Drtt... Drtt... Drtt
Lo gila ya pagi-pagi udah nelfonin gue, gue masih ngantuk Rel.
Katanya mau jalan-jalan keliling Jakarta, gimana sih?
Ya tapi gak sekarang! Ini masih ngantuk banget.
Ya udah ntar sore.
Tut... Bulan mematikan sambungan sepihak. Mereka sebenarnya sudah sampai pukul delapan malam, namun Farel ngotot memaksanya ikut ke tempat tongkrongan gerombolannya dengan alasan bagi oleh-oleh, alhasil saking asiknya mengobrol pukul setengah dua belas malam Bulan baru sampai di rumahnya, itupun Bulan sudah menolak ajakan Farel untuk cari makan dulu.
"Hufh... Gue gak bisa tidur lagi, resek banget emang Farel." kesal Bulan berguling-guling di atas kasur.
"Gue harus ngapain?" Bulan duduk, menggaruk-garuk rambutnya.
Bulan bangkit dari kasur, menyibak tirai menyambut kilauan sang matahari.
"Lan-Lan itu Farel! Gak mau samperin?" ucap Salsa menunjuk Farel bersama gerombolannya yang hendak menuju kantin.Bulan menatap Farel yang juga menatapnya namun Farel dengan cepat memutuskan pandangan itu.Bulan mengehela nafas lemah. "Lo gak liat apa tatapan dia barusan."Semenjak pertengkaran antara Farel dan Virgo, sekitar dua minggu yang lalu, Farek tak pernah lagi berhubungan dengan Bulan. Tak menelfon, menjemputnya, ataupun menganggu Bulan, Farel benar-benar menjauhinya."Lo juga salah Lan! Farel ngejar lo udah dua tahun lebih. Terang-terangan ke lo, tapi lo gak pernah bales perasaan tu cowok." ucap Rinjani."Dan dengan gobloknya lo jalan berkali-kali sama cowok lain di depan mata Farel, ya gue tau lo itu playgirl suka tepe-tepe ke cowok lain. Tapi gak gini juga, lo keterlaluan! Setiap cowok yang deketin lo pasti endingnya kalian pacaran walaupun baru ketemu sehari aja lo mau. Tapi liat, giliran sama Farel, lo tutup mata!" imbuh Salsa.
"Tumben lo pagi-pagi udah dateng? Lo kesambet?" ucap Rinjani heran pagi-pagi Bulan sudah datang ke sekolah. "Dateng pagi salah, dateng siang salah. Mau lo gimana? Apa gak usah dateng-dateng lagi?" sahut Salsa. "Gue..." Bulan menjeda ucapannya "Gue mau coba bikin Farel balik lagi." "Lo serius Lan?" tanya Salsa menatap Bulan. "Lo udah ngebuka hati buat dia?" imbuh Rinjani. "Gue mau coba!" Salsa menghela nafas. "Jadi lo belum punya perasaan buat Farel?" "Bulan lagi nyoba Sal, semua butuh proses!" jawab Rinjani. "Lan, sikap gue gini sama lo gak ada maksud apa-apa. Gue cuma pengen lo bisa tegas sama perasaan lo. Ya mungkin sekarang ibaratnya lo sedang nyakitin orang lain, makanya gue gak mau lo sakit di masa depan. Terlepas dari itu semua gue selalu dukung keputusan lo," ucap Salsa merangkul Bulan. "Iya gue tau Sal, gu
"Farel?" panggil Bulan pada Farel kala mendapati cowok itu di parkiran bersama teman-temannya."Tumben Lan, jam segini udah dateng?" tanya Ranu."Iya, ada hati yang harus dikejar."Farel bangkit dari motornya dan berlalu pergi."Loh Farel kok main pergi aja sih?" teriak Bulan mengejar Farel."Selamat pagi," sapa Bulan bergelanjut manja di lengan kanan Farel."Jawab dong jangan dianggurin. Anggur mahal loh," cerocos Bulan namun tak ada reaksi dari Farel.Bulan menghela nafas. "Ternyata sandaran gue emang beneran patung, gak bisa diajak ngomong."Farel melepaskan lengan Bulan melangkah pergi."Farel lo mau ke mana sih?" tanya Bulan ngintilin cowok itu yang memasuki kantin dan duduk tepat di sebelahnya."BU SRIII NASI RAMESNYA DUA," teriak Bulan memesankan sarapan untuk Farel."Oke," jawab Bu
Brak...Ranu menendang kursi di sebelahnya. "Goblok! Gue kesel punya temen kayak lo!" ucap Ranu kesal pada Farel yang tak bergeming. "Gue bilang juga apa? Pergi juga kan Bulan, elo sih!" imbuh Mahesa. "Ya bagus deh, Farel bisa cari yang lain," balas Catur enteng. "Apa lo bilang? Ngotak dikit! Perasaan bukan main-main, kalau gak dapet ini bisa langsung cari yang lain. Ngentengi perasaan banget lo!" ucap Ranu berapi-api pada Catur. "Kalau perasaan bukan main-main, harusnya tuh cewek juga pakai otak. Ngerasa cantik banget emang sampe main-main doang," balas Catur sengit. "Gak perlu ngerasa sok cantik, Bulan emang asli cantik asal lo tau," sahut Mahesa ikutan kesal. "Gak usah khawatir Rel, kalau lo nyari tampang aja. Besok gue cariin yang jauh lebih cantik dari Bulan," ucap Catur, membuat Farel, Mahesa, dan Ranu menatap cowok itu garang.
"Liat itik lagi merana. Oy Bulan yang cantik mau ke mana?" ucap Virgo menaik turunkan alisnya."Cari lilin di Kenya. Ngapain nanya-nanya?""Ambil lilin pakai daun pepaya. Biar bisa gue jagain dari para buaya."Bulan terkekeh. "Gue mau ke kantin, kenapa sih?""Kok sendiri, temen lo mana?" Virgo clingak-clinguk mencari dua teman Bulan."Mereka udah duluan ke sana, lo mau ikut?" ajak Bulan ramah."Emang boleh? Ntar temen lo itu marah.""Siapa? Salsa? Udah tenang aja, kan gue yang ngajak lo.""Bukan Salsa. Ngapain? Gue gak peduli sama dia," ucap Virgo, memasukkan kedua tangannya di saku celana."Terus siapa?" tanya Bulan tak mengerti."Farel."Bulan berdecak. "Elo mah bikin gue jadi gak mood aja.""Ya bukan gitu maksut gue. Gue gak mau aja dia makin marah sama lo," balas Virgo
"Farel mau ke mana?" tanya Bulan sedikit berteriak kala melihat Farel yang berjalan di koridor sendirian, membuat Bulan buru-buru mensejajarkan langkahnya."Farel mau ke mana?" tanya Bulan lagi kala sudah berada di samping Farel.Farel tak menyahut.Bulan mendengus dibuatnya. "Masih aja diem, susah banget diajak ngomong!""Lo ngapain ngikutin gue?""Es batu nya belom mencair ya Rel? Masih dingin aja," ucap Bulan membuat Farel mempercepat langkahnya."Tuhkan main pergi gitu aja. Mau nya dikejar terus!" kesal Bulan, berlari mengejar Farel."Susah banget ngajak lo damai!" ucapan Bulan membuat Farel berhenti."Emang kita musuh?" tanya Farel menatap Bulan.Bulan melipat kedua tangannya di depan dada ikut menatap Farel. "Kalau dilihat dari sikap lo gitu. Tapi kalau dari mata lo, lo itu pengen damai sama gue. Sayangnya ego lo ter
"Loh! Non Bulan dari mana kok hujan-hujanan begini sih non? Ayo-ayo cepet masuk non!" ucap Bi Mut-assisten rumahnya dengan khawatir. Mengantar Bulan ke kamarnya."Bibi sudah siapin air panas buat non Bulan, buruan mandi ya non! Bibi ke bawah dulu bikinin teh buat non," kata Bi Mut yang diangguki oleh Bulan.Beberapa menit setelahnya, Bulan menemukan secangkir teh dengan mie kuah di atas meja belajarnya. Tanpa pikir panjang Bulan segera menghabiskan santapan nya.Tok ... Tok ... Tok ..."Non Bulan?" panggil Bi Mut.Bulan bergegas membuka pintu. "Kenapa Bi?""Itu non, di bawah ada yang nyariin!""Siapa Bi?"Bi Mut menggeleng. "Bibi juga gak tau non, cowok tapi bukan mas Farel, ini juga ganteng banget non!""Bibi mah! Inget Pak Kul lagi pulang kampung loh Bi, ntar Bulan kasih tau Pak Kul biar Bibi tau rasa!" ancam Bu
"Kayak nya kita udah lama nih gak nongkrong bareng?" ucap Salsa yang tengah memakai bedak. Saat ini mereka bertiga tengah bersantai di kantin."Ya gimana pada sibuk sendiri. Lo caper ke Laskar, Bulan ke Farel. Gue sendiri," sahut Rinjani."Maka nya cari cowok!" jawab Bulan."Diem lo. Urus aja noh kisah cinta lo yang belom kelar!" sungut Rinjani."Iya nih, sang penulis belum mau ngendingin!" cibir Bulan."Lagi muter otak pasti biar lulus meja editor," canda Salsa."Mending, daripada lo muter perasaan mulu!" ucap Rinjani."Apaan sih gue terus? Bulan nih!" jawab Salsa tak terima."Iya gue, puas? Jadi nongkrong gak nih?""Jadi dong, harus! Tapi ke mana?""Cafe?" usul Rinjani"Males Rin, bosen!" tolak Salsa."Club yuk?" ajak Bulan."Gak bisa gue!" jawab Salsa s
"Beneran gak ada?" tanya Salsa memastikan.Bulan menggeleng, seluruh isi tasnya sudah ia bongkar namun sragam olahraganya tidak ada sama sekali."Gimana dong?" lirih Bulan."Ya udah lo gak usah olahraga, ke uks aja alesan sakit," usul Rinjani.Bulan berdecak. "Gue gak mau ikut praktik susulan!""Apalagi kalau join kelas lain, big no!" imbuhnya."Terus lo gimana sekarang? Gak mungkin kan pakai sragam."Bulan duduk kembali ke kursinya dengan lesu."Coba cari di loker lo! Siapa tau ada cadangannya," usul Salsa, mengingat sekolah mereka selalu memiliki dua sragam, baik sragam umum, khas, dan olahraga.Bulan mengangguk, segera berlari meninggalkan kelasnya yang hampir sepi.Sesampainya di loker, Bulan langsung menggledah lokernya. Bulan mendengus, nihil, tak ada sragamnya sama sekali.Bulan men
Bulan baru saja mendudukkan diri di kursi teras rumahnya menunggu Bisma. Hari ini Bulan memakai crop putih lengan pendek dipadukan rok jeans hitam setengah paha serta hills 7 cm. Rambut lurusnya ia kucir sedikit di bagian belakang.Tin... Tin...Bulan menoleh, mendapati Bisma dengan motor ninja merah memasuki halamannya.Cowok itu terlihat menawan memakai denim hitam, kaos putih, juga celana jeans hitam yang bagian lututnya sobek.Bulan terus mengamati Bisma yang membuka helm. Cowok itu menyugar rambut undercutnya ke belakang, membuat Bulan menahan nafas melihatnya."Terpana ya?" tanya Bisma yang sudah sampai di depannya."Biasa aja," bohong Bulan.Bisma terkekeh, mengukung Bulan yang masih duduk di kursi kayu. Mensejajarkan wajahnya tepat di depan wajah Bulan, membuat Bulan dapat mencium bau mint yang menguar dari cowok itu."Jadi cewek gue
Dengan jaket kebesaran milik Bisma yang masih melekat erat di tubuhnya, Bulan berjalan menuju kantin sendirian. Salsa sedang ngapel Laskar, dan Rinjani tengah dihukum lantaran tidur dijam pelajaran Bu Cecil.Bulan mengambil ponsel, mengarahkan di depan wajahnya untuk mengaca membenarkan rambutnya.Dari kejauhan terlihat Farel yang berjalan berlawanan dengan dirinya tengah menuju ke arahnya.Dengan menghentakkan kaki, Bulan berbalik arah tak meneruskan langkah menuju kantin. Kontan Farel yang melihat itu, menyunggingkan bibir kirinya.Bulan terus berjalan tanpa memperdulikan Farel yang mengikuti dirinya. Matanya tak sengaja menemukan ruangan bertuliskan toilet wanita, dengan seringaiannya Bulan memasuki toilet itu.Bulan langsung mencuci tangan di depan kaca wastafel, dirinya yakin Farel tidak akan berani masuk ke sini."Hmm."Bulan yang awalnya menunduk, l
Clek...Bulan menutup pintu rumahnya, bersiap untuk berangkat ke sekolah."Lo udah siap?"Bulan berbalik, terpampang Farel yang berdiri tak jauh dari motor ninjanya."Lo ngapain di sini?" tanya Bulan datar.Cowok itu berjalan mendekat pada Bulan."Jemput lo!""Lo gak perlu repot gini, gue bisa berangkat sendiri!" jawab Bulan dingin.Farel terdiam, Bulan segera melangkah menuju garasi mobilnya."Kenapa lo jadi dingin gini?" Farel menahan lengan kanan Bulan.Bulan berbalik, melepaskan cekalan Farel."Kenapa? Lo gak suka?""Nggak!" tegas Farel.Bulan menghela nafas. "Mau gue bersikap gimana, itu bukan urusan lo!"Farel bercedak. "Apa kurang jelas, pernyataan gue tadi malem?""Apa lo gak ngerti sama jawaban yang gue kasih."
Bulan termenung di balkon kamarnya, kejadian tadi sore masih terngiang jelas. Rigel sudah resmi menjadi kekasihnya, tapi kenapa dirinya jadi gelisah begini.Menghela nafas berkali-kali, hanya itu yang dilakukan Bulan, hingga getaran ponsel di nakas membuatnya bangkit mengambil benda pipih itu.Tertera nama Rigel di sana, dengan mood seadanya, Bulan mengangkat telfon itu.'Lan, kangen!''Belum sehari udah kangen aja!''Namanya juga kasmaran, jalan yuk?''Ayo!''Otw, siap-siap gih!''Iya, hati-hati!'Rigel menutup telfon itu, membuat Bulan menghela nafas lagi.Berjalan menuju cermin di depannya, memandang lama wajah cantiknya. "Bulan is playgirl, comingsoon!"***"Lan, gue tau lo belum ada rasa sama gue. Tapi gue bakal berusaha buat bahagiain lo,"
"Ini serius gak ada yang ngajakin gue keluar?" ucap Bulan pada dirinya sendiri.Bulan mendengus, memilih membuka ponsel dan menelfon dua temannya.'Gue sibuk! Mau kencan sama Laskar, bye!'Bulan mendengus kesal, belom juga mengucapkan sepatah kata pun, Salsa sudah mengultimat dirinya.Beralih menelfon Rinjani, semoga cewek itu sedang free.'Ke mana lo?''Apa sih lo nelfon-nelfon gue, pasti ngajakin keluar kan? Sorry-sorry banget Lan, gue udah di boxing Mahesa. Next aja deh.''Kok kalian pada gitu sih!''Gue pikir lo udah ada janji sama pacar-pacar lo, ya udah sih diem aja di rumah, rebahan! Atau mau gue telfonin Farel buat ajak lo jalan.''Males. Gengsi dong!''Ck ... gue yang mintain deh ke Farel, atau Virgo aja?''Gak dua-duanya!'
"Gue denger-denger anak SMK Garuda bakal ke sini buat nonton futsal mereka," ucap salah seorang siswi yang tengah merumpi."Itu kan sekolahnya para casanova!" histeris "Gila-gila! Gue mau dandan yang cantik dulu pokoknya."Bulan menggeleng-gelengkan kepala, terkekeh mendengar rumpian para ciwi-ciwi itu.Saat ini Bulan tengah berada di koridor kelas sepuluh duduk di kursi dekat tangga pembatas kelas sebelas, seorang diri. Dua temannya sudah ngacir duluan ke tribun untuk menduduki kursi paling depan agar dapat cuci mata melihat para casanova dari SMK Garuda, sekolahnya Bisma.Bulan tak memperdulikan sekitar, cewek itu sibuk streaming menonton salah satu boygrub asal Korea Selatan yang sangat ia gandrungi. Bahkan jejeritan ciwi-ciwi di sekitarnya tak secuil pun tersentuh di telinga Bulan."Ada yang nyata di depan mata, kenapa harus halu sampai ke sana."Bulan mendongak, mata lucu t
"Sumpah ya gue tuh pengen ngakak banget tadi, Farel kenapa sih?" ucap Rinjani tertawa."Kesambet kali tu anak," ucap Bulan ngawur."Aneh banget. Gak kayak kemarin-kemarin sok jual mahal eh hari ini obral," celetuk Salsa."Percaya sama gue, tu anak kalau sadar pasti malu banget. Ini langsung heboh loh di sekolah kita," ucap Rinjani menggebu-gebu."Biarin aja. Gue sih nebaknya abis ini juga sifatnya balik dingin lagi ke Bulan.""Kok lo gitu sih Sal? Gak seneng lo Farel balik sama Bulan?" tanya Rinjani."Enggak. Gue kan udah punya kandidat buat Bulan," ucap Salsa dengan senyum misteriusnya."Siapa tuh?" tanya Bulan senang."Double B.""Double B? Siapa?" tanya Rinjani, penasaran."Bisma Bintang," jawab Salsa santai."Apa? Lo iklas Bulan sama Bisma? Jadi adek ipar lo?" ucap Rinjani ternganga.
Hari ini di sekolahnya sedang free pembelajaran lantaran sekolahnya ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan kompetisi olahraga futsal antar sekolah.Cewek bercardigan pink dengan rambut dikepang itu tengah berjalan sendirian menuju lapangan, Rembulan Aurora Ayodha.Tadi pagi dirinya bangun kesiangan, Bulan pikir dirinya terlambat namun saat sudah datang, pintu gerbang malah terbuka lebar."Bulan?"Bulan berbalik melihat siapa yang memanggilnya. "Rigel? Lo nonton juga!""Gak cuma nonton, gue juga main kali," ucap Rigel."Masa? Kok gak pakai jersey?""Ini mau ganti."Bulan melipat kedua tangan di depan dada. "Gue anter mau?"Rigel menaikkan satu alisnya. "Ke mana?""Toilet lah, lo mau ganti di mana? Lo kan juga gak tau toiletnya di mana.""Ngapain harus ke toilet, gue ganti depan l