Sesuai yang telah direncanakan, Bulan dan Farel hari ini akan berangkat ke Bali. Yap! Farel telah berhasil mendapatkan ijin dari mama Bulan untuk membawa cewek itu berlibur.
Semua tiket, penginapan, dan hal lain di sana sudah diurus oleh Farel. Bulan hanya perlu duduk santai menikmatinya.
"Lo udah beberes, kan?" tanya Farel yang pagi ini sudah berada di rumah Bulan.
Bulan menangguk sebagai jawaban.
Mereka akan berangkat ke sana pukul tiga sore, jadi saat mereka sampai di sana bisa istirahat dulu sebelum memulai trip mereka besok pagi.
"Jalan dulu mau?" tawar Farel mendongak menatap Bulan yang duduk di sofa dengan dirinya berada di karpet bulu.
"Gak, lo pulang aja!" usir Bulan.
Farel berdecak. "Ayo jalan dulu!"
"Gue gak mau!"
"Kenapa sih? biasanya lo juga mau."
"Rigel mau ke sini!"
"Ngapain? Jadi lo gak mau gue ajak karna dia mau ke sini? Dan lo malah nyuruh gue pergi, biar lo bisa berduaan sama dia, gitu?"
"Iyalah pakai nanya!"
"Gue di sini kalau gitu!" putus Farel, naik ke sofa dan merebahkan tubuhnya.
Bulan berdecak. "Pulang aja sana! Lo mau jadi nyamuk di sini?"
"Gue gigit tu manusia biar mampus sekalian!" kesal Farel.
Bulan mendengus. "Rel, pulang!"
"Gak gak gak, gue di sini sampai berangkat. Nanti sekalian barang gue dibawa sini sekalian berangkat"
"Lo berangkat dengan tampilan kek gini?" tunjuk Bulan pada Farel yang hanya memakai celana jeans setengah lutut dan kaos putih.
"Gue bisa mandi di sini. Lagian gini aja gue tetep ganteng!" pede Farel.
Bulan memutar bola matanya. "Terserah lo!"
Ting.tong.ting.tong
Baik Farel dan Bulan saling berdiri hendak membuka pintu.
"Biar gue aja!" Farel menahan Bulan yang bangkit.
"Apaan sih, gue tuan rumah. Lo diam di sini!"
Farel mendudukkan Bulan ke sofa. "Stay here!"
Bulan mendengus, membiarkan cowok itu membukanya.
"Nyari siapa?" dingin Farel kala pintu telah terbuka, menampilkan Rigel di sana.
Rigel sedikit kaget melihat Farel ada di sini, namun dengan cepat ia sembunyikan keterkagetannya. "Bulan mana?"
"Ada! Lo ada perlu apa? Biar gue sampaiin!"
"Gue mau ketemu Bulan!"
"Ketemu pasti ada alesan, bilang aja ntar gue sampaiin!"
Rigel memainkan lidah di pipi. "Tanyain sama Bulan, gue yang disuruh ke sini!"
"Masuk lo!" Farel memberi jalan masuk untuk Rigel.
"Rigel! Lo udah dateng?" Bulan berdiri. "Sini silakan duduk!" kata Bulan dengan senyum manisnya.
"Gak usah senyum-senyum!" Farel membekap mulut Bulan, mendorongnya untuk duduk dan Farel nempel di sebelahnya dengan tangan memeluk posesif pinggang Bulan.
Rigel melihatnya, mengalihkan pandangan menjelajahi rumah cewek itu.
"Rigel, mau minum apa?"
"Terse-"
"Samain aja sama gue!" potong Farel.
"Gue gak nanya sama lo!"
"Tapi dia bakal ngomong terserah, ya udah samain aja sama gue!"
Bulan mendengus menatap Farel kemudian bangkit menuju dapur. Tersisalah Farel dan Rigel yang saling terdiam.
"Jangan naksir Bulan, dia punya gue!" kata Farel penuh penekanan.
"Lo siapanya Bulan? Bukannya lo gak ada hubungan apa-apa sama dia, jadi lo gak berhak nglarang gue! Bulan juga gak keberatan tuh gue deketin." balas Rigel, santai.
"Gue sama Bulan emang belom ada hubungan, tapi gue gak suka lo ganggu milik gue!"
"Gak usah adain hak milik, belum tentu dia mau nrima lo!"
Farel menggertakkan giginya kuat, jika saja Bulan tak datang. Mungkin Farel sudah membabi buta cowok tengil itu.
Bulan dapat merasakan atmosfer panas kala ia datang dengan nampannya.
"Nih minum dulu biar adem!" sindir Bulan pada keduanya.
Farel dengan cepat mengambil gelas, meneguknya hingga tandas. Begitupun dengan Rigel.
"Haus ya? Mau gue bikinin lagi?"
"Gak usah bertele-tele, lo ngapain nyuruh dia ke sini?"
Mendengus, Bulan memberikan paper bag pada Rigel yang naasnya langsung direbut Farel.
"Lo ngapain sih?" kesal Bulan saat Farel membuka paper itu.
"Atas nama Bulan makasih, silakan pergi!" ucap Farel melempar paper itu dihadapan Rigel.
Bulan melotot tajam pada Farel. "Apaan sih nyuruh-nyuruh orang pergi!"
"Lo kan mau siap-siap, biarin dia pergi!"
"Gue pamit!" kata Rigel berdiri.
Bulan ikut berdiri. "Makasih ya! Maafin Farel orangnya emang gak baik."
Farel melotot tak terima dengan ucapan Bulan, hendak berdiri namun langsung ditahan Bulan.
"Ya udah gue duluan, thanks ya!" Rigel mengacak rambut Bulan.
Bulan tersenyum manis membalas perlakuan Rigel, sedangkan Farel tengah mengeluarkan sumpah serapahnya.
"Hati-hati!" teriak Bulan kala Rigel hendak keluar dari pintu rumahnya, cowok itu tersenyum lalu pergi.
Farel berdiri, mengacak rambut Bulan hingga benar-benar berantakan.
"Rel, lo apa-apaan sih?" kesal Bulan.
"Lo yang apa-apaan! Pakai nyuruh dia ke sini!"
"Ini rumah gue! Ya suka-suka gue mau nyuruh siapapun ke sini. Lo gak ada hak bu-"
Sret...
Farel menyentak Bulan ke dinding dan mengukungnya, dapat Bulan rasakan deru nafas cowok itu yang tak beraturan. Sorot tatapannya juga menatap Bulan tajam. Bulan menelan ludahnya, takut."Apa susah buat paham sama perasaan gue?"
Bulan terdiam.
"Apa lo gak bisa ngeliat perjuangan gue?"
"Gue perjuangin lo lebih dari dua tahun, tapi lo gak pernah ngelirik itu!"
"Sedangkan cowok lain, sehari dua hari kenal, lo langsung jadian sama mereka!"
"Apa gue harus jadi mereka dulu biar bisa masuk ke hati lo?"
"Kita emang deket, raga doang tapi nggak dengan hati!..."
"Kasih gue alasan untuk berhenti perjuangin lo, kalau emang lo bener-bener gak bisa milih gue?"
Bulan menunduk.
Terdengar helaan nafas Farel. "Gue nolak banyak perasaan bukan karna lagi merjuangin lo..."
"Tapi gue pengen ngebuktiin ke lo... Kalau gue bukan seperti mereka, yang memperjuangkan satu orang tapi juga menyebar hati ke yang lain. Siapa yang berhasil ditaklukin duluan dia yang jadi pemenang dan ninggalin tujuan awalnya, merjuangin seseorang."
Farel mengambil tangan Bulan, menggenggamnya. "Gue bisa aja kayak gitu! Tapi balik lagi ke tujuan awal gue, gue cinta sama lo! Gue pengen lo jadi milik gue! Makanya gue perjuangin lo,"
"Lo liat, selama ini gue gak pernah nuntut lo buat bales perasaan gue! Gue selalu ngasih lo waktu!... Dua tahun bukan waktu singkat buat terus bertahan, ngeliat lo yang jadi cewek orang, ngeliat lo deket sama cowok lain... hati gue udah kayak besi anti karat!"
"M-ma-maafin gue!" tutur Bulan terbata-bata.
Farel terdiam, ia masih sangat mencintai Bulan, ia tak ingin menyerah sekalipun Bulan belum menyukainya juga.
"Apapun yang gue terima dari mencintai lo selama ini, sampai detik ini gue masih ingin merjuangin lo tanpa berhenti!" tekan Farel, memeluk Bulan erat.
***
"Bersihin diri dulu! Abis itu kita cari makan," ucap Farel sembari memberikan kunci kamar cewek itu.
Bulan mengangguk, setelah dramanya tadi, ia menjadi lebih pendiam, merasa canggung pada Farel.
Meski begitu mereka tetap berangkat ke Bali. Bahkan cowok itu masih menunjukan rasa perhatiannya pada Bulan.
Bulan menatap cowok itu yang memasuki kamar di sebelah kamarnya. Menghela nafas Bulan memilih segera masuk membersihkan diri.
Tiga puluh menit berlalu, Bulan yang baru saja selesai merapikan diri dikagetkan dengan ketukan pintu kamarnya. Bulan segera membukakan pintunya.
"Udah selesai?" tanya Farel.
"Gue ambil tas dulu." ucapnya yang di angguki Farel.
Bulan segera mengambil tas slempangnya lalu menghadap cermin menghela nafas sedalamnya.
"Ayo!"
Farel mengangguk, meraih tangan Bulan, menggenggamnya.
Sesampainya di tempat makan, Bulan memesan dengan Farel yang ngikut saja. Hanya terdengar dentingan garpu yang beradu sendok, tanpa ada sepatah kata dari mereka, mereka saling diam.
"Jangan canggung gini, gue gak suka!" ungkap Farel kala mereka telah selesai makan.
Bulan menoleh. "Gue harus gimana?"
"Bersikap seperti biasa! Ucapan gue tadi bukan acuan berantakin hati lo! dan lo gak perlu ngerasa bersalah, karna gue yang milih mencintai lo, jadi gue harus trima resikonya. Nggak sekarang, gue yakin lo juga bakal punya rasa sama gue, nanti!" ucap Farel, mengelus tangan Bulan.
"Harusnya lo gak milih gue dari awal! Dan mungkin seharusnya kita gak usah dipertemukan!"
"Gue juga maunya gitu... Tapi balik lagi, sama seperti yang lo katakan, ending yang gak kita tau, perjalanan cerita yang bikin tanda tanya, dan perkenalan yang tanpa terduga bahkan tanpa diminta, semua udah diatur sama penulis, kita hanya perlu ngajalanin ini semua. Itu udah ngejawab pertanyaan lo kenapa saat ini kita dipertemukan."
Bulan termenung diam, hanya terdengar helaan nafas Farel.
"Kita ke sini untuk liburan bukan cari obat penenang. Ayo nikmatin, lepasin beban!"
Bulan mendongak menatap Farel. "Maaf!"
"Jangan minta maaf! Kita gak ngelakuin kesalahan. Udah lupain! Kita lagi liburan, jangan ngerusak momen, jarang-jarang kita bisa berduaan gini terus" kata Farel mengacak sayang rambut Bulan.
Bulan tersenyum tipis.
"Lo itu udah cantik! Akan semakin cantik kalau lengkungan itu lo buka lebih lebar!"
Farel menguap lebar memandang hamparan pantai di depannya.Pagi-pagi sekali Bulan sudah menggedor-gedor pintu kamarnya hanya untuk mengajak Farel ke pantai melihat sunrise."Jangan terlalu ke tengah kalau lo diterkam ombak gue gak nolongin!" peringati Farel kala Bulan semakin ke tengah pantai."Rel, fotoin gue buruan! Ini cantik banget cahaya ilahi nya.""Lo pikir gue fotografer lo gitu, gue ke sini juga buat liburan!" cemberut Farel, tetap mengarahkan kameranya ke arah Bulan.Cowok itu tersenyum melihat hasil jepretannya, Bulan yang memang cantik atau jepretan Farel yang membuat Bulan semakin indah."FAREL SINI!" teriak Bulan, melambaikan tangan ke arahnya."Gak mau gue udah mandi!""Rel seriusan, cepet ke sini! Kaki gue kram!""Jangan boo-" Farel berlari menuju Bulan kala melihat cewek itu terduduk di air pantai.
"Gak kerasa lusa kita udah balik ke Jakarta." kata Bulan yang menaruh dagunya di bahu Farel. Keduanya tengah berada di pantai untuk melihat sunset."Kalau lo mau, kita bisa nambah liburan lagi. Mau?""Mau, tapi di Jakarta aja!""Gak mau ke Lombok nih?" tawar Farel menaik turunkan alis."Kalau bisa seluruh dunia aja kita kelilingin!" jawab Bulan mengebu-gebu."Bisa! lo mau?""Mau tapi lo harus izin ke papa sama mama gue, berani?""Berani lah! Gue udah naklukin mamer tinggal naklukin pamer, kapan?""Nanti kalau lo udah jadi suami gue." celetuk Bulan polos dan Farel tak bisa menyembunyikan senyumannya."Lo seneng gak?"Bulan mengangguk. "Banget, makasih banyak! Lo selalu jagain gue di sini.""Sama-sama, apapun itu buat lo bahagia! Gue bakal lakuin." Farel mengecup dahi Bulan penuh sayang."Udah cocok jadi calon suami lo belom?" goda Farel."Udah! Tinggal tunggu keputusan sang penulis.
Drtt... Drtt... DrttLo gila ya pagi-pagi udah nelfonin gue, gue masih ngantuk Rel.Katanya mau jalan-jalan keliling Jakarta, gimana sih?Ya tapi gak sekarang! Ini masih ngantuk banget.Ya udah ntar sore.Tut... Bulan mematikan sambungan sepihak. Mereka sebenarnya sudah sampai pukul delapan malam, namun Farel ngotot memaksanya ikut ke tempat tongkrongan gerombolannya dengan alasan bagi oleh-oleh, alhasil saking asiknya mengobrol pukul setengah dua belas malam Bulan baru sampai di rumahnya, itupun Bulan sudah menolak ajakan Farel untuk cari makan dulu."Hufh... Gue gak bisa tidur lagi, resek banget emang Farel." kesal Bulan berguling-guling di atas kasur."Gue harus ngapain?" Bulan duduk, menggaruk-garuk rambutnya.Bulan bangkit dari kasur, menyibak tirai menyambut kilauan sang matahari.
"Lan-Lan itu Farel! Gak mau samperin?" ucap Salsa menunjuk Farel bersama gerombolannya yang hendak menuju kantin.Bulan menatap Farel yang juga menatapnya namun Farel dengan cepat memutuskan pandangan itu.Bulan mengehela nafas lemah. "Lo gak liat apa tatapan dia barusan."Semenjak pertengkaran antara Farel dan Virgo, sekitar dua minggu yang lalu, Farek tak pernah lagi berhubungan dengan Bulan. Tak menelfon, menjemputnya, ataupun menganggu Bulan, Farel benar-benar menjauhinya."Lo juga salah Lan! Farel ngejar lo udah dua tahun lebih. Terang-terangan ke lo, tapi lo gak pernah bales perasaan tu cowok." ucap Rinjani."Dan dengan gobloknya lo jalan berkali-kali sama cowok lain di depan mata Farel, ya gue tau lo itu playgirl suka tepe-tepe ke cowok lain. Tapi gak gini juga, lo keterlaluan! Setiap cowok yang deketin lo pasti endingnya kalian pacaran walaupun baru ketemu sehari aja lo mau. Tapi liat, giliran sama Farel, lo tutup mata!" imbuh Salsa.
"Tumben lo pagi-pagi udah dateng? Lo kesambet?" ucap Rinjani heran pagi-pagi Bulan sudah datang ke sekolah. "Dateng pagi salah, dateng siang salah. Mau lo gimana? Apa gak usah dateng-dateng lagi?" sahut Salsa. "Gue..." Bulan menjeda ucapannya "Gue mau coba bikin Farel balik lagi." "Lo serius Lan?" tanya Salsa menatap Bulan. "Lo udah ngebuka hati buat dia?" imbuh Rinjani. "Gue mau coba!" Salsa menghela nafas. "Jadi lo belum punya perasaan buat Farel?" "Bulan lagi nyoba Sal, semua butuh proses!" jawab Rinjani. "Lan, sikap gue gini sama lo gak ada maksud apa-apa. Gue cuma pengen lo bisa tegas sama perasaan lo. Ya mungkin sekarang ibaratnya lo sedang nyakitin orang lain, makanya gue gak mau lo sakit di masa depan. Terlepas dari itu semua gue selalu dukung keputusan lo," ucap Salsa merangkul Bulan. "Iya gue tau Sal, gu
"Farel?" panggil Bulan pada Farel kala mendapati cowok itu di parkiran bersama teman-temannya."Tumben Lan, jam segini udah dateng?" tanya Ranu."Iya, ada hati yang harus dikejar."Farel bangkit dari motornya dan berlalu pergi."Loh Farel kok main pergi aja sih?" teriak Bulan mengejar Farel."Selamat pagi," sapa Bulan bergelanjut manja di lengan kanan Farel."Jawab dong jangan dianggurin. Anggur mahal loh," cerocos Bulan namun tak ada reaksi dari Farel.Bulan menghela nafas. "Ternyata sandaran gue emang beneran patung, gak bisa diajak ngomong."Farel melepaskan lengan Bulan melangkah pergi."Farel lo mau ke mana sih?" tanya Bulan ngintilin cowok itu yang memasuki kantin dan duduk tepat di sebelahnya."BU SRIII NASI RAMESNYA DUA," teriak Bulan memesankan sarapan untuk Farel."Oke," jawab Bu
Brak...Ranu menendang kursi di sebelahnya. "Goblok! Gue kesel punya temen kayak lo!" ucap Ranu kesal pada Farel yang tak bergeming. "Gue bilang juga apa? Pergi juga kan Bulan, elo sih!" imbuh Mahesa. "Ya bagus deh, Farel bisa cari yang lain," balas Catur enteng. "Apa lo bilang? Ngotak dikit! Perasaan bukan main-main, kalau gak dapet ini bisa langsung cari yang lain. Ngentengi perasaan banget lo!" ucap Ranu berapi-api pada Catur. "Kalau perasaan bukan main-main, harusnya tuh cewek juga pakai otak. Ngerasa cantik banget emang sampe main-main doang," balas Catur sengit. "Gak perlu ngerasa sok cantik, Bulan emang asli cantik asal lo tau," sahut Mahesa ikutan kesal. "Gak usah khawatir Rel, kalau lo nyari tampang aja. Besok gue cariin yang jauh lebih cantik dari Bulan," ucap Catur, membuat Farel, Mahesa, dan Ranu menatap cowok itu garang.
"Liat itik lagi merana. Oy Bulan yang cantik mau ke mana?" ucap Virgo menaik turunkan alisnya."Cari lilin di Kenya. Ngapain nanya-nanya?""Ambil lilin pakai daun pepaya. Biar bisa gue jagain dari para buaya."Bulan terkekeh. "Gue mau ke kantin, kenapa sih?""Kok sendiri, temen lo mana?" Virgo clingak-clinguk mencari dua teman Bulan."Mereka udah duluan ke sana, lo mau ikut?" ajak Bulan ramah."Emang boleh? Ntar temen lo itu marah.""Siapa? Salsa? Udah tenang aja, kan gue yang ngajak lo.""Bukan Salsa. Ngapain? Gue gak peduli sama dia," ucap Virgo, memasukkan kedua tangannya di saku celana."Terus siapa?" tanya Bulan tak mengerti."Farel."Bulan berdecak. "Elo mah bikin gue jadi gak mood aja.""Ya bukan gitu maksut gue. Gue gak mau aja dia makin marah sama lo," balas Virgo
"Beneran gak ada?" tanya Salsa memastikan.Bulan menggeleng, seluruh isi tasnya sudah ia bongkar namun sragam olahraganya tidak ada sama sekali."Gimana dong?" lirih Bulan."Ya udah lo gak usah olahraga, ke uks aja alesan sakit," usul Rinjani.Bulan berdecak. "Gue gak mau ikut praktik susulan!""Apalagi kalau join kelas lain, big no!" imbuhnya."Terus lo gimana sekarang? Gak mungkin kan pakai sragam."Bulan duduk kembali ke kursinya dengan lesu."Coba cari di loker lo! Siapa tau ada cadangannya," usul Salsa, mengingat sekolah mereka selalu memiliki dua sragam, baik sragam umum, khas, dan olahraga.Bulan mengangguk, segera berlari meninggalkan kelasnya yang hampir sepi.Sesampainya di loker, Bulan langsung menggledah lokernya. Bulan mendengus, nihil, tak ada sragamnya sama sekali.Bulan men
Bulan baru saja mendudukkan diri di kursi teras rumahnya menunggu Bisma. Hari ini Bulan memakai crop putih lengan pendek dipadukan rok jeans hitam setengah paha serta hills 7 cm. Rambut lurusnya ia kucir sedikit di bagian belakang.Tin... Tin...Bulan menoleh, mendapati Bisma dengan motor ninja merah memasuki halamannya.Cowok itu terlihat menawan memakai denim hitam, kaos putih, juga celana jeans hitam yang bagian lututnya sobek.Bulan terus mengamati Bisma yang membuka helm. Cowok itu menyugar rambut undercutnya ke belakang, membuat Bulan menahan nafas melihatnya."Terpana ya?" tanya Bisma yang sudah sampai di depannya."Biasa aja," bohong Bulan.Bisma terkekeh, mengukung Bulan yang masih duduk di kursi kayu. Mensejajarkan wajahnya tepat di depan wajah Bulan, membuat Bulan dapat mencium bau mint yang menguar dari cowok itu."Jadi cewek gue
Dengan jaket kebesaran milik Bisma yang masih melekat erat di tubuhnya, Bulan berjalan menuju kantin sendirian. Salsa sedang ngapel Laskar, dan Rinjani tengah dihukum lantaran tidur dijam pelajaran Bu Cecil.Bulan mengambil ponsel, mengarahkan di depan wajahnya untuk mengaca membenarkan rambutnya.Dari kejauhan terlihat Farel yang berjalan berlawanan dengan dirinya tengah menuju ke arahnya.Dengan menghentakkan kaki, Bulan berbalik arah tak meneruskan langkah menuju kantin. Kontan Farel yang melihat itu, menyunggingkan bibir kirinya.Bulan terus berjalan tanpa memperdulikan Farel yang mengikuti dirinya. Matanya tak sengaja menemukan ruangan bertuliskan toilet wanita, dengan seringaiannya Bulan memasuki toilet itu.Bulan langsung mencuci tangan di depan kaca wastafel, dirinya yakin Farel tidak akan berani masuk ke sini."Hmm."Bulan yang awalnya menunduk, l
Clek...Bulan menutup pintu rumahnya, bersiap untuk berangkat ke sekolah."Lo udah siap?"Bulan berbalik, terpampang Farel yang berdiri tak jauh dari motor ninjanya."Lo ngapain di sini?" tanya Bulan datar.Cowok itu berjalan mendekat pada Bulan."Jemput lo!""Lo gak perlu repot gini, gue bisa berangkat sendiri!" jawab Bulan dingin.Farel terdiam, Bulan segera melangkah menuju garasi mobilnya."Kenapa lo jadi dingin gini?" Farel menahan lengan kanan Bulan.Bulan berbalik, melepaskan cekalan Farel."Kenapa? Lo gak suka?""Nggak!" tegas Farel.Bulan menghela nafas. "Mau gue bersikap gimana, itu bukan urusan lo!"Farel bercedak. "Apa kurang jelas, pernyataan gue tadi malem?""Apa lo gak ngerti sama jawaban yang gue kasih."
Bulan termenung di balkon kamarnya, kejadian tadi sore masih terngiang jelas. Rigel sudah resmi menjadi kekasihnya, tapi kenapa dirinya jadi gelisah begini.Menghela nafas berkali-kali, hanya itu yang dilakukan Bulan, hingga getaran ponsel di nakas membuatnya bangkit mengambil benda pipih itu.Tertera nama Rigel di sana, dengan mood seadanya, Bulan mengangkat telfon itu.'Lan, kangen!''Belum sehari udah kangen aja!''Namanya juga kasmaran, jalan yuk?''Ayo!''Otw, siap-siap gih!''Iya, hati-hati!'Rigel menutup telfon itu, membuat Bulan menghela nafas lagi.Berjalan menuju cermin di depannya, memandang lama wajah cantiknya. "Bulan is playgirl, comingsoon!"***"Lan, gue tau lo belum ada rasa sama gue. Tapi gue bakal berusaha buat bahagiain lo,"
"Ini serius gak ada yang ngajakin gue keluar?" ucap Bulan pada dirinya sendiri.Bulan mendengus, memilih membuka ponsel dan menelfon dua temannya.'Gue sibuk! Mau kencan sama Laskar, bye!'Bulan mendengus kesal, belom juga mengucapkan sepatah kata pun, Salsa sudah mengultimat dirinya.Beralih menelfon Rinjani, semoga cewek itu sedang free.'Ke mana lo?''Apa sih lo nelfon-nelfon gue, pasti ngajakin keluar kan? Sorry-sorry banget Lan, gue udah di boxing Mahesa. Next aja deh.''Kok kalian pada gitu sih!''Gue pikir lo udah ada janji sama pacar-pacar lo, ya udah sih diem aja di rumah, rebahan! Atau mau gue telfonin Farel buat ajak lo jalan.''Males. Gengsi dong!''Ck ... gue yang mintain deh ke Farel, atau Virgo aja?''Gak dua-duanya!'
"Gue denger-denger anak SMK Garuda bakal ke sini buat nonton futsal mereka," ucap salah seorang siswi yang tengah merumpi."Itu kan sekolahnya para casanova!" histeris "Gila-gila! Gue mau dandan yang cantik dulu pokoknya."Bulan menggeleng-gelengkan kepala, terkekeh mendengar rumpian para ciwi-ciwi itu.Saat ini Bulan tengah berada di koridor kelas sepuluh duduk di kursi dekat tangga pembatas kelas sebelas, seorang diri. Dua temannya sudah ngacir duluan ke tribun untuk menduduki kursi paling depan agar dapat cuci mata melihat para casanova dari SMK Garuda, sekolahnya Bisma.Bulan tak memperdulikan sekitar, cewek itu sibuk streaming menonton salah satu boygrub asal Korea Selatan yang sangat ia gandrungi. Bahkan jejeritan ciwi-ciwi di sekitarnya tak secuil pun tersentuh di telinga Bulan."Ada yang nyata di depan mata, kenapa harus halu sampai ke sana."Bulan mendongak, mata lucu t
"Sumpah ya gue tuh pengen ngakak banget tadi, Farel kenapa sih?" ucap Rinjani tertawa."Kesambet kali tu anak," ucap Bulan ngawur."Aneh banget. Gak kayak kemarin-kemarin sok jual mahal eh hari ini obral," celetuk Salsa."Percaya sama gue, tu anak kalau sadar pasti malu banget. Ini langsung heboh loh di sekolah kita," ucap Rinjani menggebu-gebu."Biarin aja. Gue sih nebaknya abis ini juga sifatnya balik dingin lagi ke Bulan.""Kok lo gitu sih Sal? Gak seneng lo Farel balik sama Bulan?" tanya Rinjani."Enggak. Gue kan udah punya kandidat buat Bulan," ucap Salsa dengan senyum misteriusnya."Siapa tuh?" tanya Bulan senang."Double B.""Double B? Siapa?" tanya Rinjani, penasaran."Bisma Bintang," jawab Salsa santai."Apa? Lo iklas Bulan sama Bisma? Jadi adek ipar lo?" ucap Rinjani ternganga.
Hari ini di sekolahnya sedang free pembelajaran lantaran sekolahnya ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan kompetisi olahraga futsal antar sekolah.Cewek bercardigan pink dengan rambut dikepang itu tengah berjalan sendirian menuju lapangan, Rembulan Aurora Ayodha.Tadi pagi dirinya bangun kesiangan, Bulan pikir dirinya terlambat namun saat sudah datang, pintu gerbang malah terbuka lebar."Bulan?"Bulan berbalik melihat siapa yang memanggilnya. "Rigel? Lo nonton juga!""Gak cuma nonton, gue juga main kali," ucap Rigel."Masa? Kok gak pakai jersey?""Ini mau ganti."Bulan melipat kedua tangan di depan dada. "Gue anter mau?"Rigel menaikkan satu alisnya. "Ke mana?""Toilet lah, lo mau ganti di mana? Lo kan juga gak tau toiletnya di mana.""Ngapain harus ke toilet, gue ganti depan l