"Kayak nya kita udah lama nih gak nongkrong bareng?" ucap Salsa yang tengah memakai bedak. Saat ini mereka bertiga tengah bersantai di kantin.
"Ya gimana pada sibuk sendiri. Lo caper ke Laskar, Bulan ke Farel. Gue sendiri," sahut Rinjani.
"Maka nya cari cowok!" jawab Bulan.
"Diem lo. Urus aja noh kisah cinta lo yang belom kelar!" sungut Rinjani.
"Iya nih, sang penulis belum mau ngendingin!" cibir Bulan.
"Lagi muter otak pasti biar lulus meja editor," canda Salsa.
"Mending, daripada lo muter perasaan mulu!" ucap Rinjani.
"Apaan sih gue terus? Bulan nih!" jawab Salsa tak terima.
"Iya gue, puas? Jadi nongkrong gak nih?"
"Jadi dong, harus! Tapi ke mana?"
"Cafe?" usul Rinjani
"Males Rin, bosen!" tolak Salsa.
"Club yuk?" ajak Bulan.
"Gak bisa gue!" jawab Salsa s
"Kenapa lo? Suntuk banget tuh muka," tanya Wisnu kala Farel baru saja datang ke warjok.Farel diam tak menjawab."Ya gimana gak suntuk, orang Bulan nya aja gak keliatan," ucap Ranu terkekeh."Malam ini keliatan mendung banget," celoteh Wisnu dengan wajah pura-pura melas, jelas tengah menyindir Farel."Mendung belum tentu hujan, deket pun belum tentu jadian!" timpal Mahesa, membuat Wisnu dan Ranu ngakak. Sedangkan Farel dan Catur diam saja."Tapi kalau gak cepet turun tangan, ntar di ambil orang duluan!" imbuh Ranu, tersenyum senang melihat wajah Farel semakin masam. Biarin aja! kalau gak di gituin gak buru jalan, gedek banget liatnya, Batin Ranu."Lo kok diem aja sih Rel, kenapa? Kangen sama Bulan ya?" goda Wisnu."Ngapain kangen, orang tadi dia belain Bulan waktu berantem sama Cika, mana dapet pelukan gratis lagi," ucap Mahesa."
"Jadi tadi malem lo dianter Farel pulang?" tanya Salsa mencomot kentang goreng nya. Mereka bertiga kini tengah berada di rumah Salsa.Bulan menangguk saja."Iya lah, gue telfon Virgo yang ngater malah Farel," saut Rinjani yang tengah selfie."Tapi Farel tau dari mana lo di sana? Lo ngasih tau dia?" tanya Salsa pada Bulan.Bulan menggeleng mengedikkan bahunya. Bulan dan Salsa menatap Rinjani curiga.Rinjani yang ditatap seperti itu mendengus kasar. "Gue gak ngasih tau Farel. Gue cuma bilang sama Mahesa kalau kita lagi di sana.""Sejak kapan lo deket sama Mahesa?" selidik Bulan."Ada hubungan apa lo berdua?" imbuh Salsa."Lah kita kan udah lama deket sama gerombolan Farel, gue juga gak ada hubungan apa-apa kok," jawab Rinjani sedikit gugup.Bulan dan Salsa menatap Rinjani dengan penuh selidik."Apaan sih lo
Hari ini di sekolahnya sedang free pembelajaran lantaran sekolahnya ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan kompetisi olahraga futsal antar sekolah.Cewek bercardigan pink dengan rambut dikepang itu tengah berjalan sendirian menuju lapangan, Rembulan Aurora Ayodha.Tadi pagi dirinya bangun kesiangan, Bulan pikir dirinya terlambat namun saat sudah datang, pintu gerbang malah terbuka lebar."Bulan?"Bulan berbalik melihat siapa yang memanggilnya. "Rigel? Lo nonton juga!""Gak cuma nonton, gue juga main kali," ucap Rigel."Masa? Kok gak pakai jersey?""Ini mau ganti."Bulan melipat kedua tangan di depan dada. "Gue anter mau?"Rigel menaikkan satu alisnya. "Ke mana?""Toilet lah, lo mau ganti di mana? Lo kan juga gak tau toiletnya di mana.""Ngapain harus ke toilet, gue ganti depan l
"Sumpah ya gue tuh pengen ngakak banget tadi, Farel kenapa sih?" ucap Rinjani tertawa."Kesambet kali tu anak," ucap Bulan ngawur."Aneh banget. Gak kayak kemarin-kemarin sok jual mahal eh hari ini obral," celetuk Salsa."Percaya sama gue, tu anak kalau sadar pasti malu banget. Ini langsung heboh loh di sekolah kita," ucap Rinjani menggebu-gebu."Biarin aja. Gue sih nebaknya abis ini juga sifatnya balik dingin lagi ke Bulan.""Kok lo gitu sih Sal? Gak seneng lo Farel balik sama Bulan?" tanya Rinjani."Enggak. Gue kan udah punya kandidat buat Bulan," ucap Salsa dengan senyum misteriusnya."Siapa tuh?" tanya Bulan senang."Double B.""Double B? Siapa?" tanya Rinjani, penasaran."Bisma Bintang," jawab Salsa santai."Apa? Lo iklas Bulan sama Bisma? Jadi adek ipar lo?" ucap Rinjani ternganga.
"Gue denger-denger anak SMK Garuda bakal ke sini buat nonton futsal mereka," ucap salah seorang siswi yang tengah merumpi."Itu kan sekolahnya para casanova!" histeris "Gila-gila! Gue mau dandan yang cantik dulu pokoknya."Bulan menggeleng-gelengkan kepala, terkekeh mendengar rumpian para ciwi-ciwi itu.Saat ini Bulan tengah berada di koridor kelas sepuluh duduk di kursi dekat tangga pembatas kelas sebelas, seorang diri. Dua temannya sudah ngacir duluan ke tribun untuk menduduki kursi paling depan agar dapat cuci mata melihat para casanova dari SMK Garuda, sekolahnya Bisma.Bulan tak memperdulikan sekitar, cewek itu sibuk streaming menonton salah satu boygrub asal Korea Selatan yang sangat ia gandrungi. Bahkan jejeritan ciwi-ciwi di sekitarnya tak secuil pun tersentuh di telinga Bulan."Ada yang nyata di depan mata, kenapa harus halu sampai ke sana."Bulan mendongak, mata lucu t
"Ini serius gak ada yang ngajakin gue keluar?" ucap Bulan pada dirinya sendiri.Bulan mendengus, memilih membuka ponsel dan menelfon dua temannya.'Gue sibuk! Mau kencan sama Laskar, bye!'Bulan mendengus kesal, belom juga mengucapkan sepatah kata pun, Salsa sudah mengultimat dirinya.Beralih menelfon Rinjani, semoga cewek itu sedang free.'Ke mana lo?''Apa sih lo nelfon-nelfon gue, pasti ngajakin keluar kan? Sorry-sorry banget Lan, gue udah di boxing Mahesa. Next aja deh.''Kok kalian pada gitu sih!''Gue pikir lo udah ada janji sama pacar-pacar lo, ya udah sih diem aja di rumah, rebahan! Atau mau gue telfonin Farel buat ajak lo jalan.''Males. Gengsi dong!''Ck ... gue yang mintain deh ke Farel, atau Virgo aja?''Gak dua-duanya!'
Bulan termenung di balkon kamarnya, kejadian tadi sore masih terngiang jelas. Rigel sudah resmi menjadi kekasihnya, tapi kenapa dirinya jadi gelisah begini.Menghela nafas berkali-kali, hanya itu yang dilakukan Bulan, hingga getaran ponsel di nakas membuatnya bangkit mengambil benda pipih itu.Tertera nama Rigel di sana, dengan mood seadanya, Bulan mengangkat telfon itu.'Lan, kangen!''Belum sehari udah kangen aja!''Namanya juga kasmaran, jalan yuk?''Ayo!''Otw, siap-siap gih!''Iya, hati-hati!'Rigel menutup telfon itu, membuat Bulan menghela nafas lagi.Berjalan menuju cermin di depannya, memandang lama wajah cantiknya. "Bulan is playgirl, comingsoon!"***"Lan, gue tau lo belum ada rasa sama gue. Tapi gue bakal berusaha buat bahagiain lo,"
Clek...Bulan menutup pintu rumahnya, bersiap untuk berangkat ke sekolah."Lo udah siap?"Bulan berbalik, terpampang Farel yang berdiri tak jauh dari motor ninjanya."Lo ngapain di sini?" tanya Bulan datar.Cowok itu berjalan mendekat pada Bulan."Jemput lo!""Lo gak perlu repot gini, gue bisa berangkat sendiri!" jawab Bulan dingin.Farel terdiam, Bulan segera melangkah menuju garasi mobilnya."Kenapa lo jadi dingin gini?" Farel menahan lengan kanan Bulan.Bulan berbalik, melepaskan cekalan Farel."Kenapa? Lo gak suka?""Nggak!" tegas Farel.Bulan menghela nafas. "Mau gue bersikap gimana, itu bukan urusan lo!"Farel bercedak. "Apa kurang jelas, pernyataan gue tadi malem?""Apa lo gak ngerti sama jawaban yang gue kasih."
"Beneran gak ada?" tanya Salsa memastikan.Bulan menggeleng, seluruh isi tasnya sudah ia bongkar namun sragam olahraganya tidak ada sama sekali."Gimana dong?" lirih Bulan."Ya udah lo gak usah olahraga, ke uks aja alesan sakit," usul Rinjani.Bulan berdecak. "Gue gak mau ikut praktik susulan!""Apalagi kalau join kelas lain, big no!" imbuhnya."Terus lo gimana sekarang? Gak mungkin kan pakai sragam."Bulan duduk kembali ke kursinya dengan lesu."Coba cari di loker lo! Siapa tau ada cadangannya," usul Salsa, mengingat sekolah mereka selalu memiliki dua sragam, baik sragam umum, khas, dan olahraga.Bulan mengangguk, segera berlari meninggalkan kelasnya yang hampir sepi.Sesampainya di loker, Bulan langsung menggledah lokernya. Bulan mendengus, nihil, tak ada sragamnya sama sekali.Bulan men
Bulan baru saja mendudukkan diri di kursi teras rumahnya menunggu Bisma. Hari ini Bulan memakai crop putih lengan pendek dipadukan rok jeans hitam setengah paha serta hills 7 cm. Rambut lurusnya ia kucir sedikit di bagian belakang.Tin... Tin...Bulan menoleh, mendapati Bisma dengan motor ninja merah memasuki halamannya.Cowok itu terlihat menawan memakai denim hitam, kaos putih, juga celana jeans hitam yang bagian lututnya sobek.Bulan terus mengamati Bisma yang membuka helm. Cowok itu menyugar rambut undercutnya ke belakang, membuat Bulan menahan nafas melihatnya."Terpana ya?" tanya Bisma yang sudah sampai di depannya."Biasa aja," bohong Bulan.Bisma terkekeh, mengukung Bulan yang masih duduk di kursi kayu. Mensejajarkan wajahnya tepat di depan wajah Bulan, membuat Bulan dapat mencium bau mint yang menguar dari cowok itu."Jadi cewek gue
Dengan jaket kebesaran milik Bisma yang masih melekat erat di tubuhnya, Bulan berjalan menuju kantin sendirian. Salsa sedang ngapel Laskar, dan Rinjani tengah dihukum lantaran tidur dijam pelajaran Bu Cecil.Bulan mengambil ponsel, mengarahkan di depan wajahnya untuk mengaca membenarkan rambutnya.Dari kejauhan terlihat Farel yang berjalan berlawanan dengan dirinya tengah menuju ke arahnya.Dengan menghentakkan kaki, Bulan berbalik arah tak meneruskan langkah menuju kantin. Kontan Farel yang melihat itu, menyunggingkan bibir kirinya.Bulan terus berjalan tanpa memperdulikan Farel yang mengikuti dirinya. Matanya tak sengaja menemukan ruangan bertuliskan toilet wanita, dengan seringaiannya Bulan memasuki toilet itu.Bulan langsung mencuci tangan di depan kaca wastafel, dirinya yakin Farel tidak akan berani masuk ke sini."Hmm."Bulan yang awalnya menunduk, l
Clek...Bulan menutup pintu rumahnya, bersiap untuk berangkat ke sekolah."Lo udah siap?"Bulan berbalik, terpampang Farel yang berdiri tak jauh dari motor ninjanya."Lo ngapain di sini?" tanya Bulan datar.Cowok itu berjalan mendekat pada Bulan."Jemput lo!""Lo gak perlu repot gini, gue bisa berangkat sendiri!" jawab Bulan dingin.Farel terdiam, Bulan segera melangkah menuju garasi mobilnya."Kenapa lo jadi dingin gini?" Farel menahan lengan kanan Bulan.Bulan berbalik, melepaskan cekalan Farel."Kenapa? Lo gak suka?""Nggak!" tegas Farel.Bulan menghela nafas. "Mau gue bersikap gimana, itu bukan urusan lo!"Farel bercedak. "Apa kurang jelas, pernyataan gue tadi malem?""Apa lo gak ngerti sama jawaban yang gue kasih."
Bulan termenung di balkon kamarnya, kejadian tadi sore masih terngiang jelas. Rigel sudah resmi menjadi kekasihnya, tapi kenapa dirinya jadi gelisah begini.Menghela nafas berkali-kali, hanya itu yang dilakukan Bulan, hingga getaran ponsel di nakas membuatnya bangkit mengambil benda pipih itu.Tertera nama Rigel di sana, dengan mood seadanya, Bulan mengangkat telfon itu.'Lan, kangen!''Belum sehari udah kangen aja!''Namanya juga kasmaran, jalan yuk?''Ayo!''Otw, siap-siap gih!''Iya, hati-hati!'Rigel menutup telfon itu, membuat Bulan menghela nafas lagi.Berjalan menuju cermin di depannya, memandang lama wajah cantiknya. "Bulan is playgirl, comingsoon!"***"Lan, gue tau lo belum ada rasa sama gue. Tapi gue bakal berusaha buat bahagiain lo,"
"Ini serius gak ada yang ngajakin gue keluar?" ucap Bulan pada dirinya sendiri.Bulan mendengus, memilih membuka ponsel dan menelfon dua temannya.'Gue sibuk! Mau kencan sama Laskar, bye!'Bulan mendengus kesal, belom juga mengucapkan sepatah kata pun, Salsa sudah mengultimat dirinya.Beralih menelfon Rinjani, semoga cewek itu sedang free.'Ke mana lo?''Apa sih lo nelfon-nelfon gue, pasti ngajakin keluar kan? Sorry-sorry banget Lan, gue udah di boxing Mahesa. Next aja deh.''Kok kalian pada gitu sih!''Gue pikir lo udah ada janji sama pacar-pacar lo, ya udah sih diem aja di rumah, rebahan! Atau mau gue telfonin Farel buat ajak lo jalan.''Males. Gengsi dong!''Ck ... gue yang mintain deh ke Farel, atau Virgo aja?''Gak dua-duanya!'
"Gue denger-denger anak SMK Garuda bakal ke sini buat nonton futsal mereka," ucap salah seorang siswi yang tengah merumpi."Itu kan sekolahnya para casanova!" histeris "Gila-gila! Gue mau dandan yang cantik dulu pokoknya."Bulan menggeleng-gelengkan kepala, terkekeh mendengar rumpian para ciwi-ciwi itu.Saat ini Bulan tengah berada di koridor kelas sepuluh duduk di kursi dekat tangga pembatas kelas sebelas, seorang diri. Dua temannya sudah ngacir duluan ke tribun untuk menduduki kursi paling depan agar dapat cuci mata melihat para casanova dari SMK Garuda, sekolahnya Bisma.Bulan tak memperdulikan sekitar, cewek itu sibuk streaming menonton salah satu boygrub asal Korea Selatan yang sangat ia gandrungi. Bahkan jejeritan ciwi-ciwi di sekitarnya tak secuil pun tersentuh di telinga Bulan."Ada yang nyata di depan mata, kenapa harus halu sampai ke sana."Bulan mendongak, mata lucu t
"Sumpah ya gue tuh pengen ngakak banget tadi, Farel kenapa sih?" ucap Rinjani tertawa."Kesambet kali tu anak," ucap Bulan ngawur."Aneh banget. Gak kayak kemarin-kemarin sok jual mahal eh hari ini obral," celetuk Salsa."Percaya sama gue, tu anak kalau sadar pasti malu banget. Ini langsung heboh loh di sekolah kita," ucap Rinjani menggebu-gebu."Biarin aja. Gue sih nebaknya abis ini juga sifatnya balik dingin lagi ke Bulan.""Kok lo gitu sih Sal? Gak seneng lo Farel balik sama Bulan?" tanya Rinjani."Enggak. Gue kan udah punya kandidat buat Bulan," ucap Salsa dengan senyum misteriusnya."Siapa tuh?" tanya Bulan senang."Double B.""Double B? Siapa?" tanya Rinjani, penasaran."Bisma Bintang," jawab Salsa santai."Apa? Lo iklas Bulan sama Bisma? Jadi adek ipar lo?" ucap Rinjani ternganga.
Hari ini di sekolahnya sedang free pembelajaran lantaran sekolahnya ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan kompetisi olahraga futsal antar sekolah.Cewek bercardigan pink dengan rambut dikepang itu tengah berjalan sendirian menuju lapangan, Rembulan Aurora Ayodha.Tadi pagi dirinya bangun kesiangan, Bulan pikir dirinya terlambat namun saat sudah datang, pintu gerbang malah terbuka lebar."Bulan?"Bulan berbalik melihat siapa yang memanggilnya. "Rigel? Lo nonton juga!""Gak cuma nonton, gue juga main kali," ucap Rigel."Masa? Kok gak pakai jersey?""Ini mau ganti."Bulan melipat kedua tangan di depan dada. "Gue anter mau?"Rigel menaikkan satu alisnya. "Ke mana?""Toilet lah, lo mau ganti di mana? Lo kan juga gak tau toiletnya di mana.""Ngapain harus ke toilet, gue ganti depan l