Bab 10 air mata
Pada hari ke 4 sebelum peristiwa penyelamatan aku terbangun dari tidur nyenyak. Dan melihat sudah pukul 6 pagi. Aku melakukan aktifitas seperti biasa melakukan tugas rumah yang sudah menjadi bagian ku. Hingga sesudah sarapan pagi pukul 7 lewat sedikit. Aku kembali ke kamarku dan tiba tiba aku teringat akan satu hal.
Hari berlanjut tak juga si gadis malang menampakkan dirinya dalam bentuk apapun. Dia tidak datang dalam mimpi ataupun secara tiba-tiba di saat aku memikirkan dia.
Aku mengatakan hal ini kepada Jack dan juga paman Paull.
Dalam sebuah pesan singkat melalui telepon seluler aku mengatakan kepada paman, "paman bagaimana ini. Gadis malang itu tidak juga menampakkan diri dan juga memberitahukan aku akan petunjuk yang terakhir itu"
Akan tetapi paman belum membalasnya. Aku yang merasa dibohongi kemudian bergegas ke kamar Jack.
Tok,tok,tok.. suara pintu kamarnya ku ketuk beberapa kali.
"Jack, Jack kau di dalam?"
"Ya masuk saja"
Ku dapati dia sedang bermain game dengan asyiknya sambil menyantap cemilan.
"Ayolah ini masih siang dan belum saatnya kau makan cemilan ini!"
"Tidak masalah bukan aku sudah lapar, jika kau menginginkan nya ambil saja"
"Oh, yang benar saja. Aku ke sini untuk mengatakan sesuatu!" Sambil aku mencicipi cemilan itu.
"Ups, dimakan juga hehe." Ledek Jack padaku.
"Oh, benarkah kau tidak ingin mendengar kan apa yang ingin ku sampaikan?"
"Ya, ya, ya katakan saja. Jangan habiskan cemilannya!" Dia meledekku karena ketagihan dengan cemilan itu.
"Baiklah, aku ingin mengatakan gadis malang yang meminta bantuan kepada ku tidak datang lagi kedalam mimpi ku. Apakah ini tidak benar dia meminta bantuan kepada ku?"
"Mungkin saja rohnya di tahan oleh mahkluk yang ada di tubuh ayahnya"
"Apakah benar begitu? Terus mengapa saat itu dia masih bisa berkomunikasi dengan aku? Seharusnya dia sudah menyegelnya lebih awal bukan?"
"Bisa jadi dia bersembunyi agar tidak di ketahui oleh roh jahat itu"
"Seperti film saja"
"Kita tidak tahu apa yang terjadi."
"Jika memang benar begitu, bagaimana dia nanti memberikan kita informasi?"
"Sudahlah, jangan terlalu di pikirkan. Mungkin dia saat ini mencoba untuk meloloskan diri dari roh jahat itu."
"Kau benar juga. Sepertinya aku harus menunggu."
Kemudian pembicaraan pun di alihkan dengan sejarah yang di ceritakan ayah dan ibu kemarin.
"Jack, menurutmu benarkah keluarga Morgan itu ada?"
"Ya, aku pernah mendengarnya."
"Benarkah?"
"Tapi ini dari cerita teman ku. Dia bilang setiap keluarga Morgan itu memiliki kemampuan sihir atau semacamnya. Dan juga mereka bersifat arogan dan ingin enak sendiri"
"Siapa nama temanmu?"
"Willi, tapi tampaknya dia hanya bercanda"
"Benarkah, apakah tidak ada lagi yang lain mengenai kisah keluarga Morgan?"
"Ada, tapi ini dari kisah orang di sekolahku. Katanya keluarga Morgan saat ini memiliki seorang putri cantik yang memiliki kekuatan Supranatural dalam dirinya. Oleh karena itu dia di kurung dan tidak bisa keluar dari rumah meskipun hanya sebentar saja. Sampai sekarang putri mereka itu hanya bisa berjumpa dengan sesama keluarga mereka saja. Itupun hanya perempuan saja. Karena mereka takut putri cantik mereka jatuh cinta kepada orang yang salah."
"Sungguh malang nasib gadis itu"
"Sungguh apa kau se kasihan itu? Kau bahkan tidak tau kebenaran nya"
"Meskipun seperti itu, baik belum ada kebenaran dari kisah itu. Semua orang pasti iba dan kasihan."
"Ayolah Andrew, hatimu terlalu baik. Kau bahkan sangat baik"
"Itu bukan masalah, sebagai seorang Abang bagimu aku harus memiliki sifat yang baik untuk kau contoh"
"Oh, ayolah. Baru saja aku mengatakan kau baik, kau sudah memakan banyak sekali camilanku!"
"Hahaha, maaf" aku pergi meninggalkan dia sambil mencomot satu demi satu camilannya.
"Oh, come on" dia tampak melototi ku karena kesal makannya tinggal sedikit.
"Nanti akan ku ganti,hehehe"
"Sudah pergilah, aku ingin menghabiskan waktu memainkan game ku."
Setelah pupus dari kamar Jack aku melihat ayah sedang duduk di kursi ruang tengah sambil memakan cemilan.
"Ayah, sedang sibuk?"
"Tidak, apa kau melihat ayah mu ini sibuk?"
"Hehehe tidak ayah"
"Kemari lah! Apa yang ingin kau sampaikan?"
"Begini ayah, saat ini aku sudah lulus dari sekolah. Sebentar lagi aka ada ujian untuk masuk ke universitas. Padahal aku tidak tertarik untuk kuliah. Apakah aku bisa bekerja dan membantu ayah saja menggantikan ibu!?"
"Ayah menyarankan engkau untuk memilih apa yang ingin kau anggap itu baik. Jika kau benar-benar tidak ingin kuliah. Atay kau ingin membantu ayah saja. Itu tidak masalah. Hanya saja pikirkan juga masa depan mu."
"Aku akan memikirkannya ayah, tetapi ada baiknya aku menunggu Jack saja. Biarlah nanti kami berdua masuk sekaligus. Saat ini ijinkan aku untuk bekerja bersama ayah."
"Jika itu mau mu, kita akan bicarakan dengan ibu"
"Baik ayah terimakasih" kemudian aku yang berada dekat di sampingnya memeluknya dengan erat dan berucap, "ayah terimakasih sudah mau menyayangi aku dan Jack meskipun kami dulu menganggap ayah sangat tegas, ternyata ayah sangat baik."
Seketika ayah tampak terharu akan hal itu. Sudah sekian lama sejak aku masih kecil berumur 6 tahun Itulah terakhir kalinya aku memeluk dan di peluk olehnya. Alasannya karena dia tidak ingin aku dan Jack di manja lagi. Hingga saat ini. Perasaan seorang ayah yang dulu selalu memelukku dan juga Jack saat masih belum berumur 6 tahun akhirnya merasa lega. Sebab aku dengan tiba-tiba memeluknya sambil mengatakan terimaksih.
Dia dengan respon sebagai seorang ayah yang sudah lama tidak di peluk dan memeluk anaknya dengan sigap dia memeluk diriku kembali dan mengatakan sepatah kata.
"Terimakasih, ayah bangga kepada kalian. Walaupun ayah begitu keras dulu mendidik kalian tapi kalian tetap sayang kepada ayah"
Aku merasa sepertinya ayah meneteskan air matanya di bajuku. Tapi segan rasanya aku menanyakan kenapa dia menangis.
Ibu yang tadi, berada di dapur tak sengaja melihat kami berdua berpelukan seperti melepas rindu. Ibu yang ingin mengambil daun selada di pot depan rumah ikut terharu.
"Oh, kalian berdua seperti tidak berjumpa sudah sekian lama"
"Ibu, sudah disini" dengan segera ayah melepaskan pelukannya dia sepertinya malu di lihat oleh ibu sedang meneteskan air mata di depan anak lelakinya.
Kemudian dia berdiri dan menjumpai ibu.
"Ibu mau kemana?"
"Tidak, ibu hanya ingin mengambil dau selada"
"Ya sudah biar ayah saja yang mengambilkannya. Ibu kembali saja ke dapur."
Dengan segera ayah pergi mengambilkan daun selada dan memberikan kepada ibu di dapur.
Ayah yang saat itu seperti masih di bawah perasaan emosional nya, dia melemparkan senyuman ke arah ku dan pergi memberikan selada itu kepada ibu.
Dengan sengaja aku membuntuti ayah dari belakang. Sesampainya disana. Mereka berdua berbincang.
"Bu, ibu tahu tidak. Andrew baru saja memelukku sudah sekian lama"
"Bagaimana perasaanmu? Apakah dia tampak seperti dulu lagi?"
"Aku merasakan, betapa cepatnya mereka tumbuh se dewasa ini. Tidak terasa dia sudah 18 tahun dan adiknya 16 tahun. Kita sebagai orang tua mereka juga sudah tua."
"Ayah, semua pasti akan menjadi dewasa dan terlebih lagi kita juga pasti akan mati. Kenapa ayah begitu lembut sekali hari ini? Tidak seperti biasanya tegar bahkan meneteskan air mata saja tidak pernah"
"Aku merasakan bahagia yang sangat luar biasa Bu, karena akhirnya bisa di peluk lagi oleh anak sendiri yang kini sudah besar dan sebentar lagi akan dewasa dan meninggalkan kita berdua."
"Dari dulu apakah ibu juga selalu takut merasa kehilangan mereka, tapi sekarang ayah sudah tahu bagaimana rasanya kan?"
"Iya Bu, rasanya aku tidak ingin memberikan kesan yang kurang kepada mereka. Jika boleh aku akan menghabiskan waktu lebih lama lagi kepada mereka berdua dan tidak akan se keras dulu lagi saat mendidik mereka."
Aku yang berdiri dan menyaksikan perbincangan mereka terharu. Dengan segera aku berlari dan memeluk mereka berdua.
"Ayah, ibu. Terimakasih sudah sayang kepada kami berdua. Andrew janji tidak akan mengecewakan kalian berdua"
Mereka pun menyambut pelukan itu dan merasa kaget, kalau aku mengamati perbincangan mereka.
Hingga akhirnya air mata dan juga tangis pecah. Seperti sedang bertemu dengan orang yang sudah lama hilang saja.
Bab 11 jangan patah semangat!Hari berganti begitu cepatnya. Sudah ketiga harinya gadis malang itu tak juga menunjukkan batang hidungnya.baik dalam mimpi atau apapun.Aku mulai merasa dibohongi oleh gadis itu. Aku merasa sepertinya sia-sia sudah mempelajari kitab itu dengan sungguh sungguh.Aku yang terbangun dari tidur, langsung teringat kepada gadis malang itu. Mengapa dia tak menampakkan dirinya. Apakah yang dikatakan Jack benar adanya? Tapi mengapa mesti harus seperti ini jadinya. Aku sepertinya kepikiran dengan hal ini karena perasaan ku yang sangat lemah lembut dan juga perhatian dengan orang lain meskipun itu tidak ku kenal pasti aku akan ku tolong bagaimana pun caranya. Mungkin sifat ini lah yang membuatku merasa kasihan kepada gadis malang itu. Terutama jika menyangkut mengenai masalah nyawa yang dipertaruhkan.Kegusaran seperti orang ber dilema membuat hari-hari ku menjadi kurang semang
Jam sudah menunjukkan pukul 16.22 waktu setempat. Aku teringat dengan kata ayah yang mengatakan dia akan kembali ke kantor untuk menemui seseorang lagi dan akan mengajak ku turut serta menemaninya."Andrew, kau sudah siap? Tanya ayah dari balik pintu kamar."Sudah ayah, Andrew sudah siap""Kalau begitu mari kita bergegas tampaknya ini akan sedikit mendung""Baik ayah"Kami berdua bergegas menuju mobil kantor yang di pakai ayah setiap hari dia pergi ke kantornya. Di barengi dengan berpamitan kepada ibu dan Jack mobil pun melaju dan luput dari pandangan mereka berdua."Ayah sebenarnya ada urusan apa ayah ke kantor lagi? Sudaha sore begini dan sebentar lagi akan turun hujan!""Ayah tiba-tiba ada klien yang ingin memasang saham di perusahaan kantor ayah bekerja.""Lantas apa yang akan ku lakukan di sana ayah?"
Bab 13 Tidak sabar menunggu waktu, mantra berhasil.Setiap menyusuri sudut ruangan aroma yang sama seperti gadis malang itu seperti tersebar dimana-mana. "Aroma ini sepertinya ada dimana-mana, jangan-jangan ada sosok roh penasaran di sini. Apa mungkin ini gadis malang itu?" Ya sudahlah itu tidak penting aku ingin bekerja dengan tenang di sini!""Bagaimana, nak Andrew mau kan tugas di tempat ini!?" Tanya om Frans kepadaku."Siap, om Andrew siap tugas di sini. Oh iya om Andrew bisa masuk ruangan itu nanti mau lihat kondisi ruangan dalamnya. Sepertinya saya tertarik masuk kedalam!?""Silahkan saja nak Andrew sebentar lagi mereka akan keluar dari ruangan itu""Oke om kalau begitu Andrew ke toiletnya dulu mau buang air kecil""Oh silahkan, om tunggu di depan sana ya" sambil menunjuk ke arah posko penjagaan di lantai tiga belas itu."Baik om" aku pergi dan m
Bab 13 Tidak sabar menunggu waktu, mantra berhasil.Setiap menyusuri sudut ruangan aroma yang sama seperti gadis malang itu seperti tersebar dimana-mana. "Aroma ini sepertinya ada dimana-mana, jangan-jangan ada sosok roh penasaran di sini. Apa mungkin ini gadis malang itu?" Ya sudahlah itu tidak penting aku ingin bekerja dengan tenang di sini!""Bagaimana, nak Andrew mau kan tugas di tempat ini!?" Tanya om Frans kepadaku."Siap, om Andrew siap tugas di sini. Oh iya om Andrew bisa masuk ruangan itu nanti mau lihat kondisi ruangan dalamnya. Sepertinya saya tertarik masuk kedalam!?""Silahkan saja nak Andrew sebentar lagi mereka akan keluar dari ruangan itu""Oke om kalau begitu Andrew ke toiletnya dulu mau buang air kecil""Oh silahkan, om tunggu di depan sana ya" sambil menunjuk ke arah posko penjagaan di lantai tiga belas itu."Baik om" aku pergi dan m
Bab . AkhirnyaFajar sudah menyingsing dari ufuk timur, cahaya nan indah menyinari dunia. Kicauan burung dan hembusan angin pagi sangat menyejukkan. Hari ini akan menjadi hari yang sangat panjang bagi ku untuk melakukan aktivitas bekerja di kantor ayah sebagai staf keamanan kantor. Meskipun ini akan menjadi hari pertama bagi ku ini akan sangat menyenangkan. Aku berharap dapat memberikan kesan yang baik di awal perkejaan ku. Tidak terasa akhirnya aku sudah ada di depan dunia kerja. Meskipun begitu ini bukan lah tantangan yang sesungguhnya bagiku. Aku masih mempunyai misi yang lain, yaitu menolong ayah gadis malang itu dari maut yang akan menjemput dirinya.Aku akan memulai hari yang sangat penuh dengan perjuangan. Tak lupa aku membawa kitab itu bersama ku, karena aku berharap saat nanti ada waktu senggang akan bisa membaca dan memperkuat ingatan ku untuk menghafal mantra yang ku butuhkan. Barang kali ada lagi arwah penasaran yang
Staff keamanan baru heheheHari mulai membenamkan cahaya mentari nya. Sinar mentari mulai terbenam di ufuk barat. Tubuh ini terasa sudah lelah bekerja seharian di kantor yang begitu sangat sangat luas. Sedikit mengenai apa yang kulakukan saat berada di kantor. Saat seorang perempuan datang dan menemui kami di pos penjagaan Dia meminta untuk membenarkan atau memperbaiki kran air yang macet entah karena hal apa. Kemudian Tommy datang dan membantu perempuan yang meminta tolong itu karena air di dalam toilet tidak ada akibatnya para karyawan kantor pergi ke lantai bawah untuk buang air kecil ataupun air besar."Andrew, biar biar aku saja yang membereskan pekerjaan ini jika nanti ada kendala yang kuhadapi yang kualami saat membereskan keran airnya bisakah kau datang aku akan memberitahumu melalui walkie-talky. ""Baiklah kalau begitu, kabari saja aku jika kamu membutuhkan aku akan segera data
paman datangPagi hari sudah menyingsing sinar mentari sudah bersinar terang.Jeng-- jeng hari ini adalah hari penyelamatan. Sungguh tak tertahankan lagi. Bagaimana rasanya bisa menyelamatkan seseorang dalam bahaya yang melanda dirinya. Di malam sebelumnya gadis itu datang namun hanya sebentar karena ayah tiba-tiba datang sehingga gadis itu pergi seketika dari sisi ku.Dan pada malam tadi dia kembali datang memberitahu ruangan yang akan di pakai oleh ayah tirinya untuk memberikan persembahan. Dia juga mengingatkan kan kembali untuk membawa semua benda yang di butuhkan nantinya. Sungguh ini akan menjadi malam penyelamatan yang sangat bersejarah. Aku akan menjadi seseorang yang memiliki kemampuan Indra ke enam lebih tepatnya power of magic.Sekarang yang terpenting adalah bagaimana aku bisa menjalankan rencana sesuai dengan apa yang telah kamu susun sebelumnya. Sebelumnya rencana yang kami susun tersebut
Waw rencana yang epikSore hari mulai melanda dunia, cahaya mentari sudah mulai sedikit demi sedikit mengurangi sinar dan teriknya. Aku, ibu dan juga paman Paul berada di ruang tamu. Kami bertiga bercanda gurau. Sekaligus reunian antara Kaka dan adik. Kami berbicara dan menceritakan kejadian masa kecil masing-masing, termasuk paman yang menceritakan kisah masa kecilnya bersama ibuku kala itu. Aku sangat menikmati candaan mereka berdua. Mereka berdua sangat kompak, namun "mengapa mereka jarang bertemu?" Pikirku dalam hati.Akhirnya paman menyinggung sedikit mengenai penyelamatan mengenai ayah tiri roh gadis malang itu. Suasana sedikit berubah, suasana jadi terdiam sejenak."Oh iya Andrew, Paman teringat akan perkataan mu mengenai rencana yang kita butuhkan untuk menyelamatkan Ayah gadis malang itu. Bagaimana dengan benda-benda yang kau butuhkan? Apa sudah lengkap semuanya?" Tanya paman.Kami terdiam sejenak dan akhirnya ak
Paman Paul ikut membantu melepaskan Jack dari penculikan.Mereka berenam mulai menyusun rencana bagaimana agar bisa meloloskan Jack dari tahanan para penculik sialan itu.Mereka memikirkan bagaimana caranya agar tidak memberikan kitab itu kepada para penjahat tersebut. Karena Andrew mengingat apa yang dikatakan oleh pamannya Paul agar dia menjaga kitab tersebut dengan hati-hati dan jangan sampai jatuh ke tangan orang yang salah. Apalagi penjahat yang coba-coba untuk meneror ketenangan keluarga mereka."Aku punya ide, bagaimana sebaiknya aku mengabari paman Paul saja?" Seru Andrew memberikan pendapatnya kepada mereka semua."Paman Paul? Aku belum pernah mendengar itu sebelumnya Andrew? Kenapa kau tidak pernah menceritakan tentang paman Paul kalau kau punya seorang paman.""Maafkan aku soal itu"Seorang penjaga yang bernama Clark yang mengenal tentang paman ya Andrew mengatakan, "Tuan Paul, sudah lama ak
"Aku lupa menanyakan dia mengenai tanda lahir yang dia miliki.""Tidak apa-apa, masih ada lain kesempatan untuk menanyakannya," Peter menepuk pundakku."Tapi bagaimana jika dia tidak bisa datang karena, orang tuanya...""Sudah jangan terlalu khawatir, biarkan terjadi secara alami nak.""Alami apanya, itu akan mengulur waktu saja ayah.""Tenang. Jangan berlebihan nak."***POV AuthorDisisi lain Layla mengahadapi masalah baru.Dia dicurigai oleh ayahnya."Dari mana saja? Ayah cari kamu kemana-mana tapi tidak kelihatan.""A... aku baru dari luar ayah," jawab Layla dengan kepalanya menunduk."Ikut ayah.""Baik ayah," mereka menuju sebuah ruangan khusus."Kemana kau seharian ini?"
"Bagaimana perasaan ayah berduaan dengan ibu lagi?" tanyaku pada Peter.Peter malah tersenyum, mungkin dia malu mengatakan sesuatu."Apa ayah melakukan sesuatu?""Tidak... ayah malu mengatakan sesuatu pada ibumu. Jadi ayah hanya memandangi ibumu saja.""Sepertinya tidak begitu. Ayolah ayah katakan sesuatu bagaimana reaksi ibu? Apa dia masih secantik dulu seperti saat pertama kalian saling jatuh cinta?""Dasar kamu ya... ayah nggak akan mengatakan apapun. Ini hanya ayah saja yang merasakan. Kamu tidak perlu, nanti juga kamu paham.""Atau aku kasih tau sama ibu kalau ayah...""Eits... Tunggu dulu. Apa kau mau ayahmu ini ketahuan penyamarannya?""Oke baiklah... kalau begitu katakan sesuatu ayah, aku hanya butuh mengetahui bagaimana mengatakan rasa cinta kepada seseorang yang kita sukai.""OOO..
"Bagaimana perasaan ayah berduaan dengan ibu lagi?" tanyaku pada Peter.Peter malah tersenyum, mungkin dia malu mengatakan sesuatu."Apa ayah melakukan sesuatu?""Tidak... ayah malu mengatakan sesuatu pada ibumu. Jadi ayah hanya memandangi ibumu saja.""Sepertinya tidak begitu. Ayolah ayah katakan sesuatu bagaimana reaksi ibu? Apa dia masih secantik dulu seperti saat pertama kalian saling jatuh cinta?""Dasar kamu ya... ayah nggak akan mengatakan apapun. Ini hanya ayah saja yang merasakan. Kamu tidak perlu, nanti juga kamu paham.""Atau aku kasih tau sama ibu kalau ayah...""Eits... Tunggu dulu. Apa kau mau ayahmu ini ketahuan penyamarannya?""Oke baiklah... kalau begitu katakan sesuatu ayah, aku hanya butuh mengetahui bagaimana mengatakan rasa cinta kepada seseorang yang kita sukai.""OOO..
Karena Layla belum juga pulang, ibu menyuruh aku untuk mengajak Layla menghabiskan waktu berdua.Aku membawa dia kesamping rumah, karena suasananya disana cocok untuk mengobrol empat mata dengannya. Juga disamping rumah ada taman kecil dan juga ayunan dan kolam ikan punya paman Paul."Wah ini tempat yang bagus. Boleh kita duduk disana saja?" dia menunjuk kearah ayunan."Oke baiklah kalau kau mau duduk disana," jawabku. Aku membawanya kesana. Dia duduk dengan tersenyum. Mungkin dia teringat dengan masa kecilnya."Jadi apa tujuanmu sebenarnya ke sini?" tanyaku pada Layla,"Sebenarnya aku kesini ingin bertemu denganmu.""Kenapa?""Hemm, aku hanya ingin memastikan saja ini alamat rumahmu yang sebenarnya atau tidak.""Memangnya kamu tidak percaya dengan alamat yang aku berikan?"
"Permisi!"Tuk... tuk... tuk..."Permisi!"Suara perempuan memanggil dari luar."Tunggu sebentar!"Teriakku dari dalam.Tumben ada suara perempuan yang mengetuk rumah. Biasanya tamu selalu membunyikan bel. Mungkin dia tidak melihat tombol bel di sana.Saat aku membuka pintu ternyata yang datang adalah Layla."Hey, kenapa kamu datang ke sini?""Kebetulan aku lewat dari sebelah sini," dia mengibaskan rambutnya."Oh, kalau begitu ayo masuk," aku mengajak dia masuk kedalam rumahku."Tunggu sebentar ya," dia melepaskan sepatunya."Ti... tidak usah dibuka...""Udah nggak apa-apa""Siapa nak?" tanya ibu."Tamu bu," Jawabku."Ibu dengar sepert
"Oh iya kalau alamat kamu?""Alamat aku ya?" Jawabku dengan ragu-ragu."Kenapa ragu begitu?""Kau tau kan?""Tau apa?""Kalau keluarga Morgan, selalu membenci kami," jawabku."Oh, masalah itu. Tenang saja aku tidak akan memberitahukan hal ini kepada keluargaku""Baiklah," kemudian aku menuliskan alamat lengkap rumahku. "Ini.""Memangnya keluargamu pernah disakiti keluarga Morgan?""Sebenarnya...""Tidak apa-apa. Aku tidak bermaksud begitu," Layla menyentuh tanganku.Sedangkan aku hanya bisa merasakan tangan lembutnya sekali lagi. Dan ada sesuatu yang terasa aneh dengan diriku saat tangan Layla menyentuhku.Tiba-tiba aku merasa tenang sekali, yang biasanya aku seakan-akan menggebu-gebu dengan kekuatan yang aku miliki. Tapi ini berbeda, pe
Berhari-hari apa yang dikatakan keluarga maupun orang-orang yang ada di acara pesta pernikahan paman dan bibi, masih terngiang-ngiang di kepalaku.Pertanyaan yang menghujani aku sama saja. "Kamu sudah punya pacar?"Kepalaku terasa penuh dengan kata-kata mereka.Hanya paman Paul, Peter dan Jack yang tidak menanyakan hal tersebut. Bagaimanapun cara yang aku lakukan untuk menghindar, disitu juga ada orang dengan pasangannya masing-masing. Malah membuat aku merasa kesal dengan sendirinya. Benar-benar kena mental aku dibuat kata-kata mereka.Hari ini kebetulan aku dan paman, akan menemui perempuan yang bernama Layla.Aku masih bingung apa yang harus aku katakan kepada Layla. Pasti rasanya akan canggung dan akan terasa susah untuk mengungkapkan sepatah katapun kepada dia.Tidak terasa ternyata aku dan paman sudah setengah perjalanan me
Seminggu sudah sejak peristiwa dengan hantu jahat. Dan kini sekarang aku harus menghadapi sebuah kenyataan, mengetahui kalau Amalia benar-benar sudah lenyap.Hari ini adalah pesta pernikahan anak paman dan bibiku.Aku memakai setelan jas hitam, dengan daleman menggunakan baju berwarna putih.Aku terlihat sedikit iri dengan yang lainnya. Hampir semua anak muda memiliki pasangan masing-masing. Lain halnya denganku. Aku masih kosong melompong, tidak ada seorangpun yang aku jadikan pasangan.Kebetulan aku duduk menyendiri, tanpa ada seseorangpun yang menemani aku. Aku hanya menghindari kebanjiran pertanyaan-pertanyaan dari keluargaku."Hey bro. Kamu sudah punya pacar belum?" Tanya seorang yang sejak dari tadi berada di meja tepat dibelakangku."Belum bro hahah" jawabku dengan terkekeh.&