangannya," usul Salsa, mengingat sekolah mereka selalu memiliki dua sragam, baik sragam umum, khas, dan olahraga.Bulan mengangguk, segera berlari meninggalkan kelasnya yang hampir sepi.Sesampainya di loker, Bulan langsung menggledah lokernya. Bulan mendengus, nihil, tak ada sragamnya sama sekali.Bulan men
Bulan baru saja mendudukkan diri di kursi teras rumahnya menunggu Bisma. Hari ini Bulan memakai crop putih lengan pendek dipadukan rok jeans hitam setengah paha serta hills 7 cm. Rambut lurusnya ia kucir sedikit di bagian belakang.Tin... Tin...Bulan menoleh, mendapati Bisma dengan motor ninja merah memasuki halamannya.Cowok itu terlihat menawan memakai denim hitam, kaos putih, juga celana jeans hitam yang bagian lututnya sobek.Bulan terus mengamati Bisma yang membuka helm. Cowok itu menyugar rambut undercutnya ke belakang, membuat Bulan menahan nafas melihatnya."Terpana ya?" tanya Bisma yang sudah sampai di depannya."Biasa aja," bohong Bulan.Bisma terkekeh, mengukung Bulan yang masih duduk di kursi kayu. Mensejajarkan wajahnya tepat di depan wajah Bulan, membuat Bulan dapat mencium bau mint yang menguar dari cowok itu."Jadi cewek gue
Dengan jaket kebesaran milik Bisma yang masih melekat erat di tubuhnya, Bulan berjalan menuju kantin sendirian. Salsa sedang ngapel Laskar, dan Rinjani tengah dihukum lantaran tidur dijam pelajaran Bu Cecil.Bulan mengambil ponsel, mengarahkan di depan wajahnya untuk mengaca membenarkan rambutnya.Dari kejauhan terlihat Farel yang berjalan berlawanan dengan dirinya tengah menuju ke arahnya.Dengan menghentakkan kaki, Bulan berbalik arah tak meneruskan langkah menuju kantin. Kontan Farel yang melihat itu, menyunggingkan bibir kirinya.Bulan terus berjalan tanpa memperdulikan Farel yang mengikuti dirinya. Matanya tak sengaja menemukan ruangan bertuliskan toilet wanita, dengan seringaiannya Bulan memasuki toilet itu.Bulan langsung mencuci tangan di depan kaca wastafel, dirinya yakin Farel tidak akan berani masuk ke sini."Hmm."Bulan yang awalnya menunduk, l
Clek...Bulan menutup pintu rumahnya, bersiap untuk berangkat ke sekolah."Lo udah siap?"Bulan berbalik, terpampang Farel yang berdiri tak jauh dari motor ninjanya."Lo ngapain di sini?" tanya Bulan datar.Cowok itu berjalan mendekat pada Bulan."Jemput lo!""Lo gak perlu repot gini, gue bisa berangkat sendiri!" jawab Bulan dingin.Farel terdiam, Bulan segera melangkah menuju garasi mobilnya."Kenapa lo jadi dingin gini?" Farel menahan lengan kanan Bulan.Bulan berbalik, melepaskan cekalan Farel."Kenapa? Lo gak suka?""Nggak!" tegas Farel.Bulan menghela nafas. "Mau gue bersikap gimana, itu bukan urusan lo!"Farel bercedak. "Apa kurang jelas, pernyataan gue tadi malem?""Apa lo gak ngerti sama jawaban yang gue kasih."
Bulan termenung di balkon kamarnya, kejadian tadi sore masih terngiang jelas. Rigel sudah resmi menjadi kekasihnya, tapi kenapa dirinya jadi gelisah begini.Menghela nafas berkali-kali, hanya itu yang dilakukan Bulan, hingga getaran ponsel di nakas membuatnya bangkit mengambil benda pipih itu.Tertera nama Rigel di sana, dengan mood seadanya, Bulan mengangkat telfon itu.'Lan, kangen!''Belum sehari udah kangen aja!''Namanya juga kasmaran, jalan yuk?''Ayo!''Otw, siap-siap gih!''Iya, hati-hati!'Rigel menutup telfon itu, membuat Bulan menghela nafas lagi.Berjalan menuju cermin di depannya, memandang lama wajah cantiknya. "Bulan is playgirl, comingsoon!"***"Lan, gue tau lo belum ada rasa sama gue. Tapi gue bakal berusaha buat bahagiain lo,"
"Ini serius gak ada yang ngajakin gue keluar?" ucap Bulan pada dirinya sendiri.Bulan mendengus, memilih membuka ponsel dan menelfon dua temannya.'Gue sibuk! Mau kencan sama Laskar, bye!'Bulan mendengus kesal, belom juga mengucapkan sepatah kata pun, Salsa sudah mengultimat dirinya.Beralih menelfon Rinjani, semoga cewek itu sedang free.'Ke mana lo?''Apa sih lo nelfon-nelfon gue, pasti ngajakin keluar kan? Sorry-sorry banget Lan, gue udah di boxing Mahesa. Next aja deh.''Kok kalian pada gitu sih!''Gue pikir lo udah ada janji sama pacar-pacar lo, ya udah sih diem aja di rumah, rebahan! Atau mau gue telfonin Farel buat ajak lo jalan.''Males. Gengsi dong!''Ck ... gue yang mintain deh ke Farel, atau Virgo aja?''Gak dua-duanya!'
"Gue denger-denger anak SMK Garuda bakal ke sini buat nonton futsal mereka," ucap salah seorang siswi yang tengah merumpi."Itu kan sekolahnya para casanova!" histeris "Gila-gila! Gue mau dandan yang cantik dulu pokoknya."Bulan menggeleng-gelengkan kepala, terkekeh mendengar rumpian para ciwi-ciwi itu.Saat ini Bulan tengah berada di koridor kelas sepuluh duduk di kursi dekat tangga pembatas kelas sebelas, seorang diri. Dua temannya sudah ngacir duluan ke tribun untuk menduduki kursi paling depan agar dapat cuci mata melihat para casanova dari SMK Garuda, sekolahnya Bisma.Bulan tak memperdulikan sekitar, cewek itu sibuk streaming menonton salah satu boygrub asal Korea Selatan yang sangat ia gandrungi. Bahkan jejeritan ciwi-ciwi di sekitarnya tak secuil pun tersentuh di telinga Bulan."Ada yang nyata di depan mata, kenapa harus halu sampai ke sana."Bulan mendongak, mata lucu t
"Sumpah ya gue tuh pengen ngakak banget tadi, Farel kenapa sih?" ucap Rinjani tertawa."Kesambet kali tu anak," ucap Bulan ngawur."Aneh banget. Gak kayak kemarin-kemarin sok jual mahal eh hari ini obral," celetuk Salsa."Percaya sama gue, tu anak kalau sadar pasti malu banget. Ini langsung heboh loh di sekolah kita," ucap Rinjani menggebu-gebu."Biarin aja. Gue sih nebaknya abis ini juga sifatnya balik dingin lagi ke Bulan.""Kok lo gitu sih Sal? Gak seneng lo Farel balik sama Bulan?" tanya Rinjani."Enggak. Gue kan udah punya kandidat buat Bulan," ucap Salsa dengan senyum misteriusnya."Siapa tuh?" tanya Bulan senang."Double B.""Double B? Siapa?" tanya Rinjani, penasaran."Bisma Bintang," jawab Salsa santai."Apa? Lo iklas Bulan sama Bisma? Jadi adek ipar lo?" ucap Rinjani ternganga.
Hari ini di sekolahnya sedang free pembelajaran lantaran sekolahnya ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan kompetisi olahraga futsal antar sekolah.Cewek bercardigan pink dengan rambut dikepang itu tengah berjalan sendirian menuju lapangan, Rembulan Aurora Ayodha.Tadi pagi dirinya bangun kesiangan, Bulan pikir dirinya terlambat namun saat sudah datang, pintu gerbang malah terbuka lebar."Bulan?"Bulan berbalik melihat siapa yang memanggilnya. "Rigel? Lo nonton juga!""Gak cuma nonton, gue juga main kali," ucap Rigel."Masa? Kok gak pakai jersey?""Ini mau ganti."Bulan melipat kedua tangan di depan dada. "Gue anter mau?"Rigel menaikkan satu alisnya. "Ke mana?""Toilet lah, lo mau ganti di mana? Lo kan juga gak tau toiletnya di mana.""Ngapain harus ke toilet, gue ganti depan l