Share

Bab 3

Sore itu, baru saja aku terbangun dari tidur siang ketika ponselku memberi notifikasi bahwa Yulia sedang live streaming lagi. Saat aku baru saja hendak menontonnya, terdengar ketukan di pintu. Aku buru-buru menutup siaran langsungnya dan Yulia masuk sambil membawa sebuah gaun.

"Nyonya, ini pakaian untuk pesta besok. Kalau nggak ada masalah, aku akan menyetrikanya," katanya.

Aku melirik gaun itu dan langsung merengut, "Ganti. Aku mau pakai batik."

Besok adalah acara lelang batik dan memang diwajibkan untuk mengenakan batik. Aku sudah menyampaikan hal ini kepada Yulia sejak lama.

Alasannya tetap membawakan gaun ini mungkin karena ada beberapa orang mulai meragukan narasinya tentang aku di siaran langsung tadi. Jadi, dia ingin menguatkan citranya lagi sebagai "pahlawan" dan aku sebagai istri yang lemah.

Seperti yang kuduga, setelah mendengar jawabanku, Yulia mencoba membujukku, "Nyonya, aku tahu Tuan suka melihat Nyonya memakai batik, tapi bukankah Nyonya sendiri lebih suka gaun? Sebagai wanita, kita seharusnya mendahulukan kenyamanan diri sendiri, baru kemudian menyenangkan orang lain."

"Ganti. Jangan sampai aku harus mengatakannya tiga kali," kataku tegas, lalu menutup pintu.

Setelah itu, aku kembali membuka ponsel dan melihat Yulia tersenyum di siaran langsungnya.

"Tenang saja, teman-teman. Jolin mungkin lagi capek akhir-akhir ini dan merasa lebih nyaman kalau bergantung sama pria. Jangan khawatir, aku yakin aku bisa mendidiknya dengan baik."

"Sekarang aku akan mencarikan gaun untuknya. Beri dia sedikit waktu. Aku nggak bisa memperlihatkan ruang ganti karena harus menjaga privasinya."

Komentar-komentar langsung berhamburan di layar, sebagian besar penuh dengan caci maki terhadapku.

[ Pakai batik demi menyenangkan pria, bukannya itu namanya istri manja? ]

[ Mana orang-orang yang tadi pagi bela Jolin. Lihat tuh, nyonya kalian mulai menjilat pria lagi. ]

[ Aku benar-benar nggak ngerti. Dengan kekayaan sebanyak itu, seharusnya dia bisa bersinar sendiri, kenapa harus bergantung sama laki-laki? ]

[ Yulia benar-benar wanita hebat. Dari pembantu rumah tangga, dia bekerja keras sampai jadi influencer besar tanpa pernah merasa rendah diri dan nggak bergantung sama pria. Bahkan, dia mau menarik nyonyanya keluar dari bayang-bayang pria. Kenapa ada orang sebaik ini? ]

Melihat komentar itu, Yulia sudah tiba di dalam ruang ganti pakaianku. Dia tersenyum tipis dan berkata, "Teman-teman, jangan terlalu keras sama Jolin. Nggak semua orang bisa berpikiran jernih."

"Menurutku, bergantung pada pria atau berusaha menyenangkan mereka jauh lebih nggak berarti daripada menyenangkan diri sendiri. Lagian, cuma diri kita yang bisa menciptakan kekayaan untuk diri sendiri."

Setelah menyelesaikan kalimat itu, Yulia menutup siaran langsungnya.

Aku segera membuka rekaman kamera pengawas di ruang ganti. Tampak jelas bagaimana Yulia menyentuh, memandangi, dan bahkan mencoba beberapa perhiasanku. Setelah itu, dia memasukkan beberapa kalung langsung ke dalam sakunya.

Aku hanya bisa tersenyum sinis. Memang benar, menciptakan kekayaan untuk dirinya sendiri ....

Malamnya, Edward pulang. Saat melihatnya, hatiku terasa sesak. Tanpa berpikir panjang, aku langsung berlari ke arahnya dan memeluknya erat.

"Sayang, kamu sudah pulang."

Edward terlihat kaget dengan pelukanku yang mendadak itu. Tangannya menggantung di udara karena bingung apakah harus memelukku balik atau tidak. Setelah pelukan itu, kami duduk bersama untuk makan malam. Aku mulai menyuapinya sambil terus menatapnya dengan intens.

Setelah beberapa suapan, Edward tampak gugup dan tidak berani makan lagi. Akhirnya, dia langsung bertanya dengan nada serius, "Jolin, langsung saja. Apa aku harus tanda tangan surat cerai malam ini?"

Pernikahan kami adalah hasil perjodohan. Keluargaku jauh lebih berada dibandingkan keluarganya, jadi bisa dibilang dia menikahiku untuk memperbaiki status sosialnya. Saat kami menikah, keluarga kami membuat perjanjian. Siapa pun yang meminta cerai, Edward harus pergi dengan tangan kosong.

Awalnya, hubungan kami cukup baik. Namun setelah Yulia datang dan mulai mencuci otakku, pikiranku hanya dipenuhi keinginan untuk bercerai dan membangun karier sendiri. Aku mulai bersikap dingin pada Edward, bahkan setiap hari mencetak surat cerai.

Ketika aku akhirnya diracuni oleh seseorang, Edward panik dan nyaris kehilangan akal. Saat itulah aku sadar betapa besarnya kesalahanku selama ini.

Di saat-saat terakhir sebelum kematianku, Edward berbisik di telingaku dan bersumpah dengan penuh kesedihan, "Jolin, aku pasti akan membalaskan dendammu."

Di kehidupan yang kedua ini, aku bertekad untuk memperlakukan Edward dengan baik. Aku tersenyum dan berkata, "Sayang, kamu bicara apa sih? Aku nggak akan pernah cerai sama kamu. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu."

Namun, Edward masih tampak ragu. Dia tidak sepenuhnya percaya dengan ucapanku. Akhirnya aku kembali bersikap seperti dulu, seperti sebelum Yulia hadir dalam hidup kami. Mendengar nadaku yang tak asing, matanya tiba-tiba memerah.

Dia berkata dengan suara penuh kelegaan, " Jolin ... akhirnya kamu nggak merasa aku memanipulasimu lagi."

Setelah makan malam, Edward pergi ke ruang kerjanya untuk menghadiri rapat internasional. Sementara itu, aku berbaring di tempat tidur. Baru saja membuka ponsel, kemarahanku langsung meluap.

Ternyata Yulia mengunggah video momen mesraku dengan Edward tadi, meski dia sengaja tidak menampilkan wajah Edward. Komentar di bawah video itu penuh hinaan.

[ Aku mau muntah. Perempuan ini nggak bisa hidup tanpa pria, ya? ]

[ Percuma Yulia sudah bicara banyak sama dia. ]

[ Kesal banget! Jolin, mati saja! Kamu pecinta pria yang memalukan. ]

Aku tidak tahan dan langsung membalas dua komentar dengan akun keduaku. Namun, mereka malah berbalik mengejarku dengan makian.

Tidak kuat menahan amarah, aku memutuskan menutup aplikasi dan mencoba untuk tidur. Namun sebelum mematikan ponsel, entah mengapa aku tergoda untuk memeriksa kamera pengawas.

Begitu membuka kamera ruang kerja, aku hampir saja melempar ponselku. Yulia sedang membawa teh ke dalam ruang kerja Edward dengan pakaian terbuka.

"Tuan, aku buatkan teh untuk Tuan. Minumlah sedikit," katanya dengan nada lembut.

Edward mengernyit dan memintanya untuk keluar dengan dingin.

Namun, Yulia malah menambahkan dengan suara yang menjijikkan, "Tuan kerja sampai larut malam setiap hari, tapi Nyonya sama sekali nggak peduli. Yulia selalu yang paling memikirkan Tuan, 'kan?"

Kata-katanya membuatku merasa muak. Aku hampir saja berlari ke sana, tapi kemudian aku berpikir sejenak. Setelah itu, aku membuka aplikasi video, lalu mengatur ponsel ke mode rekam dan memulai siaran langsung.

Aku menamainya "Sosok Asli Sang Pahlawan Wanita, Yulia".

Melihat jumlah penonton yang semakin bertambah di ruang siaranku, aku tersenyum tipis. Yulia sangat menyukai siaran langsung, bukan? Melihat begitu banyak penggemar di sini, dia pasti akan merasa sangat bahagia.
Komen (1)
goodnovel comment avatar
DAY Helder0102
lanjut kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status